Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM
FILTER AKTIF
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektronika Telekomunikasi Semester 3

PEMBIMBING:

Lis Diana Mustafa S.T., M.T.

Disusun Oleh:

Nama : Rafly Rizky Primadianta


NIM : 1931130078
Kelas/ No : D III TT 2E / 17

PROGRAM STUDI TEKNIK


TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
FILTER AKTIF

3.1 Tujuan
• Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif Low Pass orde satu.
• Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif Low Pass orde dua.
• Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif high Pass orde dua.

3.2 Alat dan Bahan


• Laptop atau PC 1 buah
• R1 = 1 KΩ 1 buah
• R2 = 10 KΩ 3 buah
• R3 = 22 KΩ 1 buah
• C1 = 0,01 µF 2 buah
• C2 = 0,022 µF 1 buah
• Op-Amp (LM 741) 1 buah
• Osiloskop Dual Trace 1 buah
• Power Supply 1 buah
• Generato Fungsi 1 buah
• Proto Board 1 buah
• Test Probe Adaptor 1 buah
• Kabel Penghubung Secukupnya
• Software Multisim

3.3 Teori Dasar


Filter aktif diimplementasikan menggunakan kombinasi pasif dan aktif (memperkuat)
komponen, dan memerlukan sumber daya dari luar. amplifier operasional yang sering
digunakan dalam desain filter aktif. Ini dapat memiliki tinggi faktor Q, dan dapat mencapai
resonansi tanpa menggunakan induktor. Namun, batas frekuensi atas mereka dibatasi oleh
bandwidth dari amplifier yang digunakan.
Ada dua tipe rangkaian filter yaitu aktif dan pasif. Filter pasif menggunakaan komponen
pasif, yaitu kapasitor dan induktor. Rangkaian filter aktif menggunakan komponen aktif.
Komponen aktif yanag digunakan pada percobaan ini adalah Op-Amp.

Filter Pasif
Gambar 3.1 menunjukkan salah satu bentuk low pass filter. Pada frekuensi rendah reaktansi
induktif dari L1 dan L2 sangat rendah. Reaktansi kapasitif dari C1 dan C2 sangat tinggi.
Kita boleh mengatakan bahwa inductor berfungsi sabagai rangkaian hubung singkat,
sementara kapasitor berfungsi sebagai rangkaian terbukaa, sehingga pada frekuensi rendah
Vout = Vin.

Ketika frekuensi input bertammbah, inductor melai menunjukkan XL tinggi dan kapasitor
menunjukkan XC rendah. Pada saat frekuensi tinggi, inductor mencul sebagai rangkaian
terbuka dan kapasitor berfungsi sebagai rangkaianhubung singkat. Ketika hal ini tarjadi
maka Vout = 0V.
Gambar 3.1 (c) menunjukkan rangkaian high pass filter. High pass filter ini bekerja
berlawanan dengan low pass filter. Jika yang dilewatkan frekuensi tinggi dan meredam
frekuensi rendah dinamakan high pass filter.

Gambar 3.1 (b) dan (d) menunjukkan hubungan antara keluaran filter dan masukkan
frekuensi. Pada frekuensi cut off (fc ), fc berada pada titik setengah daya dimana filter
keluaran adalah 3 dB “turun” daroi keluaran maksimum (0,707 x puncak output).
Mengingat bahwa bandwidth juga diukur dari titik setangah daya.

3.1(a) 3.1(b)

3.1(c) 3.1(d)

Ket : a) Low Pass Filter ,b) Kurva respon Low Pass

c) High Pass Filter ,d)Kurva respon High Pass

Desibel
Decibel 0,1 bel (dB) adalah cara menggambarkan penguatan peredaman. Desibel juga
digunakan pada penguatan tegangan (positif atau negative). Penguatan dalam decibel pada
rangkaian filter adalah
A dB = 20 log Av

Dimana logaritma dasar 10 dan Av merupakan penguatan tegangan (Av = Vout/Vin)

Pada rangkaian filter. Jika filter mempunyai masukkan 1V pada 1KHz dan keluaran
0,707V penguatan tegangannya adalah:
Av =

Rangkakian penguatan decibel adalah :

A dB = 20 log Av =20 log 0,707 = 20 (-0,15) = -3 dB

Bila peredaman 6 dB, penguatan tegangan terbagi menjadi 2, untuk masing-masing


penambahan menjadi 2 kali lipat

Decibel (dB) adalah unit logaritmik yang menunjukkan rasio kuantitas fisik (biasanya daya
atau intensitas ) relatif terhadap level referensi tersirat atau ditentukan. Sebuah rasio dalam
desibel adalah sepuluh kali logaritma basis 10 untuk rasio dari dua kuantitas daya. [1]
Menjadi rasio dari dua pengukuran kuantitas fisik dalam satuan yang sama, itu adalah unit
berdimensi . Decibel adalah sepersepuluh dari sebuah bel, sebuah unit jarang digunakan.

Desibel ini secara luas dikenal sebagai ukuran tingkat tekanan suara , tetapi juga digunakan
untuk berbagai macam pengukuran lainnya dalam sains dan teknik , yang paling menonjol
dalam akustik
, elektronik , dan teori kontrol . Dalam elektronik, yang mendapatkan amplifier, atenuasi
sinyal, dan sinyal ke rasio noise sering dinyatakan dalam desibel. Ini menganugerahkan
sejumlah keuntungan, seperti kemampuan untuk mudah merupakan jumlah yang sangat
besar atau kecil, sebuah skala logaritmik yang kira-kira sesuai dengan persepsi manusia
terhadap suara dan cahaya, dan kemampuan untuk melakukan perkalian rasio dengan
penambahan dan pengurangan sederhana.

Sebuah desibel (dB) adalah sepersepuluh dari bel a (B), yaitu 1 B = 10 dB. ratio bel adalah
logaritma rasio dari dua kuantitas kekuatan 10:1, dan untuk dua jumlah lapangan di rasio
. Sebuah jumlah lapangan adalah kuantitas seperti tegangan,, suara tekanan saat
ini, kekuatan medan listrik, kecepatan dan densitas muatan, alun-alun yang dalam sistem
linier sebanding dengan kekuasaan. Sebuah jumlah daya kekuatan atau kuantitas
berbanding lurus dengan daya, misalnya kepadatan energi, intensitas akustik dan intensitas
cahaya.

Filter Aktif
Filter aktif mempunyai beberapa manfaat lebih dari filter pasif. Pada pengguanan OP-Amp
sebagai komponen dasar komponen aktif. Perubahan penguat filter dapat dicapai. Op-Amp
juga kemungkinan menyetel range filter lebih lebar tanpa merubah respon frekuensi dan
dapat memisahkan sumber karena Zin tinggi dan Zout rendah.

Tetapi filter aktif tidak sempurna. Ada beberapa kekurangannya. Pertama, respon frekuensi
tergantung pada pengunaan tipe Op-Amp dan sebagian besar tidak mempunyai respon
frekuensi tinggi yang layak. Kedua, op-amp keberadaannya memerlukan daya operasi
diman a filter pasif tidak memrlukan daya operasi. Rangkaian low pass filter terlihat pada
gambar 3.3 (a) dan gambar
(b) menunjukan respon frekuensinya.
3.3(a) 3.3(b)

A AdB, dB

1000 60

100 40

10 20

8 18

4 12

2 6

1 0

0,707 -3

0,5 -6

0,25 -12

0,125 -18

0,1 -20

0,01 -40

0,001 -60

Tabel 3.2 perbandingan penguatan dalam dan penguatan dalam dB

Dikatakan filter aktif karena selain menggunakan beberapa resistor dan kapasitor juga
menggunakan beberapa komponen aktif seperti OpAmp, dengan penguatan yang bisa
diatur sesuai dengan yang kita inginkan. Besarnya nilai tanggapan biasa dinyatakan dalam
volt ataupun dalan dB dengan bentuk respon yang berbeda pada setiap jenis filter. Besar
nilai respon dapat diperoleh dari perhitungan fungsi alih:
Rangakain ini dianggap filter orde satu karena pengurangan rata-rata 6 dB/oktaf melewati
fc. Untuk penambahan frekuensi dua kalinya terdapatperedaman 6 dB pada sinyal keluaran.
Dengan Cin parallel dengan Rf, Xc menjadi factor penentu pada penguatan rangkaian. Pada
frekuensi rendah Xc adalah tinggi (terhingga) akan tidak mempengaruhi Rf. Dengan
demikian penguatan rangkaian sangat tingggi. Namun pada frekuensi tertinggi Xc menjadi
berkurang dan impedansi parallel Xc dan Rf akan menjadi lebih rendah. Denagan demikian
penguatan rangakaian menjadi rendah. Sehingga frekuansi masukkan menjadi takhingga,
Xc mendekati 0 dan penguatan sekalipun juga 0. Frekuensi dari rangkaian dapat dihitung
dengan :

fc =

Rangkaian pada gambar 3.3 terdapat paergeseran penguatan dan dapat mengontrol
frekuensi cutoff. Pergeseran ini C menyebabkan nilai fc tercapai. Pergeseran dari R 1
digunkan mengubah penguatan rangkaian.

Low Pass Filter


Low pass filter mengalami perubahan output pada 12 dB/oktaf. Kurva respon rangakaian
ini ditunjukkan pada gambar 3.4 (b). Filter aktif telah dijelaskan pada gambar 3.4 (a). pada
rangkaian ini 2 kapasitor mempengaruhi op-amp.
Salah satu uang digunakan sebagai feedback R, sebagai filter orde satu dan yang lainnya
berasal dari satu masukkan input sampai ground. Pada frekuensi rendah, rangkaian Xc
tinggi. Oleh karena itu, C1 tidak mempengaruhi masukkan dan C2 memberikan nilai Xc
tinggi untuk penguatan op-amp tinggi. Frekuensi masukkan bertambah, C1 menunjukkan
Xc rendah. Kemudian sinyal input pada op-amp berkurang. Xc pada C2 juga berkurang.
Jadi penguatan rangkaian berkurang sementatra satu kapasitorsinyal masukkan rendah
yang lain membatasi penguatan Op-Amp. Hasil keluaran membentuk kurva filter orde satu.
Frekuensi filter in dapat dihitung dengan :

fc =

Second Order High Pass Filter


Rangkaiannya menunjukkan pada gambar 3.5 (a) bekerja kebalikan dengan gambar 3.4 (a).
pada frekuensi rendah C1 dan C2 mempunyai Xc tinggi dan daerah-daerah sinyal Op- Amp
terlihat. Pada frekuensi rendah, filter keluaran adalah nol. Frekuensi tinggi, Xc dari C1 dan
C2 menjadi rendah, kebanyakan sinyal input dilewatkan. Pelewatan C1 ini untuk
mengendalikan level input dan C2 untuk mengontrol level feedback.
Gambar 3.4 (a) LPF orde 2, (b) kurva respon

Gambar 3.4 (a) HPF orde 2, (b) kurva respon

3.4 Prosedur Percobaan

A. LPF Orde Satu

1. Buat rangkaian seperti berikut :

Vout

Vi
Gambar 3.6 LPF orde satu

2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp,
frekuensi 100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.1

Table 3.1 Pengukuran LPF Orde satu


Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)
100
200
500
1000
2000
5000
10000

3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi table 3.1

4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.1

5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20 log Av)

6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter (AvdB
sebagai fungsi frekkuensi)

B. LPF Orde Dua

1. Buatlah rangkaian berikut ini :

Vi

Vou

Gambar 3.7 Rangkaian LPF orde dua


2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp,
frekuensi 100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.2

3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap)
dan lengkapi table 3.2
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.2
5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20
log Av).
6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter
(AvdB sebagai fungsi frekkuensi)

Table 3.2 Pengukuran LPF Orde Dua


Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)
100
200
500
1000
2000
5000
10000

C. HPF Orde Dua

1. Buatlah rangkaian berikut ini :

Vou
Vi

Gambar 3.8 Rangkaian HPF orde Dua

2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp,
frekuensi 100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.
Table 3.3 Pengukuran HPF Orde Dua
Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)
100
200
500
1000
2000
5000
10000

3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi table 3.3
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.3
5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20 log Av).
6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter
(AvdB sebagai fungsi frekkuensi)

3.5 Hasil Percobaan

A. LPF Orde satu

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100 1 1 1 0
200 1 0,99794 0,99794 -0,017911388
500 1 0,994943 0,994943 -0,044035983
1000 1 0,996252 0,996252 -0,032615875
2000 1 0,969775 0,969775 -0,266580317
5000 1 0,95167 0,95167 -0,430272419
10000 1 0,843248 0,843248 -1,480893604
15900 1 0,704292 0,704292 -3,044944894
B. LPF Orde dua

