Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

REV : 00

Percobaan No.2
Pengukuran Karakteristik Kabel Coaxial

Oleh :
Kelompok 6/Kelas 3A
1. Nurul Zahra Nafila/191331021
2. Putri Anna Fitriya/191331022
3. Raihan Muhammad Ramdhani/191331023
4. Ramadhani Dwi Nugroho/191331024

Tanggal Praktikum : 04/10/2021


Tanggal Pengumpulan : 11/10/2021

Dosen Pengampu:
Sutrisno, BSEE., M.T.
Hanny Madiawati, S.ST, M.T.
Vitrasia, S.T., M.T.

PRODI TELEKOMUNIKASI - TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Oktober 2021
1. Percobaan No : 2

2. Judul Percobaan
Pengukuran Karakteristik Kabel Coaxial.

3. Tujuan
Di akhir percobaan mahasiswa dapat :
1) Memahami karakteristik, sifat, dan konstruksi kabel coaxial.
2) Mengukur karakteristik dari sebuah kabel coaxial, yaitu : redaman (loss),
faktor redaman (attenuation loss), koefisien refleksi (Γ), dan impedansi
beban (ZL).

4. Teori Pendahuluan
a. Kabel Koaksial
Kabel Coaxial adalah kabel tembaga yang dibuat khusus dengan
pelindung logam dan komponen lainnya yang bertujuan untuk memblokir
gangguan sinyal. [1] Instalasi jaringan menggunakan kabel ini relatif lebih
mudah dibandingkan dengan menggunakan kabel UTP akan tetapi kecepatan
akses pada kabel sedikit lebih lambat sehingga kebanyakan orang enggan
untuk menggunakannya. Kabel coaxial lebih efisien digunakan untuk sistem
jaringan dengan kapasitas yang sedikit karena kecepatan aksesnya yang tidak
memungkinkan untuk digunakan pada jaringan dengan kapasitas yang besar.
Kabel Coaxial memiliki fungsi sebagai media transmisi untuk
menyalurkan arus pada frekuensi tinggi juga memiliki fungsi yakni membagi
sinyal broadband atau sebuah sinyal dengan frekuensi tinggi.[2]
Kabel coaxial terdiri atas dua kabel yang diselubungi oleh dua tingkat
isolasi. Tingkat isolasi pertama adalah yang paling dekat dengan kawat
konduktor tembaga. Tingkat pertama ini dilindungi oleh serabut konduktor
yang menutup bagian atasnya yang melindungi dari pengaruh
elektromagnetik. Sedangkan bagian inti yang digunakan untuk transfer data
adalah bagian tengahnya yang selanjutnya ditutup atau dilindungi dengan
plastik sebagai pelindung akhir untuk menghindari dari goresan kabel.[3]
Gambar 4.1 Bagian Kabel Coaxial
Berikut adalah bagian-bagian kabel coaxial beserta fungsinya:
 Konduktor, bagian ini merupakan inti dari kabel yang berfungsi sebagai
lalu lintas data dalam jaringan
 Grounding merupakan kabel berserabut yang dipilin menyilang dan
mengelilingi isolator dalam. Bagian kabel ini berfungsi untuk
mengantisipasi pengaruh interfensi frekuensi listrik yang tidak
diinginkan.
 Isolator dalam merupakan bagian kabel yang berfungsi untuk
melindungi bagian konduktor.
 Isolator luar merupakan bagian kabel yang terletak pada kulit terluar
yang berfungsi sebagain pelindung kabel secara keseluruhan. [3]

Karakteristik Kabel Coaxial


Kabel Coaxial memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakannya dengan media transmisi lainnya, diataranya:
 Memiliki kecepatan transmisi data 10MBps sampai 100MBps
 Ukuran connectornya tergolong sedang (tidak terlalu kecil/besar)
 Memiliki panjang maksimal 555 meter
 Terbuat dari kawat baja berlapis tembaga dan dilapisi oleh beberapa
isolator sebagai isolasi gangguan
 Memiliki batasan koneksi sebanyak 30 device
 Setiap segment dilengkapi dengan ground[1]
Penggunaan Kabel Coaxial
Penerapan kabel coaxial pada kehidupan sehari-hari yaitu sebagai kabel
antena TV, LAN, kabel pemancar, kabel pada lift, terowongan bawah tanah
dan peralatan militer, kabel koneksi antar hardware pada stasiun tv/radio,
dan masih banyak lagi. [1]

