Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL


PENDAHULUAN OCTAVE

Disusun oleh :
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 23 Maret 2021


Tanggal Pengumpulan : 29 Maret 2021

Instruktur :
Slameta, ST., M.Eng.
Griffani Megiyanto, R., S.ST., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
I. Judul
Pendahuluan Octave

II. Tujuan
[1] Mampu melakukan dasar operasi kalkulasi, grafik plot, dan menuliskan program
sederhana pada software Octave/Matlab
[2] Mampu menganalisa parameter dan argument yang ada pada program sederhana

III. Landasan Teori


Octave dan Matlab digunakan secara luas oleh para ilmuwan dan engineer baik di
dunia industri maupun akademisi untuk melakukan komputasi numerik, serta untuk
pengembangan dan menguji algoritma matematis. Software ini dirancang khusus untuk
melakukan perhitungan atau memecahkan persamaan matriks. Untuk menyokong
pembelajaran yang ideal pada modul ini, jika ada perbedaan fungsi antara Octave dan
Matlab akan diberikan keterangan dan dijabarkan secara komprehensif.

[1] Kalkulasi sederhana


Penggunaan Octave paling sederhana adalah dengan mengetikkan operasi
matematika pada CLI seperti menggunakan kalkulator pada umumnya.
Contoh:
octave:##> 3 + 4
lalu tekan enter/return pada prompt, kita akan secara langsung mendapatkan hasil
ans = 7
Operator matematika dasar yang biasa digunakan adalah + - * / dan ^ (digunakan
untuk ‘eksponen dari’ e.g. 2^3=8). Urutan utama yang dievaluasi terlebih dahulu
adalah ( ), eksponen^, perkalian* dan pembagian/, penjumlahan+ dan pengurangan-
.

[2] Fungsi bawaan (built-in function)


Octave juga menyediakan semua fungsi matematika standar, seperti ditunjukkan
pada Tabel 1. Untuk memanggil fungsi-fungsi (methods) ini dapat dilakukan dengan
cara menuliskan:
nama_fungsi(arg)
Tabel 3.1 Fungsi dasar matematika

[3] Variable
Ketika kita ingin menyimpan atau menggunakan lagi suatu nilai pada kalkulasi
tertentu, Octave mengizinkan kita untuk mendefinisikan dan memberikan nama
terhadap suatu variable (tipe data variable tidak perlu didefinisikan).

[4] Memuat dan menyimpan data (load and save)


Ketika kita keluar dari Octave, maka kita akan kehilangan semua variable yang telah
dibuat. Jika kita ingin menyimpan suatu sesi pekerjaan dan nanti memuatnya
kembali, kita dapat mengetikkan pada prompt:
octave:##> save nama_workspace
perintah ini akan menyimpan workspace secara keseluruhan pada direktori kita
dengan file berekstensi *.mat (nama_workspace.mat). Untuk memuat kembali
workspace yang telah kita simpan, ketikan perintah:
octave:##> load nama_workspace

[5] Vektor dan matriks


Banyak cara untuk mendefinisikan vector dan matriks, diantaranya adalah:
octave:##> a=[1 4 5]
a=145
octave:##> b=[2,1,0]
b=210
octave:##> c=[4;7;10]
c=
4
7
10
Suatu daftar angka yang dipisahkan dengan spasi atau koma, di dalam kurung kotak
(square brackets []), menunjukkan suatu vektor baris. Sedangkan angka-angka yang
dipisahkan oleh titik koma (semicolons atau carriage returns) merepresentasikan
suatu vektor kolom.

Shortcut yang berguna untuk membangun vektor dengan increment tertentu adalah
dengan menggunakan simbol titik dua ‘:’, Seperti dalam contoh berikut ini:
octave:##> e=2:6
e=23456

Simbol titik dua memerintahkan Octave untuk membuat suatu vector mulai dari
angka pertama dan menghitung hingga (termasuk) angka kedua.
Angka ketiga dapat juga dicantumkan diantara angka pertama dan ke dua, a : b : c.
Angka yang berada di tengah menentukan kenaikan antara tiap elemen pada vector.

Octave:##> e=2:0.3:4
e = 2.0000 2.3000 2.6000 2.9000 3.2000 3.5000 3.8000

Perlu diperhatikan bahwa hal yang terjadi pada contoh diatas tidak dapat mencapai
persis angka terakhir, akan tetapi ia akan menghasilkan semua angka yang tidak
melebihi angka tersebut. Tabel 2 menunjukkan beberapa fungsi untuk membentuk
suatu vektor dan matriks.
Tabel 3.2 Fungsi vektor dan matriks

Individual elemen dapat dirujuk dengan menggunakan tanda kurung (),


octave:##> a=[1:2:6 -1 0]
a = 1 3 5 -1 0
kita bisa mendapatkan elemen ke-3 dari vector a dengan mengetikan:
octave:##> a(3) ans = 5

simbol titik dua ‘:’ bisa juga digunakan untuk menentukan rentang angka untuk
mendapatkan beberapa elemen pada satu waktu.
octave:##> a(3:5)
ans = 5 -1 0
octave:##> a(1:2:5)
ans = 1 5 0
Menyimpan daftar angka ke dalam suatu vektor memungkinkan Octave untuk
menggunakan fiturnya dalam melakukan perhitungan. Octave dapat melakukan
perkalian semua angka dalam suatu vektor dengan sebuah konstanta (broadcasting).
Dengan contoh vektor a dikalikan dengan 2, kita dapat menuliskan perintah:
octave:##> a * 2
ans = 2 6 10 -2 0
Mengalikan dua vektor Pada Octave mengikuti aturan perkalian matriks, tidak
melakukan perkalian elemen demi elemen. Jika kita ingin melakukan perkalian per
elemen, Octave mendefinisikan operator . * dan ./, misalnya
Perlu dicatat bahwa penggunaan ‘.’ didepan setiap simbol aritmatika menandakan
operasi elemen demi elemen.
octave:##> b=[1 2 3 4 5];
octave:##> a.*b
ans = 1 6 15 -4 0
octave:##> b .^ 2
ans = 1 4 9 16 25
octave:##> 2 .^ b
ans = 2 4 8 16 32

[6] Grafik Plot


Octave memiliki fasilitas handal untuk memplot grafik melalui package
GNUPLOT, namun beberapa fitur plot dibatasi jika dibandingkan dengan
MATLAB. Perintah dasar untuk melakukan plot adalah
plot (x, y)

dimana x dan y adalah koordinatnya. Jika x dan y masing-masing adalah suatu


konstanta angka, maka Octave akan melakukan plot sebuah titik. Biasanya yang
sering kita gunakan adalah vektor, hal ini akan menyebabkan semua poin yang
diberikan oleh kedua vektor akan diplot pada suatu bidang. Contoh:
octave:##> x = 0:pi/100:2*pi; octave:##>
y = sin(x);
octave:##> plot (x,y)

syntax diatas menunjukkan x sebagai vektor nilai spasi linear antara 0 dan 2π dengan
increment π/100 di antara nilai tersebut. Variable y sebagai nilai sinus x. Plot garis
data.
Gambar 3.1 Gelombang Sinusoidal pertama hasil dari instruksi plot

Perlu diperhatikan bahwa, jika x dan y merupakan vektor maka keduanya


harus memiliki dimensi yang sama.

Contoh berikutnya, kita akan melakukan plot 3 gelombang sinusoidal dengan sedikit
pergeseran phase diantara setiap gelombangnya. Kita gunakan dashed line ‘--‘ untuk
sinyal kedua dan dotted line ‘:’ untuk sinyal ketiga (‘:’ dotted line hanya nisa
digunakan pada Matlab).

octave:##> x = 0:pi/100:2*pi;
octave:##> y1 = sin(x);
octave:##> y2 = sin(x-0.25);
octave:##> y3 = sin(x-0.5);

octave:##> figure
octave:##> plot(x,y1,x,y2,'--',x,y3,':')
Gambar 3.2 Gelombang sinusoidal dengan instruksi 3 plot

Kita dapat memilih warna dan ragam garis pada perintah plot untuk memodifikasi
tampilan. Tabel 3 menunjukkan parameter yang mungkin digunakan untuk Octave
dan Matlab. Untuk mencantumkan judul, label axis, dan grid pada grafik kita bisa
menggunakan perintah sbb:

octave:##>
angles=linspace(0,2*pi,100);
octave:##> y=sin(angles);
octave:##> plot(angles, y);
octave:##> plot(angles, y, ’ro’)
octave:##> title(’Graph of y=sin(x)’)
octave:##> xlabel(’Angle’)
octave:##> ylabel(’Value’)
octave:##> grid on
Gambar 3.3 Gelombang sinusoidal sesuai instruksi yang diberikan

Tabel 3.3 Warna dan macam-macam simbol pada perintah plot (gunakan help plot
untuk melihat argument dan parameter fungsi plot); N.B. † hanya terdapat pada
Matlab

IV. Alat dan Komponen


1. 1 buah PC atau laptop
2. Aplikasi Simulator Octave
V. Langkah Percobaan
[1] Menginstal software Octave pada PC atau Laptop.
[2] Jika proses instalasi sudah selesai. Buka software Octave.
[3] Lakukan percobaan sesuai dengan soal yang diberikan dengan cara mengetikkan
syntax pada Command Window seperti pada langkah-langkah yang sudah
dijelaskan pada video praktikum.

Percobaan
Bangkitkan sinyal sine dan cosine masing-masing dengan atribut:
• V = 1 volt, f = 1000 Hz, t = 0 sampai 1 second, fs = 10000, warna garis magenta
untuk gelombang sine
• V = 2 volt, f = 500 Hz, t = 0 sampai 1 second, fs = 10000, warna garis green
untuk gelombang cosine
1. Plot kedua gelombang tersebut pada satu figure, modifikasi label sumbu y dan
x masing-masing menjadi Voltage (Volt) dan Time (Second).
2. Plot untuk t mulai dari 0 sampai 1 second bandingkan dengan ketika t mulai
dari 0.01 sampai 0.02 second.
3. Ubahlah fs = 1000 untuk masing-masing sinyal; Plot seperti langkah 2 dan
analisis perbedaan antara fs = 10000 dan fs = 1000.

[4] Screenshot instruksi pada program dan hasilnya.


[5] Amati dan analisis hasil dari percobaan.
[6] Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
VI. Hasil dan Analisis Praktikum
Praktikum Pendahuluan Octave

1. Kalkulasi sederhana

Gambar 6.1 Workspace dan Syntax untuk Kalkulasi Sederhana

2. Fungsi bawaan (built-in function)

Gambar 6.2 Workspace dan Syntax untuk Fungsi Bawaan

3. Variable

Gambar 6.3 Workspace dan Syntax untuk Variable


4. Memuat dan menyimpan data (load and save)

Gambar 6.4 Workspace dan Syntax untuk memuat dan menyimpan data

5. Vektor dan Matriks

Gambar 6.5 Workspace untuk Vektor dan Matriks


Gambar 6.6 Syntax untuk Vektor dan Matriks

Gambar 6.7 Syntax untuk Vektor dan Matriks


Gambar 6.8 Syntax untuk Vektor dan Matriks

6. Grafik plot

Gambar 6.9 Workspace untuk Grafik Plot


Gambar 6.10 Syntax untuk Grafik Plot

Gambar 6.11 Gelombang Sinusoidal hasil dari instruksi plot


Gambar 6.12 Syntax untuk instruksi 3 plot

Gambar 6.13 Gelombang sinusoidal dengan instruksi 3 plot


Gambar 6.14 Syntax untuk memodifikasi tampilan gelombang

Gambar 6.15 Gelombang sinusoidal setelah dimodifikasi


Percobaan
Bangkitkan sinyal sine dan cosine masing-masing dengan atribut:
• V = 1 volt, f = 1000 Hz, t = 0 sampai 1 second, fs = 10000, warna garis magenta
untuk gelombang sine

Gambar 6.16 Syntax program untuk sinyal sine

Gambar 6.17 Hasil gelombang sinyal sine


• V = 2 volt, f = 500 Hz, t = 0 sampai 1 second, fs = 10000, warna garis green untuk
gelombang cosine

Gambar 6.18 Syntax program untuk sinyal cosine

Gambar 6.19 Hasil gelombang sinyal sine


1. Plot kedua gelombang tersebut pada satu figure, modifikasi label sumbu y dan x
masing-masing menjadi Voltage (Volt) dan Time (Second).

Gambar 6.20 Syntax dengan penambahan label pada sumbu x dan y

Gambar 6.21 Hasil penggabungan kedua gelombang dengan label


2. Plot untuk t mulai dari 0 sampai 1 second bandingkan dengan ketika t mulai dari
0.01 sampai 0.02 second.

Gambar 6.22 Syntax program untuk t mulai dari 0 sampai 1 dan dari 0.01
sampai 0.01 second

Gambar 6.23 Hasil gelombang dengan t dari 0 sampai 1


Gambar 6.24 Hasil gelombang dengan t dari 0.01 sampai 0.02 second

Gelombang 6.25 Hasil kedua gelombang dengan t yang berbeda


3. Ubahlah fs = 1000 untuk masing-masing sinyal; Plot seperti langkah 2 dan analisis
perbedaan antara fs = 10000 dan fs = 1000.

Gambar 6.26 Syntax program untuk perubahan nilai fs


Gambar 6.27 Hasil gelombang dengan fs = 1000

Gambar 6.28 Hasil gelombang sine jika diperbesar


VII. Analisis
Pada praktikum kali ini menggunakan software Octave. Pertama diminta untuk
menghasilkan gelombang sine, dengan tegangan sebesar 1 volt, frekuensi 1000 Hz, dan
waktunya 0 hingga 1 detik, dengan frekuensi sampling sebesar 10000 Hz. Warna garis
gelombang yang diminta adalah magenta. Untuk memuat gelombang sine dengan cara
mengetikkan syntax pada command window yang tertera pada gambar 6.16. Pada syntax
untuk tegangan sebesar 1 V mengetikkan ‘a1=1’, untuk frekuensi mengetikkan ‘f=1000’
dan untuk fs sebesar 10000 Hz mengetikkan ‘fs1=10000’, untuk rentang waktu
mengetikkan ‘t1=0:1/10000:1’, maksud dari 0 pada perhitungan t adalah sebagai nilai
awal dan 1 adalah sebagai batas nilainya, sehingga output gelombang akan hilang saat t
lebih dari 1s. 1/10000 merupakan periode dari fs. Ketika sudah memasukkan nilai pada
variabel, maka langkah selanjutnya adalah mengetik rumus y1 = a1*sin(2*pi*f1*t1) dan
saat di-enter maka masing-masing variabel yang sudah memilki nilai akan terhitung
secara otomatis. Untuk menghasilkan gelombang pada gambar dengan cara mengetikkan
‘plot (t1,y1,“m”)’. Maksud dari “m” di sini adalah untuk memberikan warna magenta
pada sinyal gelombangnya. Setelah di plot maka akan memunculkan gelombang seperti
pada gambar 6.17. Dapat dilihat pada gambar bahwa gelombang dimulai dari 0s dan
akan berakhir di 1s.

Kedua diminta untuk menghasilkan gelombang sine, dengan tegangan sebesar 2


V, frekuensi 500 Hz, dan waktunya 0 hingga 1 detik, dengan frekuensi sampling sebesar
10000. Warna garis gelombang yang diminta adalah green. Cara memuat gelombang
sine dengan cara mengetikkan syntax pada command window yang tertera pada gambar
6.18. Pada syntax untuk tegangan sebesar 1 V mengetikkan ‘a2=2’, untuk frekuensi
mengetikkan ‘f2=500’ dan untuk fs sebesar 10000 Hz mengetikkan ‘fs2=10000’, untuk
waktu mengetikkan ‘t2=0:1/10000:1’, 1/10000 merupakan periode dari fs. Ketika sudah
memasukkan nilai pada variabel, maka langkah selanjutnya adalah mengetik rumus y2
= a2*sin(2*pi*f2*t2) dan saat di enter maka masing-masing variabel yang sudah
memilki nilai akan menghitung otomatis Untuk menghasilkan gelombang pada gambar
dengan cara mengetikkan ‘plot (t2,y12,“g”)’. Maksud dari “g” di sini adalah untuk
memberikan warna hijau pada sinyal gelombangnya. Setelah di plot maka akan
memunculkan gelombang seperti pada gambar 6.19. Dapat dilihat pada gambar bahwa
gelombang dimulai dari 0s dan akan berakhir di 1s.
Pada soal nomor satu diminta plot kedua gelombang tersebut terdapat pada satu
figure seperti gambar 6.21. Untuk menampilkan kedua gelombang pada satu figure
dengan mengetikkan syntax ‘plot (t1, y1, “m”, t2, y2. “g”)’ yang terdapat pada gambar
6.20, pada syntax tersebut variabel t1, y1 dan t2, y2 disatukan, “m” untuk memberikan
warna magenta pada gelombang pertama dan “g” untuk memberikan warna green pada
gelombang kedua. Pada soal nomor satu juga diminta untuk memodifikasi label sumbu
y dan x menjadi Voltage (Volt) dan Time (Second). Untuk menambahkan label pada
sumbu x dengan mengetikkan syntax ‘xlabel (“Time (Second)”)’ dan pada sumbu y
dengan mengetikkan syntax ‘ylabel (“Voltage (Volt)”)’. Dapat dilihat pada gambar 6.21
kedua gelombang sin dan cos, bahwa nilai amplitude gelombang sin merupakan ½ dari
amplitude gelombang cos. Lalu, terdapat perbedaan kerapatan pada kedua gelombang,
hal ini dipengaruhi oleh nilai frekuensi.

Dari soal no 1 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerapatan gelombang dan
banyaknya gelombang setiap detiknya dipengaruhi oleh frekuensi. Jika semakin kecil
frekuensi, maka jarak antar gelombang akan semakin lebar dan gelombang menjadi
semakin sedikit. Dan sebaliknya, jika frekuensi semakin besar maka jarak antar
gelombang akan semakin rapat dan gelombang menjadi semakin banyak.

Pada soal nomor dua membandingkan t yang mulai dari 0 hingga 1 second dengan
t yang mulai dari 0,01 hingga 0,02 second. Syntax untuk nomor 2 sama dengan syntax
pada nomor 1 untuk gelombang sine, hanya saja rentang angka pada waktunya saja
dirubah. Hasil gelombang untuk t dari 0 hingga 1 terdapat pada gambar 6.23 dan untuk
t dari 0,01 hingga 0,02 terdapat pada gambar 6.24. Pada gambar 6.25 terdapat
penggabungan gelombang dengan t yang berbeda, tetapi dapat dilihat bahwa gelombang
yang dihasilkannya sama. Gelombang yang sama ini dikarenakan frekuensi sampling
yang digunakan bernilai sama, yaitu sebesar 10000 Hz. Sehingga walaupun nilai rentang
t berbeda, tetapi amplitudo dan fs bernilai sama. Dua gelombang tersebut bisa terdapat
dalam satu figure dikarenakan variable yang digunakan tidak melebihi nilai variabel
yang telah ditentukan.

Pada soal nomor 3 diminta untuk mengubah frekuensi sampling, pada soal
sebelumnya frekuensi sampling sebesar 10000 Hz dana sekarang yang diminta adalah
sebesar 1000 Hz. Syntax yang diberikan untuk nomor 3 ini sama dengan syntax pada
nomor 1, tetapi nilai fs diubah menjadi 1000 Hz. Hal yang dilakukan pertama adalah
memasukkan nilai yang sama dengan soal no 1 pada masing-masing variabel agar nilai
dapat tersimpan. Lalu, untuk t1 diberi batas awal 0s hingga 1s dengan pengetikan t1 =
0:1/fs1:1. Sedangkan untuk t2 diberi batas awal 0.01s hingga 0.02s dengan pengetikan
t2 = 0.01:1/fs1:0.02.

Selanjutnya, digunakan rumus perhitungan ‘y1 = a1*sin(2*pi*f1*t1)’ dan ‘y2 =


a2*sin(2*pi*f2*tsin2)’. Lalu, untuk menampilkan gelombang sin dengan warna
magenta dengan “m” dan gelombang cos dengan warna hijau “g” yang dimasukkan ke
dalam instruksi plot. Instruksinya adalah ‘plot (t1, y1, “m”, t2, y2, “g”)’ dan
menggunakan label (“Time(second)”) pada sumbu x dan label (“Voltage (Volt)”) pada
sumbu y.

Dengan adanya perubahan nilai fs, gelombang yang dihasilkan bentuknya berbeda.
Dapat dilihat perbandingannya pada gambar 6.27 yaitu hasil gelombang dengan fs=1000
dan gambar 6.21 yaitu hasil gelombang dengan fs=10000. Gelombang per sekian
detiknya terlihat lebih banyak saat menggunakan fs sebesar 10000 daripada gelombang
menggunakan fs sebesar 1000.

Pada gambar 6.27 gelombang sinus tidak terbaca sedangkan pada gambar 6.21
gelombang sinus terbaca. Hal ini karena menurut teknik Sampling Nyquist oleh Nyquist,
bahwa untuk mendapatkan sinyal sampling yang bebas dari kesalahan atau aliasing,
maka frekuensi sinyal sample paling sedikit adalah 2 kali frekuensi sinyal. Apabila
kriteria Nyquist tidak dipenuhi maka akan timbul efek. Disebut aliasing karena frekuensi
tertentu terlihat sebagai frekuensi yang lain (menjadi alias dari frekuensi lain).

Gelombang sinus (berwarna magenta) memiliki nilai frekuensi sebesar 1000Hz.


Sedangkan nilai frekuensi sampling yang digunakan untuk percobaan adalah sebesar
1000Hz. Maka, gelombang tidak akan muncul atau terbaca karena tidak memenuhi
persyaratan “frekuensi sampling paling sedikit 2 kali dari frekuensi sinyal”. Jadi,
setidaknya nilai fs harus melebihi 1000x2 yaitu sebesar 2000Hz agar gelombang tersebut
dapat terlihat atau terbaca.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan software
Octave, telah mendapatkan data dan analisis dari hasil praktikum dan dapat disimpulkan
bahwa perubahan nilai frekuensi akan mempengaruhi kerapatan gelombang dan
banyaknya gelombang dalam setiap detiknya.

Frekuensi sampling (fs) minimum adalah 2 kali frekuensi sinyal analog yang akan
dikonversi, minimum 2 kali frekuensi sinyal agar sinyal sampling yang didapatkan bebas
dari kesalahan. Hal ini merupakan bagian dari teknik sampling Nyquist.

Instruksi plot (x, y) untuk menampilkan gambar sinyal gelombang. Jika sinyal
gelombang ingin diberikan warna maka dapat menambah variabel warna. Contohnya
adalah “m” untuk warna magenta. Jika ingin memberi label pada sumbu x dan sumbu y
dapat menggunakan instruksi xlabel (nama label) dan ylabel (nama label).

IX. Daftar Pustaka


[1] M. Oka Widyantara and I. G. A. K. Diafari Djuni, "BUKU MODUL/PETUNJUK
PRAKTIKUM TEK156221 PRAKTIKUM PENGOLAHAN SINYAL
MULTIMEDIA," 2015. [Online]. Available:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/98e3aee99be5f71dac73a264
813dc768.pdf. [Diakses 26 Maret 2021].

Anda mungkin juga menyukai