Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI


REV : 01

Percobaan No.1
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler

Oleh:
Kelompok 1 / Kelas 2A – TTE

Aditya Fadillah Furqon (211331001)


Aldi Muhammad Raffi T (211331002)
Ananda Alief Pratama (211331003)
Aqiila Putri Zharfani A (211331004)

Tanggal Percobaan : 7 Februari 2023


Tanggal Pengumpulan : 21 Februari 2023

PRODI TEKNIK TELEKOMUNIKASI – TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
FEBRUARI 2023
I. PERCOBAAN NO: 1

II. JUDUL PERCOBAAN


Pengukuran Karakteristik Directional Coupler

III. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami tentang cara kerja, fungsi, dan kegunaan Directional
Coupler
2. Mahasiswa dapat mengukur Insertion Loss (IL), Coupling Factor (CF), dan
Directivity (D)

IV. LANDASAN TEORI


Directional coupler adalah salah satu perangkat penting dalam pemrosesan sinyal.
Fungsi dasarnya adalah mengambil sampel sinyal RF pada tingkat coupling yang telah
ditentukan, dengan high isolation antara port sinyal dan port sampel yang mana
mendukung analisis, pengukuran, dan pemrosesan untuk banyak aplikasi. Directional
coupler adalah perangkat pasif sehingga beroperasi dalam arah sebaliknya, dengan sinyal
diberikan pada main path sesuai dengan arah perangkat dan tingkat kopling tersebut.
Selain meng-coupling dan mengarahkan sinyal, directional coupler juga digunakan untuk
mengukur sinyal pantulan sehingga sering digunakan untuk pengukuran pada frekuensi
radio. Tetapi, bisa juga digunakan untuk pengukuran pada frekuensi-frekuensi rendah.
Idealnya, coupler memiliki sifat lossless, matched dan timbal balik. Pada
directional coupler baik 3 maupun 4 port terdapat isolasi, kopling dan directivity yang
mana ketiganya merupakan karakteristik coupler. Coupler yang ideal memiliki directivity
dan infinite isolation, tergantung dengan faktor kopling yang dipilih.

Gambar 4.1 Ilustrasi Pengoperasian Directional Coupler 3-Port

Pada praktikum ini Directional Coupler yang digunakan yakni jenis Directional
Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2 dengan bandwith sebesar 10-1000 MHz,
directivity excellence sebesar 30 dB, serta memiliki fisik yang kuat. Tipe ini dapat
digunakan untuk memberikan VCHF atau UHF, komunikasi seluler, instrumentation, serta
komunikasi penerima dan pemancar.
Gambar 4.1 mengilustrasikan pengoperasian directional coupler tipe single yang
memiliki 3 port yang dapat diakses yakni port input, port output, dan port coupler (CPL) di
mana port keempat diterminasi secara internal untuk memberikan directivity maksimum.
Seperti yang kita tahu, fungsi dasar directional coupler adalah untuk mengambil sampel
sinyal terisolasi (secara terbalik). Meskipun dapat dihubungkan secara terbalik, coupler

2
jenis ini tidak bersifat timbal balik. Karena salah satu port yang di kopling secara internal
diterminasi, maka hanya satu sinyal yang terkopling yang tersedia. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar, ketika forward maka port yang dikopling mengambil sampel
secara terbalik. Tetapi jika terhubung dalam arah sebaliknya (input RF ada di sebelah
kanan), port yang dikopling akan menjadi sampel gelombang forward, dikurangi dengan
faktor kopling. Dengan koneksi ini, perangkat dapat digunakan sebagai sampler untuk
pengukuran sinyal, atau untuk mengirimkan sebagian dari sinyal output ke sirkuit.

Karakteristik Directional Coupler

Gambar 4.2 Ilustrasi Bagian-Bagian pada Directional Coupler 3-Port

1. Insertion Loss (IL)


Kehilangan sisipan atau insertion loss menghitung perbandingan daya port input (P1)
yang dikirim terhadap daya output yang diterima transmitted port (P2), dikurangi
dengan daya yang dikirim ke coupling port. Insertion Loss biasanya dinyatakan dalam
dB seperti dalam persamaan berikut.
𝑉𝑖𝑛
𝐼𝐿 = 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑜𝑢𝑡
[𝑑𝐵]

Insertion Loss dapat diukur setelah mendapat tegangan input dengan cara terminasi
CPL nya. Kecenderungan insertion loss yaitu semakin tinggi frekuensi maka kurva
grafik akan semakin naik. Namun, insertion loss juga akan mengalami penurunan pada
sekitar ≥ 1000MHz.

2. Coupling Factor (CF)


Faktor kopling atau coupling factor merupakan parameter utama dari sebuah
directional coupler. Coupling Factor menunjukkan fraksi daya input (pada P1) yang
dikirim ke coupled port (P3). Untuk mengukur coupling factor harus mengetahui
tegangan coupling (Vinc) dengan cara memasang detector pada CPL dan memasang
terminasi 50 ohm pada output. Grafik pada coupling factor mengalami penurunan
namun tidak signifikan, seharusnya kurva lebih merata namun terdapat faktor variation
coupling yang membuat grafik tidak persis sama dengan datasheet.

Coupling Factor biasanya dinyatakan dalam dB seperti dalam persamaan berikut


𝑉𝑖𝑛
𝐶𝐹 = 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑖𝑛𝑐
[𝑑𝐵]

3
3. Directivity (D)
Directivity adalah parameter kemampuan coupler untuk memisahkan/membedakan
gelombang yang merambat ke arah maju/forward (gelombang datang) dan
mundur/reverse (gelombang pantul) seperti yang ada pada coupled port (P3). Pada
pengukuran ini, port dibalik sehingga output menjadi sumber dan input diberi
terminasi. Maka, port CPL menjadi terbalik sehingga didapatkan tegangan pantul atau
Vreff. Grafik cenderung mengalami penurunan karena semakin besar frekuensi, nilai
directivity semakin mengecil. Tetapi, semakin besar nilai directivity justru semakin
bagus, karena memperkecil mismatch impedance.

Directivity biasanya dinyatakan dalam dB seperti dalam persamaan berikut:


𝑉𝑟𝑒𝑓𝑓
𝐷= − 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑖𝑛𝑐
[𝑑𝐵]

V. SETUP PENGUKURAN
1. Vin

Gambar 5.1 Setup Pengukuran Vin

2. Vout

Gambar 5.2 Setup Pengukuran Vout

4
3. Vinc

Gambar 5.3 Setup Pengukuran Vinc

4. Vreff

Gambar 5.4 Setup Pengukuran Vreff

VI. ALAT DAN KOMPONEN


1. Hewlett-Packard Type 8620C Sweep Oscillator 0.01-2.4 GHz :
2. Oscilloscope GW-INSTEK GOS-622G Frequency 20 MHz
3. Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2
4. RF Detector 50 Ω, max input 3 volt
5. Terminator 50 Ω
6. Adapter N- male to BNC-male
7. Kabel penghubung BNC-male to BNC- male

5
VII. METODE PERCOBAAN
Sebelum dilakukan pengukuran parameter-parameter directional coupler,
dilakukan kalibrasi pada osiloskop dan mengatur nilai tegangan input dengan cara:

Gambar 7.1 Setup Pengaturan Tegangan Input

Mengatur sweep oscillator sesuai dengan rentang frekuensi yang akan diukur
dengan memperhatikan start berwarna hijau, frekuensi tengah berwarna putih, dan
frekuensi stop atau batas akhir berwarna merah. Hubungkan sweep out pada sweep
oscillator ke Oscilloscope Ch 1 menggunakan kabel BNC sampai menampilkan gelombang
segitiga sebagai fungsi time domain. Kemudian ubah bentuk gelombang segitiga dengan
menekan tombol X-Y pada oscilloscope menjadi fungsi frekuensi domain. Pindahkan
channel oscilloscope menjadi Ch 2 hingga menampilkan garis yang menandakan fungsi
frekuensi domain, lalu atur garis tersebut dari ujung layar Oscilloscope hingga ujung
Oscilloscope pula. Hubungkan kabel BNC dari Ch 2 Oscilloscope ke RF output pada
sweep oscillator sebelumnya yang dihubungkan dengan detector terlebih dahulu. Lalu
tekan tombol ON pada sweep oscillator dan ground-kan. Kemudian atur tegangan input
dengan menala power level hingga mendapatkan tegangan input yang tinggi.

Selanjutnya melakukan pengukuran parameter-parameter directional coupler:

1. Insertion Loss
Untuk mengukur insertion loss, Vin dari sweep oscillator disambungkan ke port IN
pada directional coupler. Kemudian, port CPL pada directional coupler diterminasi
menggunakan terminator 50Ω dan port OUT pada directional coupler dihubungkan
dengan RF detector yang tujuannya adalah mengubah sinyal RF menjadi sinyal DC
yang dapat diamati melalui oscilloscope Ch2.

Gambar 7.2 Setup Pengukuran Insertion Loss pada Directional Coupler

6
2. Factor Coupling
Untuk mengukur coupling factor adalah dengan menghubungkan Vin sumber yang
berasal dari sweep oscillator ke port IN directional coupler, selanjutnya melakukan
terminasi menggunakan terminator 50Ω pada bagian port OUT directional coupler,
kemudian pada bagian port CPL dihubungkan dengan RF detector yang telah
dihubungkan ke oscilloscope Ch2.

Gambar 7.3 Setup Pengukuran Coupling pada Directional Coupler

3. Directivity
Untuk melakukan pengukuran directivity, posisi antara IN dan OUT directional
coupler dibalik. Port OUT directional coupler menjadi masukan dari sumber Vin yang
berasal dari sweep oscillator, sedangkan port IN directional coupler diterminasi
menggunakan terminator 50Ω. Sementara itu, port CPL directional coupler
dihubungkan dengan RF detector yang telah dihubungkan ke oscilloscope Ch2.

Gambar 7.4 Setup Pengukuran Directivity pada Directional Coupler

7
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
Diketahui :

Vin = 4 kotak x 50 mV = 200 mV

a. Insertion Loss
𝑉𝑖𝑛
𝐼𝐿 = 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑜𝑢𝑡
[𝑑𝐵]

Tabel 8.1 Data Hasil Pengukuran Insertion Loss


Frekuensi Vin Vout IL
(MHz) (mV) (mV) (dB)
100 145 2,79
200 150 2,49
300 150 2,49
200
400 140 3
500 135 3,41
600 130 3,74

Gambar 8.1 Grafik Respon Pengukuran Insertion Loss

8
Gambar 8.2 Grafik Respon Insertion Loss pada Datasheet

Analisa:
Pada praktikum kali ini insertion loss memiliki peningkatan sesuai dengan peningkatan
frekuensi yang terjadi pada frekuensi 100 MHz memiliki insertion loss sebesar 2,79 dB
sedangkan pada frekuensi 600 MHz memiliki insertion loss sebesar 3,74 dB dengan
per frekuensinya sesuai dengan grafik diatas yang berarti kenaikan insertion loss
diakibatkan karena frekuensi yang mengalami kenaikan. Sedangkan bila nilai insertion
loss semakin kecil maka akan semakin baik karena sinyal yang hilang akan sedikit.

b. Coupling Factor
𝑉𝑖𝑛
𝐶𝐹 = 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑖𝑛𝑐
[𝑑𝐵]

Tabel 8.2 Data Hasil Pengukuran Coupling Factor


Frekuensi Vin Vinc CF
(MHz) (mV) (mV) (dB)
100 16 21,9
200 17 21,4
300 19 20,4
200
400 14 23,09
500 15 22,4
600 11 25,1

9
Gambar 8.3 Grafik Respon Pengukuran Coupling Factor

Gambar 8.4 Grafik Respon Coupling Factor pada Datasheet

Analisa:
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh coupling factor dengan range 100
MHz - 600 MHz memiliki nilai yang tidak stabil berkisar 21,9 dB - 25,1 dB sehingga kurva
yang dihasilkan cenderung naik dan turun. Pada frekuensi 100 MHz - 300 MHz kurva
mengalami penurunan, pada frekuensi 400 MHz kurva mengalami kenaikan sebesar 2.69
dB, pada frekuensi 500 MHz kurva mengalami penurunan kembali sebesar 0.69 dB, dan
pada frekuensi 600 MHz kurva mengalami kenaikan kembali sebesar 2.7 dB. Sedangkan,
pada datasheet Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZDFC-10-2 pada range 100 MHz
- 600 MHz memiliki nilai yang stabil berkisar 10,76 dB - 10,92 dB sehingga kurva yang
dihasilkan membentuk garis lurus. Batas toleransi selisih pada datasheet yaitu 0.5 dB,
sehingga kualitas directional coupler yang digunakan kurang baik karena adanya selisih
yang melebihi batas toleransi atau dikarenakan kabel konektor yang digunakan dalam
kondisi tidak baik.

10
c. Directicity
𝑉𝑟𝑒𝑓𝑓
𝐷= − 20 log 𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑖𝑛𝑐
[𝑑𝐵]

Tabel 8.3 Data Hasil Pengukuran Directivity


Frekuensi Vin Vinc Vreff D
(MHz) (mV) (mV) (mV) (dB)
100 16 0,3 34,5
200 17 0,4 32,5
300 19 0,5 31,5
200
400 14 0,4 30,8
500 15 0,5 29,5
600 11 0,6 25,2

Gambar 8.5 Grafik Respon Pengukuran Directivity

Gambar 8.6 Grafik Respon Directivity pada Datasheet

11
Analisa:

Nilai directivity yang didapatkan adalah seperti pada grafik diatas. Pada frekuensi 100
MHz memiliki nilai directivity sebesar 34,5dB dan pada frekuensi 600 MHz memiliki nilai
directivity sebesar 25,2dB dengan penurunan yang terjadi per frekuensi seperti pada grafik.
Kenaikan frekuensi mengakibatkan penurunan nilai directivity pada directional coupler.
Semakin besar nilai directivity maka akan semakin baik karena akan mengisolasi sinyal
yang datang dan sinyal pantulan dengan semakin baik. Ketidaksesuaian hasil bisa saja
disebabkan karena komponen yang digunakan mengalami pengurangan performa.

IX. KESIMPULAN
Pada praktikum Pengukuran Karakteristik Directional Coupler, praktikan mendapatkan
kesimpulan bahwasanya directional coupler berfungsi untuk memecah sinyal listrik dalam
frekuensi yang berbeda. Directional coupler membagi sinyal listrik menjadi dua bagian
berdasarkan frekuensi yaitu, bagian low dan high. Alat ini juga mengontrol output sebelum
meneruskannya ke sumber daya listrik.

Selain itu, dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Insertion loss secara teori yaitu semakin besar nilai frekuensi maka nilai insertion
loss akan semakin besar artinya berbanding lurus antara insertion loss dengan
kenaikan frekuensi. Dari hasil praktikum diperoleh rugi-rugi yang cukup besar,
tetapi grafik pada hasil praktikum tidak jauh berbeda dengan grafik yang ada pada
datasheet. Sehingga hasil praktikum sudah sesuai dengan datasheet.
2. Coupling factor secara teori memiliki nilai yang konstan meskipun terdapat
kenaikan dan penurunan yang masih bisa dikatakan konstan karena perubahan
yang terjadi sangat kecil. Dari hasil praktikum diperoleh hasil yang berbeda jauh
dengan datasheet karena hasil praktikum tidak memiliki nilai yang konstan dan
memiliki perubahan naik turun atau selisih yang cukup besar sehingga
menghasilkan grafik yang tidak sesuai dengan datasheet. Hal ini bisa disebabkan
kemungkinan karena adanya pengaruh dari alat yang digunakan, seperti directional
coupler yang kurang baik atau kabel konektor yang berada dalam kondisi tidak
baik.
3. Directivity secara teori yaitu semakin besar nilai frekuensi maka nilai directivity
akan semakin kecil artinya berbanding terbalik antara directivity dengan kenaikan
frekuensi. Dari hasil praktikum diperoleh grafik yang sesuai dengan yang ada pada
datasheet yaitu semakin besar frekuensi, kurva akan semakin menurun. Sehingga
hasil praktikum sudah sesuai dengan datasheet.

X. DAFTAR PUSTAKA
[1] Mini-Circuits. 2020. Directional Couplers : Their Operation and Application. [Online].
https://blog.minicircuits.com/directional-couplers-their-operation-and-application/
(diakses 11 Februari 2023).

12
LAMPIRAN

a. Gambar Hasil Pengukuran Insertion Loss

b. Gambar Hasil Pengukuran Coupling Factor

c. Gambar Hasil Pengukuran Directivity

13

Anda mungkin juga menyukai