Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

Percobaan No. 3

Pengukuran Karakteristik Low Pass Filter

Oleh:

Kelompok V/Kelas 3A

1. Ines Sastre Umayya/171331018


2. Ita Marlianti Dewi/171331019
3. M. Azam Gresa Mahendra/171331020
4. Melissa Dwi Resky/171331021

Tanggal Percobaan: 23/09/2019


Tanggal pengumpulan laporan: 30/09/2019

PRODI TELEKOMUNIKASI – TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
SEPTEMBER 2019
1. Percobaan No. :3
2. Judul : Pengukuran Karakteristik Low Pass Filter
3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
- Memahami Karakteristik LPF
- Mengukur Respon Frekuensi
- Mengetahui Shape Factor
- Mengukur Return Loss
- Mengukur Flatness dan Ripple

4. Teori Pendahuluan

Low Pass Filter atau sering disingkat dengan LPF adalah Filter atau Penyaring yang
melewatkan sinyal frekuensi rendah dan menghambat atau memblokir sinyal Frekuensi tinggi.
Dengan kata lain, LPF akan menyaring sinyal frekuensi tinggi dan meneruskan sinyal frekuensi
rendah yang diinginkannya. Sinyal yang dimaksud ini dapat berupa sinyal listrik seperti sinyal
audio atau sinyal perubahan tegangan. LPF yang ideal adalah LPF yang sama sekali tidak
melewatkan sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off (fc) atau tegangan OUPUT pada sinyal
frekuensi diatas frekuensi cut-off sama dengan 0V. Dalam bahasa Indonesia, Low Pass Filter ini
sering disebut dengan Penyaring Lolos Bawah atau Tapis Pelewat Rendah.
Penyaring Lolos Bawah atau Low Pass Filter ini dapat dibuat dengan menggunakan
beberapa macam komponen pasif seperti Resistor dan Kapasitor atau Induktor. Low Pass Filter
yang dibuat dengan Resistor dan Kapasitor disebut dengan Low Pass RC Filter sedangkan Low
Pass Filter yang dibuat dengan Resistor dan Induktor disebut dengan Low Pass RL Filter. Filter
yang hanya menggunakan komponen pasif ini sering disebut dengan Filter Pasif, Filter Pasif ini
tidak memiliki elemen penguat seperti Transistor dan Op-Amp sehingga tidak memiliki perolehan
penguatan sinyal, oleh karena itu tingkat OUTPUT-nya selalu kurang dari tingkat INPUT-nya

1. Low Pass Filter RC


Dengan rangkaian Low Pass RC Filter diatas, Kapasitor yang merupakan perangkat reaktif ini
akan menawarkan resistansi yang berbeda terhadap sinyal frekuensi yang berbeda yang masuk
melaluinya. Resistansi pada Kapasitor akan sangat tinggi apabila dilewati oleh sinyal frekuensi
rendah atau DC dan resistansi akan menjadi rendah apabila dilewati oleh sinyal frekuensi tinggi.
Dengan demikian, Kapasitor akan memblokir sinyal frekuensi rendah atau sinyal DC sehingga
sinyal tersebut harus melewati atau diteruskan ke jalur alternatif yang ditunjukan oleh arah
panah pada gambar diatas. Sedangkan sinyal frekuensi tinggi akan melewati Kapasitor karena
kapasitor menawarkan resistansi yang rendah bagi sinyal frekuensi tinggi tersebut.

2. Low Pass Filter RL

Cara kerja rangkaian Low Pass RL Filter diatas berdasarkan prinsip Reaktansi Induktif.
Reaktansi Induktif adalah resistansi atau impedansi Induktor yang berubah berdasarkan sinyal
frekuensi yang melewatinya. Tidak seperti Resistor yang merupakan perangkat non-reaktif,
Induktor menawarkan Impedansi yang berbeda untuk sinyal frekuensi yang berbeda, seperti
halnya kapasitor. Namun resistansi yang dihasilkan oleh Induktor ini merupakan kebalikan dari
Kapasitor, Resistansi Induktor akan menjadi sangat tinggi apabila dilewati sinyal frekuensi
tinggi dan sebaliknya akan menjadi rendah apabila dilewati frekuensi rendah. Oleh karena itu,
penempatan Induktor di rangkaian berbeda dengan penempatan Kapasitor pada rangkaian RC
Filter.
Berdasarkan karakteristik ini, rangkaian RL (Resistor Induktor) diatas dapat berfungsi secara
efektif sebagai Penyaring Lolos Bawah atau Low Pass Filter yang memblokir sinyal frekuensi
tinggi dan memungkinkan sinyal frekuensi rendah melewatinya tanpa hambatan.

Parameter Pengukuran Low Pass Filter


Insertion Loss
Kapan pun komponen atau sekumpulan komponen disisipkan antara generator dan
muatannya,beberapa sinyal dari generator diserap masuk ke dalam komponen tersebut
karena kerugian resistifnya. Jadi, sinyal yang ditransmisikan tidak semuanya sampai ke
beban seperti saat beban terhubung langsung ke generator. (Diasumsikan di sini bahwa
tidak ada fungsi matching impedance yang dilakukan.) Hasil dari Atenuasi itu disebut
insertion loss dan itu adalah sebuah karakteristik dari rangkaian resonan yang sangat
penting. Biasanya dinyatakan dalam desibel (dB).

Ripple
Ripple adalah ukuran kerataan dari passband sebuah rangkaian resonan dan juga
dinyatakan dalam desibel. Secara fisik, itu diukur pada karakteristik responnya sebagai
selisih antara maksimal atenuasi pada passband dan atenuasi minimum di passband.

Shape Factor
Shape factor dari sebuah rangkaian resonan biasanya didefinisikan sebagai rasio
bandwidth 60-dB ke bandwidth 3-dB dari rangkaian resonan. Jadi, jika bandwidth 60
dB (f4-f3) adalah 3MHz dan bandwidth 3-dB (f2-f1) adalah 1,5 MHz, maka shape
factor adalah:
SW = (Bw 40 dB) (Bw 3 dB)
Shape Factor sederhananya adalah tingkat ukuran kecuraman. Semakin kecil
jumlahnya, maka akan semakin curam.

Return Loss
Kehilangan kekuatan sinyal karena adanya refleksi balik yang disebabkan adanya
diskontinuitas dalam suatu saluran transmisi telekomunikasi baik konvensional maupun
serat optik. Diskontinuitas ini dapat terjadi karena adanya ketidakcocokan dengan
kondisi beban atau dengan perangkat peralatan pada pengguna. Keadaan ini biasanya
dinyatakan sebagai rasio dalam desibel (dB). Semakin rendah kehilangan balik suatu
peralatan maka semakin baik peralatan tersebut.
5. Setup Pengukuran
- Setup Pengukuran karakteristik filter LPF

Gambar 5.1 Pengukuran Karakteristik filter LPF

- Setup Pengukuran Return Loss

Gambar 5.2 Setup Pengukuran Return Loss


6. Alat/Bahan yang diperlukan
1. SWEEP OSCILLATOR
2. SCALAR NETWORK ANALYZER
3. DIRECTIONAL COUPLER
4. K&L MICROWAVE, INC 3L120-1000-NP/N SER.NO FJ853-1
5. BNC MALE TO BNC FEMALE CONNECTOR
6. CONNECTOR DAN KABEL N TO N

7. Metode Percobaan
A. Kalibrasi Scalar Network Analyzer
Pertama Mengatur frekuensi pada Sweep Oscillator dari 0 MHz – 200
MHz. Selanjutnya Tampilkan 3 kursor pada layar Scalar Network Analyzer
(SNA) dengan ubah saklar MARKER ke INTEN dan tekan FULL SWEEP pada
Sweep Osc.
Mengkalibrasi detektor dengan cara mengubungkan port detektor pada
port RF OUT Sweep Oscillator dengan power level 0 dBm ke Scalar Network
Analyzer (SNA). Lihat pada display SNA jika nilai yang ditampilkan belum 0
dBm maka atur pada SNA dengan menekan tombol CAL lalu OFFSET
(sesuaikan dengan port yang ingin di kalibrasi) lalu masukan nilai referensi
offset agar nilai referensi menjadi 0 dB. Melakukan pada semua port (A, B, dan
R).

B. Melihat Respon Filter


Buatlah Setup Pengukuran seperti pada Gambar 5.2. Sealnjutnya
mengatur MEAS RATIO pada SNA dalam mode A/B untuk melihat kurva dari
respon filter. Amati bentuk Respon filter yang dihasilkan.

C. Shape Factor dari respon filter


Mengatur STEP pada pengaturan ENTRY SNA dalam mode A.
selanjutnya aturlah kursor agar dapat menunjukan nilai -3dB. Kemudian
mengarahkan cursor CW MARKER ke titik yang sama, yaitu di -3dB.
Membaca frekuensi yang ditunjukkan CW MARKER pada Sweep Oscillator
dengan menggunakan frequency Counter. Frekuensi tersebut menunjukkan
bandwidth pada -3dB. Lakukan juga pada keadaan untuk -40dB. Selanjutnya
hitung nilai Shape factornya.
𝐵𝑊 40𝑑𝐵
𝑆ℎ𝑎𝑝𝑒 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 =
𝐵𝑊 3𝑑𝐵

D. Mengukur Insertion Loss


Pada pengukuran Insertion Loss pertama adalah mengatur STEP pada
pengaturan ENTRY SNA. Selanjutnya menggeser kursor pada Scalar Network
Analyzer ke daerah ripple respon filter sampai mendapat level maksimum dan
minimum pada daerah ripplenya. Selanjutnya lakukan perhitungan Insertion
Loss dengan rumus berikut
𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 𝑀𝑎𝑥 − 𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 𝑀𝑖𝑛
𝐼𝑛𝑠𝑒𝑟𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐿𝑜𝑠𝑠 =
2

E. Melihat kurva Return Loss


Buatlah setup pengukuran seperti pada Gambar 5. Selanjutnya atur
MEAS RATIO pada SNA dalam mode B/R untuk melihat kurva return loss.
Selanjutnya atur dengan cara menggeser kursor hingga menunjukkan -10dB.
Kemudian mengarahkan cursor CW MARKER ke titik yang sama, yaitu di -
10dB. Membaca frekuensi yang ditunjukkan CW MARKER pada Sweep
Oscillator dengan menggunakan frequency counter. Frekuensi tersebut
menunjukkan frekuensi cut off kurva return loss di -10dB.

8. Hasil dan Analisa


Hasil pengukuran transmisi
a. Frekuensi cut-off (-3 dB) = 205.5 MHz
Frekuensi rejection (-40 dB) = 355.5 MHz
BW 40dB 355.5 MHz
SF (Shape Factor) = = 205.5 MHz = 1.73
BW 3 dB

b. Ripple
Ripple max = 0.53 dBm
Ripple min = 0.37 dBm
Ripple = 𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 max − 𝑅𝑖𝑝𝑙𝑒 𝑚𝑖𝑛 = 0.53 – 0.37 = 0.16 dB
c. Insertion Loss
𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑥 − 𝑅𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒 𝑚𝑖𝑛 0.16
IL = = = 0.08 𝑑𝐵
2 2
d. Return Loss
10 dB RL = 113.23 dB

Foto hasil dari praktikum

Gambar 1. Hasil Pengukuran LPF (Respon Frekuensi)


Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa pengukuran LPF ini
menghasilkan kurva band yang ideal, terlihat dari frekuensi cut off yang berada
pada nilai -10 Db, didapat angka 113,23 dB.

Gambar 2. Hasil Pengukuran LPF (Ripple)


Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik respon ripple
yang dihasilkan sebagai selisih antara maksimal atenuasi pada passband dan atenuasi
minimum di passband, menghasilkan riak yang cukup baik, karena didapatkan angka
0.4 dB, sehingga nilai insertion loss nya cukup kecil.

9. Kesimpulan
Dari praktukum kali ini, didapatkan bahwa filter low ini mampu membatasi
spektrum frekuensi pada batas frequency Nyquist nya. Dan pada praktikum kali ini,
dapat dilihat dari kurva RL, bahwa kelandaian atau C factor yang terjadi cukup baik,
dan filter berfungsi pada frekuensi kerja yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai