Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK ANTENA DAN PROPAGASI


ANTENA DIPOLE SETENGAH LAMBDA

Disusun oleh :
Tiara Anisa Budi L (191331030)
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 31 Maret 2021


Tanggal Pengumpulan : 06 April 2021

Instruktur :
Asep Barnas Simanjuntak, BSEE., MT.
Hanny Madiawati, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
I. Judul
Antena Dipole Setengah Lambda

II. Tujuan
1. Membuat antena setengah lambda menggunakan software simulator CST Design
Environment.

III. Landasan Teori


Antena adalah bagian sistem telekomunikasi RF yang menyebarkan energi gelombang
elektromagnetik ke udara bebas untuk diterima di sisi receiver dengan menggunakan
sistem antena juga. Antena juga merupakan sebuah alat vital yang sering digunakan dalam
bidang ilmu teknik terutama ilmu teknik telekomunikasi, hampir semua kegiatan yang
berkaitan dengan teknik telekomunikasi pasti menggunakan antenna dan juga sinyal. Pada
era digital seperti saat ini, pengunaan semua media komunikasi dan informasi seperti TV,
Radio, dan juga ponsel membutuhkan sinyal yang dipancarkan dari antenna pemancar.

Karakteristik antena dapat dilihat dari pola radiasinya, yaitu pola penyebaran energi
gelombang elektromagnetik ke udara (di sisi transmiter), atau pola tang-kap energi
gelombang elektromagnetik dari udara (di sisi penerima). Sistem komunikasi point-to-
point misalnya, sistem antenanya akan mempunyai pola radiasi yang sempit mengarah
pada satu arah ke depan tanpa terdapat pola radiasinya yang ke belakang. Sebaliknya,
untuk sistem penyiaran, sistem antenanya harus mempunyai pola radiasi mengarah ke
semua arah dengan sama rata atau yang disebut dengan omnidirectional.

Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang
digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang
digambarkan poynting vektor.
1. Isotropis
Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi sama besar pada
seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga dimensi bentuk pola radiasinya
seperti bola. Antena isotropis ini merupakan jenis antena ideal dan secara teoritis
dijadikan sebagai referensi dalam pengukuran antena lain namun tidak mungkin
direalisasikan karena dalam hal ini antena sebagai titik.

Gambar 3.1 Pola Radiasi Isotropis


2. Directional
Directional adalah pola radiasi yang arah pancarnya diarahkan pada satu tempat saja.
Antena ini merupakan jenis antena narrow beamwidth, yaitu antena dengan sudut
pemancarannya kecil namun dengan daya yang lebih terarah, jarak pancarnya jauh
tetapi tidak dapat menjangkau area yang luas, contohnya antena Yagi, Panel,
Sektoral.Umumnya antena ini digunakan sebagai penghubung antar gedung
(konfigurasi point to point) yang mempunyai cakupan area yang kecil.

Gambar 3.2 Pola Radiasi Directional

3. Omnidirectional
Omnidirectional adalah pola radiasi yang terbentuk karena antena memancarkan atau
menerima gelombang elektromagnetik pada satu bidang sama besar, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.5 dan 2.6. Umumnya antena omni-directional ini
digunakan untuk antena-antena jenis broadcast.

Gambar 3.3 Pola Radiasi Omnidirectional

• Antenna Dipole
Struktur dasar antena adalah sebuah dipol pendek (short dipole), yaitu tersusun
dari dua potong logam, padat atau berlubang, yang terbentang masing-masing
sepanjang seperempat λ dimana dari ujung keduanya yang berdekatan merupakan
input daya yang berasal dari pemancar. Karena ukuran panjangnya, maka struktur
antena ini disebut de-ngan half-dipole. Struktur tersebut ditunjukkan pada gambar 1.1
Ukuran ½λ merupakan ukuran teoritis antena tersebut yang dinamakan free space
halfwavelength, yang dapat ditentukan besarnya dari hubungan,

c
lteoritis = ½ meter......................................(1)
f

Gambar 3.4 Struktur antenna Half-Dipole

dimana :
c = kecepatan rambat cahaya di ruang hampa = 3 x 108 m/det
f = frekuensi kerja sinyal, Hz

Pada kenyataannya panjang fisik antenna dipole tidak sesuai dengan frekuensi
kerja berdasarkan hubungan rumus tersebut. Hal ini dikarenakan terdapat factor lain
yang mempengaruhi yaitu diameter antenna. Ukuran fisik sebenarnya dari antena
tersebut kurang dari nilai yang dinyatakan pada rumus (1) diatas, melainkan harus
dikalikan dengan faktor koreksi, K, yang besarnya tergantung pada ukuran diameter
bahan konduktor antena (rod), atau,

lfisik = K x lmeter ...................................... (2)

Nilai K sendiri tergantung dari L/D, yaitu perbandingan antara nilai ½


dengan diameter bahan konduktor antena. Semakin panjang diameter antenna semakin
pendek panjang antennanya.

• Return Loss Antenna


Return loss adalah perbandingan antara amplitude dari gelombang yang direfleksikan
terhadap amplitude gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat terjadi karena
adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban
(antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas
(mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi seperti yang
ditunjukkan oleh:

Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh untuk
nilai VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak
terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain,
saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk
melihat apakah antenna sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau
tidak.

• Voltage standing Wave Ratio (VSWR)


Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan (ratio)
antara tegangan maksimum (Vmaks) dan tegangan minimum (V min) yang terjadi
pada saluran yang tidak sesuai (match). Antenna yang memiliki performa VSWR
apabila bilai VSCR ≤ 1,92.

• Penguatan
Gain (penguatan) suatu antena merupakan perbandingan antara intensitas radiasi
maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi maksimum suatu antena referensi
dengan daya yang masuk pada kedua antena adalah sama. Gain juga merupakan
parameter yang menentukan besarnya sebuah atenna yang akan momfokuskan energy
pancar. Gain dapat dihitung dengan :

(Gt)dB = ((Pt)dBm – (Ps)dBm) + (Gs)dB

IV. Alat dan Komponen


1. 1 buah PC atau laptop
2. Perangkat lunak aplikasi CST Environment Design

V. Langkah Percobaan
1. Menginstal aplikasi CST pada PC atau Laptop.
2. Jika proses instalasi sudah selesai. Buka aplikasi CST.
3. Pilih New Project, lalu pilih MW&RF&Optical, Antennas, lalu klik next.
4. Pilih workflow ‘Wire’, ‘Time Domain’, klik next. Pilih unit dimensi, frekuensi, waktu,
dan lain-lain sesuai kebutuhan. Karena pada praktikum ini dibuat menggunakan
frekuensi 710 MHz, maka pada pilihan frequency, pilih MHz.
5. Masukkan rentang nilai frekuensi minimal dan maksimal (600-820 MHz) lalu ceklis
E-Field, H-Field, dan Farfield.
6. Klik selesai.
VI. Data Hasil Praktikum

Parameter Antena
λ= 211,12 λ= 193
Return Loss -15,32 dB -15,04
VSWR 1,413 1,429
Gain 2,202 dB 2,113 dB
Pola
Omnidirectional
Radiasi
Tabel 6.1 Hasil Praktikum

VII. Analisis
Pada praktikum kali ini yaitu membuat antenna dipole 𝜆/2 dengan nilai radius 1,5 dan
feedline sebesar 10. Frekuensi kerja antenna diberikan sebesar 710 MHz, dengan nilai
setengah lambdanya yaitu 211, 12 mm. Nilai 𝜆/2 dapat diperoleh dengan menggunakan
𝑐
rumus 𝜆 = 𝑓 dimana c adalah kecepatan cahaya yang bernilai 3 x 10 8 m/s, kemudian nilai

𝜆/2 dapat dihitung menggunakan calculator wavelength seperti yang terdapat pada
gambar 7.1.
Gambar 7.1 Nilai 𝜆/2

Setelah memasukan nilai parameter radius, length dan feedline, maka selanjutnya dapat
membuat antenna dengan mengklik bagian Modelling, lalu pilih cylinder, dan beri nama
‘DIPOLE’ dengan orientasi pada sumbu Z, diberikan outer radius sebesar 1,5 dan
masukkan nilai Zmin dengan -L/2 dan Zmax dengan L/2, dan material nya adalah PEC,
kemudian klik OK. Dapat dilihat pada gambar 7.2 akan terdapat sebuah silinder di dalam
kubus.
Gambar 7.2 Membuat Antenna Dipole

Hal yang dilakukan selanjutnya adalah membuat feed yang terletak di dalam antenna
yang akan dipotong, dengan cara mengklik kembali cylinder, kemudian beri nama
‘FEED’ yang berorientasi di sumbu Z dengan outer radius adalah R. setelah itu masukkan
nilai Zmin yaitu -F/2 dan nilai Zmax dengan F/2, dan materialnya adalah Vacuum, lalu
klik OK. Pada gambar akan terlihat terdapat bagian kecil pada antenna yang telah dibuat,
bagian ini merpakan feed yang dibutuhkan.

Gambar 7.3 Feed Antenna

Setelah feed dibuat, untuk memotong bagian feed klik DIPOLE pada bagian component,
lalu pilih Boolean, kemudian klik insert dan pilih object feed kemudian enter. Maka dapat
dilihat pada gambar 7.4.
Gambar 7.4 Memotong Bagian Feed

Kemudian klik bagian picks pada modeling lalu pilih pick edge, dan pilih bagian feeds
yang akan dipotong, dapat dilihat pada gambar 7.5. Kemudian pada bagian simulation klik
discreate port lalu klik OK.

Gambar 7.5 Picks pada Feed


Gambar 7.6 Tampilan setelah mengklik Discreate Port

Kemudian mengatur feed monitor pada bagian E-Field, H-Field, Farfield, dan Fieldsource
untuk frekuensi sebesar 710 Mhz, klik apply terlebih dahulu lalu OK.

Gambar 7.6 Mengatur Field Monitor

Selanjutnya jika semua nilai parameter diatur, maka simulasi dapat dijalankan dengan cara
mengklik ‘Start simulation’ pada menu Home. Dibutuhkan waktu beberapa saat dalam
prosesnya, setelah proses running selesai, maka dapat dilihat parameter antenna yang dicari
yaitu, nilai return loss, nilai VSWR, nilai Gain (Penguatan) dan pola radiasi antenna. Untuk
melihat Return loss, pilih bagian 1D-result, S-Parameters, lalu klik S1-1. Tampilannya
akan seperti gambar 7.7. Pada gambar terlihat grafik yang menunjukkan S-parameters
antenna yang telah dibuat yaitu sebesar -6,876488 dB dengan frekuensi kerja sebesar 710
MHz.

Gambar 7.7 Grafik S-Parameters pada Frekuensi 710 MHz

Kemudian kita dapat melihat nilai return loss pada lambda sebesar 211,12 dengan cara
menggeser garis S1,1, seperti pada gambar 7.8. dapat dilihat return loss-nya terjadi pada
frekuensi 646,6 MHz, hal ini tidak sesuai dengan frekuensi yang kita gunakan yaitu sebesar
710 MHz. Kita dapat juga melihat nilai dari VSWR yaitu sebesar 1,413 pada gambar 7.9,
dengan cara pilih bagian 1D-Result, lalu pilih bagian VSWR.

Gambar 7.8 Grafik Return Loss L = 211,12


Gambar 7.9 Grafik VSWR pada frekuensi 710 MHz

Gambar 7.10 Grafik VSWR pada L=211,12

Setelah itu, kita dapat melihat pola radiasi dan nilai penguatan pada antenna dengan cara
mengklik bagian 1D-Structure lalu klik Farfields. Pilih farfields sesuai dengan frekuensi
kerjanya, yaitu 710 MHz. Untuk melihat bagian antenna pada farfields, klik bagian farfield
plot lalu centang show structure dan farfield transparent.
Gambar 7.11 Farfield Antenna secara 3D H-Plane

Gambar 7.12 Farfield Antenna secara 3D E-Plane

Besarnya nilai penguatan (Gain) pada antenna dapat dilihat pada gambar yaitu sebesar 2.202
dB.
Gambar 7.13 Gain pada Antenna

Pola radiasi di sekitar antenna adalah omnidirectional yaitu antenna memancarkan arahnya
menuju ke sekelilingnya dengan sama besar. Pada gambar 7.14 terdapat gambar pola radiasi.

Gambar 7.14 Pola Radiasi H-Plane

Gambar 7.15 Pola Radiasi E-Plane

Pada return loss frekuensinya berbeda jauh dari frekuensi aslinya, maka kita dapat
memperbesar atau memperkecil nilai L untuk mendapatkan return loss dan VSWR yang
mendekati nilai frekuensi sebesar 710 MHz. Pada gambar 7.16 terdapat grafik return loss
dengan L yang diperbesar dan diperkecil. Pada L yang diperbesar dengan gelombang
berwarna hijau, ketika nilai L sebesar 225 mm, return loss yang didapat sebesar -15,41 pada
frekuensi 609,7 MHz. Dapat dilihat bawah return loss menjauhi frekuensi, maka lambda
diperbesar frekuensi akan menjadi kecil.

Gambar 7.16 Grafik Return Loss pada L = 225

Gambar 7.18 Grafik VSWR pada L=225

Selanjutnya pada gambar 7.19 dengan lambda yang diperkecil yaitu sebesar 193 mm, dengan
gelombang berwarna biru. Return loss yang didapatkan sebesar -15,046 dB pada frekuensi
709, 17 MHz. Ketika nilai L diperkecil maka frekuensi akan membesar, dapat dilihat bahwa
frekuensi 709,17 MHz mendekati 710 MHz dengan return loss yang sedikit lebih besar dari
yang lainnya. Dan pada gambar 7.20 terdapat VSWR pada L sebesar 193 mm, dengan
VSWR sebesar 1,429.
Gambar 7.19 Grafik Return Loss pada L = 225

Gambar 7.20 Grafik VSWR pada L=193

Setelah itu, kita dapat melihat kembali pola radiasi dan nilai penguatan pada antenna
dengan nilai L yang sudah diganti.

Gambar 7.21 dan 7.22 menunjukkan farfield antenna secara 3D baik itu dalam pola H-
Plane atau E-Plane. Nilai L ditunjukkan dengan garis biru.
Gambar 7.21 Farfield Antenna secara 3D H-Plane dengan L=193

Gambar 7.22 Farfield Antenna secara 3D E-Plane dengan L = 193

Besarnya nilai penguatan (Gain) pada antenna yang terdapat pada gambar 7.21 dan gambar
7.22 dapat dilihat pada gambar 7.23 yaitu sebesar 2.202 dB.

Gambar 7.23 Gain pada Antenna


Pola radiasi di sekitar antenna adalah omnidirectional yaitu antenna memancarkan arahnya
menuju ke sekelilingnya dengan sama besar. Pada gambar 7.24 terdapat gambar pola radiasi
dengan nilai L sebesar 193. Dapat dilihat pula pada gambar 7.24 dan 7.25 bahwa terdapat 2
pola radiasi yang berbeda yaoitu H-Plane dan juga E-Plane, dimana kedua bentuk pola
radiasi itu dibedakan dari sudut pengelihatannya. Pada pola radiasi H-Plane terlihat ada 2
setengah lingkaran yang dibatasi garis pada bagian tengah sedangkan pada E-Plane terlihat
bentuk lingkaran sempurna. H-plane ini dapat dilihat pada sudut pandang bidang horizontal
(azimuth), sedangkan E-plane dapat dilihat dari bidang vertical
(elevasi)

Gambar 7.24 Pola Radiasi H-Plane dengan L=193


Gambar 7.25 Pola Radiasi E-Plane dengan L=193

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan aplikasi CST, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam membuat antenna dipol 𝜆/2 , terdapat parameter-
parameter yang harus dicari, parameternya adalah Return Loss, VSWR, Gain, dan Pola
Radiasi. Frekuensi kerja yang digunakan dalam melakukan praktikum ini sebesar 710
MHz. Dalam mencari nilai 𝜆/2 dapat dihitung menggunakan rumus manual yaitu c/f atau
menggunakan kalkulator yang terdapat pada aplikasi CST sehingga didapatkan nilai
𝜆/2 adalah sebser 211,12.

Daftar Pustaka

1 D. I. Chairunnisa, "Petunjuk Pelaksanaan Praktikum ET 3200 Praktikum Teknik


Telekomunikasi 4 Antena dan Propagasi," April 2017. [Online]. Available:
https://pptik.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/212/2017/04/Modul-Antena.pdf.
[Accessed 5 April 2021].

2 B. Y. Permana, H. Susilawati and Priswanto, "Rancang BAngun dan Analisis Sectoral


Antenna Radiasi Semicular Frekuensi 2.5GHz Untuk Aplikasi IEEE 802.11b/g," 1 April
2012. [Online]. Available:
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/Techno/article/view/41/41. [Accessed 5
April 2021].

3 "BAB II Landasan Teori," [Online]. Available:


http://repository.unjani.ac.id/repository/348573930202021fb1293fb2052cc4cf.pdf.
[Accessed 5 April 2021].

4 M. K. N. H, "Rancang Bangun Antena Mikrostrip Dengan Patch Rectangular 4 Elemen


Untuk Aplikasi Wireless Fidelity 2,4 GHz," 2019. [Online]. Available:
https://repository.unsri.ac.id/5047/2/RAMA_20201_03041181419006_0022037401_0015
078401_01_front_ref.pdf. [Accessed 5 April 2021].

Anda mungkin juga menyukai