Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI


SEMESTER III TH 2018/2019

JUDUL

DELTA MODULATION (DM)

KELOMPOK
5

3B
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2018
1
NAMA PRAKTIKAN : 1. ALFIRA FITRIAH

2. ARDYANTAMA CAHYO NUGROHO

3. NADIYA FEBRI TRIANA

4. RANDIANSAH

TGL. SELESAI PRAKTIKUM : 31 OKTOBER 2018

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 26 Desember 2018

N I L A I :..........

KETERANGAN : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

..................................................

..................................................

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
I. TUJUAN .................................................................................................................... 4
II. DIAGRAM RANGKAIAN ...................................................................................... 4
III. ALAT DAN KOMPONEN ....................................................................................... 6
IV. DASAR TEORI ........................................................Error! Bookmark not defined.
V. HASIL DATA PERCOBAAN ............................................................................... 12
VI. ANALISA DATA .................................................................................................... 21
VII. KESIMPULAN .................................................................................................... 26
VIII. REFERENSI ......................................................................................................... 26
IX. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31

3
DELTA MODULATION (DM)

I. TUJUAN
1) Mengert iprinsip Delta Modulation.
2) Menjelaskan rangkaian dan fungsi Delta Modulation dan Demodulator.
3) Menjelaskan keuntungan dan kerugian Delta Modulation.
4) Gambarkan dan jelaskan bentuk rangkaian dari LPF, Comparator, Integrator, Sa
mple dan Hold.
II.

III. DIAGRAM RANGKAIAN

4
Gambar 2.1.

Gambar 2.2.

Gambar 2.3.

5
IV. ALAT DAN KOMPONEN

NO ALAT JUMLAH

1 DC power supply + 15V SO 3538-8D 1

2 Delta Modulator SO 3537-7A 1

3 Delta Demodulator SO 3537-7B 1

4 Universal Counter HP-5314 A 1

5 Function Generator GW-INSTEK GFG-9210 1

6 Oscilloscope GW-INSTEK GOS-653G 1

7 BNC to Banana Cable 4

8 Banana to Banana Cable 2

9 Jumper plug-in besar 15

V. PENDAHULUAN
Delta Modulator merupakan salah satu A/D converter yang mudah dan sederhana.
Berbeda dengan Pulsa Code Modulation (PCM), dimana digunakan n-bit kode
dalam proses kuantisasinya. Sedangkan Delta Modulation menggunakan
Kwantisasi sati bit.
Delta Modulation adalah suatu teknik yang sederhana untuk mengkodekan sinyal
analog ke digital. Berbeda dengan PCM, Delta Moduation hanya mendeteksi
tanda dari sinyal eror yang nerupakan perbedaan antara sinyal input dan sinyal
feedback.
Dasar Delta Moduation seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Rangkaian
tersebut terdiri dari suatu negatif feedback dari comparator, sebuah sampler dan
sebuah local decoder yang dalam hal ini merupakan rangkaian integrator. Sinyal
analog a(t) pada input dari encoder dikurangi dengan sinyal feedback b(t).
6
Perbedaan antara a(t) - b(t) merupakan sinyal error e(t). Sinyal error tersebut
dapat menjadi positif atau negatif, tergantung pada amplitudo dari kedua sinyal
a(t) dan b(t).
Comparator mendeteksi tanda sinyal error e(t) dan memberikan tegangan output
+E volt yang tetap amplitudonya. Bentuk gelombang yang tetap amplitudonya ini
kemudian disampler pada rete sampling feedback untuk memberikan output S(t)
yang merupakan deretan pulsa-pulsa. Pada local decoder S(t) diintegrasikan dan
menghasilkan sebuah sinyal step yang merupakan sinyal feedback b(t).

Rangkaian negatif feedback ditunjukan untuk menghasilkan e(t) dan menstabilkan


encoder. Output delta modulation diambil dari rangkaian sampler yang berupa
deretan digital. Secara praktek hal ini diinginkan untuk mengirimkan pulsa-pulsa
dengan lebar yang terbatas, yang lebih baik dari pada pulsa yang sangat sempit.
Dalam hal ini sampler diganti dengan sebuah rangkaian sample dan hold, dan
local decoder diganti dengan sebuah rangkaian integrator RC (gambar 2).

Gambar 2. Rangkaian Delta Modulation Encoder secara praktis

7
Delta modulation decoder di penerima yang merubah sinyal digital ke bentuk
analog, terdiri dari sebuah integrator yang sama dengan integrator dengan local
decoder, yang diikuti dengan sebuah low pass filter untuk mengeliminasi noise
yang berasal dari informasi diluar band tersebut.

Prinsip kerja:
Encoder mengubah sinyal analog menjadi code biner. Sebaliknya, decoder
memperoleh kembali dari kode biner tersebut menjadi sinyal analog. Pada
bagianpengirim terdiri dari rangkaian pembanding (komparator), sampler dan
integrator. Input dari komparator merupakan perbedaan antara sinyal input a(t)
dan sinyal feedback b(t) dan tanda dari error tersebut yang akan dideteksi oleh
komparator. Bila sinyal input a(t) > b(t), maka a(t) – b(t) = e(t) mempunyai tanda
positif sehingga input encoder merupakan pulsa positif.
Bila a(t) < b (t), maka e (t) mempunyai tanda negatif. Output dari encoder s(t)
merupakan input integrator yang merupakan local decoder. Output integrator
digunakan untuk mendekati input analog, dan output tersebut merupakan fungsi
ramp (ramp function) dengan slope yang positif atau negatif. Output encoder ini
kemudian dikirimkan ke penerima (decoder) yang letaknya jauh dai encoder
dalam bentuk pulsa biner. Karena itu integrator yang sama dengan local decoder
pada bagian pengirim, yang diikuti dengan low pass pada penerima diperlukan
untuk memperoleh kembali input analog. Keadaan sinyal yang dihasilkan kembali
ke aslinya tidak akan sama dengan sinyal yang dikirimkan. Perbedaan antara
sinyal input decoder dengan sinyal input encoder menimbulkan noise yang

8
dikenal dengan noise kwantisasi dan akan berpengaruh terhadap S/N dari delta
modulation. Bentuk input dan output dari delta modulation dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4. Bentuk output dan input dari delta modulation
a(t), sinyal input analog
b(t), output integrator pada decoder
s(t), output encoder yang dikirimkan
Keadaan output delta modulation jika input sama dengan nol.

Jika rangkaian pada kondisi sinyal input sama dengan nol (tanpa input) dan
komparator dalam keadaan setimbang, maka terlihat disini bahwa bentuk output
delta modulation berupa pulsa-pulsa positif dan negatif yang silih berganti,
keadaan seperti ini terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Output delta modulation untuk input sama dengan nol

9
Output dari integrator mendekati gelombang segitiga dengan slope positif dan
negatif seperti gambar di bawah ini.

Sedangkan untuk input yang variasi amplitudonya lebih kecil dari stepnya, tidak
akan terdeteksi oleh delta modulation, sehingga bila output tersebut diterima oleh
penerima akan dihasilkan sinyal sama dengan nol.

10
VI. LANGKAH KERJA

1. Pasang rangkaian seperti pada gambar 2.1

2. Atur Frequensy Clock delta modulator ke 30kHz hubungkan function generator


pada sinusoida , 2 kHz , 1,5 Vpp ke input delta modulator (1)

3. Gambar dan jelaskan input delta modulator (1) dan output integrator (3)

4. Pasang rangkaian seperti pada gambar 2.2

5. Atur frequency clock delta modulator ke 25 kHz atur function generator pada
sinusoida , 1 kHz , 4Vpp.

6. Gambar dan jelaskan output integrator (3) dan output delta modulator (4)

7. Pasang rangkaian seperti gambar 2.3

8. Atur frequensy clock delta modulator ke minimum atur function generator pada
sinusoida , 60 Hz , 4 Vpp

9. Gambar dan jelaskan input delta modulator (1) dan output delta modulator (6)

Jelaskan kualitas transmisinya!

Bila terjadi distori Jelaskan penyebabnya !

10. Gambar rangkaian:

1) LPF

2) Comparator

3) Integrator

4) Sample Hold

Dan berikan penjelasan

11
VII. HASIL DATA PERCOBAAN
7.1. Input Delta Modulator(1) dan Output Integrator (3)
Gelombang sinus = 2 kHz
Amplitudo = 1,5 Vpp
Frekuensi clock generator = 30 kHz

CH1 adalah input Integrator dan CH2 adalah gelombang clock Delta
Modulator.

12
CH1 Input Delta
Modulator:

Time/div : 250
us/div

Volt/div : 1 V/div

A = 1.36 Vpp

F = 2 kHz

CH2 Output
Integrator:

Time/div : 250
us/div

Volt/div : 1 V/div

A = 2.84 Vpp

F = 2.1 kHz

13
7.2. Output Integrator (3) dan Output Delta Modulator (4)
Gelombang sinus = 1 kHz
Amplitudo = 4 Vpp
Frekuensi clock generator = 25 kHz

CH1 adalah input Delta Modulator dan CH2 adalah gelombang clock Delta
Modulator

14
CH1 Output
Integrator:

Time/div : 500
us/div

Volt/div : 5 V/div

A = 4.6 Vpp

F = 1 kHz

CH2 Output Delta


Modulator:

Time/div : 500
us/div

Volt/div : 5 V/div

A = 20.4 Vpp

F = 1 kHz

15
7.3.Input Delta Modulator (1) dan Output Delta Modulator (6)
Frekuensi = 60 Hz
Amplitudo = 4 Vpp
Clock Generator Minimum
Frekuensi = 471 Hz
Amplitudo = 400 mVpp

CH1 adalah Input Delta Modulator dan CH2 adalah gelombang clock Delta
Modulator minimum.

16
CH1 Input Delta
Modulator:

Time/div : 5ms/div

Volt/div : 2 V/div

A = 4.24 Vpp

F = 59.95 Hz

TP1

CH2 Output Delta


Modulator:

Time/div : 5ms/div

Volt/div : 2 V/div

A = 5,8 Vpp

F = 59.81 Hz

17
Gambar 2.1 dan 2.2
- Saat dilakukan Pengukuran frekuensi clock Delta Modulator

- Saat dilakukan Pengukuran Output Integrator

18
Gambar 2.3
- Saat dilakukan pengukuran clock Delta Modulatro minimum

- Saat dilakukan pengukuran output Delta Demodulator

19
a. Jelaskan kualitas transmisinya :
Kualitas transmisi tergantung pada frekuensi clock generator. Jika frekuensi clock
generator memiliki nilai atan bernilai maksimum maka kualitas transmisinya baik
dan kemungkinan distorsi yang terjadi sangat kecil. Sedangkan jika frekuensi
clock generator bernilai minimum maka kualitas transmisinya kurang baik dan
memiliki kemungkinan terjadi distorsi pada transmisi yang cukup besar.
Kualitas transmisi pada percobaan satu dan dua cukup baik karena clock
generator memiliki nilai dan dapat dilihat bahwa distorsi yang terjadi kecil. Pada
percobaan tiga kualitas transmisi tidak baik karena gelombang transmisi yang
dihasilkan terdapat banyak distorsi disebabkan karena frekuensi clock generator
minimum.
b. Bila terjadi distorsi, jelaskan penyebabnya :
Distorsi terjadi pada percobaan tiga yang disebabkan karena frekuensi clock
generator bernilai minimum. Frekuensi clock generator yang minimum
menyebabkan terjadinya perbedaan pada sinyal output decoder yaitu frekuensi
clock delta dengan sinyal input encoder yaitu sinyal function generator dimana
frekuensi output lebih besar dari frekuensi input sehingga menimbulkan
kerusakan sinyal atau distorsi.

20
VIII. ANALISA DATA
8.1. Analisa
Pada percobaan pertama dilakukan pengamatan pada input delta modulasi dan
output dari integrator dengan mengatur frekuensi clock generator 30 kHz dan
function generator pada gelombang sinus sebesar 2 kHz dan amplitudo 1,5 Vpp.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa sinyal output integrator hampir menyerupai
bentuk segitiga dan terjadi kerusakan sinyal yang disebabkan karena integrator
digunakan untuk mengubah gelombang sinus menjadi gelombang segitiga dan
mengubah gelombang segitiga menjadi persergi.
Selanjutnya dari percobaan kedua, nilai frekuensi clock generator diubah menjadi
25 kHz dengan gelombang sinus yang tetap dan amplitudo 4 Vpp. Output dari
integrator menghasil gelombang persegi dan output delta modulasi menghasilkan
gelombang persegi. Sinyal output delta modulasi dipengaruhi oleh sinyal output
integrator. Output integrator dperlukan untuk mengurangi kerusakan sinyal atau
noise dan juga untuk memperoleh sinyal analog input yang sebelumnya sudah
diubah ke dalam sinyal digital.
Percobaan ketiga menambahkan rangkaian demodulator dan mengatur frekuensi
clock generator pada minimum, gelombang sinus berada pada 60 Hz dan
amplitudo sebesar 4 Vpp. Input dari rangkaian ini berupa gelombang sinus dan
output yang diharapkan juga berupa gelombang sinus. Sinyal yang masuk diubah
menjadi gelombang segitiga oleh integrator dan kemudian diubah lagi menjadi
gelombang persegi oleh sampling and hold. Sinyal output yang sudah didapatkan
tadi kemudian diubah kembali menjadi gelombang sinus oleh rangkaian delta
demodulasi. Terjadi distorsi pada output karena terjadinya perbedaan pada sinyal
output decoder yaitu frekuensi clock delta dengan sinyal input encoder yaitu
sinyal function generator dimana frekuensi output lebih besar dari frekuensi input
sehingga menimbulkan kerusakan sinyal atau distorsi.

21
8.2. Tugas
1) Low Pass Filter (LPF)

Low Pass Filter (LPF) merupakan filter yang digunakan untuk


meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi
tinggi. Sinyal dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan
maupun data-data digital seperti citra dan suara.
Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan
kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan
kapasitor secara paralel dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter
ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman frekuensi tinggi
(yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass
atau subwoofer(frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri
dengan sumber tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan
frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri
akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan frekuensi tinggi.

22
2) Comparator

Komparator adalah sebuah rangkaian yang dapat membandingkan besar


tegangan masukan. Komparator biasanya menggunakan Op-Amp
sebagai piranti utama dalam rangkaian. Komparator merupakan
rangkaian elektronik yang akan membandingkan suatu input dengan
referensi tertentu untuk menghasilkan output berupa dua nilai (high dan
low). Suatu komparator mempunyai dua masukan yang terdiri dari
tegangan acuan (Vreference) dan tegangan masukan (Vinput) serta satu
tegangan ouput (Voutput).
Kerja dari komparator hanya membandingkan Vin denganVref-nya maka
dengan mengatur Vref, kita sudah mengatur kepekaan sensor terhadap
perubahan tingkat intensitas cahaya yang terjadi. Dimana semakin
rendah Vref semakin sensitif komparator terhadap perubahan tegangan
Vin yang diakibatkan oleh perubahan intensitas cahaya.

23
3) Integrator

Rangkaian integrator adalah sebuah rangkian OP-Amp dengan


menggunakan positif/negative feed back (umpan balik) Amplifier. Feed
back dipasang pada sebuah kapasitor. Rangkaian Integrator
menghasilkan suatu tegangan output yang merupakan integral waktu dari
tegangan inputnya.
Sebuah integrator adalah rangakaian yang menyelenggarakan operasi
integrasi secara matematik karena dapat mengahasilkan tegangan
keluaran yang sebanding dengan integral masukan. Pemakaian yang
umum ialah menggunakan tegangan masukan yang tetap untuk
mengahasilkan tegangan keluaran berbentuk lereng(ramp). Sebuah
lereng adalah tegangan yang mendaki atau menurun secara linier.
Rangkaian op amp biasa yang terakhir yang menjadi pertimbangan
adalah integrator. Konfigurasi ini terdiri dari sebuah resistor input dan
kapasitor umpan balik. Tegangan output berubah-ubah sebagai integral
dari tegangan input dengan faktor skala 1/RC. Rangkaian ini digunakan
dalam banyak kasus dimana dinginkan integrasi dari output transduser.
Fungsi-fungsi lain juga dapat diimplementasikan, seperti sebuah
tegangan ramp linier. Yang merupakan ramp linier, kemiringan negatif
K/RC. Beberapa mekanisme reset melalui pengosongan kapasitor harus
diberikan karena jika tidak Vout akat naik sampai nilai saturasi output
dan tetap pada keadaan itu.
Input integrator dihubungkan pada pada function generator dengan
frekuensi 400 Hz. Lalu input dan output dihubungkan ke osiloskop.

24
Maka sinyal yang dihasilkan berupa sinyal kotak. Sedangkan sinyal
segitiganya adalah hasil dari diferensiator.

4) Sample and hold

Ketika pengukuran harus antarmuka dengan sebuah proses digital dalam


situasi kontrol atau pengukuran, seringkali perlu untuk menyediakan
nilai tertentu pada konverter analog ke digital (ADC). Jadi, jika suatu
pengukuran dibuat pada beberapa waktu, bisa jadi selama prosedur
konversi A/D nilai yang terukur berubah. Variasi seperti ini dapat
menyebabkan error dalam proses konversi. Untuk mengurangi ini,
sebuah op amp digunakan dalam konfigurasi sample-and-hold.
Rangkaian inidapat mengambil sampel yang sangat cepat dari sinyal
tegangan input dan kemudian menahan nilai ini, meskipun sinyal input
mungkin berubah, sampai sampel yang lain diperlukan. Metode ini
memanfaatkan kemampuan mengisi-menyimpan (charge-storing ability)
dari kapasitor dan impedansi tinggi dari op amp yang menjadi sifatnya.
Saat saklar 1 ditutup, kapasitor dengan cepat berubah ke level tegangan
input. Jika sekarang saklar 1 dibuka, op amp tegangan pengikut
mengijinkan ukuran tegangan kapasitor diambil pada output tanpa
megubah muatan kapasitor. Saat sample baru harus diambil, pertama
saklar 2 ditutup untuk mengosongkan kapasitor dan karena itu merset
rangkaian. Saklar-saklar yang digunakan biasanya saklar-saklar
elektronik yang diaktifkan oleh level logika digital.

25
IX. KESIMPULAN
Delta modulasi merupakan metode untuk mengubah sinyal analog
menjadisinyal digital dengan cara mengkodekan sinyal analog dengan bit
biner. Rangkaian ini terdiri darikomparator, sample dan hold, integrator dan
rangkaian encoder dan decoder. Sedangkan delta demudolator adalah
kebalikan dari delta modulator yaitu mengubah sinyal digital menjadi sinyal
analog.
Jika rangkaian pada kondisi sinyal input sama dengan nol(tanpa input) dan
komparator dalam keadaan setimbang, maka terlihat disini bahwa bentuk
output delta modulation berupa pulsa-pulsa positif dan negatif yang silih
berganti, keadaan seperti ini terlihat pada gambar di bawah ini.
Sedangkan untuk input yang variasi amplitudonya lebih kecil dari stepnya,
tidak akan terdeteksi oleh delta modulation, sehingga bila output tersebut
diterima oleh penerima akan dihasilkan sinyal sama dengan nol.

X. REFERENSI
10.1. DELTA MODULATION (DM)
Modulasi Delta merupakan alternatif sederhana dari PCM yang hanya
menggunakan 1 bit untuk proses encoding. Dengan hanya 1 bit maka ada dua
keadaan yang dapat dikodekan. Pada DM hanya selisih antara nilai interval
s(t) dan nilai didekatnya yang dikodekan. Konsekuensinya DM merupakan
salah satu metode modulasi prediktif. Penjelasannya ada pada Gambar 1.
Sinyal pemodulasi s(t) dimasukkan pada input positif komparator. Sinyal
prediksi X dimasukkan ke input pembalik komparator. Hasilnya sinyal
prediksi membentuk suatu nilai ambang variable komparator switch. Jika s(t)
> X maka keluaran komparator akan memberikan kondisi logika 1. Jika s(t) <
X maka komparator memberikan kondisi logika 0.
Dalam DM dapat terjadi kesalahan berupa kecuraman beban lebih (slope
overload). Kesalahanini terjadi karena sinyal prediksi hanya dapat dibentuk
dengan tepi terbatas (finite edge) atau lereng yang curam (slope steepness).
Segera setelah sinyal input s(t) melebihi amplitude sinyal ambang maka
predictor tidakakan membengkitkan sinyal karena X > s(t). Sinyal ter prediksi
secara konstan akan melakukan pengejaran terhadap sinyal input s(t). Karena
26
itu range dinamik DM dibatasi. Slope overload dapat di kurangi dengan
menggunakan metode non linier atau adaptif.
Gambar 2menunjukkan sebuah delta-modulasi encoder; itu dikenal sebagai
integrasi tunggal modulasi. Sinyal input dibandingkan dengan output terpadu
kacang-kacangan dan delta (perbedaan) sinyal diterapkan pada quantizer. The
quantizer menghasilkan pulsa positif ketika perbedaan sinyal negatif, dan
negatif perbedaan denyut nadi ketika sinyal positif. Perbedaan ini sinyal
integrator bergerak selangkah demi selangkah lebih deka tke nilai sekarang
masukan, pelacakan turunan daris inyal input.

Menimbang 1,5 kHz sinyal input sinusoidal, sebagai contoh, dengan


amplitudomaksimum 1 dan delta V untuk menjadi 0,0625, sampling setara
dengan 4-bit kuantisasi yaitu L = 16. Untuk mencapai kecepatan bit setara
dengan 4-bit kuantisasi dengan 4 kHz sampling rate yang oversampling rasio
16 adalah dibutuhkan yaitu 64 kHz (16 x 4kHz). Gambar 3, memperlihatkan
sebuah simulasi MATLAB pada 32 kali oversampling. Seperti yang terlihat
output dari trek integrator setuju sinyal input.

27
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, adalah penting dalam menyaring
oversampling untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dan distorsi
aliasing. Setelah pikiran ini dalam output dari delta modulation (setelah
integrator) harus melewati pass filter yang rendah untuk melemahkan sinyal
frekuensi tinggi yang tidak diinginkan. Gambar 4 menunjukkan efek tidak
menggunakan filter seperti di 16 kali oversampling darisinyal yang
digunakandalamGambar 3. Seperti melihat sinyal termodulasi hampir tidak
melacak sinyal input yang sebenarnya dan sebagai sinyal terpadu dialihkan
karena efek aliasing. Dengan demikian banyak distorsi diperkenalkan dan
direproduksi di demodulator sinyal tidak akan menyerupai sinyal input asli
(ada juga ada cara untuk memulihkan itu).

28
Gambar 5 memperlihatkan pentingnya oversampling memilih rasio yang tepat
atau ukuran DV (yang menentukan L, jumlah tingkat kuantisasi). Rasio yang
oversampling harus 32 (dua kali lipat dari sebelumnya Gambar 3 untuk
mencapai tingkat sampling 4KHz). Untuk menunjukkan efek oversampling
menggunakan rasio yang lebih rendah daripada yang sebenarnya dibutuhkan,
Gambar 5 menunjukkan rasio oversampling dari 32; kelebihan beban lereng
(perubahan sinyal untuk berpuasa untuk memodulasi sinyal untuk melacak)
tidak dapat dihindari.

Ada dua solusi untuk mengatasi masalah ini: sedikit pengurangan pada
frekuensi sampling yang tinggi untuk output sinyal agak rendah dari sumber
agak tinggi atau untuk meningkatkan nilai delta Vsehingga menurunkan

29
jumlah bit kuantisasi. Kasus pertama akan menurunkan berbagai dinamika
suara di CD player dan yang kedua akan membuat kebisingan kuantisasi lebih
jelas karena distribusi yang seragam dalam pita frekuensi dari dc ke setengah
laju sampling. Modulasi delta jelas tidak pantas dalam teknologi CD di mana
kesetiaan yang tinggi, tingkat sampling tinggi dan 16x over sampling
diperlukan; pencarian tetap.

10.2. Spektrum DM
Clock sinyal output dari D-FF mewakili urutan biner acak. Spectrum
amplitude dari sinyal tersebut bersifat stokastik, dimana kedua nilai sinyal
mempunyai probabilitas yang sama membentuk white spectrum yang terdiri
dari semua frekuensi dengan amplitude yang sama. Demodulasi DM secara
normal terjadi sesuai dengan metode integrator double. Metode ini
menggunaan 2 LPF-RC yang diseri. Pada keluaran LPF-RC yang pertama,
sinyal prediksi X akan muncul lagi. Sedangkan LPF-RC yang kedua berfungsi
memfilter ripple.

10.3. Penggunaan DM
Sesuai dengan metode encodingnya yang sederhana, DM digunakan untuk
pentransmisian pesan dengan bitrate rendah sekitar 10 – 49 kbps. Dalam
teknologi telepon sentral digital full-dupleks, DM dapat diaplikasikan dengan
sangat baik. Dengan frekuensi sampling yang tinggi maka filter dengan tingkat
kecuraman yang tinggi tidak diperlukan lagi untuk membatasi bandwidth.
Dengan DM dimungkinkan tidak terjadi aliasing. Kekurangan DM adalah
keterbatasannya range dinamik. Sehingga perubahan yang cepat dalam level
sinyal input s(t) akan menyebabkan kesalahan transmisi.

30
XI. DAFTAR PUSTAKA
1) Admin. 2013. Pengertian Integrator.
http://www.elektronikabersama.web.id.
2) Admin. 2016. Komparator Op-amp.
http://www.elektronikabersama.web.id.
3) Adzhani, SyauqinaIdzni. 2014. Teori Sampling and Hold.
http://www.slideshare.net.
4) Anjani, Nabila. 2014. DELTA MODULATION.
https://www.academia.edu. Intan. 2014. Delta Modulasi.
https://www.scribd.com. [
5) Triprijooetomo,ST.MT. 2016. Lab Sistem Telekomunikasi.
http://labsistel.blogspot.co.id. Wibowo, Arya Wahyu. 2012. DELTA
MODULATOR. https://www.scribd.com.

31

Anda mungkin juga menyukai