Kelebihan dan Kekurangan Kabel Coaxial


Kelebihan :
 Jarak maksimum kabel lebih panjang jika dibandingkan dengan twister
pair cable.
 Harganya relatif murah.
 Kuat menahan gangguan external.
 Bisa digunakan untuk transmisi data analog dan digital.
 Memiliki bandwidth yang tergolong besar.
 Kemungkinan error lebih kecil.

Kekurangan
 Pemasangannya agak sulit
 Biaya perawatannya mahal
 Kaku [1]

Parameter-Parameter Pada Kabel Coaxial


1. Faktor Redaman Kabel
Ketika akan mengirimkan atau mentransmisikan data pada saluran
transmisi akan mengalami redaman. Semakin jauh jarak yang ditempuh
atau semakin panjang saluran yang digunakan maka semakin besar
redamannya. Untuk mengetahui besarnya redaman dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
loss (dB )
Att (dB / m) 
L ( m)
Sedangkan mencari loss menggunakan rumus :
Vincable (mV )
Loss (dB )  20 log
Voutcable (mV )
2. Impedansi Karakteristik Kabel
Impedansi karakteristik adalah impedansi yang diukur di ujung
saluran transmisi. Untuk memperoleh suatu nilai impedansi
membutuhkan nilai koefisien refleksi (ρ) yang dimana merupakan
perbandingan antara gelombang pantul dan gelombang datang. Berikut
merupakan rumus dalam mencari nilai impedansi:
l e ar e
th
ar
tl
leare h
te

Selain menggunakan rumus tersebut, untuk mengetahui nilai


impedansi dengan mengetahui perbandingan diameter luar dan diameter
dalam dengan menggunakan rumus:
rth
lh h a
t
Dengan,
D = diameter konduktor luar (outer)
d = diameter konduktor dalam (inner)

b. Directional Coupler
Directional coupler merupakan sebuah perangkat frekuensi tinggi (RF)
pasif yang mempunyai fungsi untuk mendistribusikan sinyal RF pada suatu
saluran menjadi dua bagian yang terpisah (Gelombang datang/incident wave
dan gelombang pantul/reflected wave) dan mempunyai kemampuan untuk
mengarahkan sinyal dan menggabungkan sinyal. [4]

Gambar 4.2. Single Directional Coupler (kiri) dan Dual Directional Coupler
(kanan)
Directional coupler terdapat dua jenis, yaitu single dan dual directional
coupler.
1. Single Directional Coupler
Single Directional Coupler adalah perangkat pasif RF yang memiliki
3 port yang terdiri dari port input, cpl dan output.
2. Dual Directional Coupler
Dual Directional Coupler adalah perangkat pasif yang
menghubungkan bagian daya transmisi dalam saluran transmisi dan
memiliki 4 port. Coupler jenis ini menggunakan dua saluran transmisi
yang dipasang berdekatan sehingga energi yang melewati satu
dihubungkan ke yang lain. Dalam hal ini dalam dapat dihibungkan
dengan beban 50 ohm, dan port luar dapat dihubungkan ke beban yang
berpotensi tidak cocok tanpa mempengaruhi directivity atau output pada
port yang digabungkan lainnya. [5]
5. Setup Pengukuran
1) Pengukuran Tegangan Input (Vin)

Gambar 5.1. Setup Pengukuran Vin

2) Pengukuran Vout atau Vin Cable

Gambar 5.2. Setup Pengukuran Vout atau Vin Cable

3) Pengukuran Tegangan Keluaran Kabel (Vout Cable)

Gambar 5.3. Setup Pengukuran Vout Cable


4) Pengukuran Tegangan Datang (Vinc)

Gambar 5.4. Setup Pengukuran Vinc

5) Pengukuran Tegangan Pantul (Vref)

Gambar 5.5. Setup Pengukuran Vref


6. Alat/Bahan yang Diperlukan
1) Kabel Koaksial Suhner Switzerland RG 213/U
2) Sweep Oscillator 8620C
3) Osiloskop GW-INSTEK GOS -622G
4) 86222A RF PLUG-IN, hp 0.01-2.4 GHz
5) Dual Directional Coupler
6) RF Detector
7) Terminator 50 Ω
8) Konektor N to BNC
9) Konektor M to BNC
10) Kabel BNC to BNC

7. Metode Percobaan & Analisis


1) Pengukuran Redaman (Loss)
Sebelum mengukur loss, kita perlu mengukur tegangan input dan
tagangan ouput (atau tegangan input kabel). Untuk pengukuran (set)
tegangan input (Vin) terdapat pada Gambar 5.1. dimana diperlukan set
frekuensi terlebih dahulu. Kemudian, pada RF output dipasang detector yang
terhubung dengan channel 2 osiloskop. Lalu, on-kan RF dan atur power
levelnya, serta set volt/div nya sebesar 50 mV, sehingga didapat tegangan
input (Vin) sebesar 300 mV (6 kotak x 50 mV) pada frekuensi 100 Mhz.
Lalu untuk pengukuran tegangan output terdapat pada Gambar 5.2. yang
di mana digunakan dual directional coupler (4 port), dimana port A sebagai
input, port C sebagai output, port B untuk mengukur Vref, dan port D untuk
mengukur Vinc. Port yang digunakan adalah port A sebagai input dan port C
yang dihubungkan ke channel 2 pada osiloskop. Dilihat dari osiloskop,
didapat tegangan output (Vout) sebesar 195 mV (3,9 kotak x 50 mV) pada
frekuensi 100 MHz. Tegangan output tersebut akan dijadikan tegangan input
kabel koaksial (Vin cable)
Lalu dilanjutkan dengan pengukuran Vout kabel koaksial dengan setup
seperti pada Gambar 5.3.. Port yang digunakan pada dual directional coupler
adalah port A dihubungkan ke input dari RF output dan port C sebagai input
ke kabel koaksial yang sudah dipasang detector dan terhubung ke channel 2
osiloskop. Dilihat dari osiloskop, didapat tegangan output kabel koaksial
(Vout cable) sebesar 125 mV (2,5 kotak x 50 mV) pada frekuensi 100
MHz.
Dari hasil ukur tersebut kita dapat menghitung besarnya Loss dengan rumus :
Vincable (mV )
Loss (dB )  20 log
Voutcable (mV )

Adapun hasil pengukuran dan grafik seperti di bawah ini :


Tabel 1. Hasil Pengukuran Loss
Frekuensi Vin Vout atau Vin Cable Vout Cable Loss
(MHz) (mV) (mV) (mV) (dB)
100 300 195 125 3,86
200 300 190 120 3,99
300 300 180 115 3,89
400 300 210 112,5 5,42
500 300 210 110 5,61
600 300 200 105 5,59

Grafik 1. Pengukuran Redaman (Loss)

Analisis :
Pada pengukuran redaman (Loss) batas frekuensi yang digunakan adalah
100-600 MHz dan tegangan input sumber adalah 300 mV (konstan).
Berdasarkan tabel pengukuran dan perhitungan di atas, pada frekuensi 100
MHz didapat tegangan input cable (Vin cable) sebesar 195 mV dan tegangan
output cable (Vout cable) sebesar 125 mV, sehingga dengan mengikuti rumus
redaman (loss), didapat loss sebesar 3,86 dB.
Kemudian pada frekuensi 200 MHz didapat tegangan input cable (Vin
cable) sebesar 190 mV dan tegangan output cable (Vout cable) sebesar 120 mV,
sehingga didapat loss sebesar 3,99 dB.
Pada frekuensi 300 MHz didapat tegangan input cable (Vin cable) sebesar
180 mV dan tegangan output cable (Vout cable) sebesar 115 mV, sehingga
didapat loss sebesar 3,89 dB.
Pada frekuensi 400 MHz didapat tegangan input cable (Vin cable) sebesar
210 mV dan tegangan output cable (Vout cable) sebesar 112,5 mV, sehingga
didapat loss sebesar 5,42 dB.
Pada frekuensi 500 MHz didapat tegangan input cable (Vin cable) sebesar
210 mV dan tegangan output cable (Vout cable) sebesar 110 mV, sehingga
didapat loss sebesar 5,61 dB.
Pada frekuensi 600 MHz didapat tegangan input cable (Vin cable) sebesar
200 mV dan tegangan output cable (Vout cable) sebesar 105 mV, sehingga
didapat loss sebesar 5,59 dB.
Lalu, berdasarkan Grafik 1. terlihat bahwa garis grafik relatif naik, yang
artinya semakin besar frekuensi maka redaman atau loss yang didapat
semakin besar.

2) Pengukuran Faktor Redaman atau Attenuation Loss (Att)


Pengukuran Attenuation Loss (Att) didapat dari hasil perbandingan loss
dengan panjang kabel koaksial. Sehingga, kita dapat menghitung besarnya
Attenuation Loss (Att) dengan rumus :
loss (dB )
Att (dB / m) 
L ( m)

Adapun hasil pengukuran dan grafik seperti di bawah ini :


Tabel 2. Hasil Pengukuran Faktor Redaman atau Attenuation Loss (Att)
Frekuensi L Loss Att
(MHz) (m) (dB) (dB/m)
100 3,86 0,077
200 3,99 0,079
300 3,89 0,077
50
400 5,42 0,108
500 5,61 0,112
600 5,59 0,111
Grafik 2. Pengukuran Faktor Redaman atau Attenuation Loss (Att)

Analisis :
Pada pengukuran faktor redaman atau attenuation loss (Att) batas
frekuensi yang digunakan adalah 100-600 MHz dan panjang kabel koaksial
adalah 50 meter (konstan). Berdasarkan tabel pengukuran dan perhitungan di
atas, pada frekuensi 100 MHz didapat loss sebesar 3,86 dB, sehingga faktor
redaman atau attenuation loss (Att) adalah sebesar 0,077 dB/m.
Kemudian pada frekuensi 200 MHz didapat loss sebesar 3,99 dB,
sehingga faktor redaman atau attenuation loss (Att) adalah sebesar 0,079
dB/m. Pada frekuensi 300 MHz didapat loss sebesar 3,89 dB, sehingga
faktor redaman atau attenuation loss (Att) adalah sebesar 0,077 dB/m. Pada
frekuensi 400 MHz didapat loss sebesar 5,42 dB, sehingga faktor redaman
atau attenuation loss (Att) adalah sebesar 0,108 dB/m. Pada frekuensi 500
MHz didapat loss sebesar 5,61 dB, sehingga faktor redaman atau attenuation
loss (Att) adalah sebesar 0,112 dB/m. Pada frekuensi 600 MHz didapat loss
sebesar 5,59 dB, sehingga faktor redaman atau attenuation loss (Att) adalah
sebesar 0,111 dB/m.
Lalu, berdasarkan Grafik 2. terlihat bahwa garis grafik relatif naik, yang
artinya semakin besar frekuensi maka faktor redaman atau attenuation loss
(Att) yang didapat semakin besar. Hal tersbut sudah sesuai dengan datasheet
kabel koaksial.
3) Pengukuran Impedansi Beban (ZL)
Sebelum mengukur impedansi beban, kita perlu mengukur tegangan
datang/incident (Vinc) dengan setup seperti pada Gambar 5.4. , dimana port
A pada directional coupler dihubungkan dari inputnya, port C dan port B
diterminasi 50 Ω, dan port D dipasang detector yang terhubung ke channel 2
pada osiloskop serta volt/div yang digunakan adalah 5 mV. Dilihat dari
osiloskop, didapat tegangan datang/incident (Vinc) sebesar 10 mV (2
kotak x 5 mV) pada frekuensi 100 MHz.
Kemudian mengukur tegangan pantul/reflection (Vref) dengan setup
seperti pada Gambar 5.5. , dimana port A pada directional coupler
dihubungkan dari inputnya yaitu dari RF output sebagai input, port D
diterminasi 50 Ω, port C sebagai output dihubungkan ke beban kabel
koaksial dan diterminasi 50 Ω, dan port B dipasang detector yang terhubung
ke channel 2 pada osiloskop serta volt/div yang digunakan adalah 1 mV.
Dilihat dari osiloskop, didapat tegangan pantul/reflection (Vref) sebesar
0,5 mV (0,5 kotak x 1 mV) pada frekuensi 100 MHz.
Dari hasil pengukuran tersebut kita dapat menghitung koefisien pantul
dengan rumus :
Vref (mV )

Vinc (mV )
Dan impedansi beban dengan rumus :
Zo (1  )
Z L ( ) 
(1  )
Keterangan : Impedansi sumber (bisa dillambangkan Zo atau Zs) = 50 Ω
(yang digunakan pada pengukuran ini).

Adapun hasil pengukuran dan grafik seperti di bawah ini :


Tabel 3. Hasil Pengukuran Koefisien Pantul (Γ) & Impedansi Beban (ZL)
Frekuensi Vinc Vref Koefisien Pantul ZL
(MHz) (mV) (mV) (Γ) (Ω)
100 10 0,5 0,05 55,26
200 10 0,5 0,05 55,26
300 9 0,5 0,055 55,82
400 10,5 0,5 0,047 54,93
500 11 0,7 0,063 56,72
600 11 0,7 0,063 56,72
Grafik 3. Pengukuran Koefisien Pantul (Γ)

Grafik 4. Pengukuran Impedansi Beban (ZL)

Analisis :
Pada pengukuran koefisien pantul (Γ) dan impedansi beban (ZL) batas
frekuensi yang digunakan adalah 100-600 MHz dan impedansi sumber (Zo)
sebesar 50 Ω. Berdasarkan tabel pengukuran dan perhitungan di atas, pada
frekuensi 100 MHz didapat tegangan incident (Vinc) sebesar 10 mV dan
tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,5 mV, sehingga dengan mengikuti rumus
koefisien pantul (Γ) dan impedansi beban (ZL), didapat koefisien pantul (Γ)
sebesar 0,05 dan impedansi bebas (ZL) sebesar 55,26 Ω.
Kemudian pada frekuensi 200 MHz didapat tegangan incident (Vinc)
sebesar 10 mV dan tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,5 mV, sehingga didapat
koefisien pantul (Γ) sebesar 0,05 dan impedansi beban (ZL) sebesar 55,26 Ω.
Pada frekuensi 300 MHz didapat tegangan incident (Vinc) sebesar 9 mV
dan tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,5 mV, sehingga didapat koefisien
pantul (Γ) sebesar 0,055 dan impedansi beban (ZL) sebesar 55,82 Ω.
Pada frekuensi 400 MHz didapat tegangan incident (Vinc) sebesar 10,5
mV dan tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,5 mV, sehingga didapat koefisien
pantul (Γ) sebesar 0,047 dan impedansi beban (ZL) sebesar 54,93 Ω.
Pada frekuensi 500 MHz didapat tegangan incident (Vinc) sebesar 11 mV
dan tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,7 mV, sehingga didapat koefisien
pantul (Γ) sebesar 0,063 dan impedansi beban (ZL) sebesar 56,72 Ω.
Pada frekuensi 600 MHz didapat tegangan incident (Vinc) sebesar 11 mV
dan tegangan refleksi (Vref) sebesar 0,7 mV, sehingga didapat koefisien
pantul (Γ) sebesar 0,063 dan impedansi beban (ZL) sebesar 56,72 Ω.
Lalu, berdasarkan Grafik 3 dan Grafik 4. terlihat bahwa garis grafik
relatif naik, yang artinya semakin besar frekuensi maka koefisien pantul (Γ)
dan impedansi beban (ZL) yang didapat semakin besar.
Akan tetapi pada datasheet, kabel koaksial memiliki impedansi 50Ω ±
2Ω sedangkan dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat impedansi
sebesar 54,93Ω - 56,72Ω. Hasil yang didapatkan berbeda dengan pada
datasheet dapat dikarenakan kondisi alat dan bahan yang digunakan.
8. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1) Directional Coupler CH-132 memiliki 4 port, yaitu port A (input), port C
(output), port B untuk mengukur Vref, dan port D untuk mengukur Vinc.
2) Kabel koaksial yang digunakan adalah RG 213/U yang memiliki impedansi
50Ω ± 2Ω dan frekuensi maksimal 1 GHz.
3) Parameter atau karakteristik dari pengukuran Coaxial Cable ini adalah
Redaman (Loss), Attenuation (Att), dan Impedansi Beban (ZL).
4) Redaman (Loss) didapat dengan rumus:
Vincable (mV )
Loss (dB )  20 log
Voutcable (mV )
Vin cable didapat dari pengukuran dengan menghubungkan beban
sebesar 50 ohm ke port Vinc dan Vref kemudian menghubungkan RF
Detector ke port out. Vout cable didapat dengan menghubungkan terminator
50ohm ke port Vinc dan Vref kemudian port out dari Directional Coupler
dihubungkan menggunakan kabel koaksial ke detector RF. Grafik yang
dihasilkan adalah Loss semakin besar seiring dengan semakin besarnya
frekuensi.
5) Attenuasi didapat dengan membagi nilai Loss dengan panjang dari kabel
koaksial dan dituliskan dengan rumus:
t
tt h 䂷 䀸蜳
t
Grafik attenuasi di frekuensi 100 – 600MHz semakin besar frekuensi
maka semakin besar pula atenuasi yang dialami kabel koaksial dimana sesuai
dengan datasheet.
6) Impedansi kabel koaksial didapat dari rumus:
ar e
t h 䂷 䀸蜳
ar
Dari grafik impedansi didapat relatif naik, yang artinya semakin besar
frekuensi maka impedansi beban (ZL) yang didapat semakin besar. Pada
datasheet kabel koaksial memiliki impedansi 50Ω ± 2Ω sedangkan dari hasil
pengukuran dan perhitungan didapat impedansi sebesar 54,93Ω - 56,72Ω.
Hasil yang didapatkan berbeda dari datasheet dapat dikarenakan kondisi alat
dan bahan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Mail, "Pengertian kabel coaxial, ciri, jenis ,fungsi, kelebihan dan kekurangan," 4
Mei 2020. [Online]. Available: https://anaktik.com/kabel-coaxial/. [Accessed 10
Oktober 2021].
[2] Unknown, "Fungsi Kabel Coaxial Beserta Kelebihan dan Kekurangan," 2020.
[Online]. Available:
https://www.masbudiman.id/2020/04/fungsi-kabel-coaxial-beserta-kelebihan-dan-
kekurangan.html. [Accessed 10 Oktober 2021].
[3] Unknown, "Kabel Coaxial - Pengertian, Fungsi, Kelebihan dan Kelemahan
Beserta Karakteristiknya dalam Jaringan Komputer," 2012. [Online]. Available:
https://www.teorikomputer.com/2012/11/kabel-lan-kabel-coaxial.html. [Accessed
10 Oktober 2021].
[4] S. Hardiati and H. Arisesa, "Directional Coupler Frekuensi Radio Menggunakan
Dua Jalur Asimetris Mikrostrip untuk Sistem Radar X-band," vol. 14, pp. 1-2,
2014.
[5] D. Jorgensen, "Directional vs Dual Directional Microwave Couplers," 2012.
[Online]. Available:
https://www.markimicrowave.com/blog/directional-vs-dual-directional-microwav
e-couplers/. [Accessed 3 Oktober 2021].
LAMPIRAN

1) Datasheet Kabel Koaksial Suhner Switzerland RG 213/U

Anda mungkin juga menyukai