Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK LOW PASS FILTER (LPF)

Laboratorium Antenna

Nama Anggota Kelompok :


Rahadian Maulidani 1513310
Rahmah Handayani 1513310
Rina Maulida Ningsih 151331060
Rizka Putri Sundari 151331061

Kelas : 3B2

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
1. Judul : Karakteristik Low Pass Filter

2. Tujuan : Mengukur karakteristik Low Pass Filter seperti Insertion Loss ,


Tegangan Ripple , Shape Factor , dan Return Loss
3. Dasar Teori

Low Pass Filter (LPF) atau Filter Lolos Bawah adalah filter yang hanya melewatkan

sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc) dan akan melemahkan

sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc). Pada filter LPF yang ideal

sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off (fc) tidak akan dilewatkan sama sekali

(tegangan output = 0 volt. Fungsi utama dari low pass filter adalah meneruskan sinyal input

frekuensi atau frekuensi cut off pada bagian bawah , yang dimaksud frekuensi cut off adalah

frekuensi yang keluaran amplitudonya turun mencapai 70% atau sekitar -3dB terhadap

amplitudo masukan. Adapun Grafik respon frequency Low Pass Filter sebagai berikut :

Gambar 1 Kurva karakteristik LPF

Ripple adalah ukuran kerataan passband rangkaian resonansi yang diekspresikan dalam dB.
Secara fisik, diukur pada karakteristik respon sebagai perbedaan antara redaman maksimum
dan redaman minimum dalam passband.
Gambar 2 Grafik Ripple pada Passband
Terdapat dua respon frekuensi di daerah frekuensi passband. Ada yang datar (flat) dan
ada pula yang memiliki ripple. Respon frekuensi filter yang flat di daerah frekuensi pass-band
nya dihasilkan oleh jenis filter butterworth, sedangkan yang memiliki ripple dihasilkan oleh
jenis filter chebyshev dan Bessel.

Insertion Loss (IL). Kapan saja komponen dimasukkan antara generator dan bebannya, beberapa
sinyal dari generator diserap oleh komponen yang disebabkan kehilangan resistif inherent-nya.
Jadi, tidak semua sinyal yang ditransmisikan ditransfer ke beban saat beban dihubungkan secara
langsung dengan generator. Redaman yang dihasilkan disebut insertion loss yang diukur dalam
dB dan merupakan karakteristik yang sangat penting dari rangkaian resonansi. IL merupakan
efek langsung yang lain dari komponen yang disisipkan antara generator dengan beban.

Shape factor (SF) pada rangkaian resonansi didefinisikan sebagai perbandingan bandwidth 40 dB
terhadap bandwidth 3 dB dari rangkaian resonansi. Frekuensi cutoff adalah frekuensi sinyal dimana
pada frekuensi tersebut daya sinyal turun menjadi setengah dari daya sinyal pada passband, atau
3 dB dari daya pada passband. Antara passband dengan stopband ada daerah transisi. Bandwidth
filter ini ditentukan dari nol hingga fc. Bandwidth ini disebut bandwidth 3 dB (redaman kecil).
Bandwidth pada redaman 40 dB disebut bandwidth 40 dB (redaman besar). Perbandingan antara
bandwidth 40 dB dan bandwidth 3 dB inilah yang disebut shape factor. Shape Factor dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:

Return loss adalah hilangnya daya di sinyal pantulan atau tercermin diskontinuitas dalam
saluran transmisi atau serat optik. Diskontinuitas ini bisa menjadi ketidakcocokan dengan
beban terminating atau dengan perangkat yang dimasukkan ke dalam jalur. Hal ini biasanya
dinyatakan sebagai rasio dalam desibel (dB). Pada percobaan ini, pengukuran nilai return loss
adalah dengan cara membandingkan daya incident dengan daya reflected.

4. Alat dan Komponen yang digunakan :


a. Single directional coupler
b. HP 8602C SWEEP OSCILATOR (0.01-2.4GHZ)
c. HP 8756A SCALAR NETWORK ANALYZER HEWLET PACKARD
d. Filter 100MHz
e. Terminasi 50
f. Connector dan kabel N to BNC dan Connector kabel N to N
g. Frequency Counter

5. Setup Rangkaian

Gambar 3 Setup Kalibrasi

Gambar 4 Setup Pengukuran Filter


6. Langkah Percobaan

a. Kalibrasi
1. Set Sweep Generator dengan skala frekuensi 0-600MHz , dengan level daya 0 dB.
2. Susun peralatan sesuai dengan gambar 3
3. Tampilkan tiga titik pada layar Scalar Network Analyzer yang mewakili start marker, cw
marker dan stop marker.
4. Pastikan pada layar SNA, cursor membaca level daya sebesar 0dB. Jika tidak bernilai 0dB,
maka perlu diatur referensi offset agar nilai menjadi 0dB dengan cara menambah atau
mengurangi dengan nilai yang sama.
5. Ulangi langkah diatas untuk RF detector R

b. Pengukuran Insertion Loss , Tegangan Ripple dan Shape Factor


1. Susun peralatan seperti pada gambar 4
2. Lihat respon frekuensi pada scalar network analyzer
3. Posisikan cursor sehingga menunjukan pada level -3dB (freq cut off) dan catat frekuensi
yang terukur.
4. Posisikan cursor sehingga menunjukan pada level -40 dB dan catat frekuensi yang terukur
5. Lakukan perhitungan SF dengan rumus :

6. Perbesar skala display sehingga akan terlihat ripple dari respon frekuensi
7. Posisikan cursor sehingga menunjukan level minimum pada ripple. Catat level daya
minimum tersebut.
8. Posisikan cursor pada grafik yang menunjukan ripple maksimum. Kemudian hitung nilai
ripple dengan rumus sebagai berikut:
Ripple = Ripple max ripple min
c. Pengukuran Return Loss
7. Hasil Pengukuran dan Analisa

Gambar 5 Hasil pengukuran saat -3dB

Hasil pengukuran :
Fc -3dB = 127 MHz Ripple min = 0.51 dB
F -40dB = 161 MHz Ripple max = 0.24 dB
Hasil Perhitungan :
- SF = Bw 40dB / Bw 3dB
SF = 161 MHz / 127 MHz
SF = 1.267
Jadi , SF < 2
- Ripple = Pmax Pmin - Insertion Loss (IL) = 0 Pmin
Ripple = -0.24 dB + 0.51 dB Insertion Loss (IL) = 0 (-0.51dB)
Ripple = 0.27 dB Insertion Loss (IL) = 0.51 dB
Analisa :
Pada praktikum kali ini , kami melakukan pengukuran karakteristik Low Pass Filter
dengan frekuensi kerja 100MHz dan berdasarkan hasil pengukuran , terlihat frekuensi
cutoff sebesar 127 MHz yang dimana ini berarti filter dapat melewatkan sinyal dibawah
127MHz dan ketika sinyal diatas frekuensi tersebut tidak akan dilewatkan (tegangan = 0)
atau disebut pelemahan sinyal dengan kata lain filter yang kami amati masih berkualitas
baik kemudian kami mengukur frekuensi rejection dengan menunjuk cursor pada level
daya -40dBm dan didapat nilai sebesar161 MHz setelah mendapatkan kedua frekuensi tsb
maka kami dapat menghitung Shape Factor (SF) yang bernilai 1.267 dan berdasarkan teori
jika SF < 2 berarti kemiringan daerah transisi tidak terlalu miring dan filter berfungsi
dengan baik karena jika SF > 2 itu berarti akan mengurangi bandwidth.

Selanjutnya pada daerah passband kurva yang kami amati memiliki ripple , lalu
kami mengukur ripple minimum sebesar -0.51 dB dan ripple maksimum sebesar -0.24 dB
maka kami dapat menghitung Insertion Loss dengan nilai 0.27 dB dan besarnya faktor
ripple = 0.27 dB hasil ini menambah parameter bahwa filter bekerja dengan baik karena
semakin kecil faktor ripple semakin baik pula komponen / rangkaian

Terakhir kami melakukan pengukuran Return Loss

8. Kesimpulan

- Parameter terpenting sebuah filter yaitu Shape Factor , dimana nilai ini menunjukan
kemirigan daerah transisi, dimana filter yang ideal yaitu memiliki nilai SF = 1
- Parameter terpenting kedua adalah frekuensi cutoff sebuah filter yaitu frekuensi yang
menentukan sinyal tertentu yang dapat dilewatkan oleh filter
- Ripple suatu filter harus sekecil mungkin

-
9. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai