Anda di halaman 1dari 28

BAB 1.

PEMANCAR AM/SSB
1.1.Balanced Modulator
1.1.1. Tujuan : Penghasil perkalian sinyal dari dua sinyal input (mic/tone dan osilator).
1.1.2. Alat yang digunakan :
1) Transceiver AM/SSB Demonstrator FT180
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.1.3. Teori :
Pemancar pada Transceiver

SSB/AM Demonstrator

FT180 ini diawali dari rangkaian

modulator balans yang mengalikan sinyal input yang berasal dari microphone (YM36) atau tone
generator 1,5 kHz dengan frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz. Output gelombang pembawa
ini juga digunakan pada sistem penerimaan SSB yang dapat dilihat pada TP 2. Keluaran dari
modulator balans adalah DSB-SC yaitu frekuensi-frekuensi (10,7 MHz 1,5 kHz) berupa sisisisi atas (USB) dan sisi bawah (LSB) dengan pembawa ditekan. Untuk menghasilkan sinyal SSB
kemudian akan diteruskan pada filter-filter jalur sisi, yaitu filter bandpass sempit yang akan
hanya meneruskan jalur sisi frekuensi yang dikendaki. Jika pilihan tombol SSB pada LSB
maka titik potong filter jalur sisi adalah diantara (10,7 MHz 1,5 kHz). Agar keluaran
pemancar berada pada frekuensi
2,182 MHz, diperlukan sebuah penguat RF dan mixer yang berfungsi mencampurkan
output SSB dengan osilator lokal pada frekuensi 12,882 MHz. Untuk mencegah

harmonisa

dan cacat gelombang pada output pemancar perlu menggunakan penguat-penguat linier dan
filter LPF sebelum dihubungkan ke antena atau dummy load, sebab output dari mixer adalah
(12,882 10,7) MHz dan bila diambil selisihnya adalah 2,182 MHz. Bila pemancar
diinginkan untuk mode keluaran AM pilihan tombol harus diubah ke A3H.
Sinyal suatu gelombang amplitudo modulasi, mempunyai power dua pertiga bagian
terdapat pada pembawa(carrier) dan hanya sepertiga bagian terdapat pada kedua sidebandnya. Karena informasi sinyal tersebut hanya mengisi dua side- band, dan carrier hanya
berfungsi sebagai gelombang pembawa saja, maka pemakaian power suatu transmitter dapat
lebih efisien, jika carrier dihilangkan dan yang dipancarkan hanya kedua side-band atau
sebuah side band saja. Salah satu cara untuk menghilangkan carrier tersebut, adalah
dengan menggunakan sebuah balanced modulator.

Prinsip sebuah balanced modulator,


1

adalah memasukkan sinyal carrier sedemikian rupa, sehingga pada output hanya terdapat
kedua side-bandnya saja. Juga output berharga nol atau mendekati harga nol, bila sinyal audio
tidak ada. Output yang demikian dapat diperoleh dengan men-feeding audio sinyal secara
push-pull, carrier frekuensi

sinyal secara paralel dan output diambil secara push-pull.

Penggunaan balanced modulator selain dalam SSB transmitter, juga banyak dipakai dalam
carrier current

telephone,

measurement aparat dan dalam control sistem . rangkaian

balanced modulator ada yang terdiri dari tabung, diode, transistor atau integrated circuit.
Sedang pemilihan rangkaian balanced modulator tersebut, tergantung pada keadaan dan
kebutuhannya. Telah dijelaskan bahwa balanced modulator adalah sebuah alat yang
digunakan untuk meredam semaksimum mungkin gelombang carrier dari kedua side-band
atau gelombang amplitudo modulasi. Setiap balanced modulator harus mempunyai sifat
sebagai berikut, yaitu tidak ada output signal modulating input. Akibatnya , output balanced
modulator akan berupa kedua side-band dari gelombang amplitudo modulasi (DSB).
Macam rangkaian dasar Balanced Modulator :
1) Bipolar transistor Balanced Modulator
2) Rectifier type Balanced Modulator
1.1.4. Langkah percobaan :
1) Pasang probe, TP1 pada kanal 1

2) Hidupkan Oscilloscope.
3) Atur posisi tombol time/div pada

1
=0,6 ms 500 s
1500 Hz

500 s yang diperoleh dari

dan atur posisi tombol volt/div pada kanal 1, skala tegangan

pada 0,05 V/div, lalu tekan call maka akan muncul hasil output dari TP1

4) Pasang probe, lepaskan TP1 pada kanal 1 lalu pasang TP2 pada kanal 1. Kemudian atur pada
200 mV/div dan time/div pada 100 ns. Maka akan muncul hasil output pada TP2 pada kanal 1.
Blok diagram :

Tp1
BAL.
MOD.

bfr

MIC
call

CAR. OSC.

A
TONE OSC.
1,5 KHz

bfr
callib

Tp2

X_TAL
10,7 MHz

Pengamatan TP 1

Pengamatan TP 2

Pertanyaan:
1) Tentukan frekuensi pada tiap-tiap pengamatan.
2) Tentukan amplitudo level.
3) Mengapa terjadi osilasi sebelum function call di switch ? Jelaskan !
12) Pindahkan probe kanal 2 pada TP 3.
Blok Diagram :
Tp1
A

Tp3
BAL.
MOD.

bfr

MIC
call

CAR. OSC.

A
TONE OSC.
1,5 KHz

bfr
callib

X_TAL
10,7 MHz

5) Hidupkan Demonstrator, atur tombol pilihan untuk mode LSB.

6) Pasang probe kanal 1 pada TP1 dan probe kanal 2 pada TP3

Tp2

7) Aturlah kanal 1 dan 2 posisi tombol time/div pada

1
=0,6 ms 500 s
1500 Hz

500 s yang diperoleh dari

dan atur posisi tombol volt/div pada kanal 1, skala tegangan

pada 0,05 V/div

8) Tekan Call untuk melihat output dari TP1 dan TP3 pada osiloscope
9) Atur Trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.
10) Kemudian tekan tombol stop/run pada osiloscope agar output dari TP1 dan TP3 tidak
bergerak.
11) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya pada TP1 dan TP3.
12) Bandingkan keduanya.

Hasil
pengamatan :
Kanal 1 ( TP. 1 ) :

Kanal 2 ( TP. 3 ) :

1.2. Pembangkitan SSB


1.2.1.Tujuan

: Melihat

pada osiloskop

bentuk

pembawa

dan salah satu gelombang

sisi yang ditekan dan membandingkan dengan frekuensi sinyal informasi.


1.2.1. Alat yang digunakan :
1) Transceiver SSB/AM Demonstrator
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.2.2. Teori : Metode
Filter :
Cara yang paling sederhana dalam pembangkitan
Output dari Balanced

Modulator

signal SSB ialah dengan filtering.

yang berupa Double

Side Band Supression Carrier

dilewatkan pada suatu filter. Pada filter, side band yang tidak diinginkan diredam, hingga didapat
suatu output berupa suatu Single Side Band. Disini dipakai suatu konversi frekuensi SSB,
karena filter mekanik (mechanical filter) lebih baik untuk peredaman frekuensi yang tidak
diinginkan dari pada dengan sistem kristal filter dengan ukuran komponen yang sama.
Hal ini dikarenakan getaran mekanik punya kecepatan yang rendah daripada filter kristal.
Karena itu panjang gelombang getaran secara mekanik lebih panjang.

Informasi

Penguat
Audio

Modulator
Balans

Filter
BPF

Mixer
Balans

Output SSB

Osilator
Pembawa

Osilator
Konversi

Gambar 3. Blok Diagram Pembangkitan SSB Metode Filter


Kelemahannya :
1) Ukurannya lebih besar.
2) Tak dapat membuat SSB pada frekuensi yang tinggi, sehingga diperlukan
mixer untuk konversi ke frekuensi yang lebih tinggi.
3) Harga filter mekanik cukup mahal.
Metode Pergeseran Fasa :
1) Mudah untuk mengubah dari satu sisi ke sisi yang lain.
2) Dapat menghasilkan frekuensi SSB langsung pada frekuensi yang dikehendaki,
sehingga mixer tidak begitu diperlukan.
3) Frekuensi informasi yang rendah dapat digunakan pada kanal medium.
Kelemahannya :
1) Jika pergeseran fasa pada frekuensi audio tidak benar-benar sama dengan 90, maka
penekanan pada frekuensi sisi tidak dapat terjadi.
2) Rangkaian penggeser frekuensi rendah sangat kritis dan komplek.

Input
informasi

Penguat
Audio

Modulator
Balans
Penggeser
Fasa 90

Penggeser
fasa 90

Output USB

Rangkaian
Penjumlah

Osilator
Pembawa

Modulator
Balans

Gambar 4. Metode Pergeseran Fasa


Metode Weaver (Third Methoda) :
1) Sangat baik, merupakan metoda yang paling baik.
2) Output yang diinginkan dapat dipindah dengan perubahan yang sederhana.
3) Frekuensi rendah dapat ditransmisikan.
4) Gelombang sisi dapat diubah dengan mudah.
5) Frekuensi output dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Kelemahannya : Rangkaiannya sangat komplek.
Modulator
Balans

Input
informasi

Low Pass
Filter

Penggeser
Fasa 90o

Penggeser
Fasa 90o
Pembawa
Audio

Modulator
Balans

Modulator
Balans

Pembawa
RF

Low Pass
Filter

Modulator
Balans

Gambar 4. Metode Ketiga


1.2.3. Langkah percobaan :
1) Pindahkan kanal 2 ke TP 4 dengan pengaturan tombol pilihan LSB.

Rangkaian
Penjumlah

Output
LSB

2) Atur osiloskop pada 50mV/div dan 1 s/div, amati dan gambar hasilnya.
3) Tekan tombol CALL pada demonstrator.
4) Bandingkan hasil output dari TP 4 dan TP 3
5) Amati hasil frekuensi pada TP4 dan bandingkan dengan perhitungan LSB (10.700 kHz -1,5 kHz
= 10.698,5 kHz)

Hasil pengamatan :
Kanal 1 ( TP 3 ) :

Kanal 2 ( TP 4 ) :

1.3. Pembangkitan AM
1.3.1. Tujuan :
1) Untuk

mengetahui

gelombang

amplitudo

yang

terdiri

dari

beberapa gelombang

sinusoidal yang mempunyai hubungan khusus satu dengan yang lain.


2) Agar dapat menggambarkan

gelombang

AM dan menghitung

serta hubungan frekuensi informasi

indek modulasi

dengan

pembawa

termodulasi.
1.3.2. Alat Yang Digunakan :
1) Transceiver SSB/AM Demonstrator
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.3.3. Teori :
Modulasi amplitudo adalah suatu sistem modulasi yang mana besar amplitudo gelombang
pembawa tegangan pemodulasi.
Gelombang pembawa : Vc (t) = Vc sin c t
Informasi : Vm (t) = Vm sin m t
Dalam modulasi amplitudo besar sudut fasa dapat diabaikan dan tidak mengubah hasil akhir.
Tetapi dalam modulasi frekuensi atau modulasi fasa hal tersebut tidak dapat diabaikan.
Amplitudo pembawa yang termodulasi (modulated carrier) dapat dituliskan sebagai
berikut :
A(t) = Vc + Vm (t)
= Vc + Vm sin m t

= Vc (1 +

Vm
Vc

Indeks
modulasi m

Vm

sin m t)

; 0<m<1

Vc

VAM (t) = Vc { sin c t + m/2 cos (c - m) t - m/2 cos (c + m) t}


; dimana m < c
Disini terlihat bahwa gelombang AM terdiri dari 3 komponen :
1) Frekuensi pembawa
2) Frekuensi pembawa ditambah frekuensi informasi
3) Frekuensi pembawa dikurangi frekuensi informasi

L
S
B

carrier

Spektrum frekuensi AM :

U
S
B

Gambar 6. Spektrum Sinyal AM


Perbandingan daya pada gelombang AM :
2

Pc : PUSB : PLSB = 1 : m / 4 : m /4
Pt
Pt
Pc

= Pc + PUSB + PLSB
2

= (1 + m /2)

dimana Pt : total daya untuk pembawa termodulasi


Pc : total daya untuk pembawa tanpa informasi
Menghitung besaran index modulasi dari besaran arus :
It
Ic

1+m /2

It = Ic 1 + m 2 / 2
m =

2{(It / Ic) 1}

dimana It: arus pembawa termodulasi (rms)


Ic: arus pembawa tanpa informasi (rms)
Persamaan gelombang AM yang dimodulasi oleh beberapa gelombang sinus :

VAM (t) = Vc {( 1 + mn cos wm t ) cos wc t}


n=1

= Vc { cos wc t + mn/2 cos (wt + wm)t + cos (wt - wm)t}


n=1

Bentuk gelombang AM sebagai fungsi waktu :


VMAK

VMIN

Gambar 7. Bentuk Gelombang AM Fungsi waktu


Indek modulasi dari gelombang AM dari fungsi waktu :
m=

VMAK VMIN
VMAK + VMIN

1.3.4. Langkah percobaan :


1) Hidupkan transceiver demonstrator AM/SSB (FT 180)
2) Hubungkan osiloskop kanal 1 pada TP 2 dan kanal 2 pada TP 4.
Gambar blok diagram :
Tp1
A

Tp 3
BAL.
MOD.

bfr

bfr
AM

MIC

call

CAR. OSC.

A
TONE OSC.
1,5 KHz

bfr
callib

X_TAL
10,7 MHz

USB
FILTER

Tp2

USB

TX
FILTER

AM

RX
AM
FILTER

Gambar 8. Blok Diagram Pembangkit SSB


3) Hidupkan osiloskop, atur posisi tombol time/div pada 100 nsec dan tombol volt/div dari
kanal 1 pada 200 mV/div.
4) Tombol Switch Mode pada A3H.

5) Tekan tombol function CALL ke bawah.

6)Bandingkan dan amati gambar bentuk gelombang dari TP2 dan TP4
7) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan VMAK dan VMIN.
10) Tentukan indek modulasi AM.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 2)

Kanal 2 (TP 4)

1.4. Mixer
1.4.1.Tujuan : Menentukan hasil konversi frekuensi dari modulator terhadap frekuensi
osilator lokal ke frekuensi yang dikehendaki.

1.4.2. Langkah percobaan :


1) Alat yang dipergunakan seperti sebelumnya.
2) Hubungkan kanal 1 osiloskop pada TP 4

3) Atur tombol mode pada LSB

4) Tekan tombol CALL ke bawah dan amati hasil output TP4.

5) Pindahkan kanal 1 pada TP 5, Atur TP 5 dengan Time/div=50 s dan V/div= 500mV.

6 ) Amati hasil ouput TP5,dan catat frekuensi nya.


7) Pasang Kanal 1 pada TP 6 dan atur time/div = 50ns, amati bentuk gelombang pada
TP 6 dan ukur frekuensinya.
8) Amati frekuensi dan bandingkan dengan hasil perhitungan dari TP6, frek.TP6 = TP5 + TP4
(10.698,5 kHz + 10.700 kHz = 23,583 MHz )atau TP5 TP4 = 2,182 MHz
9) Ulangi semua percobaan Mixer untuk mode AM.
Hasil pengamatan :

A3H
Kanal 1 (TP 4)

Kanal 2 (TP 5)

Kanal 2 (TP 6)

LSB
Kanal 1 (TP 4)

Kanal 2 (TP 5)

Kanal 2 (TP 6)

1.5. Penguat Daya RF


1.5.1. Tujuan : Menentukan frekuensi output pemancar dan hasil penguatannya.
1.5.2. Langkah percobaan :
1) Seperti percobaan sebelumnya, hubungkan kanal 2 pada TP 7.

2) Atur skala time base pada 50ns/div.


3) Amati bentuk gelombang baik untuk mode A3H maupun untuk modeLSB.

4) Catat frekuensi yang dihasilkan pada TP 7.(TP7 = selisih dari TP4 dan TP5)
5)

Bandingkan hasil amplitudo dari TP 7 dan TP 6.

6) Pasang TP1 pada kanal 1, lalu bandingkan TP7 dan TP1 untuk melihat sinyal informasi
pada sinyal carrier.
7) Hasil Pengamatan :
Kanal 2 (TP 7)

Lampiran

BAB 2. PENERIMA AM/SSB


2.1. Rangkaian Penala dan Mixer 2.1.1.
Tujuan :
Mengamati bentuk gelombang setelah signal yang diterima antena melalui BPF (TP 9) dan
setelah sinyal dicampur dengan lokal oscillator melalui suatu mixer sebelum dikuatkan,
dan setelah dikuatkan lagi melalui IF filter.
2.1.2.

Alat Yang Digunakan :

1) Osiloskop (20 MHz)


2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.1.3.

Teori :

Pada rangkaian pesawat penerima komponen pertama yang bertugas menangkap


gelombang yang telah dipancarkan pada medium udara adalah antena. Kemudian
gelombang yang telah ditangkap oleh antena akan diteruskan pada filter yang akan
menyeleksi range frekuensi yang dapat dipilih sesuai dengan yang dikehendaki. Rangkaian
selanjutnya adalah mixer yang akan memilih frekuensi yang lolos. Penyeleksian frekuensi
ini dilakukan dengan pencampuran dua frekuensi antara frekuensi osilator dan frekuensi
sinyal termodulasi. Pencampuran ini akan menghasilkan empat keluaran yaitu fo, fs, fo-fs,
fo+fs, tapi yang dimanfatkan biasanya adalah selisihnya yang sering disebut frekuensi
antara atau frekuensi intermediate (IF) jika frekuensi selisih yang dihasilkan sesuai dengan
filter IF yang ada maka frekuensi akan diteruskan. Pada Transceiver AM/SSB FT-180 ini

frekuensi kerjanya adalah 2,182 MHz, sedangkan osilator pencampur yang digunakan
adalah sama dengan yang dipakai pada pemancar yaitu 12,882 MHz. Dengan demikian
keluaran mixer selisihnya setelah di Mixer adalah 10,7 MHz. Gelombang yang dihasilkan
dari keluaran filter IF adalah lebih besar amplitudonya daripada yang dihasilkan setelah
mixer. Hasil dari keluaran filter IF diteruskan ke filter USB atau LSB atau AM pemilihan
ini akan menghasilkan gelombang yang sesuai dengan keinginan yang akan dikuatkan lagi
sebelum didetektor untuk mendapatkan kembali gelombang informasi. Sedangkan untuk
gelombang informasi yang dihasilkan dari detektor masih belum murni gelombang
informasi melainkan masih bercampur dengan pembawa. Setelah itu akan diteruskan
menuju rangkaian filter dan SQL yang akan menghasilkan bentuk gelombang informasi
murni.
Pencampuran terjadi bila sinyal input termodulasi dan osilator lokal bercampur melalui
suatu rangkaian transfer yang tidak linier yang umumnya disebut rangkaian mixer.
Keluaran dari rangkaian pencampur (mixer) banyak mengandung komponen-komponen
sinyal termasuk frekuensi selisih dan jumlah, serta beberapa frekuensi harmonisanya. Oleh
karena itu dengan osilator tertentu ada dua kemungkinan sinyal yang dapat lolos melalui
rangkaian mixer dari frekuensi yang dikehendaki untuk keluar dari IF. Jika keluaran IF
yang diharapkan adalah frekuensi selisih, misalkan untuk input sinyal 2,182 MHz
sedangkan osilator lokal adalah 12,882 MHz untuk menghasilkan keluaran frekuensi IF
yang dikehendaki adalah 10,7 MHz, maka ada frekuensi sinyal lain yang bila dicampur
dengan osilator tersebut juga dapat menghasilkan selisih sama dengan frekuensi IF (10,7
MHz) yaitu frekuensi sinyal 23,582 MHz, frekuensi inilah yang dinamakan frekuensi
bayangan (image frequency). Meskipun pada transceiver ini hal tersebut cukup sulit terjadi
mengingat BPF yang ada pada sisi penala cukup jauh yaitu frekuensi tengah yang
diloloskan adalah berada pada kisaran 2,182 MHz. Namun jika pemancar dengan frekuensi
bayangan cukup besar amplitudonya kemungkinan pengaruhnya juga masih tetap ada,
karena itu diperlukan suatu penekanan terhadap frekuensi bayangan tersebut ditentukan
oleh BPF yang terletak pada bagian penala sebelum frekuensi tersebut dicampur pada
mixer agar selisih yang sama dari sinyal yang tidak dikehendaki dapat terjadi.
2.1.4.

Langkah percobaan :

1) Hubungkan RF signal generator dengan TP 8.

2) Hubungkan kanal 1 osiloskop dengan TP 9 dan kanal 2 pada TP 5.

Gambar 9. Blok Diagram Penguat RF


3) Atur frekuensi RF signal generator pada 2, 182 MHz dan output 20 dBm.
4) Hidupkan osiloskop, transceiver dan RF signal generator.
5) Atur osiloskop dengan posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol
Volt/div pada 0,1 volt.
6) Switch mode pada LSB.
7) Kemudian pindahkan hubungan kanal 2 dengan TP 10.
8) Amati bentuk gelombang dan frekuensi masing-masing gambarkan serta tentukan
besar level tegangan yang dihasilkan.
Hasil percobaan :
Kanal 1 ( TP 9)

Kanal 2 (TP 5)

Kanal 2 (TP 10)

9)

Ulang percobaan dengan switch mode pada A3H

10)

Amati bentuk gelombang dan gambarkan serta tentukan besar level tegangan.

Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 9)

Kanal 2 (TP 5)

Kanal 2 (TP 10)

2.2. Rangkaian IF (10,7 MHz)


2.2.1.

Tujuan :

1) Mengamati hasil keluaran mixer sebelum melalui filter IF.


2) Mengamati dan membandingkan hasil keluaran mixer setelah melalui filter
terhadap gelombang pembawa yang termodulasi.
2.2.2.

Alat Yang Digunakan :

1) Osiloskop (20 MHz)


2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.2.3.

Teori :

Pada umumnya output dari mixer pada penerima yang akan diteruskan pada tingkat IF
adalah merupakan selisih antara frekuensi osilator lokal dengan frekuensi sinyal dari
penala. Karena itu filter pada rangkaian IF sangat menentukan sekali selektivitas sebuah
penerima, demikian juga terhadap penekanan pada frekuensi bayangan. Ada beberapa
standar frekuensi yang digunakan terhadap frekuensi IF dan ini tergantung pada jenis
modulasi serta lebar informasi yang dibawa, misalnya IF = 455 kHz (AM-MF), IF = 10,7
MHz (FM-VHF), IF = 45 MHz (TV-VHF), IF = 70 MHz (RX-satelit).
2.2.4.

Langkah percobaan :

1) Hubungan alat seperti pada percobaan mixer.


2) Hubungkan kanal 1 pada TP 10 dan kanal 2 pada TP 11.
3) Amati dan bandingkan sinyal keduanya baik untuk posisi switch mode LSB
maupun A3H.
4) Atur RF signal generator pada AM dengan indek modulasi 50%
5) Atur posisi switch mode pada A3H.
6) Bandingkan pengamatan pada TP 9, TP 10 dan TP 11.
Hasil pengamatan :
Kanal 1 (TP 10)

Kanal 2 (TP 11)

Kanal 2 (TP 9)

2.3. Demodulator AM
2.3.1 Tujuan : Mendapatkan kembali gelombang informasi dari sinyal AM.dengan
frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz yang ditimbulkan oleh osilator lokal
pada IF.
2.3.2.

Alat Yang Digunakan :

1) Osiloskop (20 MHz)


2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.3.3.

Teori :

Detektor AM merupakan detektor selubung dari sinyal amplitudo modulasi yang


bekerjanya adalah sebagai penyearah, dimana keluaran dari penyearahan sinyal AM adalah
dalam bentuk selubung atau puncak dari gelombang pembawa yang tela termodulasi. Agar
hasil penyearahan dari amplitudo sesuai dengan informasi aslinya maka diperlukan filter
untuk menghasilkan output frekuensi rendah dan memisahkan dengan gelombang
pembawa. Biasanya filter yang digunakan adalah
2.3.4.

Langkah Percobaan :

1) Atur RF signal generator dengan frekuensi 2,182 MHz dan 20 dBm dimodulasi
AM pada indek modulasi 50%.
2) Hubungkan RF generator pada TP 8.
3) Atur switch mode pada A3H.
4) Hubungkan osiloskop kanal 1 dengan TP 12 dan kanal 2 dengan TP 14.

Gambar 12. Blok Diagram Percobaan Demodulator


5) Atur posisi tombol time/div pada 0,05 sec dan posisi tombol volt/div pada 0,02 V
6) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan yang dihasilkan.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 12)

Kanal 2 (TP 14)

7)

Pindahkan kanal 2 pada TP 15.

8)

Atur posisi tombol time/div pada 1 msec dan tombol volt/div pada 0,1 V.

9)

Atur posisi volume sehingga didapatkan amplitudo sebagai pengaruh dari posisi
pengaturan volume suara yang dikehendaki.

10)

Amati bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan

Hasil pengamatan pada Kanal 2 (TP 15) :

2.4. Prinsip kerja squelch


2.4.1.

Tujuan :

1) Mengamati pengaruh yang terjadi antara Tp 14 dan Tp 15 apabila VR squelch


diatur.
2) Membandingkan tegangan referensi pada bagian squelch kontrol dengan sinyal
yang dapat lewat dan masuk ke bagian power amplifier.
2.4.2.

Alat Yang Digunakan :

1) Osiloskop (20 MHz)


2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah
5) Pencacah frekuensi (bila perlu)
2.4.3.

Langkah Percobaan :

1) Hubungkan kanal 1 dengan TP 14 dan kanal 2 dengan TP 15.


2) Hidupkan osiloskop dan RF signal generator.
3) Aturlah frekuensi signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm, amplitudo
modulasi dengan indek modulasi 50%.
4) Hubungkan output RF signal generator pada TP 8.

5) Hidupkan transceiver FT 180, pengaturan switch mode A3H.

6) Atur tombol RF gain pada separuh putaran.


7) Tombol Clarifier pada maksimum.
8) Tombol Squelch pada maksimum.
9) Tombol volume kira-kira pada jam 09.00
10) Dengan mengubah-ubah tombol squelch kearah minimum kemudian kearah maksimum
secara bolakbalik.
11) Amati apa yang terjadi, jika squelch minimum dan jika squelch maksimum.
Hasil pengamatan :
Kanal 1 (TP 14)

Kanal 2 (TP 15)

2.5. Automatic Gain Control (AGC)


2.5.1. Tujuan :
Mengamati pengarah AGC apabila penerimaan ( Rx ) pada amplifier dilemahkan atau
dikuatkan dan pengaruhnya pada Tp13.
2.5.2. Alat Yang Digunakan :
1) Osiloskop (20 MHz)
2) Transceiver FT 180
3) RF Signal generator
4) Kabel BNC to BNC : 2 buah

5) Pencacah frekuensi (bila perlu)


2.5.2.

Langkah Percobaan :

1) Hubungkan kanal 1 pada TP12 dan kanal 2 pada Tp13.


2) Hidupkan oscilloscope dan signal generator.
3) Atur frekuensi RF signal generator 2,182 MHz dan RF output 20 dBm.
4)

Hubungkan RF output signal generator pada TP 8.

5)

Amati bentuk gelombang dan tentukan levelnya untuk kana1 dan kanal 2

Hasil Percobaan :
Kanal 1 (TP 12)

Kanal 2 ( TP 13)

6)

Atur RF output 10 dBm

7)

Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan untuk kanal 1
dan kanal 2.
Hasil percobaan :
Menghasilkan bentuk gelombang dan level amplitudo yang sama pada langkah
percobaan 6.

8)

Ulangi percobaan diatas dengan mengatur RF output sesuai dengan kehendak

( batas maksimum 10 dBm )


9)

Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan pada kanal 1 dan
kanal 2.

Hasil percobaan :
Kanal 1 (TP 12)

Kanal 2 (TP 13)

Anda mungkin juga menyukai