Anda di halaman 1dari 92

POLITEKNIK NEGERI

MALANG
BAB 1
SATUAN DALAM SALURAN TRANSMISI
Capaian Pembelajaran
o Mahasiswa mampu menggunakan satuan dB dan dBm secara benar
o Mahasiswa mampu membedakan komponen penyusun impedansi
dan admitansi

Satuan memegang peran yang penting dalam memahami konsep-konsep di


dunia teknik, besaran tanpa satuan tidak memberikan informasi yang bermakna.
Demikian pula dalam saluran transmisi akan banyak ditemukan beberapa satuan
diantaranya ohm untuk impedansi (Z), resistansi (R), dan reaktansi (jX) atau mho
untuk admitansi (Y), konduktansi (G), dan susceptansi(jB). Satuan lain yang akan
sering ditemukan adalah decibel (dB), dBm, dan Neper.

Decibel
Decibel atau dB menyatakan perbandingan antara dua daya dengan acuan fungsi
logaritme berbasis 10 yang diekspresikan sebagai berikut
dB=10 log

P2
P1

(1.1)

Karena perbandingan daya maka hasil perbandingan bernilai positif jika P2 lebih
besar nilainya dibanding P1 dan sebaliknya akan menghasilkan nilai negatif. Secara
umum, dalam suatu sistem P2 menyatakan daya keluaran (output) dan P1 adalah
daya masukan (input). Maka jika hasil perbandingan memberikan nilai positif
artinya P2>P1 atau dikatakan terjadi penguatan daya dan jika sebaliknya maka
dikatakan terjadi pelemahan daya. Selain dB menyatakan perbandingan daya, dB
dapat juga mengekspresikan perbandingan antara dua tegangan. Karena antara

SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
daya dan tegangan terdapat hubunga kuadrat, maka rumus (1.1) akan berrbah
sebgai berikut

dB=20 log

V2
V1

(1.2)

Angka 20 pada persamaan 1.2 diperoleh dari hubungan antara daya dan tegangan,
daya merupakan fungsi kuadrat dari tegangan. Satuan dB akan ditemukan dalam
saluran tranmsisi seperti satuan tetapan pelemahan kabel. Sebagai contoh kabel
koaksial 50 ohm mempunyai pelemahan 2 dB per 10 meter atau kabel serat optik
dengan pelemahan 0,2 dB per 100 meter.

Neper
Neper adalah nama satuan lain untuk menyatakan pelemahan kabel. Satuan ini
menggunakan logaritma natural sebagai fungsinya, dengan demikian satuan ini
dapat dikonversi menjadi satuan dB yang mana 1 Neper = 8,686 dB.

dBm
Perangkat telekomunikasi yang berkaitan dengan penghasil sinyal radio frekuensi
atau perangkat pengukur sinyal umumnya menggunakan satuan dBm untuk
menyatakan satuan daya yang dihasilkan dan satuan daya yang terukur.

dBm

merupakan satuan daya dengan acuan I mW sebagaimana dirumuskan sebagai


berikut;

SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
dBm=10 log 10

P
1 mW

(1.3)

P adalah daya dalam satuan watt. Dengan demikian jika P sebesar 1 mW maka nilai
ini identik dengan 0 dBm. Tabel 1.1 memperlihatkan nilai konversi dari satuan watt
ke satuan dBm.
Tabel 1.1 konversi dari satuan watt ke dBm

Satuan dalam
wat
1 mW
10 mW
100 mW
1000 mW
10000 mW
100000 mW
1000000 mW

Satuan dalam
dBm
0
10
20
30
40
50
60

Satuan dalam
wat
0.1 mW
0.01 mW
0.001 mW
0.0001 mW
0.00001 mW
0.000001 mW
0.00000001 mW

Satuan dalam
dBm
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70

Penggunaan satuan dB dan dBm


Kedua satuan ini dapat dipergunakan secara bersama-sama. dB menyatakan
penguatan atau pelemagan daya sedangkan dBm menyatakan satuan daya. Dengan
demikian kedua satuan ini dapat digunakan secara bersama sama sebagai mana
dicontohkan berikut.
Dalam suatu pengukan daya, signal generator diatur untuk menghasilkan daya
keluaran -10 dBm pada frekuensi 1 GHz. Generatot ini akan dihubungkan dengan
sebuah antena melalui sebuah kabel dengan panjang 2 meter. Jika kabel ini pada
frekuensi 1 GHz mempunyai pelemahan 2 dB per meter, maka daya yang diterima
oleh antena tersebut sebesar -14 dBm.
Latihanlatihan
Dengan menggunakan alat bantu scientific calculator, selesaikan latihan-latihan
berikut.
SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
1. Suatu pengukuran daya pada sistem transmisi diperoleh data sebagai berikut
P input
P output
1
200 mW
50 mw
2
1000 mW
500 mW
3
800 mW
200 mW
4
500 mW
5 mW
Hitung pelemahan saluran transmisi (dB) untuk masing-masing data !
2. Konversikan daya dalam satuan watt menjadi daya dalam satuan dBm
P
2000 mW
700 mW
800 W
500 pW
2500 mW
1700 mW
5800 W
7500 pW
20 mW
750 pW
1800 W
1500 pW

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

P (dBm)

3. Lengkap tabel berikut

1
2
3
4

Daya
input
(dBm)
2
20
-15

Dikuatkan
(dB)

Dilemahkan
(dB)

Dikuatkan
(dB)

4
5

7
2
8
7

5
2

Daya
output
(dBm)

Daya
output
(mW)
20

-10
25

Impedansi
Satuan lain yang sering kita jumpai dalam saluran transmisi adalah ohm.
Kita telah mengenal satuan ini dengan baik dalam mata kuliah lainnya seperti
rangkaian listrik.satuan ini sering digunakan dalam satuan resistanai (R), namun
dalam saluran tranamisi umumnya lebih mengarah pada satuan impedansi (Z).
SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Impedansi mempunyai dua komponen yaitu resistansi

(R) dan reaktansi (jX).

Komponen pembangun reaktansi adalah induktansi (L) atau kapasitansi (C). Kedua
komponen R dan L atau R dan L terhubung secara seri. Rumus yang
menghubungkan antara Z, R dan jX adalah
Z =R + j X L atau Z=RJ X C

(1.4)

yang mana XL = 2fL ohm.


Admitansi
Admitansi Y mempunyai satuan mho atau siemen (S). admitansi Y merupakan
ekspresi kebalikan dari impedansi Z. Komponen yang membangun admitansi
adalah konduktansi G dan Susceptansi jB. Kedua komponen ini diekspresikan
terhubung secara paralel. Rumus yang menggambarkan kedua komponen ini adalah
Y =G j B L atau Y =G+ j BC

(1.5)

Panjang Gelombang ()
Panjang gelombang merupakan satuan panjang saluran transmisi. Pengertian
satu panjang gelombang atau satu lamda sama dengan satu gelombang sinus yang
telah dipelajari pada semester-semester sebelumnya yaitu satu panang gelombang
sinus terdiri atas nilai minimal, maksimal, minimal, dan maksimal. Dengan
demikian dari nilai minimal ke nilai minimal menunjukkan setengah gelombang
demikian pula dari nilai maksimal ke nilai maksimal. Sedangkan dari nilai minimal
ke nilai maksimal atau dari maksimal ke minimal menunjukkan lamda.
Rumus yang berkaitan dengan panjang gelombang adalah
v
= meter
f

, dan

v=

c
mete r /det

(1.6)

v adalah kecepatan rambat gelombang dalam suatu media tertentu ( m/det)


SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
f adalah frekuensi (Hz)
berikut adalah contoh bagaimana satuan lamda digunakan
Kabel koaksial 5 meter digunakan sebagai saluran transmisi yang menghubungkan
sebuag pemancar dan sebuah antena. Jika frekuensi pemancar 500 Mhz dan tetapan
dielektrik kabel tersebut 2.25, maka
1. Kecepatan rambat gelombang pada kabel sebesar 2 . 108 meter/det
2. = 40 cm
3. Panjang saluran 12,5
Latihan-latihan
1. Tentukan pelemahan dalam satuan dB untuk daya input 100 mW dan daya
output 3,5 mW ( -14,6 dB)
2. Berapa daya input yang diperlulan jika daya output 450 mW dengan
penguatan sistem 28 dB? ( 713 W)
3. Berapa daya output yang dihasilkan jika sistem terdiri tiga bagian yang
masing penguatan 25 dB, pelemahan -35 dB, dan penguatan 50 dB dengan
daya input 10 mW? ( 100 W)
4. Ekspresikan 425 mW dalam dBm. (26.3 dBm)
5. Sinyal output dari sebuah generator terbaca -12 dBm. Generator ini
dihubungkan pada suatu sistem bertingkat dengan penguatan 40 dB,
pelemahan 35 dB, dan penguatan 25 dB. Hitung daya output dalam satuan
dBm. (18 dBm)

SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 2
MEDAN LISTRIK DAN MEDAN MAGNIT
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 2, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan konsep medan listrik dan medan magnetik.
- Menjelaskan konsep frekuensi, panjang gelombang dan perioda.
- Menjelaskan posisi saluran pada system transmisi
2.1 Medan Listrik
Saluran transmisi pada umumnya mempelajari perilaku medan listrik dan
medan magnetik di saluran tersebut. Medan listrik akan terjadi jika dua muatan
positif dan negatif dipisahkan dalam media dielektrik pada jarak tertentu. Medan
listrik diawali pada muatan negatif dan berakhir pada muatan positif sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Medan listrik disertai muatan positif dan negatif dalam udara
Sumber : Hund, 1989:5

2.1.1 Kuat Medan Listrik


Kuat medan listrik dirumuskan(Hund, 1989:6)
E=

F
q

(2.1)

q
4 r 2

(2.2)

atau
E=
dimana
E
F
q

:
:
:
:

kuat medan listrik (V/m)


gaya (N)
muatan satuan uji (C)
permitivitas media (F/m)

SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
r

jarak antar muatan (m)

Dengan demikian kuat medan listrik berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak r,
makin jauh jarak antar muatan makin kecil kuat medan listriknya
Latihan
Berapa kuat medan dalam V/m di udara untuk satu muatan test pada likasi 1000
meter dari muatan 0,001 C? (8,99 V/m)
2.2 Medan Magnetik
Ketika ada gerakan muatan atau ada aliran arus listrik, medan magnetik akan
terjadi di sekeliling muatan tersebut. Arah medan magnetik disekitar

arus

ditentukan dengan aturan tangan kanan. Medan magnetik yang terjadi tidak
menggunakan prinsip kapan medan diawali dan kapan diakhiri. Sehingga medan
magnetik selalu membentuk loop tertutup.
Medan magnetik yang mengisi udara disekitar arus mempunyai gaya
(Hund,1989:8)
H=

m
4 r 2

(2.3)

dimana
H

:
:
:
:

kuat medan magnetik


(A/m)
muatan magnetik (Wb)
muatan satuan uji (C)
permeabilitas (H/m)
jarak antar muatan (m)

Dari persamaan 2.3 dapat dipahami bahwa kuar medan magnetik berbanding
terbalik terhadap kuadrat jarak antar muatan.
2.3 Frekuensi dan Perioda
Frekuensi adalah banyaknya siklus gelombang dalam satu detik dengan satuan
hertz (Hz), dan perioda dari satu gelombang adalah waktu untuk satu siklus penuh
dimana (Hund, 1989:16)

SALURAN TRANSMISI

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
T=

1
f

(2.4)

dimana
T
f

:
:

perioda (detik)
frekuensi (Hz)

Dari persamaan 2.4 dapat dipahami bahwa makin tinggi frekuensi gelombang makin
kecil periodanya. Sebagai gambaran gelombang mikrowave 1 GHz, akan mempunyai
perioda 1 ns dan gelombang dengan frekuensi 1 MHz akan menpunyai perioda 1 s.
Latihan
Pada frekuensi 2 GHz, berapakah perioda gelombang tersebut? (0.5 nS)
2.4 Panjang Gelombang
Kecepatan rambat sebuah gelombang elektromagnetik dalam udara kosong adalah 3.
8

10 m/detik. Panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik berbanding terbalik


dengan frekuensi (Hund, 1989:16)

c
f

(2.5)
dimana

:
:

panjang gelombang (m)


frekuensi (Hz)

Latihan
1. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 1 GHz? (0.3m)
2. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 10 GHz? (0.03m)
3. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 100 MHz? (3m)
4. Buat kesimpulan dari hasil pekerjaan saudara!
Jika gelombang merambat pada media selain udara, kecepatan rambat
gelombang akan berkurang tergantung dari tetapan dielektrik media rambat
gelombang yang dinyatakan dengan rumus (Hund,1989:16)
=

c
. f

SALURAN TRANSMISI

(2.6)
9

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Latihan
Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam media dengan tetapan dielektrik 2,25 pada frekuensi 2 GHz?
2.5 Spektrum Frekuensi
Spektrum frekuensi menberikan informasi klasifikasi penggunaan frekuensi
pada sistem komunikasi. Secara umum spektrum frekuensi kelompokkan seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Spektrum frekuensi

Batas Frekuensi
3-30 Hz
30 399 kHz
300 kHz 3 MHz
3 MHz 30 MHz
30 MHz 300 MHz
300 MHz 3 GHz
1.12 2.7 GHz
2.6 3,95 GHz
3 GHz 30 GHz
3.95 5.85 GHz
4.9 - 7.05 GHz
7.05 10.0 GHz
8.2 12.4 GHz
18.0 26.5 GHz
30 GHz 300 GHz

:
:
:
:
:
:
:

Peruntukan
VLF (very low frequency)
LF (low frequency)
MF( medium frequency
HF ( high frequency)
VHF (very high frequency)
UHF ( ultra high frequency)
Band L
BandS
SHF(super high frequency)
Band G
Band C
Band H
Band X
Band K
EHF(extremely high frequency)

2.6 Posisi Saluran pada Sistem Transmisi


Saluran menghubungkan sebuah sumber sinyal (signal generator) ke antenna
atau menghubnngkan antenna ke pesawat penerima sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 2.2 Dari gambar tersebut, terlihat bahwa sinyal yang merambat
dalam saluran adalah sinyal listrik yang berasal dari generator sinyal. Gelombang
yang merambat pada saluran mempunyai kecepatan mendekati kecepatan cahaya,
tergantung dari jenis bahan media rambat gelombang tersebut. Sinyal listrik yang
merambat pada saluran mempunyai karakter yang unik, tergantung pada struktur
phisik saluran dan kondisi beban. Struktur phisik yang tidak sama akan
menghasilkan pola sinyal yang berbeda.

SALURAN TRANSMISI

10

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 2.2 Saluran dalam sistem transmisi

SALURAN TRANSMISI

11

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 3
SALURAN DUA KAWAT SEJAJAR
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 3, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan parameter-parameter pada saluran transmisi dua kawat
serta menjelaskan rangkaian ekivalennya
- Menjelaskan hubungan medan listrik dan medan magnetik pada
berbagai macam struktur saluran
- Menerangkan penyebab rugi-rugi saluran terkait dengan efek kulit
- Menghitung nilai Zo berbagai macam struktur saluran
3.1 Pendahuluan
Saluran transmisi (ST) dalam cakupan frekuensi radio dapat didefinisikan
sebagai media komunikasi yang menghubungkan sebuah sumber energi listrik
berfrekuensi sangat tinggi (VHF/UHF) ke sebuah penerima (biasanya transduser)
seperti antenna. Sinyal yang disalurkan melalui media dimana sinyal yang
dipancarkan dipandu secara kusus oleh media seperti kabel atau pipa.

Gambar 3.1 Macam saluran transmisi (a) pipih (b) koaksial (c) pipa
Sumber : (a) nevadaradio.co.uk
(b) hanbangcable.en.made-in-china.com

Gambar 3.2. Letak saluran pasa sistem transmisi


SALURAN TRANSMISI

12

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Idealnya, gelombang yang merambat tidak mengalami pelemahan, perubahan
bentuk, dan bebas dari noise.Namun dalam kenyataan pelemahan pada saluran
tidak dapat dihindari. Pelemahan pada saluran memberikan dampak keterbatasan
panjang saluran karena secara konsep gelombang yang merambat tidak boleh
mengalami pelemahan berlebihan.
Macam dan jenis saluran beraneka ragam bentuk fisiknya demikian pula
parameter-parameter yang menyertainya bernilai berbeda-beda tergantung bentuk
dan ukuran fisik saluran tersebut. Parameter saluran meliputi; parameter utama
antara lain resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi dan parameter
lainnya adalah tetapan pelemahan, tetapan dielektrik media, dan tetapan fasa. Bila
berhubungan dengan beban, beberapa hal terjadi seperti kesesuaian antara saluran
dan beban, gelombang berdiri, return loss, transmission loss, rangkaian penyesuai
impedansinya dan lainnya.
3.2 Macan dan Bentuk Saluran Transmisi
Bentuk dan macam saluran diperlihatkan dalam gambar-gambar di bawah
a). Saluran dua kawat sejajar

( a)

(b)

Gambar 3.3 Kabel UTP (a) , dan kabel TV 300 ohm (b)
Sumber : a. ca.wikipedia.org
b. nevadaradio.co.uk

SALURAN TRANSMISI

13

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Kabel UTP (Unshilded Twisted Pair) sering dijumpai pada jaringan komputer lokal
(LAN) yang mana kabel ini biasanya ada empat pasang, sedangkan kabel 300 ohm
digunakan pada kabel untuk penerima TV hitam putih,
b). Saluran Mikrostrip

Gambar 3.4 Saluran mikrostrip tunggal


Sumber :qucs.sourceforge.net

Saluran mikrostrip sering dijumpai pada antena mikrostrip, dan filter mikrostrip
yang dirancang pada impedansi karakteristik tertentu.
c). Saluran Struktur Koaksial

Gambar 3.5 Saluran dengan struktur koaksial


Sumber : en.wikipedia.org

d). Saluran Struktur Pipa

Gambar 3.6 Saluran dengan struktur pipa

SALURAN TRANSMISI

14

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
3.2.1 Dua Kawat Sejajar
Saluran dua kawat sejajar artinya saluran tersebut terdiri atas dua kawat
berdiameter sama, berbahan sama dan dipisahkan pada jarak tertentu. Dengan
demikian berdasar konsep teori medan, kedua kawat atau konduktor tersebut
mempunyai impedansi yang sama terhadap ground. Karena mempunyai impedansi
yang sama maka saluran ini disebut juga disebut saluran yang seimbang
(balanced lines). Salah satu contoh dari saluran ini adalah kabel telepon yang ada
di rumah kita atau kabel UTP (unshielded twisted pair) seperti Gambar 2.3 (a)
Setiap saluran dua kawat mempunyai parameter yang disebut karakteristik
impedansi (Zo) yang nilai besarannya (dalam satuan ohm) tergantung pada ukuran
diameter konduktor, jarak pemisah antar konduktor, dan bahan dielektrik antara
kedua konduktor tersebut

Gambar 3.7 Dua konduktor paralel

Rumus yang berhubungan dengan struktur kabel tersebut adalah (Sinnema, 1988: 4)
Zo=

120
ln 2 D / d
r

ohm

(3.1)

Nilai impedansi karakteristrik tergantung pada perbandingan antara jarak


pemisah dan diameter konduktor. Jika bahan pemisah konduktor adalah udara maka
nilai tetapan dielektriknya sama dengan satu. Medan listrik dan medan magnetik di
lingkungan konduktor dua kawat diperlihatkan dalam Gambar 3.8

Gambar 3.8 Medan listrik dan medan magnetik di sekitar konduktor yang dialiri arus
SALURAN TRANSMISI

15

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
3.2.2 Saluran Mikrostrip
Saluran mikrostrip umumnya digunakan pada frekuensi gelombang mikro
artinya frekuensi diatas 1 GHz. Saluran ini dibangun pada subtrat bahan tertentu
semisal epoxy, keramik atau lainnya. Struktur dasar dari saluran ini umumnya
seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.9

Gambar 3.9 Struktur mikrostrip

Rumus yang berkaitan dengan struktur mikrostrip adalah (Sinnema,


1988:16)
Zo=

120 / eff
ohm
w
2
w
+1.93+ ln ( +1.444)
h
3
h

(3.2)
Rumus diatas memperlihatkan bahwa nilai Zo tergantung pada perbandingan
antara w dan h. Makin tipis dielektrik, makin tinggi nilai karakteristik impedansinya
sebaliknya pula makin lebar konduktor makin kecil nilai karakteristik impedansi
saluran. Saluran struktur mikrostrip sering ditemukan di pencatuan (feeder) antenna
mikrostrip.

SALURAN TRANSMISI

16

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 3.10 Saluran dalam antenna mikrostrip


Sumber: Balanis (
)

3.2.3 Struktur Koaksial


Struktur ini paling sering digunakan dalam dunia komunikasi. Ada beberapa
kelebihan jika kabel ini digunakan sebagai saluran transmisi. Kelebihan tersebut
adalah pertama, banyak instrument ukur yang menggunakan sistem unbalance
sehingga kabel ini dapat langsung digunakan tanpa memerlukan perangkat lain.
Kelebihan kedua adalah kabel ini dilengkapi pelindung terhadap pengaruh sinyal
dari luar atau karena adanya pelindung rugi-rugi radiasi yang ada pada saluran
dapat diabaikan. Rumus Zo yang berhubungan dengan struktur ini adalah (Sinnema,
1988:6)
Zo=

60
ln D/d
r

ohm

(3.3)

Gambar 3.11 Penampang dan kanel koaksial


Sumber (b) : jpcable99.en.made-in-china.com
SALURAN TRANSMISI

17

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Nilai karakteristik impedansi (Zo) yang sering dijumpai adalah dalam rentang 50
s/d 90 ohm.
3.2.4 Saluran Struktur Pipa
Saluran ini digunakan pada sistem gelombang mikro dengan daya yang besar,
dengan demikian saluran ini tidak sesuai jika digunakan pada frekuensi di bawah 3
GHz karena akan membutuhkan fisik yang besar. Medan listrik dan medan
magnetik yang terjadi dalam pipa diperlihatkan dalam Gambar 3.12(a)

c
Gambar 3.12 Medan magnetik dan listrik pada waveguide
Sumber : (a) allaboutcircuit.com
(b) antenna theory.com
c) universe-review.ca

3,3 Rangkaian Ekivalen Saluran Dua Kawat Sejajar


Di atas telah disampaikan bahwa sebuah saluran mempunyai parameter dasar
yaitu resistansi (R), induktansi (L), Kapasitansi (C), dan Konduktansi (G)..
Resistansi muncul karena ada bahan konduktor dua kawat sejajar, dimana makin
panjang saluran, makin besar pula resistansinya. Induktansi terjadi karena adanya
SALURAN TRANSMISI

18

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
arus yang mengalir di dua konduktor dengan arah yang berlawanan. Arus yang
mengalir pada masing-masing konduktor akan menghasilkan medan magnetik
dengan arah sesuai dengan kaidah tangan kanan (lihat materi teori medan), kedua
arah medan magnit ini akan berlawanan dan apabila ada perubahan amplitudonya
maka akan muncul induktansi. Makin panjang saluran maka makin besar nilai
induktansinya. Kapasitansi muncul pada saluran karena kedua konduktor yeng
mempunyai beda potensial dipisahkan oleh dielektrik sehingga di dielektrik muncul
medan listrik. Makin besar nilai beda potensialnya makin besar pula nilai medan
listrik yang terjadi dan makin panjang saluran makin besar pula nilai
kapasitansinya. Konduktansi muncul karena adanya kebocoran muaran pada bahan
dielektrik dan makin panjang saluran makin besar pula nilai konduktansi saluran.
Nilai-nilai parameter tersebut di atas dapat diukur dengan cara sebagai berikut; (1)
untuk mengukur nilai resistansi saluran dapat digunakan jembatan Wheatstone, (2)
untuk menghitung nilai kapasitansi dan konduktansi saluran dapat menggunakan
jembatan Wien, (3) untuk menghitung nilai induktansi saluran dapat menggunakan
jembatan Maxwell.
Untuk mempelajari perilaku tegangan dan arus dan sudah tentu juga perilaku
impedansi pada saluran, kita memerlukan pemahaman rangkaian ekivalen saluran
tersebut. Untuk saluran dua konduktor sejajar, rangkaian ekivalennya per satuan
panjang secara sederhana seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.13

a
disederhanakan

SALURAN TRANSMISI

19

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 3.13 Rangkaian ekivalen saluran per satuan panjang

Karena nilai resistansi dan induktansi akan bertambah besar dengan


bertambahnya panjang saluran, maka kedua komponen ini terhubung seri dan
sebaliknya dengan komponen kapasitansi dan konduktansi saluran, karena nilai
kedua komponen akan bertambah besar dengan bertambahnya panjang saluran
maka kedua komponen tersebut terhubung secara parallel. Dengan demikian satuan
resistansi pada saluran adalah per satuan panjang. henry per satuan panjang
untuk induktansi, farad per satuan panjang untuk kapasitansi dan siemen per satuan
panjang untuk konduktansi. Sebagai misal resistansi saluran 30 per 100 meter,
induktansi saluran 40 H per 100 meter, kapasitansi saluran 10 nF per 100 meter,
dan konduktansi saluran 0,0000001 siemen per 100 meter.
Rangkaian ekivalen tersebut di atas dapat tidak sama tergantung pada nilai
frekuensi pang dipakai pada saluran. Jika menggunakan frekuensi UHF (ultra high
frequency), nilai reaktansi induktif akan lebih besar dibanding nilai resistansi,
demikian pula nilai suceptansi kapasitif akan lebih besar dibanding nilai
konduktansinya, sehingga yang tertinggal hanya dua komponen yairu kapasitansi C
dan induktansi L.
3.4 Rugi-Rugi Saluran Transmisi
Semua saluran transmisi menghasilkan

pelemahan, artinya sinyal yang

merambat pada saluran akan melemah dan melemah tergantung panjang saluran,
makin panjang saluran makin besar pelemahan sinyal yang akan terjadi. Pelemahan
sinyal ini identik dengan rugi-rugi energi yang terjadi pada saluran. Nilai
pelemahan saluran umumnya diekspresikan dalam satuan dB (deciBell).

SALURAN TRANSMISI

20

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Pemahaman tentang satuan ini telah dibicarakan pada Bab 2. Pelemahan
saluran umumnya dinyatakan per satuan panjang pada frekuensi tertentu. Pada
frekuensi yang lebih tinggi, nilai pelemahan akan bertambah besar. Pertanyaannya
adalah bagaimana fenomena ini terjadi.
Ada tiga penyebab pelemahan saluran. Mareka adalah pelemahan yang
disebabkan konduktor atau disebut dengan rugi konduktor (conductor loss),
pelemahan yang disebabkan oleh bahan dielektrik (dielectric loss), dan pelemahan
yang disebabkan adanya kebocoran radiasi di lingkungan sekitar (radiation loss).
Rugi konduktor, rugi konduktor identik dengan hilangnya daya sepanjang
saluran ( i2R), R adalah resistansi efektif dari konduktor, sehingga nilai resistansi
ini sangat tergantung pada luasan penampang konduktor yang dilalui aliran muatan.
Besarnya luas penampang mengikuti konsep kedalaman penetrasi muatan atau efek
kulit. Fenomena efek kulit adalah fenomena dimana kecenderungan muatan
merambat pada permukaan konduktor. Fenomena ini terjadi pada frekuensi UHF
atau VHF. Kerapatan muatan maksimum terjadi pada permukaan kondultor dan
akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman menuju pusat konduktor
(untuk konduktor bulat). Rumus yang dapat digunakan untuk

menentukan

kedalaman penetrasi muatan/efek kulit adalah (Sinnema,1998:146)


=

(3.4)

dimana

:
:
:
:

kedalaman penetrasi muatan (m)


frekuensi sudut (2f)
permeabilitas
konduktivitas bahan (S/m)

Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk pemahaman efek kulit
Tabel 3.1 Perbandingan efek kulit untuk beberapa frekuensi dan bahan

frekuensi (Hz)
1 Hz
100 Hz
104 Hz
106 Hz ( 1 MHz)
108 Hz (100 MHz)
SALURAN TRANSMISI

kedalaman penetrasi muatan (mm)


bahan tembaga
bahan perak
= 5.8 x 107 S/m
= 6.2 x 107 S/m
66.1

6.61

0.661

0.0661

0.00661
0.0064
21

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
1010 Hz (10 GHz)
1012 Hz (100 GHz)

0.000661
0.0000661

Dari Tabel 3.1 dapat dimengerti bahwa makin tinggi frekuensi, luasan efektif
konduktor makin kecil sehingga resistansi konduktor akan bertambah nilai dan
akibatnya rugi konduktor akan bertambah besar nilainya.

Gambar 3. 14. Kedalaman kulit pada konduktor


Sumber: Hund,1989:53

Rugi dielektrik; dielektrik adalah bahan yang memisahkan kedua konduktor


pada saluran transmisi. Rugi dielektrik akan bertambah besar dengan naiknya
frekuensi. Rugi ini dapat dikurangi dengan pemilihan bahan yang digunakan dalam
saluran. Jika dielektriknya udara maka rugi dayanya akan minimal
Rugi radiasi, rugi ini muncul karena panjang saluran merupakan bagian
signifikan dari panjang gelombang/ terdapat banyak panjang gelombang.
Kejadiannya hampir sama dengan radiasi sebuah antenna bedanya kalau di antenna
radiasi ini diinginkan sedang pada saluran dihindari atau diminimalkan.
Data Teknik Kabel Transmisi
Mengetahui arti data teknik saluran transmisi sangat penting karena dari data
tersebut , dapat diprediksikan karakteristik saluran tersebut. Contoh data teknis
salluran ditujukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Contoh data teknik kabel

No. RG
AWG & stranding material
Insulation Nom. Core O D
No. of shield & core
Jacket
Nom. OD ( inch)
Nom. Imp (ohms)
Nom. Vel of Prop
Nom. Cap ( pF/ft)
SALURAN TRANSMISI

:
:
:
:
:
:
:
:
:

8/U JAN C-17A, 8/U, 9/U, 58A/U, 59/U


13(7x21) bar copper
Polyethylene ( .285)
1 bare copper
Black vinyl, Black non-contaminating vinyl
.405 ( 8/U)
52
66%
29.5
22

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Nom. Atten. Per 100

2.0 dB ( 100 MHz)


3.0 dB ( 200 MHz)
4.7 dB ( 400 MHz)
7.8 dB ( 900 MHz)

Latihan- Latihan
1. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model L
2. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model phi
3. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model T
4. Hitung jumlah panjang gelombang pada kabel 240 meter yang digunakan pada
jaringan rumah tangga 60 Hz. Asumsikan cepat rambat gelombang 3x10 8
m/detik.
5. Ulangi untuk saluran transmisi koaksial pada frekuensi 500 MHz.
6. Sebuah saluran transmisi kawat sejajar dipisahkan dengan jarak 2 cm. Zo yang
terjadi sebesar 300 . Hitung diameter kawat tersebut.
7. Tentukan jarak 2 kawat sejajar 0.01 cm yang harus di pisahkan agar mempunyai
karakteristik impedansi (Zo) sebesar ( a) 300 ohm , (b) 600 ohm..
8. Sebuah kabel koaksial mempunyai kawat dalam dengan diameter 0.03 cm dan
diameter konduktor bagian luar 1 cm. Bila tetapan dielektrik antara kedua
konduktor tersebut 2, hitung karakteristik impedansi koaksial tersebut.
9. Kabel koaksial dengan tetapan dielektrik 1,2. Bila Zo yang diinginkan 72 ohm,
tentukan perbandingan diameter konduktor luar dan dalam yang diperlukan.
10. Jelaskan mengapa rugi-rugi saluran transmisi makin besar dengan naiknya
frekuensi.
11. Saat ini dikenal kabel untuk komunikasi data dengan nama UTP. Buatlah
artikel singkat tentang kabel ini dan dimana kabel ini sering digunakan?
12. Kabel 2 kawat dapat dikelompokkan dalam jenis kabel seimbang dan kabel
tidak seimbang. Jelaskan maksud dari kabel seimbang dan tidak seimbang serta
berikan contoh-contohnya yang disertai dengan gambar kabel tersebut.
13.

SALURAN TRANSMISI

23

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 4
RAMBATAN GELOMBANG
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 4, mahasiswa akan mampu
- Menerangkan konsep TEM, TE dan TM.
- Menerangkan pola medan listrik dan medan magnetik pada saluran
koaksial.
- Menghitung panjang gelombang di berbagai macam struktur saluran.
4.1 Pendahuluan
Gelombang yang merambat pada saluran transmisi berupa gelombang
elektromagnetik atau dikenal dengan istilah TEM yaitu transverse electromagnetik
yang artinya medan listrik E dan medan magnetik H saling tegak lurus terhadap
arah rambatan sebagaimana digambarkan dalam Gambar 3.1.

SALURAN TRANSMISI

24

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

direction of travel

TEM WAVE
Y
Z

Ey
Hz
Y
Z
SALURAN TRANSMISI

25

E
direction of travel

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 4.1 Gelombang TEM

Beberapa istilah selain TEM adalah TE (transverse electric) dan TM (transverse


magnetikic). Pemahaman antara TE dan TE perlu diketahui agar dapat membedakan
antara TEM, TE, dan TM. Gambar 3.2 menggambarkan TE dimana medan listrik
tegak lurus terhadap arah rambatan tetapi medan magnetik tidak tegak lurus
terhadap arah rambatan. Demikian pula untuk TM, medan magnetik tegak lurus
terhadap arah rambatan gelombang tetapi medan listrik tidak.

SALURAN TRANSMISI

26

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

SALURAN TRANSMISI

Ex

direction of travel

27

Ey
MALANG

X
POLITEKNIK NEGERI

Hz

Gambar 4.2 TE dan TM

Y
Berdasar pola pada Gambar 4.1, medan listrik dan medan magnetik untuk berbagai
saluran dapat diperlihatkan pada gambar-gambar berikut:

Hx
H
Zo=

direction o

120 a
x
r b

TE WAVE
Ey

Gambar 4.3. TEM saluran transmisi parallel

Nilai Zo saluran tergantung pada perbandingan antara ketebalan subtrat a dan lebar
saluran, makin tebal substrat yang digunakan makin besar pula nilai Zo.

Zo=

Hz

120
2D
x ln
d
r
Gambar 4.4 TEM saluran transmisi dua kawat terbuka
Sumber: Sinnema,1988:4

Nilai karakteristik impedansi sangat ditentukan oleh perbandingan antara jarak


antara pusat konduktor dan diameter konduktor. Kedua konduktor harus
diasumsikan mempunyai luas penampang yang sama dan berbahan yang sama pula.
Selain itu nilai tetapan dielektrik media antara kedua konduktor harus diketahui.
SALURAN TRANSMISI

28

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Zo=

[ ( )]

120
1 2
x ln 2 v
1+ 2
r

v=

h
d

h
D

Gambar 4.5 TEM Saluran dua kawat terlindung (shielded line)


(Sumber: Sinnema,1988:14)

Saluran Gambar 4.5 adalah saluran dua kawat sejajar yang dilengkapi dengan
pelindung berbahan konduktor yang dapat berupa anyaman. Fungsi pelindung
adalah untuk menjaga agar medan listrik dan medan magnetik tidak keluar dari selubung
sehingga rugi radiasi dapat diminimalkan atau dihilangkan.

SALURAN TRANSMISI

29

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 4.6 TEM saluran transmisi koaksial


Sumber :Sumber: Sinnema,1988:6

Gambar 3.7 TEM saluran mikrostrip


Sumber: Sinnema,1988:15

Gambar 4.8 TEM tri-plate line


Sumber: Sinnema,1988:15

SALURAN TRANSMISI

30

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 4.9 TEM waveguide segiempat untuk TE10


Sumber: www.wikipedia.org

4.2 Cepat Rambat Gelombang


Kecepatan rambat gelombang pada saluran transmisi dipengaruhi oleh bahan
media antara kedua konduktor (bahan dielektrik), .jika dielektrik terbuat dari bahan
plastic (PE) kecepatan rambat gelombang lebih kecil dibanding 3x10 8 m/det.
Hubungan cepat rambat gelombang dengan bahan dielektrik adalah
v=

c
r

m/det

dimana
v
c
r

: kecepatan rambat gelombang di media tertentu


: kecepatan rambat gelombang di udara kosong
: tetapan dielektrik relative

SALURAN TRANSMISI

31

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Dampak dari kecepatan rambat gelombang yang berbeda dari satu dielektrik
dengan dielektrik yang lain, maka panjang gelombangpun akan berbeda beda
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.10.

SALURAN TRANSMISI

32

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Medium-1

SALURAN TRANSMISI

Medium-2

Medium-3

33

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 4.10 Satu gelombang dalam medium yang berbeda.

Contoh perhitungan panjang gelombang


Sebuah generator sinyal menghasilkan daya keluaran 0 dBm pada frekuensi 2 GHz.
Sebuah kabel koaksial digunakan sebagai media transmisi antara generator sinyal
dan beban antenna. Hitung panjang gelombang di saluran jika tetapan dielektrik
relatif sebesar 2,0.
Jawab.
diketahui : r sebesar 2,0 dan frekuensi 2 GHz.
ditanyakan:
jawab:
8

v=

3 x 10 m/ s
=2,1 x 108 m/ s
2

v 2,1 x 108 m/s


= =
f
2 x 109 Hz
=10,5 cm

SALURAN TRANSMISI

34

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 5
TEGANGAN, ARUS dan KARAKTERISTIK IMPEDANSI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 5, mahasiswa akan mampu
- Menerangkan bagaimana pola arus dan tegangan pada saluran.
- Menerangkan konsep karakteristik impedansi saluran dan nilainya
sebagai fungsi frekuensi.
- Menjelaskan hubungan antara satuan dB dan Neper
5.1 Tegangan dan Arus
Pemahaman hubungan antara tegangan dan arus dalam saluran, diperlukan
pemahaman tentang hukum Ohm dan Kirchoff demikian pula dengan rangkaian
ekivalennya agar dapat dijabarkan tegangan dan arus pada saluran.

Gambar 5.1 Diagram saluran transmisi

dimana:
Eg
IS
ES
EX
Er
x
d
L

:
:
:
:
:
:
:
:

tegangan sumber
arus pada sending-end
tegangan pada sending-end
tegangan pada titik x
tegangan pada receiving-end
panjang saluran pada titik x dengan acuan sending-end
panjang saluran pada titik x dengan acuan beban
panjang saluran keseluruhan

Rangkaian ekivalen diperlukan untuk analisa matematika tegangan dan arus.


Gambar 5.2 memperlihatkan rangkaian ekivalen model L untuk saluran dengan
panjang x.

SALURAN TRANSMISI

35

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 5.2 Rangkaian ekivalen untuk panjang x

Untuk saluran transmisi pendek (x) pada lokasi x, kita akan mempunyai model
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.2. Elemen seri terdiri xR dan xL dan
elemenparalel terdiri xC dan xG.
dimana:
xR : resistansi seri per satuan panjang x.
xL : induktansi seri per satuan panjang x .
xG : konduktansi paralel per satuan panjang x.
xC : kapasitansi paralel per satuan panjang x.
Dengan menggunakan hukum Ohm dan Kirchhoff , (Sinnema,1988:40)
(5.1)

E+ E=EI (R+ jL) x

atau
E
=I ( R+ jL)
x

(5.2)

Persamaan 5.2 menyatakan bahwa perubahan tegangan (E) yang terjadi dalam
jarak (x) disebabkan tegangan jatuh pada impedansi seri (R+jL).
Dengan cara sama, perbedaan arus di ujung jauh disebabkan oleh arus yang
mengalir ke Gx dan Cx.
I + I =I I ( G+ jC ) x (E+ E)
I I (G+ jC ) xE

(5.3)

dimana xE dapat diabaikan untuk x yang kecil.

SALURAN TRANSMISI

36

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
I
=I ( G+ jC ) E
x
(5.4)
Persamaan 5.4 menunjukkan bahwa perubahan arus (I) sepanjang saluran
transmisi (x) disebabkan pengaruh paralel dari G+jC. Persamaan diferensial
untuk tegangan-arus pada saluran transmisi dapat dijabarkan dengan membiarkan
x mendekati nol untuk persamaan 5.3 dan 5.4.

lim

E dE
= =( R+ jL ) I
x dx

(5.5)

lim

I dI
= =( G+ jC ) E
x dx

(5.6)

X0

X0

dE
=ZI
dx

(5.7)

dI
=YI
dx

(5.8)

dimana:
Z = R+j L

ohm per satuan panjang

Y = G+jC

siemen per satuan panjang

Untuk mendapatkan ekspresi tegangan dan arus dalam saluran transmisi, kita harus
menjabarkan persamaan differensial 5.7 dan 5.8. Pertama kita harus menghilangkan
I dalam persamaan 5.7 dengan cara mendeferensialkan persamaaan 5.7 terhadap x
dan mensubstitusikan hasil dI/dx.
d2 E
dI
=Z
2
dx
dx
(5.9)
dI
=YE
dx
2

d E ( )
= YZ E
d x2
(5.10)
SALURAN TRANSMISI

37

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Penyelesaian persamaan 5.10 dapat berbentuk fungsi hiperbolik, fungsi sinus
komplek, fungsi eksponensial dan sebagainya. Salah satu penyelesaian umum
persamaan 4.10 adalah
E( x )= A1 e ZY x + A 2 e ZY x

volt

(5.11)

A1 dan A2 adalah tetapan integrasi yang dapat berupa tegangan/arus;


Persamaan 5.11 menyatakan tegangan yang terukur pada titik x yang ujung saluran
dihubung buka (lihat Gambar 5.2), merupakan penjumlahan dari dua buah tegangan
yaitu tegangan insiden ( A 1 e ZY x ) dan tegangan pantul

A 2 e ZY x . A1

merupakan nilai maksimum dari tegangan insiden demikian pula A2 merupakan


tegangan maksikum dari tegangan pantul. Perlu diketahui bahwa nilai A2 tidak
sama harganya dengan A1. Ini disebabkan oleh pelemahan saluran tetapi jika kita
bicara tentang saluran yang tidak ada pelemahan nilai A2 akan sama dengan A1.
Kedua tegangan ini akan mengalami pelemahan, makin jauh dari sumber tegangan
makin kecil amplitudonya mengikuti fungsi eksponensial. Dari persamaan 5.7 dapat
diturunkan persamaan arus sebagai berikut.
I=

1 dE
Z dx

I ( x )=

YZ
YZ
A 1 e ZY x
A 2 e ZY x
Z
Z

(5.12)
A
( 1 e
A 2 e ZY x )
1
I ( x )=

Z
Y
ZY x

I=

E
Zo
(5.13)

Besaran

Z
Y

yang mempunyai satuan ohm disebut karakteristik impedansi (Zo)

saluran. Maksud persamaan 5.11 dan 5.12 dapat diilustrasikan dengan Gambar 5.4
SALURAN TRANSMISI

38

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 5.4 Rambatan gelombang tegangan dan arus

Secara umum Zo saluran tanpa rugi-rugi terlihat


a. tidak tergantung panjang saluran.
b. tidak tergantung terminasi saluran (beban).
5.2 Karakteristik Impedansi (Zo)
Dari persamaan 4.13 diketahui bahwa

Zo=

R+ jL
G+ jC

dengan satuan ohm.

Dengan demikian nilai Zo tergantung pada frekuensi sebagaimana digambarkan


dalam Gambar 5.5 yang mana Zo maksimum akan terjadi pada frekuensi 0 Hz
dengan nilai

Zo menjadi

Zo=

R
G

ohm dan bernilai minimal pada frekuensi tinggi dimana

L
C

SALURAN TRANSMISI

39

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Zo

Gambar 5.5 Nilai Zo fungsi frekuensi

Dalam realita nilai Zo diinformasikan oleh pabrik pembuat kabel seperti


dicontohkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Data kabel koaksial
Tipe kabel

Impedansi

Dia.
keseluruhan

Jml. Kond.
Bag. dalam

Dia.kond.
dalam

Kapasitansi
per meter

UR 43

52

0,495

0,8

95 pF

SALURAN TRANSMISI

Pelemahan per 10 m
(dB)
27 MHz
934 MHz
0,72
4,3

Ekivalen
USA
RG-58/U

40

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
UR 67
UR 74
UR 76
UR 95

50
51
51
50

Tetapan

1,029
2,210
0,495
0,246

7
1
19
1

0,7
4,8
0,17
0,45

98,4 pF
98,4 pF
95 pF
103 pF

0,33
0,16
0,85
1,25

2,3
1,3
6,6
7,5

RG-213/U
RG-218/U
RG-58C/U
-

YZ pada persamaan 5.11 adalah tetapan propagasi gelombang yang

disimbolkan yang merupakan bilangan komplek. Bagian riil disimbolkan yang


menggambarkan

tetapan pelemahan gelombang saat berpropagasi (merambat)

dengan satuan neper per satuan panjang sedangkan bagian imajiner disimbolkan
yang menggambarkan tetapan perubahan fasa saat gelombang merambat
(rad/satuan panjang), dengan demikian = +j tanpa satuan.
Contoh Perhitungan Zo.
Dalam suatu percobaan, diperoleh data sebagai berikut;
1. Resistansi kabel 35 ohm per 100 meter
2. Induktasi kabel 40 F per 100 meter
3. Kapasitansi kabel 10 nF/ 100 meter
4. Konduktansi kabel 1/35000 ohm per 100 meter
Pertanyaannya
1. Hitung nilai Zo maksimumnya
2. Hitung nilai Zo minimumnya
3. Hitung nilai Zo pada frekuensi 1000 Hz
4. Hitung tetapan propagasi gelombangnya pada frekuensi 1000 Hz.
5. Hitung pelemahan kabel (Np)pada frekuensi 1000 Hz
5.3 Hubungan Satuan Neper dan dB
Dalam latihan 1 terdapat satuan neper dan decibel. Namun kita belum
membahas apa itu neper dan apa itu decibel serta bagaimana hubungannya. Gambar
5.6 memperlihatkan suatu saluran transmisi yang jodoh (matched-line). Jika kita
perhatikan dua titik x1

dan x2, teganan pada masing-masing titik tersebut adalah

(Sinnema,1988:50)

SALURAN TRANSMISI

41

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 5.6 Saluran yang jodoh

[ E1 ]=[ E s ] e X

[ E2 ]=[ E s ] e X

Perbandingan tegangan pada kedua titik tersebut adalah

[ ]
[ ]

E1
= e (x x )
E2
2

E1
= ex
E2

dimana x

(5.14)
adalah pelemahan keseluruhan antara dua titik x 1 dan x 2.

Ekspresi untuk rugi total adalah


x = -ln E2/E1

dimana E2<E1

Untuk mendapatkan decibel dalam bentuk neper, kita harus ke difinisi dasar
decibel.
dB = 10 log10P2/P1
dimana :
P2 adalah daya pada titik x2
P1 adalah daya pada titik x1
P2 = E12/Zo
P1 = E12/Zo
SALURAN TRANSMISI

42

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
dB = 20 log E2/E1
= 20 log e-X
= -x 20 log e
= -x 8.686
karena menunjukan rugi total dalam neper, maka 1 neper = 8,686 dB
1 Np = 8,686 dB

SALURAN TRANSMISI

(5.15)

43

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 6
SALURAN TRANSMISI YANG SESUAI DAN TIDAK SESUAI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 6, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan konsep saluran yang sesuai
- Menjelaskan konsep gelombang insiden dan pantul pada saluran yang
sesuai
- Menerangkan hubungan gelombang pantul terhadap nilai beban yang
dipasang
- Menghitung rugi-rugi saluran dalam satuan dB.
- Menjelaskan gelombang berdiri pada saluran
- Menerangkan pola impedansi pada saluran
6.1 Saluran Transmisi yang Sesuai
Saluran transmisi yang sesuai artinya impedansi beban yang terpasang sama
dengan karakteristik impedansi saluran. Sebelumnya telah dibicarakan besarnya
tegangan saluran yaitu;
E( x )= A1 e ZY x + A 2 e ZY x

volt

dimana :
adalah tetapan propagasi gelombang yang mana

ZY

(6.1)

YZ=( ( R+ jL )( G+ jC ) )
Tetapan propagasi juga disimbolkan gama ( ) sehingga

( YZ )1 /2 = = + j

(6.2)

dimana:
adalah tetapan pelemahan (dB) per satuan panjang.
adalah tetapan propagasi (rad)per satuan panjang.
Dari uraian di atas maka besarnya tegangan pada saluran dapat
diekspresikan sebagai berikut;
E( x )= A1 e( + j )x + A 2 e( + j )x

volt

Untuk saluran yang sesuai(ZR=ZO),


( )x

E( x )= A1 e

(6.3)

A 2 e(+ j )x = 0 sehingga

volt

(6.4)

Untuk menghitung harga A1, x sama dengan nol,


SALURAN TRANSMISI

44

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
E=E s=E sendingend
E ( 0 )=Es= A1 e( )0= A1
E( x )= A s e( ) x
(6.5)

I ( x)=E ( x)/Zo

Sekali lagi saluran trasmisi yang dibebani sebesar impedansi karakteristiknya


disebut saluran yang sesuai/jodoh (matched line).

Saluran seperti ini kadang-

kadang juga disebut saluran non resonan atau saluran rata (flat line). Rangkaian
ekivalen untuk ujung pengirim adalah sebagai berikut;
Zg
Eg

Zo

Es

Gambar 5.1 Rangkaian ekivalen ujung pengirim.

Es = Eg . (Zo/(Zo+Zg))

(6.6)

dimana :
Es adalah tegangan pada ujung pengirim.
Eg adalah tegangan sumber.
Zo adalah impedansi karakteristik saluran.
Zg adalah impedansi sumber teganan.

Gambar 6. 2 Tegangan ideal pada saluran yang sesuai (match) (hund : 45)
Sumber: Hund,1989:45

SALURAN TRANSMISI

45

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 6.3 Tegangan pada beban match

Gambar 6.2 menunjukkan ada pelemahan pada saluran yang match. Pelemahan
ini disebabkan rugi-rugi yang ada di saluran, makin jauh dari sumber tegangan yang
terukur semakin kecil dan makin tinggi frekuensi pada saluran, pelemahannya
semakin besar. Berikut adalah fenomena tegangan yang terukur pada saluran yang
match.

Volt/div 1 volt
Time/div 2 s

Gambar 6.3 Es untuk beban match

Gambar 6.3 adalah menunjukkan gelombang insiden atau gelombang datang


yang diukur pada titik sending end. Gelombang berupan pulsa dengan perioda 10
detik dan lebar pulsa 0,5 detik. Dengan demikian gelombang ini mewakili A1
pada persamaan 5.11. Terlihat bahwa pada saluran tidak terjadi pemantulan, semua
energi yang dikirimkan ke beban 100% terserap oleh beban tersebut.
Latihan soal

SALURAN TRANSMISI

46

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
1. Saluran kabel koaksial 50 ohm terbebani dalam kondisi match disambungkan ke
sebuah generator yang mempunyai impedansi output Zg =50 ohm dan tegangan
yang terukur Eg sebesar 10 volt. Bila frekuensi saluran 100 MHz, hitung
(a). kuat arus pada ujung saluran (sending-end)
(b). daya pada sending-end
(c). tegangan pada receiving-end /beban bila pelemahan total
kabel sebesar 4 dB.
(d). arus pada receiving end apabila pelemahan total kabel 4 dB.
(e). daya pada receiving end.
2. Buatlah kesimpulan pada saluran yang match pada kondisi ideal dan tidak ideal
3. Jelaskan arti dari saluran yang match dan apa yang akan terjadi bila kondisi
saluran tidak match.
6.2 Saluran Tidak Match
Saluran tidak Match artinya beban yang terpasang pada saluran tidak sama
dengan karakteristik impedansi saluran sehingga terjadi pemantulan pada beban
tersebut. Nilainya tegangan yang dipantulkan pada beban tergantung pada
perbedaan nilai antara beban dan Zo. Makin besar perbedaannya makin besar pula
amplitude tegangan pantulnya. Tegangan pantul ini akan menuju sumber tegangan
sehingga apabila kita melakukan pengukuran tegangan pada saluran tersebut, hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan penjumlahan dua gelombang yaitu
gelombang insiden dan gelombang pantul. Berikut adalah gambaran fenomena
tegangan pantul pada saluran yang ujung bebannya dibiarkan terbuka sehingga
tegangan yang dipantulkan bernilai maksimum. Tegangan diukur pada titik sending
end. Sinyal yang di berikan ke saluran berbentuk pulsa dengan lebar pulsa jauh
lebih kecil dibanding waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat di
saluran.
Sebagai gambaran tentang lebar pulsa adalah sebagai berikut, jika panjang
saluran 100 meter dan tetapan dielektrik saluran 2,25 untuk plastik, maka kecepatan
rambat gelombang akan sebesar 2x108 m/detik, dan waktu yang diperlukan
gelombang

SALURAN TRANSMISI

untuk

merambat

adalah

47

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
s
100 meter
t= =
=5 x 107 detik=0,5 detik
v 2 x 10 8 meter / detik

. Dengan demikian pulsa

dengan lebar 0,1 detik sudah lebih dari mencukupi untuk dipropagasikan ke
saluran sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 6.4.

Gelombang Insiden
Gelombang pantul

Gambar 6.4 Gelombang insiden dan pantul

Gambar 6.4 memberikan informasi bahwa sinyal yang diberikan pada


saluran yang tidak sesuai akan terjadi pemantulan pada beban. Gelombang pantul
ini mengalami pelemahan yang mengikuti fungsi eksponensial sebagaimana
dijelaskan dalam persamaan

E( x )= A1 e ZY x + A 2 e ZY x

, Dengan demikian jika

gelombang pantul dilemahkan mengikuti fungsi eksponensial, maka gelombang


insiden juga dilemahkan sebagai fungsi eksponensial.
6.2.1 Tegangan Pantul
Sebagaimana dijelaskan di atas, saluran yang tidak match akan menghasilkan
pemantulan gelombang pada beban. Perbandingan antara tegangan pantul dengan
tegangan insiden pada beban disebut koefisien pantul dari beban tersebut. Jika

SALURAN TRANSMISI

48

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
tegangan insiden pada beban disimbolkan

e R , dan koeffisien pantul disimbolkan


e +
R

eR

R=

+
eR , tegangan pantulnya disimbolkan
R , maka

(tanpa satuan)

(6.7)

pada beban ZR

++e R
totale=e R

(6.8)

+i R

total i=i R

(6.9)

eR
Zo

e +
R

Zo
total i=
+e
R

eR
e
++ R

eR
total e
=Z R=Z O
total i
e +
R =

(6.10)

(5.11)

Z RZ O
= R
Z R +Z O
e
R

Jika ZR> Zo, nilai

(5.12)

adalah positif dengan pengertian fasa tegangan pantul

dan tegangan insiden sama seperti diperlihatkan Gambar 6.5

SALURAN TRANSMISI

49

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Fasa gelombang insiden dan


pantul sama

Tegangan referensi 0 volt

Gambar 6.5 Fasa gelombang insiden dan pantul sama

Jika ZR< Zo, nilai

adalah negatif dengan pengertian fasa tegangan

pantul dan tegangan insiden berbeda 180 seperti diperlihatkan Gambar 5.6. Nilai
koefisien pantul maksimum terjadi pada saat beban maksimum (Z R = 0 ) atau
pada saat beban minimum (ZR = ).

Fasa tegangan insiden berbeda


180 dengan tegangan pantul

Gambar 6.6 Tegangan insiden dan pantul berbeda fasa 180


SALURAN TRANSMISI

50

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
6.2.2 Pemantulan dari Beban Resitif
Beban resitif artinya beban terdiri atas komponen resistansi. Sebagaimana
dalam bahasan sebelumnya untuk beban yang besarnya sama dengan karakteristk
impedansi saluran tidak terjadi pemantulan pada beban tersebut dan daya yang
masuk melalui saluran terdesipasi pada beban dalam bentuk panas. Juga untuk
saluran yang tidak terbebani atau terhubung singkat, semua daya dipantulkan
kembali ke saluran.
Untuk kasus umum, dimana beban resitif tidak sama dengan Zo saluran, sebagian
daya dikembalikan ke saluran dan sisanya diserap oleh beban. Sejumlah tegangan
yang dipantulkan kembali ke saluran didefinisikan sebagai koefisien pemantulan
tegangan (Hund:37)
e +
R
e
R

R=

(6.13)

dimana

e R

: tegangan pantul (V)

+
eR : tegangan maju (V)
R : koefisien pemantulan tegangan, tanpa satuan
ketika

berharga positif, tegangan pantul sephasa dengan tegangan maju,

sebaliknya akan berbeda phasa 180. Prosentase gelombang tegangan yang


dipantulkan ke saluran (% tegangan pantul ) =

R x 100 dan besarnya daya yang

terpantul sebesar Vr2/Zo watt sehingga Pr/Pi =


dipantulkan kembali sama dengan

Untuk beban resitif murni besarnya

dan % daya yang

x 100%.
R

=(Zr-Zo)/(Zr+Zo). Ketika kondisi

mismatch terjadi pada kedua ujung saluran gelombang akan terpantul dan
dipantulkan kembali hingga suatu keseimbangan akan terjadi.

Hasil

penjumlahan gelombang insiden dan gelombang pantul akan menghasilkan pola


gelombang yang disebut gelombang berdiri.
Contoh 1
SALURAN TRANSMISI

51

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Jika gelombang tegangan maju (insiden) sebesar 40 volt dan tegangan
pantul 25 volt, maka;

R = 0,625

% tegangan terpantul = 62,5%


koefisien pantul daya = 0,391
% koefisien pantul daya = 39,1%.
Contoh 2.
Jika Zo = 100 dan Zr = 200 , hitung % koefisen pantul tegangan dan
daya.
Contoh 3
Suatu saluran 75 dihubungan ke sumber tegangan DC sebesar 100 V yang
berimpedansi sumber 35, beban terpasang sebesar105 , hitung gelombang
teganga maju dan tiga gelombang pantul berikutnya yang terjadi dalam saluran.
Asumsikan pelemahan kabel 0 dB
6.2.3 Gelombang Berdiri
Sebuah gelombang berdiri yang terbentuk dari penjumlahan gelombang insiden
dan gelombang pantul akan mempunyai titik-titik

node yang cenderung tetap

terhadap waktu. Diantara kedua titik ini, gelombang secara kontinyu naik ke harga
tertingi( maksimum) dan turun ke harga minimum. Sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah (pola distribusi tegangan pada saluran yang tidak match =
gelombang berdiri).

SALURAN TRANSMISI

52

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 6.6 Gelombang berdiri


Sumber: Hund, 1989:41

Gelombang berdiri hanya dapat terjadi jika frekuensi-frekuensi gelombang


insiden dan gelombang pantul adalah sama. Harga Vmax pada gelombang berdiri
terjadi gelombang maju dan gelombang pantul sephasa dan harga minimum terjadi
saat kedua gelombang tersebut berbeda 180. Perbandingan antara kedua tegangan
tersebut dikenal dengan nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) dan
perbandingan tegangan gelombang berdiri yang diekspresikan dalam dB disebut
SWR (Standing Wave Ratio).
VSWR = ( V max / V min)

(6.14)

SWR(dB) = 20 log10 VSWR

(6.15)

Karena V max = I max . Zo dan V min = I min . Zo maka


VSWR = ( I max / I min)

(6.16)

6.2.4 Impedansi Maksimum dan Minimum Pada Saluran


Impedansi maksimum dapat terjadi bila tegangan maksimum arusnya minimum
dan sebaliknya impedansi minimum akan terjadi bila tegangan minimum dan
arusnya maksimum. Untuk mengetahui hubungan antara Z maksimun dengan
VSWR perhatikan rumus-rumus di bawah;
VSWR = ( Ii+Ir) / (Imin)

dengan hukum Ohm I = V/Z

VSWR = ((Vi/Zo) + (Vr/Zo)) / I min


VSWR = (Vi + Vr)/ (I min .Zo)
VSWR = V max / ( I min .Zo)
VSWR = Z max/ Zo
Z max() = (VSWR) . Zo

(6.17)

Dengan cara yang sama


Z min() = Zo/ ( VSWR)

SALURAN TRANSMISI

(6.18)

53

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Selain VSWR dapat ditentukan dengan perbandingan V max dan V min, juga dapat
dijabarkan dalam koefisien pantul.
VSWR = ( V max)/ ( V min)
+

VSWR = ( e + e )/( e - e )
R
R
R
R

+
VSWR = ( 1+ e / e ) / ( 1 e / e )
R
R
R
R
VSWR = ( 1 +
Karena harga

R ) / (1 -

R )

R dapat berharga positif atau negatif maka rumus diatas dapat di

kembangkan menjadi;
VSWR = ( 1 +

R ) / ( 1 -

R )

(6.19)
R = (Zr-Zo)/(Zr+Zo)
VSWR = Zo/Zr untuk Zo> Zr

atau

VSWR = Zr/Zo untuk Zr> Zo

(6.20)

6.3 Tegangan dan Arus pada Saluran Transmisi Tidak Sesuai


Kita telah mengetahui bahwa pada saluran transmisi yang tidak sesuai, terdapat
dua gelombang yaitu gelombang maju (incident wave) dan gelombang pantul
(reflected wave). Gelombang maju merambat dari sumber sinyal menuju beban
sedangkan gelombang pantul merambat dari beban menuju sumber sinyal. Jadi
pada suatu saluran yang tidak sesuai (ZR Zo), besarnya tegangan pada saluran
merupakan penjumlahan dari gelombang maju dan gelombang pantul.
Tujuan kita adalah menentukan teganan total pada beberapa titik x. Langkah
pertama adalah menjumlahkan tegangan maju pada suatu titik x dengan tegangan
pantulnya.
E(x) = E+ (x) + E- (x)

(6.21)

keterangan
E+ (x) : tegangan maju pada titik x.
E- (x) : tegangan pantul pada titik x.
SALURAN TRANSMISI

54

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 6.7 Skematik saluran transmisi

(x)

Tegagan pada titik x, E + ( x )+ E


( x )=E
x

+ ( x )=E ( 0 ) e

(6.22)

E(0) adalah tegangan insiden pada titik sending end, tegangan insiden pada
beban titik receiving- end adalah
+ ( L )=E ( 0 ) eL
E
Pada titik yang sama juga terjadi pemantulan sehingga tegangan pantul pada titik

ini adalah

+ ( L)

( L ) = R x E

atau

( L ) = R x E ( 0 ) eL
E
dimana

(6.23)

adalah koeffisien pantul beban, yang didefinisikan sebagai

perban-dingan tegangan pantul terhadap tegangan maju. Jika dilihat dari beban,
teganan pantul pada titik x dengan jarak d dari beban adalah
( x)
( d ) =E
E

SALURAN TRANSMISI

55

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
(Lx)

( L ) e

( d )= E

+ ( 0 ) e (L) x e (Lx)
( d ) = R x E
E
(2 Lx )

+ ( 0 ) e

( d ) = R x E
E

(6.24)

Tegangan total pada sembarang titik sepanjang saluran adalah


+ ( 0 ) e (2 L x)
E + ( 0 ) ex + R x E
( x ) =E
+ ( 0 ) [ ex + R e (2 Lx) ]
E
( x ) =E
+ ( 0 )

Karena

(6.25)

dalam persamaan (5.25) tidak dapat diukur secara langsung maka

persamaan (5.25) diekspresikan dalam tegangan pada ujung awal saluran Es


Pada x=0,
+ ( 0 ) [ 1+ R e (2 L) ]
E ( 0 ) =E

(6.26)

maka
+ ( 0 )=

Es

[ 1+ R e (2 L) ]
E

ex + R e (2 Lx) ]
[
( x )=E s
[ 1+ R e (2 L) ]
(6.27)

Besarnya arus insiden pada titik x adalah


+ ( x )

E
Zo
+ ( x )=
I

(6.28)

Sedangkan arus pantulnya adalah


SALURAN TRANSMISI

56

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
E ( x )
Zo
( x )=
I

(6.29)

Tanda negatif menunjukkan arus mengalir dari beban ke sumber. Besarnya arus
total pada titik tersebut adalah
( x )

+ ( x )+ I

I ( x )=I
( x )

E
Zo

E + ( x )

Zo
I ( x )=
( 0 )

E
R e (2 Lx)
Zo
E+ ( 0) x
e
Zo
I ( x ) =
x

(2 Lx)

R e
E+ (0 )

Zo
I ( x )=

+ ( 0 )=

Es

[ 1+ R e (2 L) ]
E

ex R e (2 L x)
Es
1
]
I ( x )=

(2 L) Z
[ 1+ R e ] o
I ( x )=

Es ex R e (2 L x )
Z o [ 1+ e (2 L ) ]
R
Es

Z S=

[ 1+ R e (2 L) ]
[ 1+ R e (2 L) ]

E(0)
=
I (0) E s 1 R e (2 L )
Z o [ 1+ R e (2 L ) ]

SALURAN TRANSMISI

57

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Z S=

[ 1+ R e (2 L) ]
[ 1+ R e (2 L) ]

E(0)
=Z o
I (0)
1 R e (2 L )

[ 1+ R e (2 L) ]
(2 L)

Z S=

1+ R e
E(0)
=Z o
I (0)
1 R e ( 2 L )

e L + R eL
E(0)
Z S=
=Z o L
I (0)
e R eL
Untuk menghitung Zs, impedansi sending-end atau impedansi input(Zin) tetapan
gelombang dapat di sederhanakan dengan menganggap saluran tidak mempunyai
pelemahan sehingga = j
L

e =e =cos L+ jsin L
L

=e

=cos L jsin L

dan

R=

( Z R Z o )
( ZR+ Zo)

Z =

Z + j Zo tan L
E( s)
=Z o R
I ( s)
Zo+ j Z R tan L

(6.30)

Persamaan (5.30) menyatakan bahwa besarnya Z S sangat tergantung beban (ZR)


dan panjang saluran atau frekuensi saluran. Untuk saluran yang match (ZR= Zo),
besarnya ZS = Zo. Dengan demikian saluran tidak jodoh dapat terjadi jika (1)
beban yang terpasang tidak sama dengan Zo, (2) saluran terhubung singkat, (3)
saluran terhubung terbuka, dan (4) saluran yang digunakan tidak sama.
E ( x )=Es
E ( x )=Es

[ ex + R e (2 L x) ]
, =0
[ 1+ R e (2 L) ]
[ Z R cos (lx)+ j ZO sin (lx )]
Z R cos l+ j ZO sin l

(6.31)
kita dapat menghitung tegangan pada beban sebesar;
SALURAN TRANSMISI

58

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
E R=E s

[ Z R cos (0)+ j Z O sin (0)]


Z R cos l+ j Z O sin l

(6.32)
E R=

Es Z R
Z R cos l+ j Z O sin l

Z
( R cos l+ j Z O sin l )
ER
E S=
ZR
E ( d )=E s

(6.33)

dan

[ Z R cos d+ j Z O sin d ]
Z R cos l+ j Z O sin l

(6.34)

atau

Ed =E R cos d+ j I R Z o sin d
Ed =E R (cos d + j
I d=I R (cos d + j

ZO
sin d )
ZR

ER
sin d )
Zo

(6.35)
(6.36)

Untuk hubung singkat (ZR = 0)


I d=I R (cos d)

(6.37)

Ed =+ j I R Z o sin d
(6.38)
Z SC ( d )=+ jZo tangen d

(6.39)

6.4 Saluran Terhubung Singkat


Impedansi dapat diperoleh dengan cara mengukur tegangan dan arus pada titik
pengukuran yang sama. Perbandingan antara tegangan dan arus menghasilkan
impedansi.

SALURAN TRANSMISI

59

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 6.8 Tegangan dan arus pada beban hubung singkat

Gambar 6.8 menujukkan hubungan tegangan dan arus yang mana antara
tegangan dan arus ada perbedaan fasa 90. Dengan referensi beban, pola tegangan
mengikuti fungsi sinus dan pola arus mengikuti fungsi cosinus. Kedua pola ini
menghasilkan pola impedansi sepanjang saluran sebagaimana diperlihatkan dalam
Gambar 6.9
Dari persamaan (6.39), kita dapat melihat bahwa impedansi saluran transmisi
hubung singkat tanpa rugi-rugi adalah reaktif murni. Impedansi ini dapat kapasitif
atau induktif tergantung dari panjang saluran dan frekwensi saluran. Jika d<1/4,
saluran bersifat induktif dan bila /2>d>1/4, saluran bersifat kapasitif dan
seterusnya.

Gambar 6.9
a. distribusi gelombang tegangan dan arus beban 0
b. distribusi impedansi sepanjang saluran beban 0
Sumber: Hund,1989:51

SALURAN TRANSMISI

60

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 6.10 menunjukkan hubungan antara tegangan input dan arus input
untuk beban terhubung singkat pada saluran koaksial, dimana

fasa tegangan

mendahului fasa arus sehingga impedansi pada sisi input bersifat induktif. Pada saat
panjang saluran mendekati 0 atau , fasa tegangan dan fasa arus mendekati
sama (bersifat resitif) seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.11 dan akan bersifat
kapasitif jika panjang saluran lebih dari . Karena struktur kabel koaksial tidak
dapat mewakili struktur induktor murni, maka perbedaan sudut fasa 90 tidak dapat
dicapai.

Gambar 6.10 Fasa tegangan mendahului fasa arus pada beban hubung singkat

6.5 Saluran Terhubung Buka (ZR = )


Untuk saluran yang terminasi terbuka (Z R= ) , distribusi tegangan dan arus
kebalikan dari distribusi ZR = 0 sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 6.11
(a). Gambar 5.11 memperlihatkan distribusi tegangan dan arus serta distribusi
impedansi sepanjang saluran untuk ZR = . Untuk panjang saluran (d) kurang dari
impedansi pada ujung pengirim (Zsending-end) bersifat kapasitif dan untuk
>d > impedansi input bersifat induktif.

SALURAN TRANSMISI

61

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 6.11 a. distribusi gelombang tegangan dan arus beban


b. distribusi impedansi sepanjang saluran beban
Sumber: Hund,1989:50

Gambar 6.12 memperlihatkan hubungan antara tegangan dan arus pada titik
sending-end untuk beban terbuka.

Gambar 6.12 Fasa tegangan mendahului fasa arus pada beban hubung singkat

Impedansi sepanjang saluran mengikuti distribusi fungsi cotangent sebagaimana


dirumuskan sebagai berikut (Sinnema, 1989:68)
Z OC ( d )= jZo cotangen d

(6.40)

Latihan
1. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 yang panjangnya 1/8 dari
beban yang terhubung singkat? (-j50 )
2. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 yang panjangnya 1/2 dari
beban yang terhubung singkat? (-j0 )
3. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 yang panjangnya 1/4 dari
beban yang terhubung singkat? (-j)
6.6 Gelombang Pantul
SALURAN TRANSMISI

62

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gelombang pantul pada saluran transmisi terjadi jika terjadi saat ada
ketidakseragaman saluran yang disebabkan oleh beban yang terpasang tidak sama
dengan nilai karakteristik impedansi (Zo) saluran atau penggunaan saluran yang
tidak sama. Besarnya gelombang pantul tergantung dari nilai koefisien pantul yang
dirumuskan
=

Z R Z O
ZR+ ZO
(6.41)

dimana

: koefisien pantul (tanpa satuan)

Z R : impedansi beban ()
ZO

: impedansi saluran ()

Dari persamaan (6.41), kita dapat menyimpulkan bahwa koefisien pantul akan
berharga positif bila impedansi beban (ZR) lebih besar dari impedansi karakteristik
saluran dan berharga negatif bila ZR< Zo. Berharga nol bila ZR = Zo, yang artinya
semua energi yang dipancarkan atau ditransmisikan ke beban diterima secara
maksimum atau dengan kata lain tidak ada energi yang dikembalikan lagi ke
sumber.

Latihan
1. Jika tegangan insiden yang terukur pada beban sebesar 40 volt dan tegangan
pantul pada titik yang sama 25 V, berapa koefisien pantul pada beban tersebut.
(0,625)
2. Saluran transmisi mempunyai Zo sebesar 50 ohm yang dibebani 200 ohm.
Berapa persentasi tegangan dan daya yang dipantulkan? (33,3%, 11,1%)
6.7 Return Loss (RL)
Istilah return loss (RL) sering dijumpai dalam pengukuran yang berkaitan
dengan saluran dan beban (dalam hal ini antenna). RL erat hubungannya dengan
koeffisien pantul dimana
SALURAN TRANSMISI

63

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
RL=20 log

dB

(6.42)

RL menunjukkan persentase daya yang dipantulkan pada titik beban. Sebagai


contoh RL sebesar -10 dB menunjukkan 10% daya dipantulkan kembali ke saluran
dan 90% daya diteruskan ke beban.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan sifat-safat tegangan dan
arus pada saluran untuk berbagai beban sebagai berikut :
Terminasi hubung buka(open - circuit termination)
1. Tegangan insiden dan tegangan pantul sefasa pada terminal hubung buka
1. Koeffisien pantul satu pada terminal hubung buka
2. Nilai arus pantul sama dengan nilai arus insident tetapi beda phasa 180 0 dan
terulang untuk interval setengah gelombang dari terminal hubung buka.
1. VSWR tak terhingga.
1. Tegangan minimum pertama terjadi pada jarak dari terminal hubung buka.
1. Arus minimum pertama terjadi pada jarak 1/2 dari terminal hubung buka.
Hubung singkat (short-circuit termination)
1. Arus insiden dan arus pantul sephasa pada terminal hubung singkat dan terulang
pada interval 1/2 panjang gelombang dari terminal hubung singkat.
1. VSWR tak terhingga.
1. koefisien pantul sama dengan 1 dan sudut koefisiennya 1800.
1. Tegangan minimum pertama terjadi pada 1/2 dari hubung singkat.
1. Arus minimum pertama terjadi pada 1/4 gelombang dari hubung singkat.
1. Impedansi input saluran merupakan fungsi panjang saluran.
Beban sesuai/jodoh
1. Gelombang pantulnya nol.
1. Tidak ada gelombang berdiri.
1. VSWR satu.
1. Koeffisien pantul nol.
1. Impedansi inpput saluran tidak tergantung dari panjang saluran.
Beban resistansi murni yang lebih besar dari Zo
1. Gelombang insiden dan gelombang pantul sephasa pada beban interval 1/2
panjang gelombang dari beban.
SALURAN TRANSMISI

64

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
1. Tegangan maksimum muncukl pada beban dan pada interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
1. Sudut koeffisien pantul nol pada beban dan pada interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
1. Besarnya gelombang pantul, besarran koeffisien pantul dan VSWR tergantung
pada harga Zo dan beban Zr.
1. Arus pantul pada phasa 1800 dengan arus insiden dan pada interval 1/2 panjang
gelombanng dari beban.
1. Lokasi panjang gelombang tegangan dan arus maksimum minimum mengikuti
pola yang sama dengan rangkaian terbuka kecuali amplitudonya yang
bervariasi.
Resistansi murni kurang dari Zo
1. Arus insiden dan arus pantul sephasa pada beban dan di interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
1. Tegangan insiden dan tegangan pantul beda phasa 1800 di beban dan di interval
1/2 panjang gelombang dari beban.
1. Tegangan minimum terletak di baban.
Beban reaktansi murni
1. Tegangan insiden dan tegangan pantul beda phasa 1800 kecuali di Emax
(sephasa) dan di Emin (beda1800).
1. VSWR tak terhingga dan koefisien pantul adalah 1,0.
BAB 7
PENYESUAI IMPEDANSI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 7, mahasiswa akan mampu
- Mengerti cara menggunakan diagram Smith.
- Merancang rangkaian penyesuai impedansi
- Merancang rangkaian penyesuai impedansi dengan STUB

Penyesuai impedansi berfungsi untuk mengubah suatu nilai impedansi dari


suatu nilai ke nilai impedansi lainnya, sebagai contoh impedansi 100 akan diubah
nilai menjadi 50 atau sebaliknya. Tujuan digunakannya penyesuai impedansi
adalah untuk mengurangi atau jika mungkin menghilangkan gelombang pantul
SALURAN TRANSMISI

65

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi. Beberapa penyesuai impedansi yang
digunakan pada frekuensi sangat tinggi (VHF dan UHF) digunakan saluran sebagai
rangkaian penyesuai impedansi. Mereka diantaranya penyesuai impedansi lamda,
balance to unbalanced lamda, STUB dan lainnya.
7.1 Penyesuai Impedansi
Penyesuai impedansi lamda (transformer ) banyak digunakan pada
antenna struktur mikrostrip. Prinsip rangkaian ini adalah saluran yang panjangnya
dimana rumus dasar yang digunakan, (Hund, 1989:49)
Z =

Z + j Zo tan L
E()
=Z o R
I ()
Zo+ j Z R tan L

(7.1)

Apabila panjang saluran L sebesar , maka


Z x Z R =Z o

(7.2)

Pemahaman rumus 6.2 dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 7.1 Transformer

Sebagai contoh beban sebesar 100 ohm dapat diubah nilainya menjadi 50 ohm pada
sisi input jika Zo saluran dibuat 71 ohm. Ini ini dapat diperoleh dengan asumsi nilai
ZR adalah resitif dan Zin yang dinginkan juga resitif.
Contoh permasalahan.
Saluran koaksial 50 ohm dibebani sebesar 100 ohm resitif. Jika diinginkan saluran
menjadi match, tentukan nilai Zo dari transformer ?

SALURAN TRANSMISI

66

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 7.2 Posisi transformer dalam saluran dengan beban resitif

Agar saluran utama menjadi match, impedansi di titik sambung antara saluran
utama dengan transformer dipaksa sama dengan Zo saluran utama sebesar 50 ohm.
Dengan demikian berdasar rumus 6.2 , Zo(transformer) = (100 x50)-1/2 = 70,7 ohm
Permasalahan akan lebih komplek jika nilai beban mengandung komponen reaktif (
Z = R +jXL atau Z = R-jXC. Kita tidak dapat menggunakan rumus 6.2 secara
langsung karena rumus tersebut hanya dapat digunakan untuk beban resitif. Untuk
mengatasi permasalahan beban reaktif, diperlukan alat bantu yang bernama diagram
Smith (Smith Chart) atau SC karena diagram ini mampu memberikan berbagai
informasi yang berkaitan dengan impedansi saluran.
7.2 Penggunaan Diagram Smith
Diagram Smith adalah diagram lingkar seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.2.
Tahun 1939, Philip H Smith mempublikasikan artikel tentang diagram lingkar yang
berguna untuk menyelesaikan permasalahan

yang berkaitan dengan system

transmisi frekuensi radio

SALURAN TRANSMISI

67

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 7.3 Diagram Smith
Sumber http://www.cadfamily.com (29/05/2012)

Walaupun diagram ini dikenalkan 73 tahun yang lalu, namun sampai saat ini
masih digunakan dalam perangkat modern khususnya yang berkaitan dengan
system transmisi frekuensi UHF seperti dicontohkan dibawah.

Gambar 7.4 Diagram Smith dalam aplikasi simulator antena

Diagram Gambar 7.4

kita temukan pada perangkat lunak simulator antenna

IE3D yang sangat popular di dunia perancangan antenna, bahkan ditemukan dalam
instrument ukur modern seperti scalar network. Dengan demikian pemahaman
tentang diagram ini diperlukan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan saluran
transmisi maupun antenna.
7.2.1 Komponen-komponen dalam SC
Komponen komponen dalam SC meliputi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Komponen resistansi atau konduktansi yang ternormalisasi


Komponen reaktansi induktif atau susceptansi kapasitif yang ternormalisasi
Komponen reaktansi kapasitif atau susceptansi induktif yang ternormalisasi
Panjang gelombang kearah beban
Panjang gelombang kearah sumber
Koeffisien pantul
VSWR dll.

Komponen Resistansi atau Konduktansi

SALURAN TRANSMISI

68

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Komponen ini ada di tengah lingkaran yang berupa garis lurus mulai dari sisi
kiri ke sisi kanan seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.5.

Gambar 7.5 Komponen resistansi

Lingkar Tetap Resistansi atau Konduktansi


Setiap skala resistansi mempunyai lingkaran-lingkaran seperti diperlihatkan
dalam Gambar 7.6. lingkaran ini digunakan sebagai garis bantu dalam penentuan
beban komplek. Nilai resistansi yang ada merupakan nilai ternormalisasi terhadap
Zo atau Yo (untuk konduktansi)

Gambar 7.6 Lingkar resistansi

Garis Tetap Reaktansi atau Sesceptansi


Selain lingkar resistansi, terdapat skala ternormalisasi untuk reaktansi baik
reaktansi induktif (+jXL/Zo) atau reaktansi kapasitif jXC/Zo dan skala
SALURAN TRANSMISI

69

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
ternormalisasi susceptansi kapasitif +jB/Yo atau susceptansi induktif

-jB/Yo

sebagaimana diperlihatkan dalam Ganbar 7.7

Gambar 7.7 Komponen ternormalisasi reaktansi atau susceptansi

Sama dengan fungsi garis lingkar resistansi, garis kurva reaktansi digunakan
untuk menyatakan nilai reaktansi mulai nilai 0 sampai tak terhingga, sebagai
gambaran kita akan menggambarkan beban dengan nilai impedansi Z = 50 +j 50
, yang dipasangkan pada kabel koaksial dengan karakteristik impedansi 50 .
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan nilai ternormalisasi beban
tersebut yaitu ZL/Zo sebesar 1+ j1 (tanpa satuan). Nilai 1 adalah nilai ternormalisasi
R/Zo yang ada dalam diagram smith (lingkar warna biru dalam Gambar 6.8). Nilai
+j1 adalah nilai ternormalisasi +jXL/Zo (kurva warna merah). Pertemuan lingkar
R/Zo sebesar 1 dan kurva +jX L/Zo adalah beban ternormalisasi ZL/Zo seperti
diperlihatkan dalam Gambar 7.8

SALURAN TRANSMISI

70

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 7.8 Posisi ZL/Zo dalam diagram Smith

Wavelength Toward Load (WTL)


WTL dapat diartikan panjang gelombang dengan arah menuju beban dengan
satuan lamda sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 6.9. Dalam SC arah putarnya
berlawanan dengan arah jarum jam dan sebaliknya untuk wavelengt toward
generator.

Gambar 7.9 Wavelength toward load (WTL)

7.2.2 Impedansi Sepanjang Saluran


Maksud dari impedansi sepanjang saluran adalah nilai impedansi yang terdapat
pada sepanjang saluran yang terbebani dengan Z L. Ada rumus yang memberikan
informasi tentang impedansi sepanjang saluran (6.30) namun penyelesaian rumus

SALURAN TRANSMISI

71

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 7.10 Bagian-bagian dari SC

tersebut membutuhkan waktu yang agak lama, dengan bantuan SC, kita dapat
menghemat waktu untuk memahami nilai impedansi saluran tersebut. Sebagai
gambaran pemahaman impedansi sepanjang saluran dapat dijelaskan sebagai
berikut; (1) posisikan beban saluran dalam SC seperti dijelaskan langkah
sebelumnya. Misal beban saluran 50+j50 . (2) normalisasikan beban tersebut
terhadap Zo 50 . Maka ZL/Zo = 1+j1 dan daman SC ditunjukkan dalam Gambar
7.10

Gambar 7.11 ZL dalam SC

Dengan menggunakan jangka dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di tengahtengah lingkaran SC seperti diperlihatkan dalam gambar 7.11

SALURAN TRANSMISI

72

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Gambar 7.11 Impedansi sepanjang saluran

Gambar 7.11 memberikan informasi bahwa nilai impedansi sepanjang saluran


ditunjukkan lingkaran warna merah yang dimulai dari beban ZL/Zo. Dengan
memutar searah jarum jam, nilai impedansi dapat diketahui dengan acuan beban
menuju sumber sinyal. Besarnya impedansi tergantung dari jarak terhadap beban.
Dengan lingkaran tersebut, informasi nilai impedansi maksimum dan minimum
dapat diketahui. Selain itu nilai standing wave ratio (SWR), juga diperoleh.nilai
impedansi sepanjang saluran yang dijelaskan dalam bahasan ini diasumsikan
pelemahan saluran dianggap nol.
7.3 Penyesuai Impedansi untuk Beban Reaktif
Untuk beban reaktif (induktif stau kapasitif), transformer tidak dapat
langsung disambungkan ke beban sebagai mana bahasan sebelumnya, karena rumus
7.2 hanya dapat digunakan jika semua nilai impedansinya resitif, jika Zin dalam
rumus tersebut diasumsikan resitif maka Z L juga harus resitif. Dengan demikian
konsep penggunaan transformer hanya untuk kondisi resitif dengan demikian
transformer ini harus dipasang pada impedansi saluran yang resitif. Nilai impedansi
saluran resitif ditunjukkan pada nilai impedansi maksimum atau minimum. Untuk
lebih jelas, perhatukan contoh berikut.
Contoh-1
Saluran dengan karakteristik impedansi Zo 50 ohm dibebani sebesar 50+j50 .
Tentukan jarak yang harus dipasang dari beban dan tentukan nilai karakteristik
impedansi transformer tersebut.
Solusi
Konsep solusinya adalah menentujan L-1 yaitu jarak titik resitif pada saluran
terhadap beban seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.12

Gambar 7.12 Penempatan transformer terhadap beban resitif

SALURAN TRANSMISI

73

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
dengan menggunakan SC,
1. ditentukan letak ZL/Zo pada SC
2. dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di titik R/Zo = 1,0 dan lingkaran
3.
4.
5.
6.

melalui 1+j1
ditentukan titik Z maksimum
dihitung jarak dari beban menuju titik Z maksimum tersebut;
dibaca nilai Zmak/Zo pada SC dan konversikan ke nilai sebenarnya
dengan rumus 7.2 dihitung nilai karakteristik impedansi transformer

Gambar 7.13 Prosedur penyelesaian beban induktif

Untuk beban kapasitif, langkah penyelesaiannya hampir sama yaitu sebagai berikut

Gambar 7.14 Posisi transformer pada beban reaktif

dengan menggunakan SC,


1. ditentukan letak ZL/Zo pada SC
2. dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di titik R/Zo = 1,0 dan lingkaran
melalui 1-j1
3. ditentukan titik Z minimum
4. dihitung jarak dari beban menuju titik Z minimum tersebut;
5. dibaca nilai Zmin/Zo pada SC dan konversikan ke nilai sebenarnya
dengan rumus 7.2 dihitung nilai karakteristik impedansi transformer
SALURAN TRANSMISI

74

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 7.15 SC dalam penyesuai impedansi

Admitansi pada SC
Selain nilai ternormalisasi untuk impedansi, SC juga menyediakan nilai
ternomalisasi untuk admitansi YL/Yo, komponen dari admitansi YL adalah
konduktansi G dan susceptansi JB. SC memberikan kemudahan bagaimana
mengubah nilai impedansi menjadi susceptansi (Gambar 7.16). penggunaan
susceptansi diperlukan saat membahas perhitungan rangkaian paralel.

SALURAN TRANSMISI

75

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 7.16 Mengubah Z menjadi Y

7.4 STUB
STUB adalah rangkaian penyesuai impedansi dengan menggunakan saluran
yang sama untuk tujuan menghilangkan atau mengurangi pemantulan pada sending
end. Umumnya STUB dihubungkan paralel dengan saluran. Ujung STUB dapat
dibuat terbuka atau terhubung singkat.

Gambar 7.17 STUB dalam saluran

Konsep pemahaman STUB adalah sebagai berikut. Saat STUB ujung r-end
nya dibuka atau dihubung singkat, STUB mempunyai admitansi input reaktif,
dapat kapasitif atau induktif. Fungsi STUB adalah menghilangkan komponen
susceptansi dimana STUB akan diparalelkan dengan demikian admitansi input
STUB harus konjugate dengan admitansi saluran dimana STUB akan diparalelkan.
Setelah STUB diparalelkan, admitansi pada titik dimana STUB diparalel harus
SALURAN TRANSMISI

76

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
sama dengan karakteristik admitansi saluran Yo agar tidak terjadi pemantulan
gelombang pada titik tersebut.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan dimana STUB harus
diparelelkan dan berapa panjang STUB agar tidak terjadi pemantukan pada saluran
utama.Perhatikan permasalahan berikut, jika beban antena 50-j50 disambungkan
dengan kabel koaksial 50 , tentukan dimana STUB harus dipasang dan berapa
panjang STUB agar tidak terjadi pemantukan pada saluran koaksial 50 ?
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah senagai berikut;
1.
2.
3.
4.

Dinormalisasikan beban antena; ZL/Zo = (50-j50)/50 = 1-j1


Ditentukan letak beban ini dalam SC (Gb. 7.19)
Dibuat lingkaran SWR (Gb. 7.19)
Karena STUB dipasang paralel, konversikan ZL/Zo menjadi YL/Yo.

(Gb.7.18)
5. Dibuat garis lurus dari pusat SC menuju beban YL/Yo sampai lingkaran luar
SC dan dibaca nilai panjang gelombang yang tertera di lingkaran luar
tersebut (Gb. 7.19).

.
Gambar 7.18 Konversi dari ZR/Zo ke YL/Yo

6. Karena masih di posisi beban YL/Yo, ikuti lingkaran WSR dengan


menggeser ke arah jarum jam hingga memotong pada lingkaran G/Yo sama
dengan satu.( Gb. 7.19)
7. Jarak Konduktansi G/Yo terhadap beban YL/Yo dihitung

SALURAN TRANSMISI

77

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 7.19 Admitansi YL/Yo menuju admitansi G/Yo

Gambar 7.20 Jarak konduktansi G/Yo satu ke beban YL/Yo

8. Nilai admitansi yang memotong G/Yo satu dibaca ( 1+jB)


9. STUB yang akan diparalelkan fungsinya untuk menghilangkan komponen
+jB sehingga admitansi input STUB dipaksa sama dengan jB sehingga dija
STUB diparalelkan dengan saluran akan menghasilkan Y/Yo = 1. Jika ujung

SALURAN TRANSMISI

78

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
SUB dibiarkan terbuka, maka L-2 dapat dihitung sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 7.21

Gambar 7.21 Perhitungan L-2

Jika ujung STUB dihubung singkat, panjang STUB di hitung dari konduktansi
sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 7.22

Gambar 7.22 Perhitungan untuk STUB hubung singkat


Latihan-latihan

Gunakan SC kosong untuk meyelesaikan permasalahan berikut


1. Rancang penyesuai impedansi pada saluran koaksial 75 jika antena
yang terpasang mempunyai impedansi 36+j 21 ohm.
SALURAN TRANSMISI

79

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
2. Jika frekuensi saluran soal no.1 600 MHz, dan tetapan dielektrik sebesar
2.15, teutukan jarak pasang transformer (cm) terhadap beban dan panjang
transformer tersebut (cm).
3. Jika STUB tunggal yang digunakan untuk penyesuai impedansi soal no.1,
rancang STUB tersebut jika (a) ujung STUB dibiarkan terbuka dan (b)
ujung STUB dihubung singkat dan tentukan jarak STUB yang harus
dipasang (cm) terhadap beban, dan panjang masing-masing STUB (cm).

SALURAN TRANSMISI

80

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
BAB 8
PENGENALAN WAVEGUIDE
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa
- Mampu menjelaskan bagaimana sebuah waveguide bekerja
- Mampu menjelaskan medan-medan dalam waveguide
- Mampu menghitung daya pada waveguide.

Konstruksi
Tanpa konduktor pusat atau konduktor dalam, waveguide tampak lebih
sederhana dibandingkan saluran koaksial dan mempunyai kekuatan yang lebih
besar karena strukturnya saling mengikat atau utuh. Namun kelebihan-kelebihan ini
akan hilang pada frekuensi rendah karena akan memerlukan ukuran waveguide
yang besar. Waveguide harus mempunyai ukuran penampang setengah panjang
gelombang ( ). Sebagai contoh untuk frekuensi 1MHz harus mempunyai lebar
700 ft. dan untuk frekuensi 200 MHz lebar yang diperlukan 4 ft. akan tetapi untuk
frekuensi diatas 2 GHz

mulai tampak kelebihan-kelebihannya karena ukuran

waveguide menjadi lebih kecil.


Wave Guide Sebagai Saluran
Sebuah waveguide yang disederhanakan mempunyai kesamaan dengan
saluran dua kawat yang disangga oleh stub-stub dengan panjang stub 1/4 panjang
gelombang. Teori saluran menyatakan, saluran hubung singkat dengan panjang
akan mempunyai impedansi input tak terhingga sehingga kita dapat menggangap
stub-stub

tersebut sebagai isolator logam dan tidak mempengaruhi rambatan

gelombang

sepajang saluran. Ini semua disebabkan stub dengan panjang 1/4

panjang gelombang mempunyai impedansi yang tinggi pada ujung-ujungnya,


dengan catatan frekuensinya sesuai.
Isolator dinding pejal memberikan struktu waveguide kotak yang mana
menghubungkan wavefront sepanjang daerah saluran yang terletak disisi tengah.
Daeragh ini menjadi dua plat konduktor kotak yang seolah-olah papan ini sebagai
saluran transmisi. Papan yang menghubungkan sinyal ini adalah sensitif terhadap

SALURAN TRANSMISI

81

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
frekuensi sehingga pada frekuensi yang lebih tinggi dimana 1/4 panjang gelombang
menjadi lebih pendek, tengah papan konduktor ini menjadi lebih besar
Pada frekuensi-frekuensi yang lebih rendah, stub menjadi lebih panjang
dan dinding konduksi menjadi lebih sempit dan ketika kurang dari 1/4 dari panjang
gelombang stub menjadi induktif dan menyerap energi melalui arus-arus putar.
Batas frekuensi rendah dimana daya dapat dikirim disebut frekuensi cutoff.

Gambar 8.1 Tampak depan waveguide segiempat


Sumber :

Medan - medan Waveguide


Rambatan gelombang yang ditransmisikan dalam waveguide adalah
gelombang elektromagnetik. Gelombang ini terdiri dari dua medan yang bergerak
bersama-sama di dalam waveguide. Medan ini adalah:
1. Medan listrik yang berhubungan dengan tegangan dan sangat sensitif
terhadap tegangan.
1. Medan magnetik yang berhubungan dengan arus dengan arus sangat
sensitif terhadap arus.
Kedua gelombang tersebut muncul secara bersama-sama dan saling kompatibel
di dalam dan pada struktur waveguide. Kedua medan ini merambat sepanjang
waveguide seperti halnya arus dan tegangan merambat sepanjang saluran transmisi
duakawat sejajar. Besaran dan harga sesaatnya menghasilkan tegangan dan arus
maksimum atau minimum yang sama seperti dalam saluran arus transmisi serta
mereka selalu berbeda phasa 90O .
SALURAN TRANSMISI

82

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Medan listrik dihasilkan oleh perbedaan tegangan. Medan ini adalah potensial
elektrostatik yang berubah-ubah biasanya antara sisi-sisi yang berlawanan dalam
kotak waveguide. Sisi-sisi waveguide seperti plat kapasitor yang menghasilkan
tekanan elektrostatik di dalam waveguide. Tekanan ini menunjukkan tarikan phisik
dielektrik udara dan artinya muncul daya dan bersama-sama gelombang
elektromagnetik mereka menyebabkan energi merambat sepanjang waveguide.

Gambar 8.2 arah rambatab gelombang dalam waveguide segiempat


Sumber :

Gaya elektrostatik ditunjukkan oleh garis panah dari potensial tinggi ke


potensial rendah. Jarak antara garis menunjukkan perbedaan dalam kuat
medan,makin rapat makin kuat. Gambar di bawah menunjukkan intensitas
elektrostatik sepanjang saluran gelombang penuh dan terlihat polaritas garis gaya

Gambar 8.3 Kuat medan listrik


Sumber : lapatine (1978: 190)

dan gambar berikut menunjukkan distribusi kerapatan gelombang pada bingkai


setengah gelombang untuk saluran gelombang penuh.

SALURAN TRANSMISI

83

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 8.4 Kuat medan listrik


Sumber : Lapatine (1978 : 190)

Medan magnetik, dibentuk oleh arus dalam bagian sisi metal waveguide. Arusarus ini menghasilkan garis-garis fluk atau medan gaya yang disebut medan H.
Gambar simulasi kumparan selenoid oleh potongan waveguide dalam bagian
penunjang 1/4 lamda adalah sebagai berikut;

Gambar 8.5 Medan Magnit dalam waveguide


Sumber : Lapatine (1978:194)

Kita melihat bahwa arus-arus dalam bagian penunjang ini menyebabkan


untaian-untaian fluk mengisi bagian dalam masing-masing kotak 1/4 gelombang
waveguide. Perlu dicatat bahwa garis-garis medan H membentuk loop lengkap
sedangkan garis-garis gaya elektrostatis berakhir di bidang potensial sumber.
Gelombang

yang merambat harus memnuhi persamaan Maxwell dimana

secara matemetika sangat komplek. Namun secara ringkas dikatakan tidak ada
komponen tangensial medan listrik di dinding waveguide karena konduktor
menghubung singkat medan listrik.
Medan-medan komponen listrik dan magnet gelombang bidang adalah phasa
waktu tetapi secara geometri masing-masing saling tegak lurus dengan
SALURAN TRANSMISI

arah
84

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
propagasi. Gelombang ini dipantulkan dengan phasa terbalik dan dengan sudut
pantul yang sama.
Operasi Mode Dominan
Mode TE1,0 disebut mode dominan karena merupakan salah satu paling natural.
Sebuah waveguide sering dianggap sebagai sebuah filter high pass karena hanya
frekuensi yang sangat tinggi saja yang dapat dilakukan. Mode TE 1,0 mempunyai
frekuensi cut off terendah dari semua mode yang ada termasuk tipe TM dan TE.
Ukuran waveguide RG-52/U adalah 0,9 x 0,4 in. Ukuran ini adalah satndar
yang digunakan dalam frekuensi band X dan biasanya disebut waveguide band X.
Frekuensi yang dianjurkan mempunyai batasan 8,2 - 12,4 GHz. Berdasar rumus
panjang gelombang cut off sebesar dua kali, frekuensi cut off nya adalah 6.56 GHz.
Yaitu frekuensi terendah tanpa rugi-rugi berarti. Tetapi batasan yang diijinkan
adalah 8,2 - 12,3 GHz. Orde mode yang lebih tinggi adalah TE 20 yang mempunyai
frekuensi cut off 13,1 GHz. Maka dengan batasan frekuensi tersebut di atas hanya
mode TE10 yang dapat digunakan.
Daftar panjang gelombang cut off untuk waveguide segiempat;
Mode

Rumus

TE01

2b

TE11

2/((1/a)2 + (1/b)2)1/2

TE02

TE10

2a

TEm,n atau

2/((m/a)2 + (n/b)2)1/2

Tmm,n
Operasi Waveguide
Gelombang yang merambat dalam waveguide adalah elektromagnetik dan
maka mempunyai komponen listrik dan magnetik. Konfigurasi dua medan ini
menetukan mode operasi. Jika tidak ada komponen listrik dalam arah propagasinya
disebut mode TE (transverse electric). TM adalah mode operasi waveguide dimana
tidak ada komponen medan magnetik dalam arah propagasinya. Jadi gelombang
transverse adalah medan magnetik dan atau medan angka ke dua listrik yang
membentang dalam bidang tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang.
SALURAN TRANSMISI

85

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Dua buah angka (subscript) umumnya menyertai TE dan TM. Untuk mode TE,
angka pertama menunjukkan jumlah 1/2 lamda pola medan listrik sepanjang
ukukran sisi lebar (a) dan angka ke dua jumlah 1/2lamda pola medan listrik
sepanjang ukuran sisi pendek (b). Demikian pula untuk TM, jumlah medan H
sepanjang sisi panjang dan sisi pendek di tentukan oleh angka-angka tersebut.
Contoh-contoh diatas adalah sebagai berikut;
Untuk gambar (a) : TE10
Medan listrik mulai dari nol/minimum pada sisi-sisi ukuran lebar (a) dan
maksimum dipusat atau di tengah-tengah, dan tidak mempunyai komponen
sepanjang ukuran b.

Gambar 8.6 Mode TE10


Sumber: lapatine(1978:194)

Untuk gambar (b) : TE20

SALURAN TRANSMISI

86

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

Gambar 8.7 Mode TE20


Sumber: lapatine(1978:194)

Gambar 8.8 Mode TE21


Sumber: lapatine(1978:194)

Seperti dalam saluran transmisi, propagasi wavefront dalam waveguide lebih


lambat daripada di udara. Dalam saluran transmisi dua kawat, kelambatan ini
disebabkan pengaruh resistansi dc, rugi-rugi paralel, dan waktu yang diperlukan
dalam proses pengisihan kapsitansi paralel antara konduktor. Dalam waveguide,
disebabkan jalur zig-zag yang lebih lama walaupun pemantulan langsung terjadi
pada kecepatan cahaya. Kecepatan gelombang yang merambat dalam waveguide
disebut kecepatan group yang dirumuskan sbb;
Vc = ( VpxVg )1/2

dimana

Vc adalah kecepatan cahaya.


Vp adalah kecepatan phasa; kecepatan dimana gelombang berubah phasa
pada sisi dinding.
SALURAN TRANSMISI

87

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
Vg adalah kecepatan group.
Impedansi Gelombang
Impedansi gelombang karakteristik adalah analog dengan impedansi
saluran koaksial atau saluran dua kawat paralel.
Impedansi gelombang menunjukkan perbandingan antara medan listrik terhadap
medan magnet. Impedansi gelombang sesungguhnya jarang disebutkan dan
digunakan. Harga impedansi gelombang dirumuskan sebagai berikut :

ZTE =

; ZTE selalu lebih besar dari 377 ohm


1/2 1/2

(1- (c) )

=
(1- ( fc / f )1/2)1/2
ZTM = ( 1 - ( fc / f )1/2)1/2

; ZTM selalu lebih kecil dari 377 ohm

ohm
adalah impedansi karakteristik udara
Perhitungan Perhitungan Untuk Waveguide Segiempat.
Gelombang yang masuk dalam sebuah waveguide akan menabrak dinding
dengan sudut tertentu (umumnya kecil) dan dipantulkan kembali menuju pusat.
Proses ini menghasilkan gerakan zig-zag yang mengakibatkan kecepatan
gelombang atau kecepatan propagasi gelombang berkurang. Oleh karena itu
gelombang di waveguide (g ) akan lebih panjang dari panjang gelombang di udara
bebas, () atau dengan kata lain tanpa pemantulan lebih besar dari pada dengan
pemantulan.
Frekuensi terendah yang dapat dilakukan ke dalam suatu waveguide dimana energi
dapat ditransmisikan disebut frekuensi cut off, yang mana kita telah mengetahui
perumusan frekuensi tersebut.
co= 2a/m
dimana
co adalah panjang gelombang cut off (cm).
SALURAN TRANSMISI

88

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
a adalah lebar waveguide (cm).
m jumlah setengah panjang gelombang medan-medan tegangan
sepanjang ukuran a. bila m=1, dinamakan mode dominan.

g =
( 1 - (/)1/2)1/2
dimana
g adalah panjang gelombang waveguide, yaitu panjang gelombang
sinyal ang terukur sepanjang waveguide paralel terhadap arah
propagasi ) dengan satuan cm.
adalah panjang gelombang di udara bebas, (cm).
vc2 = vg* vp
dimana
vc adalah kecepatan gelombang di udara bebas.
vg adalah kecepatan sinyal dalam arah propagasi (cm/detik).
adalah kecepatan sinyal dimana phasanya berubah dalam arah
propagasi, (cm/detik).
Vc
Vp =
( 1 - (c )2)1/2
Vg = Vc( 1 - (c)2)1/2
377
Zo =
(1 - (c)2)1/2
atau
Vp

Zo = 377 ( 1 - (c))1/2
dimana
Zo adalah impedansi gelombang karakteristik (ohm).
Contoh - contoh permasalahan
1. Sinyal 9 Ghz dipropagasikan dalam sebuah waveguide segiempat dengan ukuran
5cm x 2,5cm. Bila asumsi mode dominan yang digunakan, hitunglah;
a. panjang gelombang cutoff.
b. panjang gelombang guidenya.
SALURAN TRANSMISI

89

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
c. kecepatan sinyal dalam arah propagasi gelombang.
d. kecepatan phasa.
e. impedansi gelombang karakteristik waveguide.
2. Gelombang waveguide segiempat mempunyai ukuran 3,76 cm x 1,88 cm. Bila
mode dominan yang dipilih, tentukan;
a. frekuensi terendah yang dapat dipropagasikan kedalam waveguide
tersebut

SALURAN TRANSMISI

90

POLITEKNIK NEGERI
MALANG

REFERENSI
1. Dunlop and Smith, Telecommunications Engineering, Van Nostrand
2.
3.
4.
5.

Reinhold, United Kingdom.


Hund, 1989, Microwave Communication, Mc Graw Hill, Singapura.
Lapatine, 1978, Electronic in Communication, John Wiley, New York
Shen and Kong, 2001, Aplikasi Elektromagnetik, Erlangga
Sinnema, 1988, Electronic Transmisiion Technology, Prentice Hall, New
Jersey.

SALURAN TRANSMISI

91

POLITEKNIK NEGERI
MALANG
GLOSARY
dBm
Frekuensi
Gelombang berdiri
Gelombang pantul
Impedansi Input
Karakteristik
Impedansi
Match line
Medan listrik
Medan magnetik
Neper
Penyesuai impedansi
Perioda
Return loss
Saluran transmisi
STUB
Tegangan insiden
Tegangan pantul
TEM

Satuan daya dengan acuan 1 mW


Jumlah siklus gelombang dalam satu detik
Impedansi pada sisi input saluran yang merupakan
perbandingan antara tegangan dan arus
Impedansi saluran ketika tidak terjadi gelombang pantul
Saluran yang dibebani sebesar karakteristik impedansinya
Medan yang disebabkan oleh adanya beda potensial
Medan yang disebabkan oleh adanya aliran arus listrik
Satuan dari pelemahan berbasis logaritma natural
Waktu untuk satu gelombang
Media yang menghubungkan antara sumber sinyal ke beban

Medan listrik dan medan magnetik keduanya tegak lurus


terhadap arah rambatan gelombang

Transformer

SALURAN TRANSMISI

92

Anda mungkin juga menyukai