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100 1,01 1 0,99009901 -0,086427575
200 1,01 0,998417 0,988531683 -0,100188135
500 1,01 0,985808 0,976047525 -0,210580709
1000 1,01 0,789137 0,781323762 -2,14337935
1100 1,01 0,726303 0,719111881 -2,864070717
1120 1,01 0,715065 0,707985149 -2,999517043
1500 1,01 0,489113 0,484270297 -6,298243357
2000 1,01 0,289765 0,28689604 -10,84550892
5000 1,01 0,109471 0,108387129 -19,30044575
10000 1,01 0,64562 0,639227723 -3,886887963
C. HPF Orde dua

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100 1 0,789075 0,789075 -2,05763432
200 1 0,035008 0,035008 -29,11665399
500 1 0,217463 0,217463 -13,2522925
1000 1 0,689039 0,689039 -3,235123922
1020 1 0,704734 0,704734 -3,039495508
1100 1 0,759837 0,759837 -2,385591249
1200 1 0,816854 0,816854 -1,757111199
2000 1 0,999286 0,999286 -0,00620394
5000 1 0,95842 0,95842 -0,368882643
10000 1 0,924008 0,924008 -0,686485373
3.6 Analisa Hasil Percobaan

A. LPF Orde 1

Untuk perhitungan frekuensi cut off menggunakan rumus berikut.


1
𝐹𝑐 =
2𝜋𝑅𝑐
1
=
2(3,14)(103 )(0,01𝑥10−6 )
=15925 Hz
=15,925 kHz

Berdasarkan percobaan yang dilakukan menggunakan software multisim, dengan menggunakan


osiloskop diketahui frekuensi cut off sebesar 15,9 kHz. Dengan blode potter dapat diketahui
frekuensi cut off sebesar 15,873 kHz. Sedangkan untuk hasil perhitungan menggunakan rumus,
diperoleh nilai frekuensi cut off sebesar 15,923 kHz. Hasil yang didapat antara perhitungan,
menggunakan osiloskop, dan blode potter hampir sama. Hal yang mempengaruhi perbedaan ini
dikarenakan kurangnya teliti dalam menentukan skala pada frekuensi
B. LPF Orde 2

Untuk perhitungan frekuensi cut off menggunakan rumus berikut.


1
𝐹𝑐 =
2𝜋√𝑅1 𝐶1 𝑅2 𝐶2
1
=
2(3,14)√(104 )(0,02.10−6 )(104 )(0,01.10−6 )
=1125 Hz
=1,125 kHz

Berdasarkan percobaan yang dilakukan menggunakan software multisim, dengan


menggunakan osiloskop diketahui frekuensi cut off sebesar 1,120 kHz. Dengan blode potter
dapat diketahui frekuensi cut off sebesar 1,124 kHz. Sedangkan untuk hasil perhitungan
menggunakan rumus, diperoleh nilai frekuensi cut off sebesar 1,125 kHz. Hasil yang didapat
antara perhitungan, menggunakan osiloskop, dan blode potter hampir sama. Hal yang
mempengaruhi perbedaan ini dikarenakan kurangnya teliti dalam menentukan skala pada
frekuensi.

C. HPF Orde 2
Untuk perhitungan frekuensi cut off menggunakan rumus berikut
1
𝐹𝑐 =
2𝜋√𝑅1 𝐶1 𝑅2 𝐶2
1
=
2(3,14)√(104 )(0,02.10−6 )(22.103 )(0,01.10−6 )
=1073 Hz
=1,073 kHz

Berdasarkan percobaan yang dilakukan menggunakan software multisim, dengan


menggunakan osiloskop diketahui frekuensi cut off sebesar 1,020 kHz. Dengan blode potter
dapat diketahui frekuensi cut off sebesar 1,027 kHz. Sedangkan untuk hasil perhitungan
menggunakan rumus, diperoleh nilai frekuensi cut off sebesar 1,073 kHz. Hasil yang didapat
antara perhitungan, menggunakan osiloskop, dan blode potter hampir sama. Hal yang
mempengaruhi perbedaan ini dikarenakan kurangnya teliti dalam menentukan skala pada
frekuensi.
3.7 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat selisih antara
hasil perhitungan, menggunakan osiloskop, dan blode potter. Hal ini dikarenakan kurangnya
teliti dalam melakukan perhitungan atau menentukan skala pada frekuensi saat mengukur
menggunakan osiloskop. Namun, selisih tersebut tidak jauh berbeda.

Anda mungkin juga menyukai