Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM II

PENGKODEAN DATA DIGITAL


(NRZ-L, NRZ-I, RZ, MANCHESTER, D-MANCHESTER)

Dosen pembimbing:

Lis Diana M, ST, MT

Oleh:

Sri Devi Ratna Sari

(1931130071)

1D/23

TEKNIK ELEKTRO/ DIII TEKNIK TELEKOMUNIKASI


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Memahami macam-macam pengkodean data digital (Unipolar, RZ, AMI, Manchester,
D-Manchester)
2. Memahami teknik pengkodean data digital
3. Mampu melakukan simulasi pengkodean data digital
4. Membuat program untuk mensimulasikan karakteristik pengkodean data digital
digital (Unipolar, RZ, AMI, Manchester, D-Manchester)
5. Membuat flowchart teknik pengkodean data digital.

1.2 Alat yang dibutuhkan


1. Komputer

2. Program Delphi 7

1.3 Teori Dasar


1.3.1 Pengkodean Sinyal Digital
Data digital merupakan data yang memiliki deretan nilai yang berbeda dan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Contoh data digital adalah teks, deretan bilangan, dan
karakter-karakter yang lain. Data digital dalam bentuk karakter yang dapat dipahami
manusia tidak dapat langsung ditransmisikan dalam sistem komunikasi, data harus
terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk biner. Jadi, data digital ditransmisikan dalam
bentuk deretan biner. Sedangkan sinyal digital merupakan sinyal untuk menampilkan
data digital. Deretan pulsa yang berbeda dan tidak terjadi secara terus-menerus
merupakan contoh sinyal digital. Pengkodean data digital ditujukan untuk membangun
sinyal digital, yang meliputi: unipolar, polar dan bipolar.
1.3.1.1 Unipolar
Unipolar merupakan pengkodean paling sederhana dimana data digital
yang telah berbentuk biner di diubah ke bentuk pulsa, biner ‘1’ diwujudkan dalam
suatu tegangan positif dan biner ‘0’ sebagai tanpa tegangan atau nol volt. Gambar
1 menampilkan contoh sinyal digital sederhana dari suatu data 101100110.
Amplitudo
1 0 1 1 0 0 1 1 0

t
Unipolar

Gambar 1 Sinyal digital unipolar dari data 101100110

Pengkodean polar bercirikan menggunakan dua level tegangan positif dan


negatif sehingga dapat mengeliminasi timbulnya komponen DC. Pengkodean
polar terdiri atas NRZ (non return to zero), RZ (return to zero) dan biphase.
1.3.1.2 Return to Zero ( RZ )
Format pengkodean selalu menuju ke level nol pada setengah periodenya.
Biner ‘0’ diwakili oleh perubahan level dari negatif ke nol sedangkan biner ‘1’
diwakili oleh perubahan dari positif ke nol. Gambar 2 menampilkan contoh sinyal
hasil pengkodean return to zero (RZ).

0 1 0 0 1 1 0 0 1

RZ

Gambar 2 Sinyal Return To Zero

1.3.1.3 AMI (Alternate Mark Inversion)


Pada pengkodean AMI, elemen data dengan bit 1 direpresentasikan oleh
sinyal yang beriversi bolak balik dari tegangan positif ke tegangan negatif atau
sebaliknya dari tegangan negatif ke tegangan positif. Sedangkan elemen data
dengan bit 0 direpresentasikan oleh tegangan 0 volt.
Gambar 4 Pengkodean Digital AMI

1.3.1.4 D-Manchester ( Differential Manchester )


Differential Manchester encoding (juga dikenal sebagai CDP; Conditioned
Diphase pengkodean) adalah sebuah metode pengkodean data di mana data dan
sinyal clock digabungkan untuk membentuk satu diri sinkronisasi aliran data.
Pada pengkodean differential manchester selain terdapat perubahan sinyal pada
separo dari durasi bit, juga terdapat inversi sinyal pada saat bit berikut adalah bit
0. Apabila bit berikut adalah bit 1, maka tidak ada inversi sinyal.

Gambar 5 Differential Manchester


1.3.1.5 HDB3 ( High Density Bipolar – 3 Zeros )
Pengkodean HDB3 adalah suatu teknik yang mengkodekan setiap 4 bit nol
yang berurutan menjadi sebuah variasi dari tiga bit nol dan sebuah level tegangan,
baik itu positif maupun negative

Gambar 6 HDB3

1.4 Desain Form Pengkodean


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Percobaan

1. Buatlah desain sesuai dengan gambar dibawah ini.

2. Buatlah program sesuai dengan pengkodean digital tersebut

2.2 Listing Program

unit Unit1;

interface

uses

Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,

Dialogs, StdCtrls, ExtCtrls;

type

Tfrmsinyal = class(TForm)

rz: TImage;
Edit1: TEdit;

btKeluar: TButton;

uni: TImage;

nrzl: TImage;

nrzi: TImage;

man: TImage;

dman: TImage;

ami: TImage;

Label1: TLabel;

Label2: TLabel;

Label3: TLabel;

Label4: TLabel;

Label5: TLabel;

Label6: TLabel;

Label7: TLabel;

label10: TLabel;

procedure Edit1Change(Sender: TObject);

procedure btKeluarClick(Sender: TObject);

private

{ Private declarations }

public

{ Public declarations }

end;

var

frmsinyal: Tfrmsinyal;

implementation

{$R *.dfm}
procedure sumbu(image:Timage;ax,ay,b,c:integer);

begin

image.Canvas.Pen.Color:=clblack;

image.Canvas.MoveTo(ax,ay);

image.Canvas.LineTo(ax+b,ay);

image.Canvas.MoveTo(ax,ay);

image.Canvas.LineTo(ax,ay-c);

image.Canvas.MoveTo(ax,ay);

image.Canvas.LineTo(ax,ay+c);

image.Canvas.Pen.Width:=3;

end;

procedure Tfrmsinyal.Edit1Change(Sender: TObject);

var

x1,x2,y1,y2,i,n,tnd1,tnd2,tnd3,tnd4:integer;

data:string;

pnjg:double;

begin

x1:=0;

y1:=50;

if length(Edit1.Text)=0 then

begin

Showmessage('masukkan input data biner');

Edit1.SetFocus;

end

else begin

data:=Edit1.Text;

n:=length(Edit1.Text);

rz.Picture:=nil; //rz

sumbu(rz,x1,y1,1000,100);
rz.Canvas.Pen.Color:=clblue;

uni.Picture:=nil; //uni polar

sumbu(uni,x1,y1,1000,100);

uni.Canvas.pen.Color:=clblue;

nrzl.Picture:=nil; //nrzl

sumbu(nrzl,x1,y1,1000,100);

nrzl.Canvas.pen.Color:=clblue;

nrzi.Picture:=nil; //nrzi

sumbu(nrzi,x1,y1,1000,100);

nrzi.Canvas.pen.Color:=clblue;

man.Picture:=nil; //Manchester

sumbu(man,x1,y1,1000,100);

man.Canvas.Pen.Color:=clblue;

dman.Picture:=nil; //D-Manchester

sumbu(dman,x1,y1,1000,100);

dman.Canvas.pen.Color:=clblue;

ami.Picture:=nil; //ami

sumbu(ami,x1,y1,1000,100);

ami.Canvas.pen.Color:=clblue;

//===============================gambar===============================//

tnd1:=1; tnd2:=1; tnd3:=1; tnd4:=1;


pnjg:=round(rz.width/round(2*n));

for i:=1 to 8 do

begin

if data[i]='1' then

begin

//========================jika data ='1'======================

x2:=round((2*i*pnjg)-(2*pnjg));

rz.canvas.MoveTo(x2,y1-1); //RZ

rz.canvas.LineTo(x2,y1-30);

rz.canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

rz.canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-1);

rz.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-1);

uni.canvas.LineTo(x2,y1-30);

uni.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30); //UNI POLAR

nrzl.Canvas.LineTo(x2,y1+30); //NRZL

nrzl.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1+30);

if tnd1=0 then begin //NRZI

nrzi.Canvas.MoveTo(x2,y1+30);

nrzi.Canvas.LineTo(x2,y1-30);

nrzi.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1-30);

tnd1:=1;

end

else begin

nrzi.Canvas.MoveTo(x2,y1-30);

nrzi.Canvas.LineTo(x2,y1+30);
nrzi.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1+30);

tnd1:=0;

end;

if tnd2=0 then begin //AMI

ami.Canvas.MoveTo(x2,y1);

ami.Canvas.LineTo(x2,y1+30);

ami.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1+30);

ami.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1);

tnd2:=1;

end

else begin

ami.Canvas.MoveTo(x2,y1);

ami.Canvas.LineTo(x2,y1-30);

ami.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1-30);

ami.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg*2),y1);

tnd2:=0;

end;

man.Canvas.LineTo(x2,y1+30); //MANC

man.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);

man.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

man.Canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30);

if tnd3=1 then begin

dman.Canvas.LineTo(x2,y1-30); //DMANC

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);
dman.Canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1+30);

tnd3:=0;

end

else begin

dman.Canvas.LineTo(x2,y1+30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30);

tnd3:=1;

end;

end//====================jika data='0'=========================

else begin

x2:=round((2*i*pnjg)-(2*pnjg));

rz.canvas.MoveTo(x2,y1-1); //RZ

rz.canvas.LineTo(x2,y1+30);

rz.canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);

rz.canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-1);

rz.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-1);

uni.canvas.LineTo(x2,y1-1); //UNI POLAR

uni.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-1);

nrzl.canvas.LineTo(x2,y1-30); //NRZL

nrzl.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30);

if tnd1=0 then //NRZI

nrzi.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1+30)
else nrzi.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30);

ami.canvas.LineTo(x2,y1); //AMI

ami.canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1);

man.Canvas.LineTo(x2,y1-30); //MANC

man.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

man.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);

man.Canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1+30);

dman.Canvas.LineTo(x2,y1+30); //DMANC

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1+30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+pnjg),y1-30);

dman.Canvas.LineTo(round(x2+2*pnjg),y1-30);

end;

end;

end;

end;

procedure Tfrmsinyal.btKeluarClick(Sender: TObject);

begin

frmsinyal.Close;

end;

end.
2.3 Hasil Percobaan

2.3.1 Analisa Pembahasan


 Unipolar
Sinyal Unipolar memiliki format pengkodean yang sederhana yaitu di mana
data digital yang telah berbentuk biner di ubah ke bentuk pulsa, biner ‘1’
diwujudkan dalam suatu tegangan positif dan biner ‘0’ diwujudkan sebagai
tanpa tegangan atau nol volt.
 RZ
Dari gambar dapat diketahui bahwa sinyal RZ memiliki format pengkodean
yang selalu menuju ke level nol pada setengah periodenya. Biner ‘0’ diwakili
oleh perubahan level dari negatif ke nol sedangkan biner ‘1’ diwakili oleh
perubahan dari positif ke nol.
 NRZ-L
Tegangan positif dipakai untuk mewakili nilai biner ‘1’ dan tegangan positif
dipakai untuk mewakili nilai biner ‘0’, terlihat seperti pada gambar hasil
percobaan.
 NRZ-I
Dari gambar hasil percobaan dapat diketahui bahwa sinyal NRZ-I adalah
suatu transisi (rendah ke tinggi atau tinggi ke rendah) dilakukan pada awal
suatu bit apabila menemukan biner ‘1’ dan tidak ada transisi apabila
menemukan biner ‘0’. Secara sederhana, ketika masukan berupa biner ‘1’
maka akan terdapat perubahan entah dari tinggi ke rendah maupun sebaliknya
sedangkan jika masukan biner ‘0’ maka tidak ada perubahan atau mengikuti
sinyal sebelumnya.
 Manchester
Pada gambar hasil percobaan dapat diketahui bahwa sinyal Manchester
ditandai dengan terjadinya suatu transisi pada setengah periode bit, dimana
biner ‘1’ mewakili transisi rendah ke tinggi dan biner ‘0’ mewakili transisi
tinggi ke rendah.
 D-Manchester
Biner ‘1’ diwakili dengan adanya transisi diawal periode dan biner ‘0’
diwakili oleh tidak adanya transisi di awal periode suatu bit.
 AMI
Biner ‘0’ diwujudkan sebagai tanpa tegangan atau nol volt dan biner ‘1’
diwujudkan sebagai perubahan transisi positif atau negative yang berkebalikan
dengan sinyal hasil biner ‘1’ sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Data digital merupakan data yang memiliki deretan nilai yang
berbeda dan memiliki ciri-ciri tersendiri dan Sinyal digital
merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1
2. Pengkodean unipolar hanya menggunakan sebuah level tegangan
untuk menyatakan dua posisi bilangan biner yaitu yaitu 0V dan +V
untuk menyatakan data biner 0 dan 1.
3. Pengkodean saluran jenis Return to Zero (RZ) menggunakan level –
V dan +V dengan transisi di pertengahan bit data biner. Data biner
0 dinyatakan dengan transisi dari level –V menuju 0V, sedangkan
data biner 1 dinyatakan dengan transisi dari level 0V menuju +V.
4. Pengkodean D-Mancaster merupakan suatu kode di mana biner 0 diwakili
oleh adanya transisi di awal periode suatu bit dan biner 1 diwakili oleh ketiadaan
transisi di awal periode suatu bit.
5. Pengkodean AMI merupakan suatu kode dimana binary '0' diwakili
dengan tidak adanya line sinyal dan binary '1' diwakili oleh suatu
pulsa positif atau negatif.

Anda mungkin juga menyukai