Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

Percobaan No.7

Penalaan Band Pass Filter (BPF)

Oleh:

Kelompok III/Kelas 3B

1. Aulia Rahman Hakim/ 131331041


2. Byan Arsyul Kamil/ 131331042
3. Dessy Iztamia Shema/ 131331043
4. Hans Mochammad Zein/ 13133146

Tanggal percobaan :08/12/2015

PRODI D3 - TELEKOMUNIKASI TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DESEMBER 2015
1. PERCOBAAN NO :7
2. JUDUL PERCOBAAN : Penalaan Band Pass Filter (BPF)
3. TUJUAN :
Mampu membuat Band Pass Filter (BPF) dengan memperhatikan karakteristik
insertion loss, shape factor dan ripple.
4. TEORI PEDAHULUAN
Bandpass filter (BPF) adalah rangkaian yang melewatkan frekuensi pada daerah
tertentu di antara frekuensi cut-off pertama dan frekuensi cut-off kedua dan meredam
frekuensi di luar daerah tersebut. Selain itu Bandpass filter merupakan sebuah
rangkaian yang dirancang untuk melewatkan frekuensi dalam batasan tertentu dan
menolak frekuensi lain diluar frekuensi yang dikehendaki. Dan Bandpass filter
merupakan gabungan antara highpass dan lowpass filter. Filter band pass akan
meneruskan sinyal-sinyal dengan frekuensi antara (median frequency) dan menahan
frekuensi di bawah dan di atas median tersebut

Gambar 1 Grafik frekuensi respon dari BPF

Dilihat dari respon band pass mulai naik mencapai puncaknya kemudian turun.
Frekuensi tengah dinyatakan dengan fo yang mempunyai penguatan maksimum.
Ketika penguatan tegangan berkurang 3 dB dari penguatan tegangan pada fo maka
terdapat frekuensi bawah fL dan frekuensi diatas fH disebut pita frekuensi atau pass
band yang akan melewatkan frekuensi yang tercakup diantaranya. Sedangkan
frekuensi berada dibawah frekuensi bawah fL dan diatas frekuensi atas fH akan
direkam, daerah tersebut disebut stopband.

Filter elektronik disusun dari komponen yang bersifat reaktif, yaitu induktor (L)
dan kapasitor (C). Setiap filter didesain untuk beroperasi pada frekuensi kerja dan
dengan bandwidth tertentu pula. Frekuensi kerja dan bandwitdh filter merupakan
gabungan dari frekuensi-frekuensi resonansi yang muncul akibat adanya komponen L
dan C dalam rangkaian tersebut, dimana frekuensi resonansi ini berbanding terbalik
dengan akar dari besarnya nilai L dan C tersebut. Secara matematis ditulis sebagai
berikut:

Dengan menentukan besarnya L dan C bisa dibuat filter yang bekerja pada
frekuensi yang dikehendaki, kemudian dengan menyusunnya secara bertingkat-tingkat
bisa diperoleh bandwidth dan slope sebagaimana yang dikehendaki. Untuk sinyal-
sinyal yang berdaya rendah, filter dengan komponen L dan C sangat umum
digunakan. Namun komponen elektronik L dan C ini hanya mampu dilalui arus yang
terbatas. Dengan kata lain tidak mampu dilewati sinyal-sinyal yang berdaya besar.
Oleh karena itu rangkaian filter untuk sinyal berdaya besar tidak lagi berbasis
elektronik melainkan mekanik, yaitu berupa ruang-ruang resonator (cavity).

Rongga atau ruang kosong bisa dimanfaatkan sebagai resonator, sehingga sinyal
yang melewati ruang ini akan ber-resonansi pada frekuensi tertentu. Rongga dalam
kentongan adalah salah satu contoh implementasi dari ruang resonansi. Bila volume
rongga atau ruang resonansi ini diubah-ubah maka akan berubah pula frekuensi
resonansinya. Semakin kecil volume ruang maka panjang gelombang sinyal yang
beresonansi juga mengecil, dan itu berarti frekuensi resonansinya makin tinggi.
Demikian pula sebaliknya, makin besar volume ruang, panjang gelombang resonansi
ikut membesar, sehingga frekuensi resonansinya menurun. Konsep ini juga
diimplementasikan pada output Amplifier IOT, dimana volume cavity dapat di-tune
sedemikian rupa sehingga output IOT bekerja pada frekuensi (kanal) yang
dikehendaki.

Dalam praktek mengubah volume ruang seperti itu cukup sulit


diimplementasikan, karena memerlukan konstruksi mekanik yang cukup rumit. Ada
cara lain yang lebih sederhana dan mudah diimplementasikan yaitu dengan
mengubah besarnya medan listrik atau medan magnet di dalam ruang resonator.
Gambar 2 memperlihatkan cara mengubah frekuensi dengan jalan mengubah medan
listrik.
Gambar 2. Mekanisme pengubahan Medan Listrik untuk mengubah frekuensi
resonansi filter

Dengan memasukkan sekrup yang terbuat dari logam (konduktor) di satu titik
dimana amplitudo medan listriknya paling besar, maka posisi ujung sekrup akan
mengubah besarnya medan listrik total di dalam ruang resonator. Makin dalam ujung
sekrup itu masuk ke dalam, akan semakin turun frekuensi resonansinya. Sebab makin
dalam ujung sekrup maka jarak antara ujung sekrup dengan dinding resonator akan
semakin pendek. Akibatnya nilai kapasitansi yang terbentuk antara ujung sekrup
dengan dinding ruang akan membesar, sehingga kapasitansi total ruang resonator
menjadi besar. Makin besar nilai kapasitor berarti frekuensi resonansinya menurun,
dimana hal ini sesuai dengan persamaan resonansi di atas.

Cara yang kedua adalah dengan mengubah besarnya medan magnet


sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 3. Dengan memasukkan sebuah sekrup
yang terbuat dari logam yang bersifat non-feromagnetik, misalnya aluminium di
suatu titik dimana amplitudo medan magnetnya paling besar, maka keberadaan
sekrup ini akan mengubah besarnya medan magnet total dalam ruang resonator.
Pertama-tama sekrup akan terinduksi oleh medan magnet dalam ruang resonator,
sehingga arus listrik akan mengalir di dalam sekrup. Arus listrik yang mengalir
dalam sekrup akan menghasilkan medan magnit yang berlawanan dengan medan
magnet yang menginduksinya. Akibatnya, jumlah total medan magnet dalam ruang
resonator akan menurun.
Gambar 3. Mekanisme pengubahan Medan Magnet untuk mengubah frekuensi
resonansi filter
Makin dalam sekrup itu masuk ke dalam ruang resonator akan makin banyak
garis-garis medan magnet yang dipotong oleh sekrup. Makin banyak garis medan
magnet yang dipotong membuat arus listrik yang mengalir pada sekrup semakin
besar. Makin besar arus mengalir dalam sekrup akan makin besar pula medan magnet
yang dihasilkan oleh sekrup, tetapi arahnya berlawanan dengan medan magnet yang
menyebabkannya. Resultan dari dua medan magnet yang saling berlawanan ini akan
membuat medan magnet total dalam ruang resonator menjadi turun. Dengan kata
lain, makin dalam sekrup itu dimasukkan ke dalam ruang resonator akan makin
tinggi frekuensi resonansi yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan persamaan
frekuensi resonansi di atas yang menyatakan bahwa frekuensi resonansi berbanding
terbalik dengan akar dari medan magnetnya (L).

5. SETUP PENGUKURAN

Gambar 4. Setup Tracking Generator (Kalibrasi level)


Gambar 5. Setup pengukuran respon frekuensi Band Pass Filter

6. ALAT YANG DI PERLUKAN


Alat alat yang dibutuhkan, antara lain :
1. 1 buah PC
2. 1 buah Spectrum analyzer USB-SA124B (100 kHz 12.4 GHz)
3. 1 buah Tracking Generator USB-TG12
4. 1 buah Filter elektrik BPF
5. Connector dan kabel BNC to BNC

7. LANGKAH PERCOBAAN
A. Tracking
1. Buka aplikasi signal hound pada PC
2. Lakukan kalibrasi dengan menghubungkan Spectrum Analyzer USB-SA124B
ke Tracking Generator USB-TG12 dengan menggunakan kabel BNC to BNC
seperti gambar 4
3. Atur frekuensi center sebesar 1867,5 MHz
4. Atur span pada 100 MHz
5. Klik start pada menu Tracking Generator

Gambar 6. Tampilan untuk memulai tracking generato


6. Pilih option Sweep thru immediately dan Absolute Amplitude (-30 to 10
dBm) lalu klik OK

Gambar 7. Tampilan Pengaturan untuk tracking generator


7. Lihat pada layar, sinyal akan berada pada level 0 dB

Gambar 8. Tampilan level 0 dB


8. Klik store thru pada tampilan saat akan memulai tracking generator.
9. Lepaskan connector BNC to BNC pada Tracking dan Spectrum Analyzer

B. Penalaan BPF
1. Hubungkan tracking generator ke salah satu port cavity, dan spectrum analyzer ke
port lainnya dengan menggunakan connector BNC to BNC seperti pada gambar
5.
2. Beri mark (tanda) pada frekuensi centre-nya sebagai acuan untuk penalaan BPF.
3. Lakukan penalaan (tunning) dengan cara memutar sekrup-sekrup pada cavity
sampai didapatkan respon BPF yang terbaik (insertion loss = 0 dB).
4. Catat hasil-hasil yang diperlukan seperti insertion loss dan shape factor.
8. HASIL DAN ANALISA

Perancangan filter BPF cavity ditala pada frekuensi resonansi sebesar 1867.5
MHz. Untuk mendapatkan band pass filter dengan frekuensi resonansi sebesar
1867.5 MHz tersebut, pertama-tama lakukan calibration level terlebih dahulu pada
software signal hound dengan menyambungkan USB Tracking Generator USB-
TG12 dengan Spectrum analyzer USB-SA124B untuk proses leveling ke 0 dBm.
Setelah itu, proses penalaan pada cavity filter dilakukan dengan memutar sekrup-
sekrup cavity baik ke arah dalam cavity atau ke arah luar hingga didapatkan hasil
yang flat pada daerah passband-nya dengan merujuk kepada insertion loss = 0 dBm.
Memutar sekrup-sekrup pada masing-masing cavity bertujuan untuk mengatur
volume ruang cavity tersebut, yang mana dengan cara mengubah nilai medan
magnet dan medan listrik yang ada di dalam ruang resonator (cavity) sehingga dapat
merubah frekuensi resonansi pada filter. Dari beberapa penalaan yang dilakukan,
diambil hasil yang paling mendekati dengan insertion loss = 0 dB.

1. Penalaan pertama
Dengan hasil:
fO = 1867.5 MHz
fL = 1862.1 MHz
fH = 1876.9 MHz
BW (-3 dB) = fH - fL = 1876.9 MHz 1862.1 MHz = 14.8 MHz
BW (-40 dB) = 1884.1 MHz 1850.5 MHz = 33.6 MHz

Shape Factor (SF) = = = 2.27


Gambar 9. Respon frekuensi Band Pass Filter
dengan fo = 1867.5 MHz, IL = 2.6 dB
2. Penalaan kedua
fO = 1867.5 MHz
fL = 1862.1 MHz
fH = 1876.9 MHz
BW (-3 dB) = fH - fL = 1876.9 MHz 1862.1 MHz = 14.8 MHz
BW (-40 dB) = 1884.1 MHz 1850.5 MHz = 33.6 MHz

Shape Factor (SF) = = = 2.27

Gambar 10. Respon frekuensi Band Pass Filter


dengan fo = 1867.5 MHz, IL = 1.7 dB
3. Penalaan ketiga
fO = 1867.5 MHz
fL = 1862.1 MHz
fH = 1876.9 MHz
BW (-3 dB) = fH - fL = 1876.9 MHz 1862.1 MHz = 14.8 MHz
BW (-40 dB) = 1884.1 MHz 1850.5 MHz = 33.6 MHz

Shape Factor (SF) = = = 2.27


Gambar 11. Respon frekuensi Band Pass Filter
dengan fo = 1867.5 MHz, IL = 1.5 dB

Analisa :
Berdasarkan percobaan penalaan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa hasil
insertion loss-nya yang mendekati 0 dB yaitu 0.26 dB, 0.17 dB dan 0.15 dB. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa pada area band pass, filter tersebut memiliki
redaman yang kecil sekali meskipun tidak sama dengan 0 dB. Dan untuk lebar pita
frekuensi pada BPF rancangan ini ditentukan oleh frekuensi cutoff bawah dan
frekuensi cutoff atasnya yaitu ketika berada pada level -3dB. Bandwidth yang
didapatkan bernilai 14.8 MHz. Perbedaan ini karena percobaan dilakukan secara
berulang. Untuk nilai shape factor dihitung berdasarkan perbandingan antara
bandwidth 40 dB dan bandwidth 3 dB dengan perolehan nilai yang beragam namun
hasil tersebut di atas angka 1. Yang mana hal tersebut menunjukan bahwa filter
tersebut memiliki redaman yang semakin tinggi pada frekuensi di bawah FL dan di
atas fH. Meskipun saat bandwidth 40 dB, masih ada sinyal yang bisa dilewatkan
filter, namun secara garis besar cavity band pass filter masih bekerja dengan baik
karena bisa menghasilkan kurva karakteristik filter BPF yang memiliki insertion loss
mendekati 0 dB.

9. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa perancangan Band


Pass Filter dengan cavity ditujukan untuk level sinyal dengan daya besar karena
penggunaan rangkaian L dan C pada filter hanya terbatas untuk arus yang dayanya
kecil karena komponen tersebut relatif tidak tahan terhadap suhu tinggi. Penalaan
untuk menghasilkan band pass filter yang ditentukan pada frekuensi resonansi
1867.5 MHz dilakukan dengan hati-hati dan penuh kesabaran karena pemutaran
sekrup pada cavity dapat saling mempengaruhi. Sekrup yang diputar pada masing-
masing cavity tersebut merubah nilai medan magnet dan medan listrik dari ruang
resonator tersebut hingga bisa didapatkan nilai frekuensi resonator yang sesuai
dengan perencanaan. Kurva karakteristik yang didapatkan dari hasil percobaan
menunjukan nilai frekuensi cutoff baik cutoff atas maupun cutoff bawah yang mana
dengan data tersebut bisa diketahui besar lebar pitanya, kemudian kurva tersebut
juga menunjukan pula faktor bentuk dari filter tersebut, dimana shape factor yang
didapatkan lebih dari 1. Hal ini menunjukan bahwa frekuensi yang kurang dari
frekuensi cutoff bawah akan dipantulkan begitu pula dengan frekuensi yang lebih
besar dari frekuensi cutof atas. Sehingga pada band frekuensi antara cutoff bawah
dan cutoff atas, sinyal akan dilewatkan. Insertion loss yang dihasilkan dari proses
penalaan sudah cukup baik, namun idealnya sebuat filter memiliki insertion loss
dibawah 0.1 dB. Walaupun begitu dengan membandingkan antar nilai insertion loss
dan nilai shape factor dapat disimpulkan bahwa cavity band pass filter masih bekerja
dengan baik

Anda mungkin juga menyukai