Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

Percobaan No. 5
Pengukuran Karakteristik RF Mixer

Oleh:
Kelompok III/Kelas 3B
1.

Aulia Rahman Hakim

131331041

2.

Byan Arsyul Kamil

131331042

3.

Dessy Iztamia Shema

131331043

4.

Hans Mochammad Zein

131331046

Tanggal percobaan : 24/11/2015

PRODI D3-TEKNIK TELEKOMUNIKASI TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
DESEMBER 2015

1. PERCOBAAN NO : 5
2. JUDUL PERCOBAAN : Pengukuran Karakteristik RF Mixer
3. TUJUAN :
Mengukur karakteristik RF Mixer: Conversion Loss, Isolasi LO-RF, Isolasi LOIF
4. TEORI PENDAHULUAN :
Radio komunikasi FM merupakan radio broadcast yang banyak digunakan,
dikarenakan suara yang dihasilkan jauh lebih bersih serta gangguan (noise) terhadap
sinyal informasi yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan radio siaran lain.
Radio komunikasi FM bekerja pada spektrum frekuensi VHF 88-108 MHz dengan
jenis modulasi frekuensi (FM).
Pada sistem penerima FM diperlukan pencampur (Mixer) yang berfungsi
mencampur sinyal yang diterima, dengan sinyal dari oscilator. Output pencampur
mempunyai keluaran yang kompleks karena terdiri dari banyak frekuensi, tetapi
karena ditala pada fIF (frekuensi IF) maka diperoleh sinyal dengan fIF = 10,7 MHz.
Local Oscillator (LO) berfungsi untuk membangkitkan gelombang listrik kontinu
dengan frekuensi tertentu.

4.1 Mixer
Rangkaian mixer adalah rangkaian yang berfungsi untuk mencampur beberapa
(dalam hal ini dua) sinyal masukan, yaitu sinyal informasi (Intermediate Frequency
IF) dan sinyal carrier (pembawa) local atau disebut radio frequency RF. Mixer
biasanya digambarkan dengan simbol perkalian (gambar 4.1). Mixer memiliki tiga
divais yang terdiri dari port Local Oscillator (LO), Radio Frequency (RF), dan
Intermediate Frequency (IF). Port LO dikendalikan oleh sebuah Local oscillator.

Gambar 4.1 Simbol Mixer dengan Tiga Device

Proses pencampuran kedua sinyal tersebut dapat dijelaskan secara matematis


seperti dibawah ini:

fLO = fRF + fIF


fLO = fRF - fIF

(4.2.1)
(4.2.2)

Keterangan:
fLO = frekuensi osilator local
fRF = frekuensi radio FM
fIF = intermediate frequency
Dalam pengukuran fIF terdapat redaman / conversion loss antara fRF dan fIF
(gambar 4.2) conversion loss dapat dihitung sebagai berikut:
Conversion loss = Redaman yang terbaca pada PC (aplikasiSignal Hound)
Redaman yang diatur pada Signal Generator fRF.

(4.2.3)

Gambar 4.2 Conversion Loss dan Isolasi


Output dari mixer berupa Intermediate Frequency (IF) positif atau negatif saja
yaitu 10, 7 MHz, dengan nilai frekuensi Lokal Oscillator (LO) yang merupakan hasil
penjumlahan (persamaan 4.2.1) atau pengurangan (persamaan 4.2.2). Tetapi
terkadang output mixer terdapat sinyal yang tidak diinginkan hal ini muncul karena
isolasi antara LO-RF dan LO-IF kecil, sehingga muncul frekuensi selain frekuensi
IF, semakin jauh (besar) isolasi LO-RF dan LO-IF, spektrum yang muncul lebih
bagus hanya frekuensi IF saja (gambar 4.3).

Gambar 4.3 Spektrum Output Mixer


Pada frekuensi radio FM terdapat frekuensi bayangan (fIM) dari frekuensi
tersebut yang harus dihindari agar tidak tercampur, jika diketahui frekuensi RF pada
100 MHz maka

121,4 MHz merupakan frekuensi bayangannya. Frekuensi

bayangan tersebut akan mengganggu frekuensi RF. Lokal oscillator (LO)


mempengaruhi suatu frekuensi bayangan dapat berupa frekuensi bayangan atas atau
bawah, frekuensi bayangan atas diperoleh dari frekuensi IF positif, sedangkan
frekuensi bawah diperoleh dari frekuensi IF negative (gambar 4.4).
Untuk menentukan frekuensi bayangan dapat dihitung sebagai berikut:
fIM = fRF + 2fIF
fIM = fRF - 2fIF

(frekuensi bayangan atas)


(frekuensi bayangan bawah)

Gambar 4.4 Spektrum Frekuensi Bayangan

(4.2.4)
(4.2.5)

Gambar 4.5 Datasheet Mixer


5. SETUP PENGUKURAN :

Gambar 5.1 Diagram Set Up Pengukuran RF Mixer

Gambar 5.2 Diagram Set Up Pengukuran Isolasi LO RF

Gambar 5.3 Diagram Set Up Pengukuran Isolasi LO IF

6. ALAT/BAHAN YANG DIPERLUKAN :

8656B Signal Generator 0,1-990 MHz

(2)

Spectrum Analyzer 1Hz to 4.4 GHz

(1)

PC dengan aplikasi Signal Hound

(1)

15542 Mixer ZAD-1

(1)

Kabel Coaxial 50

(3)

7. LANGKAH PERCOBAAN :
7.1 Mengukur Conversion Loss
1. Mengatur frekuensi radio (fRF) pada Signal Generator 1.

2. Mengatur frekuensi osilator lokal (fLO) pada Signal Generator 2 yang


didapatkan dengan persamaan 4.2.1 (positif)
3. Membuka aplikasi Signal Hound pada PC.
4. Menghubungkan fRF pada Signal Generator 1 dengan port R pada Mixer dan
menghubungkan fLO pada Signal Generator 2 dengan port L pada Mixer
(gambar 5.1).
5. Menghubungkan port I pada Mixer dengan port pada Spectrum Analyzer dan
menghubungkan port USB pada Spectrum Analyzer dengan PC (gambar 5.1).
6. Mengatur frequency center pada aplikasi Signal Hound sebesar 10,7 MHz.
Akan terlihat sinyal keluaran mixer pada aplikasi Signal Hound. Klik puncak
sinyal frequency center maka akan terlihat informasi frekuensi dan redaman
sinyal pada sudut kiri bawah aplikasi Signal Hound.
7. Untuk mengukur conversion loss menggunakan rumus sebagai berikut:
Conversion loss = Redaman yang terbaca pada Signal Hound Redaman
yang diatur pada Signal Generator 1
7.2 Mengukur Isolasi LO-RF.
1. Menghubungkan fLO pada Signal Generator 2 dengan port L pada Mixer dan
menghubungkan port R pada Mixer dengan port pada Spectrum Analyzer
(gambar 5.2).
2. Menghubungkan port USB pada Signal Hound Spectrum Analyzer dengan PC,
lalu membuka aplikasi Signal Hound pada PC dan mengatur frequency
center sama dengan frekuensi osilator lokal. Akan terlihat sinyal keluaran
mixer pada aplikasi Signal Hound (gambar 5.2).
3. Klik puncak sinyal frequency center maka akan terlihat informasi frekuensi
dan redaman sinyal pada sudut kiri bawah monitor. Redaman yang terbaca
pada Signal Hound adalah besar isolasi diantara LO-RF.
7.3 Mengukur besar isolasi diantara LO-IF.
1. Menghubungkan fLO pada Signal Generator 2 dengan port L pada Mixer dan
menghubungkan port I pada Mixer dengan port pada Signal Hound Spectrum
Analyzer (gambar 5.3).
2. Menghubungkan port USB pada Signal Hound Spectrum Analyzer dengan PC.
Akan terlihat sinyal keluaran mixer pada aplikasi Signal Hound. Frequency
center diset sama dengan frekuensi osilator lokal.
3. Klik puncak sinyal frequency center maka akan terlihat informasi frekuensi
dan redaman sinyal pada sudut kiri bawah monitor. Redaman yang terbaca
pada Signal Hound adalah besar isolasi diantara LO-IF.
7.4 Mengukur Frekuensi Bayangan

1. Hitung frekuensi bayangan atas berdasarkan persamaan 4.2.4


2. Setelah didapatkan frekuensi bayangan atas gunakan frekuensi local oscillator
frekuensi IF positif
3. Set frekuensi bayangan atas tersebut pada Signal Generator 1 dan frekuensi
osilator lokal pada Signal Generator 2 (Lihat gambar 5.1).
4. Pada aplikasi Signal Hound akan terlihat sinyal keluaran mixer dan
informasinya.
5. Lakukan hal yang sama untuk frekuensi bayangan bawah dengan
memanfaatkan persamaan 4.2.5.
8. HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA:
Band Frekuensi Radio FM
Frekuensi RF = 100 MHz (stasiun radio 99ers)
Frekuensi IF = 10, 7 MHz
Frekuensi LO (Lokal Osilator):
(+) fLO = fRF + fIF = 100 + 10,7 = 110,7 MHz
(-) fLO = fRF - fIF = 100 - 10,7 = 89,3 MHz

Band Frekuensi 134 MHz 164 MHz


Frekuensi RF = 160 MHz
Frekuensi IF = 10, 7 MHz
Frekuensi LO (Lokal Osilator):
(+) fLO = fRF + fIF = 160 + 10,7 = 170,7 MHz
(-) fLO = fRF - fIF = 160 - 10,7 = 149,3 MHz

8.1 Conversion Loss


FRF = -30 dBm

FIF

FLO = 0 dBm

-37,5 dBm

-30 dBm

FRF

FIF

MHz

Conversion Loss = 37,5 30 = 7,5 dB


Conversion Loss yang didapat dari hasil pengukuran adalah 7,5 dB, dimana
angka ini masih termasuk dalam range conversion loss mixer yang baik
berdasarkan datasheet mixer yang kita gunakan (6,5 dB 8,5 dB).
8.2 Isolasi LO-RF dan LO-IF

Isolasi LO-RF dan LO-IF pada band frekuensi radio FM


FRF

Spektrum
Analizer

FLO = 100 MHz


0 dBm

Isolasi LO-RF = -55 dB


FIF

Spektrum
Analizer

FLO = 100 MHz


0 dBm
Isolasi LO-IF = -39,4 dB

Isolasi LO-RF dan LO-IF pada band frekuensi 134 MHz 164 MHz

FRF

Spektrum
Analizer

FLO = 170,7 MHz


0 dBm

Isolasi LO-RF = -60,2 dB


FIF

Spektrum
Analizer

FLO = 170,7 MHz


0 dBm
Isolasi LO-IF = -35 dB
8.3 Frekuensi Bayangan
Frekuensi Bayangan pada Band Frekuensi FM
FRF = 100 MHz
Fim = Frf 2(Fif)
(+) fIM = fRF + 2fIF = 100 + 2 x 10,7 = 121,4 MHz
(-) fIM = fRF - 2fIF = 100 2 x 10,7 = 78,6 MHz

Setelah dihitung frekuensi bayangannya, ternyata keduanya tidak masuk ke


dalam range frekuensi radio FM, sehingga local oscillator kita bisa di-tunning
baik itu di frekuensi 110,7 MHz maupun 89,3 MHz.

Frekuensi Bayangan pada Band Frekuensi 134 MHz 164 MHz


FRF = 160 MHz
Fim = Frf 2(Fif)
(+) fIM = fRF + 2fIF = 160 + 2 x 10,7 = 181,4 MHz
(-) fIM = fRF - 2fIF = 160 2 x 10,7 = 138,6 MHz

Salah satu bayangan jatuh pada range frekuensi yang diinginkan, sehingga
local oscillator kita hanya bisa di-tunning pada frekuensi IF+ yaitu 170,7
MHz.
Untuk memeriksa frekuensi bayangan pada F RF = 160 MHz, kita mencoba melihat
salah satu frekuensi bayangannya yaitu 181,4 MHz, dengan memberikan FLO sebesar
170,7 MHz, maka akan muncul sinyal pada spectrum analyzer, seperti gambar di
bawah ini:

Gambar 8.1 Spektrum keluaran Frekuensi bayangan dengan FLO = 170,7 MHz
Selain dari pada frekuensi LO yang telah ditetukan, bayangan tidak akan muncul.

Gambar 8.2 Spektrum keluaran Frekuensi bayangan dengan FLO selain 170,7 MHz
Bayangan tersebut akan muncul kembali pada frekuensi LO yang di-tunning sebesar
149,3 MHz. Namun, dikarenakan frekuensi bayangan yang dihasilkan jatuh pada
frekuensi 138,6 MHz, masuk ke dalam range frekuensi kita, maka untuk menghindari
adanya interferensi dengan pemancar lain, frekuensi LO 149,3 MHz tidak digunakan.

Gambar 8.2 Spektrum keluaran Frekuensi bayangan dengan FLO selain 149,3 MHz

9. KESIMPULAN:
Untuk mengetahui karakteristik mixer RF dapat dilihat dari besar conversion

loss-nya, isolasi diantara LO-RF, dan isolasi diantara LO-IF.


Semakin bagus suatu mixer maka besar conversion loss (redaman) dan isolasi
(hubungan antar portnya) mendekati angka toleransi jenis Mixer yang
digunakan menurut datasheetnya.

Frekuensi bayangan dapat menyebabkan adanya interferensi antara sinyal


radio pada frekuensi tertentu dengan sinyal radio yang berada pada frekuensi
bayangannya. Maka dari itu dibuatlah batas (range) frekuensi radio yang
diperbolehkan yaitu diantara 88 Mhz s/d 108 Mhz. Frekuensi radio yang
berada pada range ini tidak akan mengalami interferensi karena memiliki

frekuensi bayangan yang berada di luar frekuensi batas radio.


Diperlukan adanya perhitungan antara frekuensi local oscillator kita terhadap
frekuensi bayangan yang muncul agar tidak menyebabkan interferensi
terhadap pemancar yang lain yang ingin menggunakan frekuensi tertentu.
Frekuensi bayangan tersebut tidak boleh jatuh pada range frekuensi yang

digunakan.
Apabila receiver kita tidak menerima sinyal di semua frekuensi, maka
kemungkinan terbesar kesalahan berada pada local oscillator yang tidak
berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai