I. Tujuan
Namun saat ini aplikasi filter aktif juga cukup populer karena kematangan
komponen aktif seperti penguat operasional (op), transistor dan sebagainya. filter
aktif memiliki keuntungan sebagai berikut:
Dimana :
Dari persamaan (1-1), kita tahu bahwa sirkuit integrator Miller adalahfilter
low-pass pesanan pertama. Jika kita ingin mendesain urutan kedua aktif filter low-
pass, kita perlu dua sirkuit integrator Miller dan pembalik penguat.
Gambar 1-4 menunjukkan diagram blok dari urutan kedua aktiffilter low-
pass. Ini terdiri dari dua sirkuit integrator Miller, gain unitpenguat pembalik dan
penambah. Asumsikan bahwa output dari penambah adalah A (s), maka fungsi
transfernya adalah
Gambar 1-3 Sirkuit terpadu Miller.
Persamaan (1-2) adalah persamaan standar orde kedua aktif filter low-pass, jika
kita mengikuti diagram blok untuk merancang sirkuit, kita bisa dapatkan low-pass
filter urutan kedua.
Gambar 1-5 menunjukkan diagram sirkuit aktif urutan kedua filter low-pass,
yang didasarkan pada diagram blok pada Gambar 1-4. Kita menggabungkan adder
dan sirkuit integrator Miller pertama dengan mengganti OP (U1). Jadi kita bisa
menyimpan OP, tetapi perhitungan parameter rangkaian akan lebih rumit. Jika
kita berasumsi
C1 = C2 = C
R6 = R5 = R4
Respons frekuensi filter high-pass urutan kedua hanyalah kebalikan dari filter
low-pass urutan kedua. Tujuannya adalah untuk mengaktifkan yang tinggi sinyal
frekuensi melewati dan menipiskan sinyal frekuensi rendah.Gambar 1-6 adalah
diagram blok dari filter high-pass. Ini dibangun oleh dua Miler sirkuit integrator,
penguat pembalik dan dua adders. Kita bisa mendapatkan fungsi transfer sebagai :
Fungsi di atas adalah fungsi standar dari filter high-pass. Kita dapatdesain dan
dapatkan rangkaian filter high-pass urutan kedua dengan mengikuti fungsi dari
diagram blok.
Gambar 1-7 adalah diagram rangkaian filter high-pass urutan kedua, yang
didasarkan pada diagram blok pada Gambar 1-6. Penambah pertama dan Miler
pertama sirkuit integrator digabungkan dan diganti oleh U1: A. Penambah kedua
dan penguat pembalik digantikan oleh B U1:. Lalu kita bisa menghemat dua
penguat operasi, tetapi untuk parameter rangkaian, perhitungan akan menjadi
lebih rumit. Kami berasumsi
C1 = C2 = C
R7 = R6 = R5
Kemudian,
Bandingkan persamaan (1-7) dan (1-9), kita dapatkan
Dari Gambar 1-7, R1, R3, R7, C1 dan A U1: tidak hanya terdiri dari Miler
sirkuit integrator, tetapi juga memiliki fungsi musim panas tertimbang. Itu
tujuannya adalah untuk mengalikan bobot individu untuk sinyal input dan output
sinyal dari C U1:. Setelah itu buat penjumlahan pada sinyal input dan sinyal
keluaran U1: C. R2, R4, R5 dan U1: B terdiri dari bobot sirkuit musim panas,
yang dapat mengalikan bobot individu untuk sinyal input dan sinyal output A U1:.
Setelah itu buat penjumlahan pada input sinyal dan sinyal keluaran U1: A. R6, C2
dan U1: C terdiri dari Miler sirkuit integrator. Sirkuit ini juga memenuhi kondisi
Butterworth, karena tiangnya tumpang tindih, maka kurva untuk respons frekuensi
pada area passband sangat halus tanpa riak.
III.
III. Langkah Percobaan
1. Untuk menerapkan filter low pass pasif orde dua dengan R = 15kΩ dan C =
2.2 nF seperti yang ditunjukkan pada gambar 1-7 atau lihat gambar CE1-2 (a)
pada modul CET-17202B-01
2. Atur amplitudo 1 V, frekuensi gelombang sinus 700 Hz. Kemudian dengan
menggunakan osiloskop, amati pada port sinyal keluaran (HPF O / P) dan
catat hasil yang diukur pada tabel 1-5.
3. Amplitudo input tetap, ubah frekuensinya menjadi 50 Hz, 100 Hz, 500 Hz,
1KHz, 5KHz, 10KHz, 50KHz, 130KHz, 500KHz, 1MHz. Kemudian dengan
menggunakan osiloskop, amati pada output port sinyal (HPF O / P) dan catat
hasil yang diukur pada tabel 1-3.
4. Temukan penguatan voltase dari setiap frekuensi dan catat hasil
pengukurannya hasil pada tabel 2
5. Dari data pada tabel 2, buat sketsa dan beri label gain voltase dalam Bode plot
pada gambar 1-16.
6. Untuk menerapkan filter low pass pasif orde dua dengan R = 15kΩ dan C = 1
nF seperti yang ditunjukkan pada gambar 1-7 atau lihat gambar CE1-2 (a)
pada modul CET-17202B-01
7. Ulangi langkah 2 hingga langkah 5 dan catat hasil yang diukur pada tabel dan
gambar 1-17.
1. Untuk mengimplementasikan low pass filter pasif orde dua dengan R = 20Ω,
L = 470µH dan C = 470 nF seperti yang ditunjukkan pada gambar 1-11 atau
lihat gambar CE1-5 (a) pada modul CET-17202B-01
2. Atur amplitudo 1 V, frekuensi gelombang sinus 500 Hz. Kemudian dengan
menggunakan osiloskop, amati pada port sinyal keluaran (BPF O / P) dan
catat hasil yang diukur pada tabel 3.
3. Amplitudo input tetap, ubah frekuensinya menjadi 50 Hz, 100 Hz, 500 Hz,
1KHz, 5KHz, 10KHz, 50KHz, 130KHz, 500KHz, 1MHz. Kemudian dengan
menggunakan osiloskop, amati pada output port sinyal (BPF O / P) dan catat
hasil yang diukur pada tabel 3
4. Temukan penguatan voltase dari setiap frekuensi dan catat hasil
pengukurannya hasil pada tabel .
5. Dari data pada tabel 1-3, buat sketsa dan beri label gain voltase dalam Bode
plot pada gambar 1-18.
6. Untuk mengimplementasikan low pass filter pasif orde dua dengan R = 120Ω,
L = 250µH dan C = 10 nF seperti yang ditunjukkan pada gambar 1-11 atau
lihat gambar CE1-5 (a) pada modul CET-17202B-01
7. Ulangi langkah 2 hingga langkah 5 dan catat hasil yang diukur pada tabel 1-6
dan gambar 1-19
50 Hz 0.5 V 5 ms 2 Vpp
50 Hz 1V 2 µs Vpp
100 Hz 1V 1 ms Vpp
500Hz 0.5 V 1 ms Vpp
1KHz 50 mV 2 ms 1 Vpp
50 Hz 50 mV 5 ms 2 Vpp
100 Hz 50 mV 5 ms 2 Vpp
500Hz 50 mV 1 ms 2 Vpp
1KHz 50 mV 1 ms 2 Vpp
1 MHz 50 mV 5 µs Vpp