Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM

Pengukuran Parameter Dasar Antena Dan Low Pass


Filter Dengan Vector Network Analyzer (VNA)
I. Tujuan Percobaan
a. Terampil menggunakan alat ukur Vector Network Analyzer (VNA) untuk mengukur
parameter perangkat telekomunikasi.
b. Mampu mengukur parameter dasar antena menggunakan VNA.
c. Mampu mnegukur parsmeter sebuah Low Pass Filter frekuensi tinggi menggunakan
VNA.

II. Dasar Teori


2.1 Parameter-S
Parameter-S (Scattering Parameter) digunakan untuk menjelaskan aliran sinyal
dalam perangkat (Device) yang diukur. VNA Field Fox dapat mengukur empat
Parameter-S. Keempat parameter-S itu adalah:
S11 = pengukuran pantulan (reflection) pada port-1.
S11 = Return Loss = -20 log|Гin| (dB)
S21 = pengukuran perbandingan maju antara daya di Port-1 terhadap daya
keluaran di Port-2. Satuan dalam dB.
S21 = (P1) dBm - (P2) dBm (dB)
S12 = pengukuran perbandingan daya balik antar daya di Port-2 terhadap daya
di Port-1. Satuan dalam dB.
S12 = (P2) dBm - (P1) dBm (dB)
S22 = pengukuran pantulan di Port-2.
S12 = Return Loss diPort-2 = -20 log|Гout| (dB)
Dimana koefisien pantul adalah,

Pemantulan menyebabkan rugi-rugi pantulan atau Return Loss yang dinyatakan


dengan persamaan:
VNA FieldFox dapat pula mnegukur impedansi antena atau filter sebagai fungsi
frekuensi, dan VSWR fungsi frekuensi. Pengukuran impedansi antena oleh VNA
FieldFox ditampilkan dalam bentuk Smith Chart, dan pengukuran VSWR Antena
ditampilkan dalam bentuk grafik VSWR fungsi frekuensi pada layar VNA.
Gambar 1, memperlihatka blok diagram pengkuran parameter-S menggunkan
VNA FieldFox N9923A.

2.2 Parameter Dasar Antena


Setiap antena mempunyai parameter dasar yang menjadi sifat atau karakteristik
antena tersebut. Antar lain:
a. Frekuensi resonansi
b. Bandwidth
c. Impedansi
d. Gain dan direktivitas
e. VSWR
f. Return Loss
g. Pola radiasi
Pada percobaan ini, VNA FieldFox dapat digunakan untuk mengukur: frekuensi
resonansi, bandwidth frekuensi, impedansi, VSWR, dan Return Loss.

Pengukuran parameter antena menggunakan VNA FieldFox, akan menempatkan


antena sebagai beban (load) dan VNA sebagai sumber.
Terminal Port-1 pada VNA memiliki impedansi sebesar Z1 = 50 Ω. Bila
impedansi terminal antena adalah ZA, adalah,
ZA = RA ± j XA (3)
RA = resistansi antena dalam satuan Ohm
XA = reaktansi antena dalam satuan Ohm
Maka koefisien pantul antara antena adalah,

Hubungan antara pemantulan rugi-rugi pantulan atau Return Loss yang dinyatak
dengan persamaan (2).
Koefisien pantul |ГL| memiliki hubungan matematika dengan Voltage Standing
Wave Ratio (VSWR) yang dinyatakan dengan persamaan,

Gambar 3, memperlihatkan pemodelan antena sebagai beban bagi VNA FieldFox


(sumber).
2.3 Parameter Dasar Low Pass Filter
Perhatikan gambar 7. Pada gambar 7a, diperlihatkan sebuah respon frekuensi
filter LPF ideal. Semua frekuensi diatas frekuensi cut-off, mengalami redaman
total sehingga semua sinyal yang memiliki frekuensi diatas frekuensi cut-off tidak
dapat diloloskan oleh filter LPF.
Gambar 7b, memperlihatkan respons frekuensi sebuah filter LPF tidak ideal.
Ketidak-idealan filter LPF ini dapat dilihat pada respons frekuensi dengan
penjelasan sebagai berikut:
 Pada pita lolos (pass-band), mengalami redaman yang disebut sebagai
rugi-rugi sispan atau Insertion Loss (IL). Inserton Loss dinyatakan dalam
satuan dB.
 Terdapat daerah transisi dari pass-band ke stop-band. Filter yang baik
akan memiliki daerah transisi yang curam. Tingkat kecuraman daerah
transisi diukur dengan satuan Faktor Bentuk atau Shape Factor. Shape
Factor didefinisikan sebagai,

 Frekuensi cut-off didefinisikan sebagai frekuensi dimana daya sinyal


keluaran filter mengalami redaman sampai setengah daya masukan.
Dalam satuan logaritma, 12 atau 0.5 sama dengan -3dB (10 log 0.5).
 Pada gambar 7c, terdapat ripple pada daerah pass-band.

Setiap filter LPF harus memiliki impedansi input/output tertentu. Pada percobaan
kita, impedansi input-output filter LPF sekitar 50 Ohm. Dalam percobaan ini,
parameter yang akan di ukur yaitu koefisien pantul pada input (S11) filter dan
koefisien pantul pada terminal keluaran filter (S22). Selain itu akan diukurpula
Insertion Loss (S21) pada filter LPF. Semua parameter ini dapat diukur
menggunakan VNA FieldFox.
III. Langkah Kerja
3.1 Pengenalan Alat Ukur RF Vector Analyzer Aginelt N9923A
3.2 Prosedur Pengukuran
1. Pasanglah konektor Charger DC ke Input terminal DC cord pada sisi samping
VNA.
2. Instalasi antena dan dummy load seperti pada Gambar 9 dan 10.
3. Tekan tombol Power (1) hingga VNA dalam keadaan ON.
4. Atur frekuensi kerja VNA dengan menekan tombol Feq/Dist, kemudian tekan
tombol Start dan ketik angka 1.81 disusul tekan tombol MHz pada panel (17)
dekat layar, maka pada layar akan tertulis frekuensi Start 1.810 MHz.
Kemudian tekan tombol Stop disusul angka 1.850 dan tombol MHz. Pada
layar akan tertulis frekuensi Stop 1.850 MHz. Dengan demikian maka VNA
sudah disetel bekerja pada frekuensi 1.810 MHz sampai 1.850 MHz.
Catatan: pengaturan frekuensi Start dan Stop disesuaikan dengan frekuensi
kerja antena.
5. Agar gambar grafik pada layar mudah dibaca, aturlah skala ukur untuk sumbu
vertikal. Tekan tombol Amptd pada layar, skala sumbu vertikal secara
otomatis 10dB/div. Ubah dengan cara menekan tombol angka yang lebih
kecil, misalnya 5 disusul tekan tombol dB. Maka skala sudah berubah
menjadi 5dB/div. Tiap garis adalah 1 divisi atau 1 bagian. Silahlan mengubah
skala sampai tampilan gambar lebih baik di layar.
6. Tekan tombol Marker, kemudian putar tombol Dial (16) sehingga marker
(penanda) bergerak sampai mencapai level terendah Return Loss pada grafi.
Besaran frekuensi dan level Return Loss ditampilkan pada kanan atas layar.
Contoh pengukuran seperti diperlihatkan pada Gambar 12 diatas diaman pada
diperoleh Return Loss -53.42 dB pada frekuensi 1826 MHz. Frekuensi yang
ditunjukkan menyatak frekuensi resonansi antena.
7. Amati layar. Gambar grafik pada layar menyatakn grafik Return Loss antena
sebagai fungsi frekuensi. Gambar 13 memperlihatkan contoh tampilan pada
layar untuk pengukuaran Return Loss (S11) antena.

8. Tahap berikutnya adalah mengukur impedansi antena. Tekan tombol Format


yang terdapat di abawah tulisan Format [Log Mag]. Kemudian tekan tombol
yang sejajar dengan tulisan Smith. Maka pada layar akan tampil grafik Smith
Chart seperti pada gambar 15. Impedansi antena diukur pada frekuensi
dimana posisi marker/cursor berada. Nilai impedansi dan frekuensi saat itu
dapat dibaca pada kanan atas layar. Contoh padal gambar 15. Frekuensi =
1828 MHz, imepdansi = 49.9 – j0.8 Ohm. Tanda negatif pada frekuensi
menyatakan bahwa impedansi antena bersifat kapasitif.
9. Tahap berikutnya adalah mengukur VSWR antena. Tekan tombol VSWR
maka akan tampil pada layar grafik SWR seperti pada Gambar 16. Posisi
kursor menyatakan posisi SWR terendah pada frekuensi 1828 MHz dengan
nilai SWR = 1.019 (lihat kanan atas layar).

10. Untuk menormalisir kembali VNA, tekan tombol yang sejajara dengan
Format dan tombol Log Mag. Maka VNA akan menampilkan kembali grafik
S11 atau Return Loss.
11. Tahap berikutnya adalah pengukuran Low Pass Filter (LPF). Tekan tombol
selama 1 detik Power agar VNA dalam posisi Standby. Kemudian lepas
antena dari Port-1.
12. Pasanglah LPF pada Port-1. Hubungkan ujung LPF lainnya dengan kabel
Coaxial yang sudah tersedia. Ujung kabel Coaxial koneksikan ke Port-2. Lihat
Gambar 16.

13. Tekan tombol power agar VNA kembali ON. Atur kembali skala Frekuensi
dan Amplitudo agar tampilan grafik pada layar terlihat mudah dibaca.
Misalnya Frekuensi Start = 300 MHz dan Frekuensi Stop = 550 MHz.
14. Tampilan normal yang pertama muncul di layar adalah parameter S11.

15. Pengukuran rugi-rugi sisipan/redaman (Insertion Loss) filter LPF. Tampilkan


grafik S21 pada layar. Kemudian ubah skala ukur amplitudo dengan menekan
tombol Scale/Amptd dan tombol Scale. Ubah skala menjadi 0.5 dB. Maka
pada layar akan ditampilkan grafik respons frekuensi LPF pada bagian pass
band seperti pada Gambar 19. Pada gambar terlihat bahwa redaman filter
sebesar 0.5270 dB.

16. Ukurlah filter LPF lainnya kemudian catat dan gambarkan hasil
pengukurannya.
17. Buatlah laporan lengkap dari seluruh hasil pengukuran yang sudah dilakukan.
Analisis hasil pengukuran harus merujuk pada acuan teoritik dan tujuan
percobaan.
18. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan tujuan percobaan. Jangan
sekali-kali menyontek dalam membuat analisa dan kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai