PEMANCAR AM/SSB
1.1.Balanced Modulator
1.1.1. Tujuan : Penghasil perkalian sinyal dari dua sinyal input (mic/tone dan osilator).
1.1.2. Alat yang digunakan :
1) Transceiver AM/SSB Demonstrator FT180
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.1.3. Teori :
Pemancar pada Transceiver
SSB/AM Demonstrator
modulator balans yang mengalikan sinyal input yang berasal dari microphone (YM36) atau tone
generator 1,5 kHz dengan frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz. Output gelombang pembawa
ini juga digunakan pada sistem penerimaan SSB yang dapat dilihat pada TP 2. Keluaran dari
modulator balans adalah DSB-SC yaitu frekuensi-frekuensi (10,7 MHz 1,5 kHz) berupa sisisisi atas (USB) dan sisi bawah (LSB) dengan pembawa ditekan. Untuk menghasilkan sinyal SSB
kemudian akan diteruskan pada filter-filter jalur sisi, yaitu filter bandpass sempit yang akan
hanya meneruskan jalur sisi frekuensi yang dikendaki. Jika pilihan tombol SSB pada LSB
maka titik potong filter jalur sisi adalah diantara (10,7 MHz 1,5 kHz). Agar keluaran
pemancar berada pada frekuensi
2,182 MHz, diperlukan sebuah penguat RF dan mixer yang berfungsi mencampurkan
output SSB dengan osilator lokal pada frekuensi 12,882 MHz. Untuk mencegah
harmonisa
dan cacat gelombang pada output pemancar perlu menggunakan penguat-penguat linier dan
filter LPF sebelum dihubungkan ke antena atau dummy load, sebab output dari mixer adalah
(12,882 10,7) MHz dan bila diambil selisihnya adalah 2,182 MHz. Bila pemancar
diinginkan untuk mode keluaran AM pilihan tombol harus diubah ke A3H.
Sinyal suatu gelombang amplitudo modulasi, mempunyai power dua pertiga bagian
terdapat pada pembawa(carrier) dan hanya sepertiga bagian terdapat pada kedua sidebandnya. Karena informasi sinyal tersebut hanya mengisi dua side- band, dan carrier hanya
berfungsi sebagai gelombang pembawa saja, maka pemakaian power suatu transmitter dapat
lebih efisien, jika carrier dihilangkan dan yang dipancarkan hanya kedua side-band atau
sebuah side band saja. Salah satu cara untuk menghilangkan carrier tersebut, adalah
dengan menggunakan sebuah balanced modulator.
adalah memasukkan sinyal carrier sedemikian rupa, sehingga pada output hanya terdapat
kedua side-bandnya saja. Juga output berharga nol atau mendekati harga nol, bila sinyal audio
tidak ada. Output yang demikian dapat diperoleh dengan men-feeding audio sinyal secara
push-pull, carrier frekuensi
Penggunaan balanced modulator selain dalam SSB transmitter, juga banyak dipakai dalam
carrier current
telephone,
balanced modulator ada yang terdiri dari tabung, diode, transistor atau integrated circuit.
Sedang pemilihan rangkaian balanced modulator tersebut, tergantung pada keadaan dan
kebutuhannya. Telah dijelaskan bahwa balanced modulator adalah sebuah alat yang
digunakan untuk meredam semaksimum mungkin gelombang carrier dari kedua side-band
atau gelombang amplitudo modulasi. Setiap balanced modulator harus mempunyai sifat
sebagai berikut, yaitu tidak ada output signal modulating input. Akibatnya , output balanced
modulator akan berupa kedua side-band dari gelombang amplitudo modulasi (DSB).
Macam rangkaian dasar Balanced Modulator :
1) Bipolar transistor Balanced Modulator
2) Rectifier type Balanced Modulator
1.1.4. Langkah percobaan :
1) Pasang probe, TP1 pada kanal 1
2) Hidupkan Oscilloscope.
3) Atur posisi tombol time/div pada
1
=0,6 ms 500 s
1500 Hz
pada 0,05 V/div, lalu tekan call maka akan muncul hasil output dari TP1
4) Pasang probe, lepaskan TP1 pada kanal 1 lalu pasang TP2 pada kanal 1. Kemudian atur pada
200 mV/div dan time/div pada 100 ns. Maka akan muncul hasil output pada TP2 pada kanal 1.
Blok diagram :
Tp1
BAL.
MOD.
bfr
MIC
call
CAR. OSC.
A
TONE OSC.
1,5 KHz
bfr
callib
Tp2
X_TAL
10,7 MHz
Pengamatan TP 1
Pengamatan TP 2
Pertanyaan:
1) Tentukan frekuensi pada tiap-tiap pengamatan.
2) Tentukan amplitudo level.
3) Mengapa terjadi osilasi sebelum function call di switch ? Jelaskan !
12) Pindahkan probe kanal 2 pada TP 3.
Blok Diagram :
Tp1
A
Tp3
BAL.
MOD.
bfr
MIC
call
CAR. OSC.
A
TONE OSC.
1,5 KHz
bfr
callib
X_TAL
10,7 MHz
6) Pasang probe kanal 1 pada TP1 dan probe kanal 2 pada TP3
Tp2
1
=0,6 ms 500 s
1500 Hz
8) Tekan Call untuk melihat output dari TP1 dan TP3 pada osiloscope
9) Atur Trigger level sampai terlihat gambar yang bagus.
10) Kemudian tekan tombol stop/run pada osiloscope agar output dari TP1 dan TP3 tidak
bergerak.
11) Lihat dan gambar bentuk gelombang outputnya pada TP1 dan TP3.
12) Bandingkan keduanya.
Hasil
pengamatan :
Kanal 1 ( TP. 1 ) :
Kanal 2 ( TP. 3 ) :
: Melihat
pada osiloskop
bentuk
pembawa
Modulator
dilewatkan pada suatu filter. Pada filter, side band yang tidak diinginkan diredam, hingga didapat
suatu output berupa suatu Single Side Band. Disini dipakai suatu konversi frekuensi SSB,
karena filter mekanik (mechanical filter) lebih baik untuk peredaman frekuensi yang tidak
diinginkan dari pada dengan sistem kristal filter dengan ukuran komponen yang sama.
Hal ini dikarenakan getaran mekanik punya kecepatan yang rendah daripada filter kristal.
Karena itu panjang gelombang getaran secara mekanik lebih panjang.
Informasi
Penguat
Audio
Modulator
Balans
Filter
BPF
Mixer
Balans
Output SSB
Osilator
Pembawa
Osilator
Konversi
Input
informasi
Penguat
Audio
Modulator
Balans
Penggeser
Fasa 90
Penggeser
fasa 90
Output USB
Rangkaian
Penjumlah
Osilator
Pembawa
Modulator
Balans
Input
informasi
Low Pass
Filter
Penggeser
Fasa 90o
Penggeser
Fasa 90o
Pembawa
Audio
Modulator
Balans
Modulator
Balans
Pembawa
RF
Low Pass
Filter
Modulator
Balans
Rangkaian
Penjumlah
Output
LSB
2) Atur osiloskop pada 50mV/div dan 1 s/div, amati dan gambar hasilnya.
3) Tekan tombol CALL pada demonstrator.
4) Bandingkan hasil output dari TP 4 dan TP 3
5) Amati hasil frekuensi pada TP4 dan bandingkan dengan perhitungan LSB (10.700 kHz -1,5 kHz
= 10.698,5 kHz)
Hasil pengamatan :
Kanal 1 ( TP 3 ) :
Kanal 2 ( TP 4 ) :
1.3. Pembangkitan AM
1.3.1. Tujuan :
1) Untuk
mengetahui
gelombang
amplitudo
yang
terdiri
dari
beberapa gelombang
gelombang
AM dan menghitung
indek modulasi
dengan
pembawa
termodulasi.
1.3.2. Alat Yang Digunakan :
1) Transceiver SSB/AM Demonstrator
2) Oscilloscope (20 MHz)
3) Kabel BNC to BNC : 2 buah
1.3.3. Teori :
Modulasi amplitudo adalah suatu sistem modulasi yang mana besar amplitudo gelombang
pembawa tegangan pemodulasi.
Gelombang pembawa : Vc (t) = Vc sin c t
Informasi : Vm (t) = Vm sin m t
Dalam modulasi amplitudo besar sudut fasa dapat diabaikan dan tidak mengubah hasil akhir.
Tetapi dalam modulasi frekuensi atau modulasi fasa hal tersebut tidak dapat diabaikan.
Amplitudo pembawa yang termodulasi (modulated carrier) dapat dituliskan sebagai
berikut :
A(t) = Vc + Vm (t)
= Vc + Vm sin m t
= Vc (1 +
Vm
Vc
Indeks
modulasi m
Vm
sin m t)
; 0<m<1
Vc
L
S
B
carrier
Spektrum frekuensi AM :
U
S
B
Pc : PUSB : PLSB = 1 : m / 4 : m /4
Pt
Pt
Pc
= Pc + PUSB + PLSB
2
= (1 + m /2)
1+m /2
It = Ic 1 + m 2 / 2
m =
2{(It / Ic) 1}
VMIN
VMAK VMIN
VMAK + VMIN
Tp 3
BAL.
MOD.
bfr
bfr
AM
MIC
call
CAR. OSC.
A
TONE OSC.
1,5 KHz
bfr
callib
X_TAL
10,7 MHz
USB
FILTER
Tp2
USB
TX
FILTER
AM
RX
AM
FILTER
6)Bandingkan dan amati gambar bentuk gelombang dari TP2 dan TP4
7) Gambarkan bentuk gelombang dan tentukan besarnya level tegangan VMAK dan VMIN.
10) Tentukan indek modulasi AM.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 2)
Kanal 2 (TP 4)
1.4. Mixer
1.4.1.Tujuan : Menentukan hasil konversi frekuensi dari modulator terhadap frekuensi
osilator lokal ke frekuensi yang dikehendaki.
A3H
Kanal 1 (TP 4)
Kanal 2 (TP 5)
Kanal 2 (TP 6)
LSB
Kanal 1 (TP 4)
Kanal 2 (TP 5)
Kanal 2 (TP 6)
4) Catat frekuensi yang dihasilkan pada TP 7.(TP7 = selisih dari TP4 dan TP5)
5)
6) Pasang TP1 pada kanal 1, lalu bandingkan TP7 dan TP1 untuk melihat sinyal informasi
pada sinyal carrier.
7) Hasil Pengamatan :
Kanal 2 (TP 7)
Lampiran
Teori :
frekuensi kerjanya adalah 2,182 MHz, sedangkan osilator pencampur yang digunakan
adalah sama dengan yang dipakai pada pemancar yaitu 12,882 MHz. Dengan demikian
keluaran mixer selisihnya setelah di Mixer adalah 10,7 MHz. Gelombang yang dihasilkan
dari keluaran filter IF adalah lebih besar amplitudonya daripada yang dihasilkan setelah
mixer. Hasil dari keluaran filter IF diteruskan ke filter USB atau LSB atau AM pemilihan
ini akan menghasilkan gelombang yang sesuai dengan keinginan yang akan dikuatkan lagi
sebelum didetektor untuk mendapatkan kembali gelombang informasi. Sedangkan untuk
gelombang informasi yang dihasilkan dari detektor masih belum murni gelombang
informasi melainkan masih bercampur dengan pembawa. Setelah itu akan diteruskan
menuju rangkaian filter dan SQL yang akan menghasilkan bentuk gelombang informasi
murni.
Pencampuran terjadi bila sinyal input termodulasi dan osilator lokal bercampur melalui
suatu rangkaian transfer yang tidak linier yang umumnya disebut rangkaian mixer.
Keluaran dari rangkaian pencampur (mixer) banyak mengandung komponen-komponen
sinyal termasuk frekuensi selisih dan jumlah, serta beberapa frekuensi harmonisanya. Oleh
karena itu dengan osilator tertentu ada dua kemungkinan sinyal yang dapat lolos melalui
rangkaian mixer dari frekuensi yang dikehendaki untuk keluar dari IF. Jika keluaran IF
yang diharapkan adalah frekuensi selisih, misalkan untuk input sinyal 2,182 MHz
sedangkan osilator lokal adalah 12,882 MHz untuk menghasilkan keluaran frekuensi IF
yang dikehendaki adalah 10,7 MHz, maka ada frekuensi sinyal lain yang bila dicampur
dengan osilator tersebut juga dapat menghasilkan selisih sama dengan frekuensi IF (10,7
MHz) yaitu frekuensi sinyal 23,582 MHz, frekuensi inilah yang dinamakan frekuensi
bayangan (image frequency). Meskipun pada transceiver ini hal tersebut cukup sulit terjadi
mengingat BPF yang ada pada sisi penala cukup jauh yaitu frekuensi tengah yang
diloloskan adalah berada pada kisaran 2,182 MHz. Namun jika pemancar dengan frekuensi
bayangan cukup besar amplitudonya kemungkinan pengaruhnya juga masih tetap ada,
karena itu diperlukan suatu penekanan terhadap frekuensi bayangan tersebut ditentukan
oleh BPF yang terletak pada bagian penala sebelum frekuensi tersebut dicampur pada
mixer agar selisih yang sama dari sinyal yang tidak dikehendaki dapat terjadi.
2.1.4.
Langkah percobaan :
Kanal 2 (TP 5)
9)
10)
Amati bentuk gelombang dan gambarkan serta tentukan besar level tegangan.
Hasil Percobaan :
Kanal 1 ( TP 9)
Kanal 2 (TP 5)
Tujuan :
Teori :
Pada umumnya output dari mixer pada penerima yang akan diteruskan pada tingkat IF
adalah merupakan selisih antara frekuensi osilator lokal dengan frekuensi sinyal dari
penala. Karena itu filter pada rangkaian IF sangat menentukan sekali selektivitas sebuah
penerima, demikian juga terhadap penekanan pada frekuensi bayangan. Ada beberapa
standar frekuensi yang digunakan terhadap frekuensi IF dan ini tergantung pada jenis
modulasi serta lebar informasi yang dibawa, misalnya IF = 455 kHz (AM-MF), IF = 10,7
MHz (FM-VHF), IF = 45 MHz (TV-VHF), IF = 70 MHz (RX-satelit).
2.2.4.
Langkah percobaan :
Kanal 2 (TP 9)
2.3. Demodulator AM
2.3.1 Tujuan : Mendapatkan kembali gelombang informasi dari sinyal AM.dengan
frekuensi pembawa sebesar 10,7 MHz yang ditimbulkan oleh osilator lokal
pada IF.
2.3.2.
Teori :
Langkah Percobaan :
1) Atur RF signal generator dengan frekuensi 2,182 MHz dan 20 dBm dimodulasi
AM pada indek modulasi 50%.
2) Hubungkan RF generator pada TP 8.
3) Atur switch mode pada A3H.
4) Hubungkan osiloskop kanal 1 dengan TP 12 dan kanal 2 dengan TP 14.
7)
8)
Atur posisi tombol time/div pada 1 msec dan tombol volt/div pada 0,1 V.
9)
Atur posisi volume sehingga didapatkan amplitudo sebagai pengaruh dari posisi
pengaturan volume suara yang dikehendaki.
10)
Tujuan :
Langkah Percobaan :
Langkah Percobaan :
5)
Amati bentuk gelombang dan tentukan levelnya untuk kana1 dan kanal 2
Hasil Percobaan :
Kanal 1 (TP 12)
Kanal 2 ( TP 13)
6)
7)
Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan untuk kanal 1
dan kanal 2.
Hasil percobaan :
Menghasilkan bentuk gelombang dan level amplitudo yang sama pada langkah
percobaan 6.
8)
Amati bentuk gelombangnya, gambar dan tentukan level tegangan pada kanal 1 dan
kanal 2.
Hasil percobaan :
Kanal 1 (TP 12)