Anda di halaman 1dari 16

1

PRAKTEK SISTEM TELEKOMUNIKASI RADIO - ON LINE

LAPORAN
PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI RADIO

IMPLEMENTASI TEKNIK SPACE DIVERSITY MENGGUNAKAN PATHLOS V-4.0

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Praktikum Sistem Telekomunikasi Radio
Semester 3
Pengajar :
IR. HUDIONO, M.T.

Penyusun:

Penyusun:
D3TT-2A

NAMA : Almas Abyan Safwah


ABSEN: 06
NIM : 2031130036

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
Hudiono –
2021
TANGGAL PERCOBAAN : 03/12/2021

PERCOBAAN 6

IMPLEMENTASI TEKNIK SPACE DIVERSITY MENGGUNAKAN PATHLOS V-4.0

Kompetensi yang dicapai:


1. Mampu menjelaskan kebutuhan metode space diversity berdasarkan nilai time
avaibility dan ketidak stabilan receive signal level pada sistem komunikasi radio LOS
2. Memahami tentang bagaimana menentukan Menentukan nilai estimasi spasi antena
diversity terhadap posisi antena utama (main antennas).
3. Memahami tentang pengaruh spasi antena diversity terhadap perubahan nilai time
avaibility

1. Tujuan Percobaan :
1.1 Menentukan tingkat kebutuhan metode space diversity berdasarkan nilai time
avaibility dan ketidak stabilan receive signal level pada sistem komunikasi radio LOS.
1.2 Menentukan nilai estimasi spasi antena diversity terhadap posisi antena utama
(main antennas)
1.3 Menguji pengaruh spasi antena diversity terhadap perubahan nilai time avaibility

2. Alat-alat dan Modul yang Digunakan :


2.1 Laptop dan Koneksi Internet.
2.2 Pathlos V-4.0 dan kelengkapannya

3. Landasan Teori
3.1 Diversity antenna : Metode Space diversity
Penerima dari radio gelombang mikro menerima sinyal dari dua atau lebih antena
yang terpisah secara vertikal atau menggunakan beberapa receiver yang umumnya dua
sistem dengan antenanya yang diletakkan terpisah secara vertikal dalam jarak beberapa
panjang gelombang (𝗁) satu sama lain. Oleh karena dimensinya adalah jarak, maka dikatakan
sebagai jenis teknik space Diversity atau peragaman ruang, Setelah sinyal diterima oleh
masing-masing antena kemudian secara simultan akan dihubungkan ke Diversity combiner
untuk menggabungkan sinyal yang diterima oleh antena penerima, Konfigurasi space
Diversity ditunjukkan gambar 6.1
Gambar 6.1 Teknik Space Diversity

Untuk mencari nilai panjang gelombang (𝗁) adalah dengan persamaan;


𝑐
𝗁=
𝑓

Dengan,
𝗁 = panjang gelombang (m)
𝑐 = kecepatan rambat cahaya (3 x 108 𝑚𝑠−1 )
𝑓 = frekeunsi antenna (GHz)
Kenyataanya adalah untuk menerima sebuah sinyal informasi digunakan 2 atau lebih
antenna, yang dipasang secara vertical atau horizontal dimana di antenna utama dan
antenna Diversity berjarak 100𝗁 - 200𝗁.
Sistem transmisi menggunakan teknik Space Diversity untuk mengatasi fading akan
diperoleh factor perbaikan dengan persamaan 2.7 sebagai berikut.

𝐼𝑆𝐷 𝑐 𝐴
= 1,2 x 10 −3 x x 𝑠2x 𝑣2x 10
𝑓 10

Dengan,
𝐼𝑆𝐷 = factor perbaikan (dB)
𝑠 = jarak antar antenna (m)
𝑣 = selisih RSL (mV)
𝐷 = panjang lintasan (km)
𝑓 = frekuensi (GHz)
𝐴 = Effective Fading Margin (dB)
Sinyal RF yang dipancarkan, mungkin dipantulkan oleh obstacle atau kondisi dari
lapisan atmosfer bumi dalam radio hop. Hal ini dapat berarti bahwa sebagian sinyal
mencapai antena penerima secara langsung, dan sebagian yang lain secara tidak langsung,
yaitu melalui sebuah pantulan dalam hop radio. Jika fase dari kedua sinyal sesampainya di
penerima berlawanan disebabkan oleh beda panjang lintasan (multipath propagation) maka
hal ini akan menyebabkan terjadinya fading.
Terdapat dua pilihan dalam pemrosesan sinyal yaitu, secara teknik ada yang
menggunakan switch dan combiner, tujuan dari menggunakan switch adalah untuk
mendapatkan sinyal yang paling baik dayanya. Sedangkan tujuan dari penggunaan combiner
adalah menggabungkan kedua sinyal untuk meminimalkan distorsi.

