Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA LANJUT

LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala karena berkat, rahmat
dan karunia-Nya-lah, penulisan buku Petunjuk Praktikum Elektronika Lanjut dapat
terselesaikan dengan baik.
Buku Petunjuk Praktikum ini disusun untuk digunakan sebagai pedoman
praktikum Elektronika Lanjut bagi Mahasiswa Fisika. Materi-materi yang
diberikan dalam buku petunjuk praktikum ini meliputi materi op-amp tingkat lanjut
dan materi dasar rangkaian digital.
Adapun sebelum digunakan, Mahasiswa diharapkan membaca dengan
seksama, agar ketika dalam pelaksanaannya nantinya menjadi lebih siap, terutama
dalam hal penggunaan alat ukur listrik, dan pengetahuan datasheet komponen-
komponen yang digunakan.
Akhirnya Penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat dalam menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun sangat Penulis
harapkan demi penyerpurnaan buku ini di masa yang akan datang.

Mataram, September 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
MODUL 1
FILTER AKTIF ......................................................................................... 1
MODUL 2
RANGKAIAN PENYEARAH PRESISI ................................................... 9
MODUL 3
PEMECAH SANDI (DECODER) ............................................................. 13
MODUL 4
ADC DAN DAC ........................................................................................... 22

iii
MODUL 1
FILTER AKTIF

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter.
2. Memahami salah satu fungsi op-amp sebagai rangkaian filter aktif.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis filter aktif, diantaranya Low Pass Filter
(LPF), High Pass Filter (HPF), dan Band Pass Filter (BPF)

II. PERALATAN DAN BAHAN


1. Bread Board (1 buah)
2. Multimeter Digital (1 set)
3. Dual Power Supply (1 unit)
4. Kabel Jumper (6 buah)
5. Kabel Penghubung (3 buah)
6. Osiloskop (1 set)
7. Function Generator (1 set)
8. Resistor 1 k (1 buah), 1.2 k (1 buah), 22 k (2 buah)
9. Kapasitor 47 nF (1 buah), 22 nF (1 buah)
10. IC LM 741 (1 buah)

III. TEORI UMUM


Filter aktif RC adalah rangkaian pemilah frekuensi yang komponen-komponen
pasifnya terdiri dari tahanan (R), kapasitor (C) dan Op Amp sebagai komponen
aktifnya. Cara kerja filter secara umum adalah memakai karakteristik beban
impedansi sehingga beban impedansi tersebut bisa berubah sesuai dengan frekuensi
yang masuk.
Terdapat empat klasifikasi umum filter yaitu :
1. Low Pass Filter, Filter Elektronik yang melewatkan sinyal yang berfrekuensi
lebih rendah daripada frekeuensi cutoff, dan mengatenuasi sinyal yang diatas
frekuensi cut off.
2. High Pass Filter, Filter Elektronik yang melewatkan sinyal yang berfrekuensi
tinggi, dan mengatenuasi sinyal yang dibawah frekuensi cutoff.
3. Band Pass Filter, Filter Elektronik yang melewatkan sinyal diantara frekuensi
cut off, dan mengatenuasi sinyal selain diantara frekeunsi tersebut.
4. Band Reject Filter, Filter Elektronik yang meatenuasi sinyal diantara frekuensi
cut off, dan melewatkan sinyal selain diantara frekeunsi tersebut.

Jika melihat konfigurasi rangkaiannya, Filter aktif dapat dibagi menjadi beberapa
jenis:

1
1. Filter Butterworth, merupakan filter yang keluarannya dapat mengurangi
atenuasi, seiring dengan bertambahnya orde dari filter tersebut.
2. Filter Chebyshev, merupakan filter yang keluarannya dapat mengurangi ripple,
seiring dengan bertambahnya orde dari filter tersebut.
3. Filter Bassel, merupakan filter yang keluarannya dapat mengurangi perbedaan
fasa, seiring dengan bertambahnya orde dari filter tersebut.
4. Filter Sallen Key, merupakan filter aktif, yang digunakan untuk orde genap (n =
2,4,6,..) sehingga dapat langsung men:ghasilkan orde 2 (atau kelipatannya) dan
dapat menghemat pemakaian komponen lainnya.

A. Low Pass Filter Aktif

Prinsip kerja LPF aktif dan respon frekuensinya sama dengan cara kerja filter pasif,
perbedaanya hanya pada penggunaan komponen op-amp untuk penguatan dan
kendali gain (gain control) nya.
Low Pass Filter Amplification
VIN
+
R A VOUT
_

C
R2
R1

Gambar 1.1. Rangkaian LPF Aktif

Sebagai langkah awal, kita tentukan dulu nilai cut frekuensi (pada nilai frekuensi
berapa suatu sinyal mulai dilemahkan). Frekuensi cut off (fc) pada LPF seperti
gambar di atas dapat dirumuskan dengan :
1
fc =
2 RC
Kemudian kita mencari besar tegangan di rangkaian seri RC (V out RC), yang
dirumuskan dengan :

Nilai Vout RC ini yang kemudian akan dijadikan input bagi rangkaian non-inverting
amplifier. Selanjutnya kita mencari besar penguatan dari rangkaian non-inverting
amplifier yang dirumuskan dengan :

2
Seluruh rumus tadi setelah mengalami penurunan, maka akan didapatkan nilai Vout
(nilai tegangan setelah di tapis dan dikuatkan), yaitu :

Dimana :
AF = besar penguatan op-amp.
f = frekuensi dari sinyal input (Hz).
fc = frekuensi cut-off (Hz)

B. High Pass Filter Aktif

Prinsip kerja HPF aktif dan respon frekuensinya sama dengan cara kerja filter pasif,
perbedaannya hanya pada penggunaan komponen op-amp untuk penguatan dan
kendali gain (gain control) nya.
High Pass Filter Amplification
VIN
+
C A VOUT
_

R
R2
R1

Gambar 1.2. Rangkaian HPF Aktif

Sebagai langkah awal, kita tentukan dulu nilai cut frekuensi (pada nilai frekuensi
berapa suatu sinyal mulai dilemahkan). Frekuensi cut off (fc) pada HPF seperti
gambar di atas dapat dirumuskan dengan :
1
fc =
2 RC
Kemudian kita mencari besar tegangan di rangkaian seri RC (Vout RC), yang
dirumuskan dengan :

Nilai Vout RC ini yang kemudian akan dijadikan input bagi rangkaian non-inverting
amplifier. Selanjutnya kita mencari besar penguatan dari rangkaian non-inverting
amplifier yang dirumuskan dengan :

3
Seluruh rumus tadi setelah mengalami penurunan, maka akan didapatkan nilai Vout
(nilai tegangan setelah di tapis dan dikuatkan), yaitu :

Dimana :
AF = besar penguatan op-amp.
f = frekuensi dari sinyal input (Hz).
fc = frekuensi cut-off (Hz)

C. Band Pass Filter Aktif

Prinsip kerja BPF tidak jauh berbeda dengan prinsip kerja LPF dan HPF
sebelumnya. Sedikit perbedaan pada BPF ialah pada filter ini frekuensi yang
diloloskan terletak pada dua buah cut frekuensi, yaitu frekuensi lower (fL) dan
frekuensi higher (fH). Frekuensi yang dibawah nilai fL ataupun yang di atas fH akan
dilemahkan amplitudonya oleh filter jenis ini. Sebuah BPF aktif yang sederhana
dapat dibuat dengan mudah dengan cara mengkaskad (cascade) kan sebuah LPF
dengan sebuah HPF.
Low Pass Filter Amplification High Pass Filter
VIN
C2
+
R1 A VOUT
_

C1
R4 R2
R3

Gambar 1.3. Rangkaian BPF

Cara mencari frekuensi cut pada masing-masing filter (LPF dan HPF) nya sama
dengan mencari frekuensi cut pada teori LPF dan HPF. Frekuensi cut pada LPF kita
sebut dengan fL dan frekuensi cut pada HPF kita sebut dengan fH. Pada BPF terdapat
frekuensi resonansi (fR), yaitu titik dimana suatu nilai frekuensi paling tinggi nilai
amplitudonya. Dirumuskan dengan :

Dimana :
fR = Frekuensi resonansi (frekuensi tengah)
fL = Frekuensi cut LPF
fH = Frekuensi cut HPF
Semua filter, nilai gain-nya dapat dijadikan dalam satuan decibel (dB)

4
IV. Langkah Percobaan
A. Low Pass Filter Aktif
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.1
2. Hubungkan bagian input rangkaian dengan output Function Generator
menggunakan probe.
3. Hubungkan ch 1 osiloskop pada bagian input rangkaian dan ch 2 pada bagian
output rangkaian
4. Atur sinyal keluaran pada Function Generator sehingga nilai Vpp pada keluaran
tidak cacat/terpotong.
5. Ukur nilai tegangan keluaran dan catat pada Tabel 1.1 untuk beberapa nilai
frekuensi dibawah dan di atas fc (Hitung dulu fc)

Tabel 1.1. Data Hasil Percobaan Low Pass Filter Aktif


Dengan Vin = …, R = ……, C = ……, R1 = …….., R2 = …………..
Gain
No Frekuensi (Hz) Vout (V)
Vout/Vin dB
1
2
dst

B. High Pass Filter Aktif


1. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.2
2. Hubungkan bagian input dengan keluaran Function Generator
3. Hubungkan ch 1 osiloskop pada bagian input rangkaian dan ch 2 pada bagian
output rangkaian
4. Atur sinyal keluaran pada Function Generator sehingga nilai Vpp pada keluaran
tidak cacat/terpotong.
5. Ukur nilai tegangan keluaran dan catat pada Tabel 1.2 untuk beberapa nilai
frekuensi dibawah dan di atas fc (Hitung dulu fc)

Tabel 1.2. Data Hasil Percobaan High Pass Filter Aktif


Dengan Vin = …, R = ……, C = ……, R1 = …….., R2 = …………..
Gain
No Frekuensi (Hz) Vout (V)
Vout/Vin dB
1
2
dst

5
C. Band Pass Filter Aktif
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.3
2. Hubungkan bagian input dengan keluaran Function Generator
3. Hubungkan ch 1 osiloskop pada bagian input rangkaian dan ch 2 pada bagian
output rangkaian
4. Atur sinyal keluaran pada Function Generator sehingga nilai Vpp pada keluaran
tidak cacat/terpotong.
5. Ukur nilai tegangan keluaran dan catat pada Tabel 1.3 untuk beberapa nilai
frekuensi dibawah fL diantara fL dan fH dan di atas fH (Hitung dulu fL dan fH)

Tabel 1.3. Data Hasil Percobaan Band Pass Filter Aktif


Dengan Vin = …, R = ……, C = ……, R1 = ……, R2 = ….., R3 = …… R4 = …..
Gain
No Frekuensi (Hz) Vout (V)
Vout/Vin dB
1
2
dst

V. Analisa Data
A. Low Pass Filter Aktif

………………
Gambar Rangkaian Low Pass Filter Aktif

Prinsip Kerja : ……
Dari percobaan diketahui:
Vin = ………………. R2 = ……………
R1 = ……………….. R3 = …………..
C1 = …………….. R4 = …………..
C2 = …………….
Maka untuk nilai :
f = ……….. Hz
Vout = ……………V
1
fc perhitungan = = …………. Hz
2 RC
 
 AF 
A perhitungan = 20 log   = ……………. dB
 1+ ( f fc )
2

6
Tabel 1.1. Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan LPF Aktif
Gain
No Frekuensi (Hz)
Pengukuran (dB) Perhitungan (dB)
1
2
dst

…….
Grafik 1.1. Respon Frekuensi Rangkaian LPF Aktif

B. High Pass Filter Aktif

……………
Gambar Rangkaian High Pass Filter Aktif
Prinsip Kerja : ……
Dari percobaan diketahui:
Vin = ………………. R1 = ……………
R = ……………….. R2 = …………..
C = ……………..
Maka untuk nilai :
f = ……….. Hz
Vout = ……………V
1
fc perhitungan = = …………. Hz
2 RC
 A (f f ) 
 F c 
A perhitungan = 20 log   = ……………. dB
 1+ ( f fc )
2

Tabel 1.2. Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan HPF Aktif
Gain
No Frekuensi (Hz)
Pengukuran (dB) Perhitungan (dB)
1
2
dst

…………..
Grafik 1.2. Respon Frekuensi Rangkaian HPF Aktif

7
C. Band Pass Filter Aktif

…….
Gambar Rangkaian Band Pass Filter Aktif

Prinsip Kerja : ……
Dari percobaan diketahui:
Vin = ………………. R1 = ……………
R = ……………….. R2 = …………..
C = ……………..
Maka untuk nilai :
f = ……….. Hz
Vout = ……………V
1
fL perhitungan = = …………. Hz
2 RC
1
fH perhitungan = = …………. Hz
2 RC
fr perhitungan = f L  f H = …………. Hz

 
 AF 
A perhitungan = 20 log   = ……………. dB
 1+ ( f fc )
2

Tabel 1.3. Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan BPF Aktif


Gain
No Frekuensi (Hz)
Pengukuran (dB) Perhitungan (dB)
1
2
dst

……..

Grafik 1.3. Respon Frekuensi Rangkaian BPF Aktif

VI. Kesimpulan

8
MODUL 2
RANGKAIAN PENYEARAH PRESISI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu mengoperasikan op amp sebagai penyearah presisi setengah
gelombang dan gelombang penuh.
2. Mampu menganalisis rangkaian op amp sebagai penyearah presisi setengah
gelombang dan gelombang penuh.

II. PERALATAN DAN BAHAN


1. Bread Board (1 buah)
2. Multimeter Digital (1 set)
3. Dual power supply (1 unit)
4. Kabel Jumper (10 buah)
5. Kabel penghubung (3 buah)
6. Osiloskop (1 set)
7. Function Generator (1 set)
8. Resistor 1 k (6 buah), 5 k (1 buah), 10 k (2 buah)
9. Variabel resistor 1 k (1 buah)
10. Dioda IN4002 (2 buah)
11. IC LM 741 (2 buah)

III. LANGKAH PERCOBAAN


A. Rangkaian Penyearah Presisi Setengah Gelombang
1 Buat rangkaian penyearah presisi setengah gelombang seperti gambar di
bawah
R2

D1
R1
VIN - D2
VOUT
+

R2

2 Setting keluaran function generator sebesar 500 mVpp dengan frekuensi 100
Hz.
3 Hubungkan output function generator ke bagian input rangkaian menggunakan
probe signal generator.
4 Hubungkan probe osiloskop pada bagian input dan output rangkaian Penyearah
presisi setengah gelombang

9
5 Hubungkan power supply dengan bagian Vcc+ dan Vcc- op amp menggunakan
kabel penghubung.
6 Amati bentuk masukan dan keluaran gelombang menggunakan osiloskop
7 Ukur nilai frekuensi dan Vpp-nya menggunakan osiloskop
8 Catat hasil pengamatan dan pengukuran pada Tabel 2.1
9 Ubah arah pemasangan dioda D1 dan D2
10 Ubah nilai R1 dan R2 dengan nilai lainnya kemudian ulangi langkah 2 - 10

Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Penyearah Presisisi Setengah Gelombang


Vin = ………………. fin = …………..
Vout
R1 R2 fout
Osiloskop Multimeter
10K 10K
5K 10K

Channel 1
Volt/div = …….
Time/div = ……

Channel 2
Volt/div = …….
Time/div = ……

Gambar Bentuk Masukan dan Keluaran Gelombang

B. Rangkaian Penyearah Presisi Gelombang Penuh


1 Buat rangkaian penyearah presisi setengah gelombang seperti gambar di bawah
R2

D1 R6

R1
VIN - D2 R4

+ - VOUT
+
R3
R7
R5

10
2 Gunakan Resistor R1=R2=R3=R5=R6=R7 = 1 K, 1 k (Variabel resistor)
3 Setting keluaran function generator 1Vpp dengan frekuensi 100 Hz
4 Hubungkan output function generator ke bagian input rangkaian menggunakan
probe signal generator.
5 Hubungkan probe osiloskop pada bagian input dan output rangkaian Penyearah
presisi gelombang penuh.
6 Hubungkan power supply dengan bagian Vcc+ dan Vcc- op amp menggunakan
kabel penghubung.
7 Amati bentuk masukan dan keluaran gelombang menggunakan osiloskop
8 Ukur nilai frekuensi dan Vpp-nya menggunakan osiloskop
9 Ukur tegangan keluaran menggunakan multimeter
Channel 1
Volt/div = …….
Time/div = ……

Channel 2
Volt/div = …….
Time/div = ……

Gambar Bentuk Masukan dan Keluaran Gelombang


Vpp in = ………………. fin = …………
Vout = ……………….. fout = ………...
10 Ubah arah pemasangan D1 dan D2 kemudian ulangi langkah 2 – 8
Channel 1
Volt/div = …….
Time/div = ……

Channel 2
Volt/div = …….
Time/div = ……

Gambar Bentuk Masukan dan Keluaran Gelombang

11
Vpp in = ………………. fin = …………
Vout = ……………….. fout = ………...

IV. Analisa Data


A. Percobaan Penyearah Presisi Setengah Gelombang Penuh

Gambar Rangkaian Penyearah Presisi Setengah Gelombang

Prinsip Kerja:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Perhitungan data hasil percobaan
Untuk data percobaan
R1 = ...........
R2 = ...........

B. Percobaan Penyearah Presisi Gelombang Penuh

Gambar Rangkaian Penyearah Presisi Gelombang Penuh

Prinsip Kerja:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Perhitungan data hasil percobaan


Untuk data percobaan
R1 = ........... R2 = ...........
R3 = ........... R4 = ...........
R5 = ........... R6 = ...........
R7 = ...........

V. Kesimpulan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

12
MODUL 3
PEMECAH SANDI (DECODER)

I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami operasi rangkaian logika untuk memecah sandi
bilangan desimal.
2. Memahami cara menampilkan data menggunakan peraga seven segment
3. Mengenal dan memahami cara kerja suatu IC pemecah sandi BCD ke seven
segment.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Power Supply (1 unit)
2. Breadboard (1 buah)
3. Data Switches (1 buah)
4. Kabel penghubung (8 buah)
5. Kabel jumper (20 buah)
6. Resistor 330  (8 buah), 1 k (1 buah), 10 k (2 buah)
7. Kapasitor 47 F (1 buah), 10 nF (1 buah)
8. LED (8 buah)
9. Seven segment common Anode (1 buah)
10. Saklar Preset (1 buah)
11. IC SN7447 (1 buah), IC SN7490 (1 buah), IC NE555

III. TEORI DASAR


Pemecah Sandi (Decoder) merupakan suatu rangkaian logika terintegrasi yang
berfungsi untuk menampilkan kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat
ditanggapi secara visual. Sesuai dengan ragam cara penyandian, maka dapat
dijumpai beragam tipe dekoder, yang salah satu diantaranya dekoder BCD ke dasan.
Dekoder yang akan dipelajari dalam percobaan ini mempunyai 4 saluran masukan,
dan 7 saluran keluaran. Sinyal keluaran 0 dari dekoder ini akan mengaktifkan
(menyalakan) salah satu ruas LED pada peraga seven segment (gambar 5.1).

Gambar 5.1. Pemecah Sandi (decoder) BCD ke seven segment


Untuk menyatakan bilangan desimal dalam peraga seven segment, maka tabel
kebenarannya ditunjukkan pada tabel 2.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat
ditentukan fungsi logika dari masing-masing ruas. Pada percobaan ini, fungsi
tersebut dikembangkan sehingga hanya diperlukan gerbang AND, OR, dan NOR
masing-masing satu IC untuk menyusun rangkaian logika tiap ruas.

13
Tabel 5.1. Tabel kebenaran decoder 4 bit ke seven segment

Proses pengkodean data BCD menjadi tampilan angka desimal dilakukan secara
terpisah untuk tiap ruas/segment (ruas a- ruas g). Untuk membangun sebuah dekoder
7 segment dari data tabel kebenaran diatas, langkah pertama adalah menentukan
persamaan yang dapat mewakili fungsi dekoder tiap ruas. Setelah itu dapat dibuat
rangkaian decoder untuk tiap ruas menggunakan rangkaian digital dari gerbang
logika dasar.

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas A

Sehingga rangkaian dekoder untuk ruas A dapat dibuat sebagai berikut.

14
Gambar 5.2. Rangkaian decoder untuk ruas A

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas B

Sehingga rangkaian dekoder untuk ruas B dapat dibuat sebagai berikut.

Gambar 5.3. Rangkaian decoder untuk ruas B

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas C

Sehingga rangkaian dekoder untuk ruas C adalah sebagai berikut.

Gambar 5.4. Rangkaian decoder untuk ruas C

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas D

15
Sehingga rangkaian dekoder untuk ruas D adalah sebagai berikut.

Gambar 5.5. Rangkaian decoder untuk ruas D

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas E

Sehingga rangkaian dekoder 7 segment untuk ruas E sebagai berikut.

Gambar 5.6. Rangkaian decoder untuk ruas E

Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas F

Sehingga rangkaian dekoder 7 segment untuk ruas F sebagai berikut.

Gambar 5.7. Rangkaian decoder untuk ruas F

16
Dekoder BCD Ke 7 Segmen Ruas G

Sehingga rangkaian dekoder 7 segment untuk ruas G sebagai berikut.

Gambar 5.8. Rangkaian decoder untuk ruas G

Gambar 5.2 sampai gambar 5.8 merupakan prinsip kerja dari IC TTL 7447. Ini
berarti kehadiran IC tersebut telah menyederhanakan kerumitan rangkaian,
sehingga berpuluh IC dapat digantikan dalam satu untai. Skema pin IC TTL 7447
dinyatakan dalam gambar 5.9 berikut ini:

Gambar 5.9. Pinout IC 7447

IC 7447 biasanya digunakan untuk menampilkan data dari IC pencacah yang


kemudian ditampilkan pada seven segment. IC 7490 merupakan suatu pencacah
sepuluh yang akan mencacah maju dari 0 sampai 9. Kecepatan cacahan pada IC 7490
bergantung kepada frekuensi clock yang digunakan.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Percobaan Pertama
1. Pasangkan IC 7447 pada breadboard dan hubungkan pin 16 pada Vcc dan
pin 8 pada ground.
2. Hubungkan pin 6, 2, 1, dan 7 pada saklar masukan (masukan D, C, B, dan
A).
3. Hubungkan pin-pin 13, 12, 11, 10, 9, 15 dan 14 secara berurut pada LED
peraga dengan nama sinyal keluaran berturut-turut a, b, c, d, e, f, dan g.

17
4. Mintalah pembimbing praktikum memeriksa rangkaian yang telah disusun.
5. Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya dan variasikan nilai
masukan. Catat hasil pengamatan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil percobaan pertama

6. Mintalah pembimbing praktikum memeriksa data hasil pengamatan. Jika


data sudah benar matikan catu dayanya.

b. Percobaan kedua

Gambar 5.10. Rangkaian percobaan kedua

1. Pasangkan sebuah seven segment common anoda pada breadboard dan


hubungkan pin commonnya pada Vcc.
2. Pindahkan kabel-kabel keluaran dari LED peraga ke pin-pin seven segment
sesuai urutannya a, b, c, d, e, f, dan g.
3. Hidupkan catu daya dan variasikan nilai masukan DCBA secara terurut dari
0000 sampai dengan 1001, kemudian gambarkan hasil pengamatan ke
dalam bagan peraga seven segment di bawah.

18
4. Mintalah pembimbing praktikum memeriksa data hasil pengamatan. Jika
data sudah benar, matikan catu dayanya.

c. Percobaan Ketiga

Gambar 5.11. Rangkaian untuk percobaan ketiga

1. Pasangkan IC 7490 pada breadboard. Hubungkan pin 5 pada Vcc dan pin
10 pada ground. Seperti pada gambar 5.11.
2. Hubungkan pin QD (11), QC (8), QB (9) dan QA (12) dari IC 7490 berturut-
turut dengan pin D (6), C (2), B (1) dan A (7) pada IC 7447. (lepaskan
sambungan pin D, C, B dan A dari saklar masukan).
3. Hubungkan pin 1 dan pin 12.
4. Hubungkan pin 2, 3, 6 dan 7 pada ground..
5. Hubungkan clock CKA (pin 14) pada saklar masukan, seperti gambar 5.11
6. Mintalah pembimbing praktikum memeriksa rangkaian yang telah disusun.
Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu dayanya.
7. Ubah-ubahlah nilai CKA dan amati tampilan seven segment.
8. Jika pengamatan sudah selesai, mintalah pembimbing praktikum memeriksa
hasil pengamatan. Jika data sudah benar, matikan catu daya.

19
Hasil pengamatan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
d. Percobaan Keempat
1. Buat rangkaian multivibrator seperti gambar berikut. Gunakan nilai
R1=R2=10 k, C=47 F

Gambar 5.12. Rangkaian untuk percobaan keempat

2. Lepaslah pin clock IC 7490 dari saklar masukan dan hubungkan pada
terminal output IC NE555. Hidupkan catu daya dan amati tampilan seven
segment.

Hasil pengamatan:

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

V. KESIMPULAN

20
PINOUT IC

21
MODUL 4
ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DAN
DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC)

I. TUJUAN
1. Menjelaskan proses konversi 8 bit analog ke digital dengan IC ADC0804.
2. Menghitung laju perubahan ADC pada rangkaian percobaan.
3. Menjelaskan proses konversi 8 bit digital ke analog dengan IC DAC0808.

II. ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:
1. Analog Digital Trainer 8/16 Bit (1 unit)
2. Osiloskop (1 set)
3. Multimeter digital (1 set)
4. Kabel Jumper (20 buah)
5. Resistor 10 k (2 buah), 5K1 (4 buah)
6. Kapasitor 100 pF (1 buah), 100 nF (1 buah)
7. Variabel Resistor 5 K (1 buah)
8. Switch (1 buah)
9. IC LM741 (1 buah), IC ADC0804 (1 buah), IC DAC0808 (1 buah)

III. TEORI DASAR

A. Analog-to-Digital Converter (ADC)


Analog-to-Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk
mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital. Jenis ADC yang
biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis Successive Approximation
Convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi
jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal
yang akan diubah. Gambar 5.1 memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.

Gambar 5.1. Blok diagram ADC

22
Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset
kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan.
Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock,
dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register
SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal
selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan
data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, output
digital tetap tersimpan sekalipun akan dimulai siklus konversi yang baru. IC ADC
0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC
jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai
dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat
suatu masukan tegangan.

Gambar 6.2. Konfigurasi pin IC ADC0804


IC ADC 0804 mempunyai dua input analog, Vin(+) dan Vin(-). ADC 0804
menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan
input analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah
SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan persamaan berikut:
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 5 𝑉
𝑅𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 = = = 19,6 𝑚𝑉
2𝑛 − 1 255
Dimana n jumlah bit output biner IC analog-to-digital converter.
IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan dengan
menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK R/CLK OUT dan
CLK IN serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital.
Frekuensi clock yang diperoleh sama dengan :
0,91
𝑓=
𝑅𝐶

B. Digital-to-Analog Converter (DAC)


Komputer memerlukan suatu penghubung (interface) yang dinamakan DAC
(Digital-to-Analog Converter). IC DAC0808 rangkaian internalnya
menggunakan metode tangga R-2R. Cara kerja metode tangga R-2R dapat

23
dipelajari dengan memperlihatkan konverter 2 bit saja seperti yang diperlihatkan
lalu menggunakan Hukum Ohm. Manfaat metode tangga R-2R ini:

• Hanya 2 resistor yang dipakai.


• Dapat diperluas dengan mudah sampai sebanyak yang diinginkan.
• Harga mutlak resistor tidak penting, hanya perbandingannnya saja yang
harus tepat.
• Dapat dengan mudah dipabrikasi dalam bentuk IC.

IC DAC 0808, pena 4 merupakan arus yang besarnya tergantung pada nilai A7
sampai A0 dan arus referensi. Arus referensi biasanya diatur 2 mA (Vref/R14).
Arus keluaran pada pena 4 dihubungkan ke rangkaian penguat pembalik yang
akan mempunyai tegangan keluaran sebesar:
𝑉0 = 𝐼0 × 𝑅0
Sehingga DAC 8 bit akan mempunyai rumus:
𝑉𝑟𝑒𝑓 𝐴7 𝐴6 𝐴5 𝐴4 𝐴3 𝐴2 𝐴1 𝐴0
𝑉0 = 𝐼0 × 𝑅0 = ( ) × 𝑅0 ( + + + + + + + )
𝑅14 2 4 8 16 32 64 128 256

Sehingga untuk arus referensi 2 mA, 𝑅0 = 5000 𝑜ℎ𝑚, data masukan 1000 0000
didapat: 𝑉0 = 5 𝑣𝑜𝑙𝑡
Resolusi dapat ditulis:
1 1 1
Resolusi: 2 𝑛 − 1, DAC 8 bit didapat, resolusi= 28 − 1 = 255

Semakin besar digit suatu DAC resolusi semakin kecil, dan akan membuat DAC
semakin baik. Tegangan skala penuh ditentukan oleh nilai arus referensi dan
resistor umpan balik op-amp. Biasanya mempunyai nilai +5V, +10V, +15V
tergantung pada aplikasi yang diinginkan. Tetapi harus diingat bahwa tegangan
maksimum yang sebenarnya selalu 1 LSB lebih kecil dari tegangan keluaran
skala penuh.

Gambar 6.3 Konfigurasi Pin IC DAC0808

24
IV. Rangkaian Percobaan
1) Analog-to-Digital Converter (ADC)
BINARY OUTPUT
5V 128 64 32 16 8 4 2 1

20
6 11
10 K
12
DVM V 13

ADC 0804
14
7
3 15
16
19
17
18
10 K
4 3
8 10 1 2
150 pF

N.O. Start

Gambar 5.4. Rangkaian ADC0804 8 bit.

2) Digital-to-Analog Converter (DAC)

Gambar 6.5. Rangkaian DAC0808 8 bit.

V. PROSEDUR PERCOBAAN

A) Analog-to-Digital Converter (ADC)


1. Siapkan peralatan analog digital trainer seperti pada gambar berikut.

25
2. Hubungkan ke sumber AC 220 Volt/50 Hz.
3. Hubungkan kabel penghubung seperti pada gambar rangkaian percobaan.
4. Hubungkan sumber (Vcc, Gnd) ke IC ADC0804.
5. Hubungkan tegangan input 5 volt ke sumber dc pada modul dasar. Atur
Variabel resistor pada posisi tegangan 0V.
6. Hubungkan 8 bit keluaran digital pada logic indikator, perhatikan MSB pada
bagian paling kiri.
7. Aktifkan sumber daya.
8. Atur masukan DC dengan memutar resistor variabel secara perlahan, agar
lebih akurat gunakan multimeter digital untuk mengukur masukan sinyal
analog ke ADC0804.
9. Tekan tombol penekan satu kali untuk memulai proses konversi.
10. Putarlah potensiometer pada tegangan masukan, amati perubahan masukan
dengan multimeter digital dan keluaran digitalnya.
11. Lakukan pengamatan dan catat hasil output digital pada tabel.

Tabel 6.1 Pengamatan ADC 8 bit.


INPUT OUTPUT
Analog Digital
Vin
DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
(V)
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0

26
12. Tentukan laju konversi dari ADC dengan menggunakan osiloskop.
13. Non-aktifkan sumber, hubungkan osiloskop dari pin 3 ke ground pada ADC.
14. Nyalakan sumber, tekan ‘tombol mulai’ untuk memulai proses konversi.
15. Ukurlah waktu periode dari satu kali konversi A/D melalui osiloskop.
1
16. Hitung laju konversi dengan 𝑓 = 𝑇.
17. Non-aktifkan semua saklar bila percobaan telah selesai.

B) Digital-to-Analog Converter (DAC)


1. Siapkan peralatan analog digital trainer.

2. Hubungkan ke sumber AC 220 Volt/50 Hz.


3. Hubungkan kabel penghubung seperti pada gambar rangkaian percobaan.
4. Hubungkan sumber (Vcc=+5V, Vee= -15V, V Ref (+) = 0 – 10 V, V ref (-) 5K
ke Gnd dan pena 2 ke GND) pada IC DAC0808.
5. Hubungkan keluaran analognya ke rangkaian op-amp.
6. Hubungkan masukan digital DAC yakni A7-A0 ke saklar data pada modul
dasar (S7-S0). Perhatikan letak MSB dan LSB.
7. Hubungkan keluaran dari op-amp ke multimeter digital
8. Aktifkan sumber daya
9. Masukkan hasil pengamatan sesuai dengan masukan digital yang diberikan
pada tabel berikut:

Tabel 6.2. Pengamatan DAC 8 bit.


Input Output
Bilangan Biner Analog Penguatan Av=Vout/Vin
8S 4S 2S 1S Tegangan yang terukur
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0

27
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1

10. Tentukan laju pengubahan DAC dengan menggunakan osiloskop.


11. Matikan sebentar, hubungkan osiloskop pada pena 6 dari IC 741 ke pena pada
IC DAC0808.
12. Lakukan pengamatan dan ukur kondisi ini.
13. Bila telah selesai praktikum pastikan semua saklar dalam keadaan off.

28

Anda mungkin juga menyukai