Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN RESPON FREKUENSI PENGUAT

Disusun Oleh:
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 22 Oktober 2020


Tanggal Pengumpulan : 27 Oktober 2020

Ridwan Solihin,DUTech., SST., MT


Taviv Sutisna, S.T
Ginanjar Suwasono Adi, S.ST, M.Sc

Program Studi D3-Teknik Telekomunikasi


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
2020
RANGKAIAN RESPON FREKUENSI PENGUAT
I. Tujuan
Mengukur dan menganalisa respon frekuensi terhadap amplitude dari
rangkaian penguat sinyal kecil CE dengan kopling C, Mengukur FL dan FH serta AvdB
dengan menggunakan bode plotter pada simulasi.

II. Landasan Teori


Suatu penguat tentunya mempunyai keterbatasan dalam hal kemampuan
melewatkan frekuensi sumber sinyal yang disebut sebagai respon frekuensi penguat.
Secara umum penguat hanya mampu melewatkan daerah frekuensi menengah. Hal ini
berarti faktor penguatan dari penguat tersebut menurun baik pada daerah frekuensi
rendah dan frekuensi tinggi. Oleh karena itu penguat tersebut dikatakan mempunyai
tanggapan frekuensi (respon frekuensi) tertentu. Respon frekuensi dari setiap penguat
berbeda-beda, yakni tergantung dari penggunaan penguat tersebut. Ukuran untuk
menyatakan seberapa lebar tanggapan frekuensi suatu penguat biasanya disebut
dengan lebar band (bandwidth).
Karakteristik suatu penguat pada frekuensi rendah akan berbeda apabila diberi
masukan frekuensi tinggi. Pada frekuensi rendah, kapasitor-kapasitor kopling dan by-
pass tidak lagi diganti dengan ekivalen hubung singkat (dengan reaktansi kapasitif = 0)
karena nilai reaktansinya menjadi semakin besar pada frekuensi rendah. Demikian juga
apabila bekerja pada frekuensi tinggi, kapasitor liar yang timbul pada kaki-kaki
transistor dan karena pengkabelan PCB yang nilainya sangat kecil (dalam orde pF)
akan mempunyai reaktansi kapasitip yang cukup berarti pada frekuensi tinggi,
sehingga akan mempengaruhi faktor penguatan.

Kurva respon frekuensi


secara umum dari penguat CE dengan kopling C dapat dilihat pada gambar diatas.
Kurva respon frekuensi ini dibuat dengan sumbu horizontal berupa besaran frekuensi
(masukan) dalam skala logaritmis dan sumbu vertikal berupa besaran penguatan (atau
keluaran) dalam skala linier. Kertas yang digunakan untuk menggambarkan kurva
respon frekuensi disebut kertas semi-log (artinya semi logaritmis). Dengan
menggunakan skala logaritmis yakni jarak antara satu titik dengan lainnya tidaklah
linier melainkan secara logaritmis, maka penggambaran besaran frekuensi akan
efisien.
Terlihat pada kurva respon frekuensi diatas bahwa pada daerah frekuensi
rendah, semakin rendah frekuensi semakin kecil pula penguatannya (atau gain). Hal ini
disebabkan karena pengaruh CE (C by-pass pada emitor), CS (C kopling pada
masukan), dan CC (C kopling pada keluaran). Ketiga kapasitor ini reaktansi
kapasitipnya akan semakin besar bila frekuensinya semakin rendah (XC = 1/2pfC),
sehingga faktor penguatannya menjadi berkurang. Sedangkan pada daerah frekuensi
tinggi, semakin tinggi frekuensi semakin kecil penguatan. Hal ini disebabkan karena
reaktansi dari kapasitor liar menjadi kecil dan ini akan membebani penguat sehingga
penguatannya menjadi menurun.
Lebar bidang frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon
frekuensi dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau f H) untuk
frekuensi tinggi. Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cutoff,
break, atau half power (setengah daya). Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah
sebesar 0.707 Avmid. Faktor sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya
keluaran menjadi setengah dari daya keluaran pada frekuensi menengah.

Kurva Respon Frekuensi Yang Dinormalisasi

Dalam sistem komunikasi baik audio maupun video, penggambaran kurva


respon frekuensi digunakan ukuran decibel untuk menunjukkan level penguatan (gain).
Untuk menggambarkan kurva dalam satuan decibel terlebih dahulu kurva pada
gambar kurva respon frekuensi perlu di normalisasi, seperti gambar diatas. Sumbu
vertikal merupakan satuan Av/Avmid, sehingga pada saat Av nya adalah Avmid, maka
nilai pada titik tersebut adalah 1. Selanjutnya kurva dengan satuan decibel dapat dibuat
dengan mengkonversi satuan penguatan ke decibel (dB).
Kurva respon frekuensinya dapat dilihat pada gambar berikut.

Kurva Respon Frekuensi


Dalam Decibel (dB).

Pada frekuensi menegah nilai dBnya adalah 20 log 1 = 0 dB, sedangkan pada frekuensi
cutoff nilainya adalah 20 log 1/√2 = -3 dB.
Pada penguat sinyal kecil, frekuensi patah (FL) adalah pengaruh dari kapasitor
eksternal (kopling) yang dipasang pada rangkaian penguat. Pengaruh diatas adalah:
1
FLCB =
2 π ( RS+ RI ) CB
1
FLCC =
2 π ( RO+ RL ) CC
1
FLCE =
2 π ℜCB
RS
Dengan RE = + ℜ // RE dengan RS’ = R1//R2//RS
β

III. Alat dan Komponen yang digunakan


1. Sumber tegangan 12 Volt
2. Osiloskop
3. Amperemeter
4. Voltmeter
5. Function Generator
6. Transistor BC 107
7. Resistor: 1. 45 kΩ, 3,2 kΩ, 1,2 kΩ dan 10 kΩ
8. Kapasitor 0,47 μF

IV. Langkah – langkah Percobaan


1. Buat gambar seperti pada gambar percobaan 1. Berikan sinyal input Vs = 5 mVp, f
= 2 KHz.
2. Ukur Avmid, FL, FH dengan mempergunakan osiloskop dan bode plotter.
3. Ukur Zin (Rin) dan Zo|vs = 0
V. Gambar Rangkaian Percobaan
VI. Tugas Pendahuluan
VII. Hasil Pengamatan
Tabel Perbandingan Pehitungan dan Pengukuran

Variabel Perhitungan Pengukuran


IB 4,6 μA 4,819 μA
IE 1,276 mA
Ic 1,19 mA 1,271 mA
VCE 6,7 V 6,402 V
AV -74 kali 60 kali
VI 10 mVpp
Vo 60 Vpp
Zi

Zo
VIII. Analisa Hasil Pengamatan
Pada praktikum Rangkaian Respon Frekuensi Penguat menggunakan aplikasi
simulator bernama EWB. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat
data hasil pengamatan seperti pada tabel di atas. Pada percobaan di praktikum kali ini
terdapat beberapa variabel yang harus ditentukan, diantaranya arus IB, IE, Ic, Vin, Vo,
FL dan FH serta AvdB.
Pada saat mengukur IB, didapatkan nilai arus yang terukur yaitu sekitar 4,819
μA, sedangkan hasil perhitungan sekitar 4,6 μA (terdapat perbedaan sebesar 0,219
μA). Pada pengukuran IE didapatkan hasil sebesar 1,276 mA. Ic hasil perhitungan
sebesar 1,19 mA, sedangkan hasil pengukuran sebesar 1,271 mA (terdapat perbedaan
sebesar 0,081 mA). Arus IB lebih kecil daripada arus Ic karena arus yang melewati
basis ke kolektor lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah arus dari emitter ke basis.
Hal ini berkorelasi dengan rumus Ic = I E - IB. β diperoleh dari Ic/IB yaitu 1,271
mA/4,819 μA = 262 kali.
Hasil pengukuran VCE adalah sebesar 6,402 V, sedangkan hasil perhitungan
didapat dari rumus VCE = Vcc-Ic (Rc+RE) sebesar 6,984 V (terdapat perbedaan sebesar
0,582V). Pada saat mengukur Av, nilai penguatan tegangan yang didapatkan dari
pembagian tegangan output dibagi input (Av = Vo/Vin) adalah sekitar 60 kali
sedangkan hasil perhitungan yang didapatkan sebesar -73,86 kali. Vi dan Vo
didapatkan dari hasil pengukuran yaitu sekitar 10 mVpp dan 60 Vpp.
Garis beban dan titik kerja diperoleh dari VcE dan Icsat. Icsat diperoleh dari
pembagian tegangan Vcc dan Rc+RE yaitu 12/3,2+1,2 = 2,7 mA. Rangkaian respon
frekuensi penguat ini sinyal input diatur sebesar 5 mVp dan frekuensi sebesar 2 kHz.
Menghasilkan gelombang input 2 kotak vertikal dengan tegangan input 5 mV/div atau
10 mVp-p dan gelombang output 3 kotak vertikal dengan tegangan output 200 mV/div
atau 600 mVp-p.
Zi diperoleh dari perhitungan R1//R2//βReyaitu sebesar 3,6 KΩ, sedangkan Zi
dalam pengukuran, untuk input memiliki 20 mVp-p, sedangkan untuk outputnya
memiliki Vo = 10 mVp-p. Rpot yang diberikan sebesar 7 kΩ/50%, maka Zin yang
100−50
didapat adalah (Zin = x 7 k =3,5 kΩ ¿.
100
Sedangkan Zo diperoleh dari perhitungan Rc//ro dengan ro = 32KΩ sehingga hasilnya
sebesar 2,9 KΩ, sedangkan Zo dalam pengukuran untuk input memiliki 10 mVp-p,
sedangkan untuk outputnya memiliki Vo = 5 mVp-p. Rpot yang diberikan sebesar
100−58
7kΩ/58%, maka Zin yang didapat adalah (Zin = x 7 k =2,94 k Ω ¿.
100
Untuk mengukur bandwidth dengan menggunakan bode plotter, F vertikal diatur sebesar
40 dB dan L vertical sebesar 30 dB, sedangkan F horizontal sebesar 50 Mhz dan L
horizontal sebesar 100 Hz. Avmid diperoleh dengan cara menggeserkan garis di bode
plotter ke tengah sehingga diperoleh hasil 36,85 dB. Avo diperoleh dengan cara Avmid
dikurangi 3dB atau 36,85 dB-3dB sehingga hasilnya sebesar 33,85 dB. Sedangkan F L
sebesar 762,7 Hz. FH diperoleh sebesar 21,49 MHz. Bandwidth dihasilkan dari
pengurangan FH-FL atau 21,49 MHz-762,7 Hz = 214 MHz. Frekuensi yang efektif
bekerja pada 17,19 kHz-873,3 kHz.
Untuk menghitung frekuensi pada FL akibat dari CB diperoleh dari perhitungan
1
dengan Rs’ yang diperoleh dari Rs//R1//R2 sehingga hasilnya sebesar
2 π ( RS+ RI ) CB
100,83 Hz, untuk menghitung frekuensi pada FL akibat dari CC diperoleh dari
1
perhitungan yaitu sebesar 55,55 Hz, sedangkan Untuk menghitung
2 π ( Ro+ RL ) CE
1
frekuensi pada FL akibat dari CE diperoleh dari perhitungan yaitu sebesar
2 π ℜCE
R S'
748,6 Hz dengan Re yang dihitung dari rumus RE//( + ℜ) yaitu sebesar 0,02 KΩ.
β

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
respon frekuensi dari setiap penguat mempunyai nilai yang berbeda-beda, yakni
tergantung dari penguat yang digunakan. Respons frekuensi perangkat atau rangkaian
menggambarkan operasinya pada rentang frekuensi sinyal tertentu dengan menunjukkan
bagaimana penguatannya, atau jumlah sinyal yang dibiarkannya melalui perubahan
dengan frekuensi. Ukuran untuk menyatakan seberapa lebar tanggapan frekuensi suatu
penguat biasanya disebut dengan lebar band (bandwidth). Lebar bidang frekuensi yang
menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon frekuensi dibatasi oleh f1 (atau fL).
Untuk menghitung bandwidth menggunakan rumus FH-FL, didapatkan hasil sebesar 214
MHz. Frekuensi yang efektif bekerja pada 17,19 kHz-873,3 kHz. Arus I B lebih kecil
daripada arus Ic karena arus yang melewati basis ke kolektor lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah arus dari emitter ke basis.

Anda mungkin juga menyukai