3.2 Pengaruh Teknik Diversity terhadap nilai Receive Level Signal (RSL)
Penerapan teknik diversity akan mempengaruhi besarnya cadangan daya (fading
margin). Contoh; untuk memperoleh BER 10-6, receiver signal level (RSL BER) rata-rata yang
harus dimiliki sistem hasil perencanaan adalah di kisaran –70 dBm. Sedemikian hingga untuk
improvement factor untuk space diversity (I SD) adalah 5,5 dB, maka received signal level
(RSL)Space Diversity = RSLBER + ISD = - 64.5 dBm.
Maka pada kondisi cuaca cerah BER sistem hasil perencanaan akan kurang dari BER :
10 , tetapi pada kondisi fade depth, BER 10-6 tetap terpenuhi, berarti path availability
-6

tercapai.

3.3 Implementasi Space Diversity Pada Komunikasi Line of Sight


Space diversity dapat mengurangi pengaruh multipath fading pada komunikasi radio
line of sight, dan mampu meninggkatkan availability hingga 99,9999133 %. Pada bagian ini
akan dianalisis tentang pengaruh space diversity pada jaringan komunikasi radio seluler
untuk dapat memenuhi kondisi sistem komunikasi yang optimal.

Gambar 6.2 Multipath Space Diversity


Space diversity yang direncanakan adalah menggunakan dua buah antena yang
dipasang pada jarak tertentu di antara kedua antena, dan dengan adanya pengaruh
multipath fading maka sinyal yang diterima oleh kedua antena akan menjadi berbeda.
Nilai selisih ketinggian antena dapat ditentukan menggunakan persamaan dibawah ini.
∆ℎ = ℎ1 − ℎ2 = 𝑝𝜆..........................................(A)
Keterangan :
p : Rentang spasi yang nilainya di antara 100 sampai dengan 200 kali.
 : Panjang gelombang
Availability adalah merupakan kehandalan sistem. Kebalikan dari availability adalah
unavailability. Di bawah ini adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan Fading
Margin untuk sistem Space Diversity.
1
𝐹𝑀 = 20 log 𝐷 + 5 log(2,5 𝑎 𝑏) − 5 log 𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ − 10 log 𝑠 + 𝑣 − 15,4
2
Keterangan :
FM : Fading Margin (dB)
s : Spasi vertikal di antara kedua antena (m)
a : faktor kekasaran bumi (terrain Roughness)
b : faktor iklim
𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ: ketidakhandalan system (Unavailability)
v : beda gain antar antena (dB)
Dari persmaan tersebut di atas, dapat diturunkan persamaan ketidakhandalan sistem
atau Unavailability, yaitu menjadi;

Sehingga,

Hubungan di antara kehandalan sistem dengan ketidakhandalan sistem juga dapat


ditentukan menggunakan persamaan di bawah ini.

Keterangan :
𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ: Ketidakhandalan system (Unavailability)
𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ : Kehandalan system (Availability)
Tabel 6.1 Parameter Time avaibility

3.3 Simulasi pemakaian Space Diversity Pada Sistem Komunikasi Radio Line of Sight
Pada bagian ini akan dilakukan simulasi untuk menentukan nilai avaibility sistem
komunikasi radio line of sight pada jaringan seluler, di mana yang pertama dilakukan tanpa
menggunakan Space Diversity dengan pemodelan bersifat MIMO 2x2, selanjutnya simulasi
dengan menggunakan Space Diversity.
Dalam melakukan simulasi dengan dan tanpa Space Diversity, parameter yang
digunakan adalah tetap sama, dan frekuensi yang digunakan adalah 23 Ghz, sehingga
menimbulkan nilai panjang gelombang  = 0,013043478 meter, tinggi antena utama (main
antennas) adalah 30m.
Dalam melakukan simulasi dengan Space Diversity, parameter yang diperlukan adalah
ketinggian antena diversity. Berdasarkan persamaan (A) di atas, selisih tinggi antena diversity
dapat ditentukan dengan 100 - 200. Simulasi dilakukan untuk nilai selisih tinggi antena
yang berbeda, yaitu di antara kedua nilai tersebut di atas, dengan kenaikan setiap 25.
Sehingga;
Tabel 6.2 Parameter Space Diversity
Nilai p h = (p) h2= h1- h
100 1,304347826 28,69565217
125 1,630434783 28,36956522
150 1,956521739 28,04347826
175 2,282608696 27,7173913
200 2,608695652 27,39130435
Nilai avaibility dapat ditentukan menggunakan persamaan (5-6), dan pada bagian ini
simulasi dilakukan dengan bantuan software aplikasi Pathloss 4.0, sedemikian nilai avaibility
dapat diperoleh, seperti berikut ini.
Untuk lintasan tanpa diversity, yaitu dengan nilai h = 0, nilai availability yang
diperoleh adalah 99,99975%. Sedangkan untuk lintasan dengan Space Diversity, nilai
avaibility-nya adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.2 di bawah ini.

Tabel 6.3 Nilai Avaibility terhadap perubahan Spasi Antena diversity h


Nilai h Avaibility
100 99,99989 %
125 99,99989 %
150 99,99989 %
175 99,99990 %
200 99,99990 %

Sedangkan nilai receive signal level (RSL) yang diperoleh adalah; untuk spasi antena
diversity 100, nilai receive signal (RSL) adalah -84,41 dBm, dan untuk 125 diperoleh RSL
adalah -84,29 dBm, untuk spasi 150, RSL adalah -84,17 dBm, untuk spasi 175, nilai RSL
adalah -84,05 dBm, dan untuk spasi 200, nilai RSL-nya adalah -83,94 dBm.

4. Langkah Percobaan
1. Persiapkan software aplikasi pathlos V-4.0 beserta kelengkapannya terutama peta digital
yang compatibel, dengan format “ .geo”.
2. Buka peta google aktif untuk merancang sistem komunikasi radio LOS di atas permukaan
air laut (dalam kasus ini dipilih komunikasi radio : di lintasan selat madura)
3. Buat dua titik site di atas peta google aktif untuk sistem komunikasi melewati selat
madura dan catat koordinatnya
4. Masukkan nilai koordinat tersebut (hasil poin 3) pada software aplikasi pathlos V-4.0,
lengkapi data nama site, tinggi antena dan isikan frekuensi 13 GHz
5. Pastikan software aplikasi Pathlos V-4.0 telah menggunakan peta yang sesuai dengan
lintasan komunikasi radio di poin 4 di atas
6. Atur tinggi antena sedemikian hingga clearance terhadap obstacle, melalui
pengaturan dengan memanfaatkan menu print profile dan catat hasilnya
7. Isikan komponen perangkat yang digunakan melalui menu worksheet, sehingga
dihasilkan nilai receive signal level di kisaran -30 dBm
8. Atur parameter-parameter lain termasuk faktor geoclimatic seperti gambar 6.3 di
bawah ini
Gambar 6.3 Menu pengaturan geoclimatic factor

9. Periksa nilai time avaibility pada link budget yang dihasilkan dan catat serta isikan
pada tabel hasil percobaan
10. Atur konfigurasi antena ke pemakaian teknik diversity melalui pengaturan menu
“antenna configuration” pilih TRDR-TRDR
11. Lakukan simulasi selisih tinggi (spasi) antena diversity di site 2 dengan 100 - 200.
dengan kenaikan setiap 25.
12. Setiap perubahan spasi antena poin 11, lakukan dengan memeriksa nilai time availability
yang dihasilkan, dan catat hasilnya serta isikan di tabel hasil percobaan
13. Periksa nilai relative receive signal level melalui menu “module-multipath  methode-
constant gradient  tombol grafik (calculate height-gain)”
14. Print hasil percobaan poin 13 di atas, berupa grafik relative receive signal level terhadap
perubahan tinggian antena dari permukaan bumi (AGL) yang tetap.
[Untuk komunikasi di atas permukaan air laut  Masalah poin 14 di atas bisa diartikan
sama : saat permukaan bumi di bawah lintasan berubah (karena pasang dan surutnya air
laut) terhadap tinggi antena yang konstan (tetap)]
15. Ukurlah berapa jarak di antara sinyal peak maksimum (menunjukkan spasi di antara dua
antena, yaitu; spasi diantara main antena dengan antena diversity. Catat hasilnya dan isi
ke form isian di halaman laporan sementara di bawah ini.
16. Hitung tinggi antena diversity, berdasarkan tinggi main antena dan spasi yang dihasilkan
pada percobaan poin 15.
17. Periksa nilai availability (% - sec) dan catat serta isikan di form isian di laporan sementara
18. Ulangi percobaan di atas di poin 13 s/d 17, untuk menentukan space diversity di site 1,
yang diawali dengan pilih menu “module-multipath  operation-reverse profile 
tombol grafik (calculate height-gain)”
19. Ubahlah frekuensi menjadi 18 GHz, dan ulangi langkah 11 s/d 18 dan
bandingkan hasilnya
20. Lakukan analisa hasil percobaan dan buatlah kesimpulannya

5. Hasil Percobaan
5.1 Hasil Percobaan Sementara
A. Site Near End : KENJERAN SURABAYA

Koordinat :
Longitude : 112.826993 BT
Latitude : -7.1889032 LS
Tinggi antena : 30 meter (AGL)
B. Site Far End : KWANYAR MADURA
Koordinat :
Longitude : 112.824767 BT
Latitude : -7.1866484 LS
Tinggi antena : 25 meter (AGL)
C. Frekuensi : 13.000 MHz
D. nilai %-sec : 99.99998-4.86
Print Profile
E. Nilai Avaibility terhadap perubahan Spasi Antena diversity h (untuk F = 13 GHz)

Nilai h Satuan (meter) Avaibility (%-sec)

100 2.3 2.65

125 2.875 2.24

150 3.45 2.16

175 4.025 2.16

200 4.6 2.16

Nilai tinggi antena [SITE-1] :


Main antena : 30 meter (AGL)
Diversity antena : 2.3
meter(AGL) Nilai availability : 2.65

Nilai tinggi antena [SITE-2] :


Main antena : 25 meter (AGL)
Diversity antena : 2.3 meter(AGL)
Nilai availability : 2.65
F. Grafik nilai relative receive signal level terhadap tinggi antena (untuk F = 13 GHz)

Nilai tinggi antena [SITE-1] :


Main antena : 30 meter (AGL)
Diversity antena : 2.3 meter(AGL)
Nilai availability : 2.65

Nilai tinggi antena [SITE-2] :


Main antena : 25 meter (AGL)
Diversity antena : 2.3 meter(AGL)
Nilai availability : 2.65

G. Nilai Avaibility terhadap perubahan Spasi Antena diversity h (untuk F = 13 GHz)

Nilai h Satuan (meter) Avaibility (%-sec)

100 2.3 2.65

125 2.875 2.24

150 3.45 2.16

175 4.025 2.16

200 4.6 2.16


Nilai tinggi antena [SITE-1] :
Main antena : 30 meter (AGL)
Diversity antena : 2.8
meter(AGL) Nilai availability : 2.24

Nilai tinggi antena [SITE-2] :


Main antena : 25 meter (AGL)
Diversity antena : 2.8
meter(AGL) Nilai availability : 2.24

H. Grafik nilai relative receive signal level terhadap tinggi antena (untuk F = 13 GHz)
E. Nilai Avaibility terhadap perubahan Spasi Antena diversity h (untuk F = 13 GHz)

Nilai tinggi antena [SITE-1] :


Main antena : 30 meter (AGL)
Diversity antena : 2.8
meter(AGL) Nilai availability : 2.24

Nilai tinggi antena [SITE-2] :


Main antena : 25 meter (AGL)
Diversity antena : 2.8
meter(AGL) Nilai availability : 2.24
I. REPORT
6. Analisa Hasil percobaan
7. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai