Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM HIGH FREQUENCY

NOMOR PERCOBAAN JUDUL PERCOBAAN :4 : Pengukuran SWR dan Daya pada Transceiver VHF

Kelas / Group Anggota Group

: Telkom 4-A / 4 : Bayu Ramadhan S Husnu Attamimy M. Danur Kriawidana Tara Swetlana Tiara F

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2013

PENGUKURAN SWR DAN DAYA PADA TRANSCEIVER VHF

I.

Tujuan 1. Mengetahui dan mengukur SWR antara antena dan pemancar VHF 2. Mengetahui dan mengukur daya output dari transceiver VHF 3. Mengetahui pengaruh AWG pada kabel yang terhubung dari antena pemancar ke SWR meter 4. Mencari matching tidaknya perangkat transceiver dengan antena 5. Mengetahui beberapa jenis transceiver dan antena VHF

II.

Pendahuluan Standing wave ratio disingkat SWR kadang-kadang disingkat dengan nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio). VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S = 1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi. Untuk mengetahui besarnya SWR pada suatu antena terdapat dua faktor yang mempengaruhi besarnya SWR tersebut. Dua faktor tersebut adalah forward RF power dan reflected RF power. SWR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dimana : Pf : forward RF power Pr : reflected RF power Pengukuran seberapa besar power RF output yang digunakan pada peralatan radio ke antena. Pada forward RF power semakin besar indikator mengindikasikan RF power, semakin besar pula RF power yang digunakan di antena. Dengan kata lain power reflected RF daya minimum. Dalam pengukuran power reflected RF, semakin kecil indikator mengindikasikan power reflected RF nya maka semakin bagus transmisi propagasi power pada antena.

III.

Alat-alat yang Digunakan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ALAT RIG VHF HT VHF SWR meter Antena Ring O Antena HT Dummy Load (untuk 20 watt) Multimeter Digital Kabel Coaxial Power Supply JUMLAH 1 1 1 1 1 1 1 1 1

IV.

Gambar Rangkaian

V.

Langkah Kerja 1. Mengatur power supply dan mengukurnya dengan voltmeter agar tegangan output didapatkan 13,8 volt. Jika sudah tercapai, matikan power supply. 2. Menghubungkan power supply ke HT. Polaritas tegangan jangan sampai terbalik. 3. Menghubungkan SWR meter dengan HT. Terminal antena pada HT dihubungkan dengan kabel coaxial dan ujung lainya dihubungkan ke terminal TX pada SWR meter (lihat Gambar 1). 4. Menghubungkan SWR meter dengan antena. Terminal SWR dihubungkan dengan antena melalui kabel coaxial. 5. Memperhatikan langkah 1-4 untuk memasangkan tidak ada yang tidak terpasang.

6. Menghidupkan tombol power pada power supply dan pada HT. 7. Mengatur frekuensi pada batas terendah range frekuensi VHF. 8. Mengatur daya yang tepat pada SWR meter, memilih daya 5 watt pada HT. 9. Mengkalibrasi SWR meter terlebih dahulu untuk mengukur VSWR. Mengatur saklar pada kalibrasi dengan menekan tombol PTT di HT, mengatur potensio di SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selasai, mengubah saklar ke mode pengukuran VSWR. 10. Melakukan pengukuran VSWR dengan menakan tombol PTT yang ada di HT. Mencatat hasilnya pada Tabel 1. 11. Mengkalibrasi SWR meter pada mode daya terlebih dahulu untuk mengukur daya. Mengatur saklar pada kalibrasi dengan menekan tombol pada PTT di HT. Mengatur potensio di SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selesai, mengubah saklar ke mode pengukuran daya. 12. Melakukan pengukuran daya dengan menekan tombol PTT yang ada pada HT. Mencatat hasilnya pada tabel 1. 13. Mengubah frekuensi pada batas tertinggi range VHF. Dan mengulangi langkah 7 sampai 12. 14. Mengubah kembali frekuensi pada batas tengah range frekuensi VHF. Mengulangi langkah 7 sampai 12. 15. Mencari frekuensi yang menghasilkan SWR dan daya yang tertinggi. Mencatat hasilnya pada tabel 2. 16. Mengulangi langkah 4 sampai 15 dengan mengganti antena HT dengan antena Ring O dan setelah itu Dummy load. 17. Jika langkah 16 telah selasai, mengganti HT dengan RIG 18. Mengulangi langkah 1 sampai 16. Daya RIG adalah 20 watt.

VI.

Tabel Percobaan Tabel 1. Pengukuran SWR dan daya untuk tiga frekuensi yang berbeda Transceiver Antena Frekuensi (MHz) 136,00 Antena HT 153,00 174,00 136,00 HT Antena Ring O 153,00 174,00 136,00 Antena Dummy Load 153,00 174,00 136,000 Antena HT 153,000 173,987 136,000 RIG Antena Ring O 153,000 173,987 136,000 Antena Dummy Load 153,000 173,987 SWR 1 1 1,1 1 1 1 1 1 1,1 1 1 1,1 1,1 1,1 1,2 1,1 1 1 Daya (Watt) 5 5 4 5 4 5 5 4 5 40 50 40 40 50 50 40 50 50

Tabel 2. Pengukuran SWR dan daya tertinggi Transceiver Antena Antena HF HT Antena Ring O Antena Dummy Load Antena HF RIG Antena Ring O Antena Dummy Load Frekuensi (MHz) 153,00 174,00 174,00 153,00 153,00 153,00 SWR 1 1 1 1 1 1 Daya (Watt) 5 5 5 50 50 50

VII.

Analisa Pada Tabel 1 dilakukan pengukuran VSWR dan daya output dari transceiver, dengan transceiver HT dapat diperoleh SWR sebesar 1 dan daya tertingginya 5 Watt. Daya tertinggi dari ketiga antena ada yang didapat pada frekuensi yang berbeda dan ada pula pada frekuensi yang sama, yaitu ketika digunakan antena HT daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 153,00 MHz, ketika digunakan antena Ring O daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 174,00 MHz, dan ketika digunakan antena Dummy Load daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 174,00 MHz. Saat digunakan transceiver RIG sulit memperoleh SWR sebesar 1 dan daya tertingginya 50 Watt. Daya tertinggi dari ketiga antena ada yang didapat pada satu frekuensi dan ada pula pada dua frekuensi, yaitu ketika digunakan antena HT daya tertingginya 35 Watt pada frekuensi 153,000 MHz, ketika digunakan antena Ring O daya tertingginya 50 Watt pada frekuensi 153,000 MHz dan 173,987 MHz, dan ketika digunakan antena Dummy Load daya tertingginya 50 Watt pada frekuensi 153,000 MHz dan 173,987 MHz. Pada Tabel 2 dilakukan pengukuran VSWR dan pencarian frekuensi dengan daya tertinggi dan didapat hasilnya tidak berbeda dengan Tabel 1, yaitu dengan transceiver HT ketika digunakan antena HT daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 153,00 MHz, ketika

digunakan antena Ring O daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 174,00 MHz, dan ketika digunakan antena Dummy Load daya tertingginya 5 Watt pada frekuensi 174,00 MHz dan dengan transceiver RIG ketika digunakan antena HT daya tertingginya 35 Watt pada frekuensi 153,000 MHz, ketika digunakan antena Ring O daya tertingginya 50 Watt pada frekuensi 153,000 MHz dan 173,987 MHz, dan ketika digunakan antena Dummy Load daya tertingginya 50 Watt pada frekuensi 153,000 MHz dan 173,987 MHz. Pada penggunaan antena Ring O dan Dummy Load, daya tertinggi didapat pada dua frekuensi yaitu frekuensi 153,000 MHz dan 173,987 MHz. Ada beberapa kendala yang ditemui saat percobaan yaitu didapatkan nilai VSWR yang mencapai 1,3 yang menyebabkan nilai VSWR yang didapat besar yaitu ketidakcocokan (tidak match) pada kabel yang terhubung dari antena pemancar ke SWR meter, panjangnya kabel. Oleh karena itu, diperlukan match pada kabel yang terhubung dari antena pemancar ke SWR meter untuk memperoleh VSWR yang baik.

VIII.

Kesimpulan 1. Daya output dari transceiver HT lebih kecil daripada daya output dari transceiver RIG. 2. Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S = 1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. 3. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya nilai VSWR adalah ketidakcocokan (tidak match) pada kabel yang terhubung dari antena pemancar ke SWR meter, panjang kabel, 4. Perbandingan sinyal RF pantul dengan sinyal RF dating merupakan suatu indikasi kecocokan (match) antara pemancar, saluran transmisi dengan antenna. 5. Untuk menentukan suatu instalasi telkomunikasi baik atau tidak pengukuran VSWR sangat diperlukan sekali, karena tujuan pengukuran VSWR adalah untuk mengetahui berapa jumlah voltage yang terpakai dan juga yang terbuang. 6. Jika nilai VSWR yang didapat lebih dari 1,3 mengindikasikan bahwa adanya ketidakcocokan antara kabel yang terhubung dari antena pemancar ke SWR meter.

IX.

Daftar Pustaka 1. http://saktilubis.blogspot.com/2008/02/vswr-adalah-voltage-standing-wave-ratio.html 2. http://mhs.blog.ui.ac.id/dony/2012/02/24/parameter-antena/ 3. http://harristell.blogspot.com/2010/04/vswr-di-telkomunikasi.html 4. http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek34a.html

Anda mungkin juga menyukai