FILTER AKTIF
1. Tujuan :
Mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif Low Pass orde satu.
Mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif Low Pass orde dua.
Mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif High Pass orde dua.
2. Alat dan Bahan :
R1 = 1 K
: 1 buah
R2 = 10 K
: 3 buah
R3 = 22 K
: 1 buah
C1 = 0.01 F
: 2 buah
C2 = 0.022 F
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
Power Supply
: 1 buah
Generator Fungsi
: 1 buah
Protoboard
: 1 buah
: 1 buah
rangkaian terbuka dan kapasitor berfungsi sebagai rangkaian hubung singkat. Ketika hal ini
terjadi maka Vout = 0V.
Gambar 3.1 (c) menunjukkan rangkaian high pass filter. High pass filter ini bekerja
berlawanan dengan low pass filter. Jika yang dilewatkan frekuensi tinggi dan meredam
frekuensi rendah dinamakan high pass filter.
Gambar 3.1 (b) menunjukkan hubungan antara keluaran filter dan masukan frekuensi.
Pada frekeunsi cut off (fc), fc berada pada titik setengah daya dimana filter keluaran adalah 3
dB turun dari keluaran maksimum (0,707 x puncak output). Mengingat bahwa bandwidth
juga diukur dari titik setengah daya.
Gambar 3.1
(a) Low Pass Filter, (b) Kurva Respon Low Pass
(c) High Pass Filter, (d) Kurva Respon High Pass
Desibel
Desibel, 0,1 bel (B) adalah cara menggambarkan penguatan atau peredaman. Desibel
juga digunakan pada penguatan tegangan (positif atau negatif).
Penguatan dalam desibel pada rangkaian filter adalah
A dB = 20 log Av
Dimana logaritma dasar 10 dan Av merupakan penguatan tegangan (Av = Aout/Ain) pada
rangkaian filter. Jika filter mempunyai masukan 1 V pada 1 kHz dan keluaran 0,707 V,
penguatan tegangannya adalah
Av = Aout/Ain = 0,707/1 = 0,707
Rangkaian penguatan decibel adalah :
A dB = 20 log Av = 20 log 0,707 = 20 (-0,15) = -3 dB
Bila peredaman 6 dB, penguatan tegangan terbagi menjadi dua. Untuk masing-masing
penambahan 6 dB, penambahan menjadi dua kali lipat. Lihat gambar 3.2.
Filter Aktif
Filter Aktif mempunyai beberapa manfaat lebih dari filter pasif. Pada penggunan OPAMP sebagai komponen dasar filter aktif. Perubahan penguatan filter dapat dicapai. OP-AMP
juga memungkinkan menyetel range filter lebih lebar tanpa merubah respon frekuensi dan
dapat memisahkan beban dari sumber karena Zin tinggi dan Zout rendah.
Tetapi filter aktif tidak sempurna. Ada beberapa kekurangannya. Pertama, respon
frekuensi tergantung pada penggunaan tipe OP-AMP dan sebagian besar tidak mempunyai
respon frekuensi tinggi yang layak. Kedua, OP-AMP keberadaannya memerlukan daya
operasi dimana filter pasif tidak memerlukan daya operasi.
Rangkaian Low Pass filter aktif terlihat pada gambar 3.3 (a) dan gambar 3.3 (b)
menunjukkan respon frekuensinya.
Gambar 3.2
AdB , dB
1000
60
100
40
10
20
18
12
0.707
-3
0.5
-6
0.25
-12
0.125
-18
0.1
-20
0.01
-40
0.001
-60
Rangkaian ini dianggap filter orde satu karena pengurangan rata-rata 6 dB / oktaf
melewati fc. Untuk penambahan frekuensi dua kalinya, terdapat peredaman 6 dB pada sinyal
keluaran. Dengan Cin parallel dengan Rf, Xc menjadi factor penentu pada penguatan
rangkaian. Pada frekuensi rendah Xc adalah tinggi (terhingga) akan tidak mempengaruhi Rf.
Dengan demikian, penguatan rangkaian sangat tinggi. Namun pada frekuensi tertinggi Xc
menjadi berkurang dan impedansi parallel Xc dan Rf akan menjadi lebih rendah. Dengan
Gambar 3.3
Salah satu yang digunakan sebagai feedback R, sebagai filter orde satu dan yang
lainnya berasal dari masukan input sampai ground. Pada frekuensi rendah, rangkaian Xc
tinggi. Oleh karena itu C1 tidak mempengaruhi masukan dan C2 memberikan nilai Xc tinggi
untuk penguatan OP-AMP tinggi.Frekuensi masukan bertambah, C1 menunjukkan Xc
rendah. Kemudian sinyal output OP-AMP berkurang. Xc pada C2 juga berkurang.
Jadi,penguatan rangkaian berkurang sementara satu kapasitor sinyal masukan rendah yang
lain membatasi penguatan OP-AMP. Hasil keluaran membentuk kurva filter orde satu.
Frekuensi filter ini dapat dihitung dengan :
Fc = 0,707 / 2Rc
Second Order High Pass Filter
Rangkaiannya menunjukkan pada gambar 3.5 (a) bekerja kebalikan dengan gambar
3.4 (a). Pada frekuensi rendah C1 dan C2 mempunyai Xc tinggi dan daerah-daerah sinyal OPAMP terlihat. Pada frekuensi rendah, filter keluaran adalah nol. Frekuensi tinggi, Xc dari C1
dan C2 menjadi rendah, kebanyakan sinyal input dilewatkan. Pelewatan C1 ini untuk
mengendalikan level input dan C2 untuk mengontrol level feedback.
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Vin (Vpp)
Vout (Vpp)
Av
Av (dB)
100
1V
1000mv
200
1V
1000mv
500
1V
904mv
0,92
-0,87
1000
1V
744mv
0,744
-0,2,56
1250
1V
704mv
0,704
-3,04
1500
1V
664mv
0,664
-3,5
2000
1V
616mv
0,616
-4,2
5000
1V
544mv
0,544
-5,2
10000
1V
144mv
0,144
-16,8
3. Ulangi langkah ke-2 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam tabel 3.1.
4. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (Av dB = 20 log Av).
5. Gunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter (Av dB
sebagai fungsi frekuensi).
B. LPF Orde Dua
1.
Gambar 3.7
2. Atur keluaran Generator fungsi sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp,
frekuensi 100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengapi tabel 3.2.
3. Besarkan frekuensi generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi tabel 3.2.
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam tabel 3.2.
Hitung besar penguatan (Av = Vout / Vin) serta dalam bentuk dB (Av dB = 20 log Av).
5. Gunakkan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter (Av dB sebagai
fungsi frekuensi).
Tabel 3.2
Frekuensi (Hz)
100
200
500
1000
2000
5000
10000
Vin (Vpp)
Av
Av (dB)
Gambar 3.8
2. Atur keluaran generator fungsi sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp, frekuensi
10 kHz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi tabel 3.3
Tabel 3.3
Frekuensi (Hz)
Vin (Vpp)
Vout (Vpp)
Av
Av (dB)
100
200
500
1000
2000
5000
10000
3. Ukut besar Vout dengan keadaan Vin tetap untuk setiap frekuensi diatas.
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam tabel 3.3.
5. Hitung besar penguatan (Av = Vout / Vin) serta dalam bentuk dB (Av dB = 20 log Av).
6. Gunakkan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter (Av dB
sebagai fungsi frekuensi).