Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL


KUANTISASI SINYAL

Disusun oleh :
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 07 April 2021


Tanggal Pengumpulan : 08 April 2021

Instruktur :
Slameta, ST., M.Eng.
Griffani Megiyanto, R., S.ST., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
I. TUJUAN
− Mahasiswa dapat melakukan proses kuantisasi dari sinyal sampling dalam
pengolahan sinyal Analog ke Digital.

II. DASAR TEORI


Kuantisasi merupakan proses konversi sebuah sinyal yang dicuplik menjadi sinyal
digital yang diwakili sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu, proses tersebut yang
dimaksud dengan kuantisasi. Pada proses ini terjadi pembulatan sebuah amplitude sinyal
yang dicuplik ke level yang paling dekat. Jika sampel amplitude terletak dalam range
Xmin - Xmax dan L merupakan level kuantisasi yang digunakan.

Step kuantisasi adalah selisih satu level dengan level terdekat berikutnya.
Kuantisasi memiliki sifat yaitu, apabila step kuantisasi membesar, maka jumlah level
kuantisasi yang dibutuhkan menjadi berkurang, sehingga jumlah bit yang diperlukan
dapat dihemat. Tapi akibatnya error eq(n) rata-rata membesar. Dan sebaliknya, apabila
step kuantisasi mengecil, maka error eq(n) rata-rata membaik (mengecil). Namun
akibatnya jumlah level kuantisasi semakin membesar, sehingga jumlah bit yang
diperlukan menjadi boros.

Gambar 2.1 Kuantisasi Sinyal

Tegangan sinyal input pada skala penuh dibagi menjadi 2n tingkatan. Dimana n
merupakan resolusi bit ADC (jumlah kedudukan tegangan pembanding yang ada).
Untuk n = 3 bit, maka daerah tegangan input pada skala penuh akan dibagi menjadi :
2n = 23 = 8 tingkatan (level tegangan pembanding).
Gambar 2.2 Proses Kuantisasi

Gambar 2.2 adalah contoh proses kuantisasi yang menggunakan empat level. Anda
dapat melihat pada level 4 terdapat empat buah sinyal yang menempati level yang sama,
artinya keempat sinyal tersebut dikelompokkan menjadi level yang sama walaupun
tingginya berbeda. Demikian pula pada level 1. Selisih antara nilai kuantisasi dengan sinyal
sebenarnya disebut kesalahan kuantisasi (error quantization). Maka eq(n) = xq(n) – x(n).

Jarak antara level kuantisasi disebut resolusi. Kuantisasi merupakan proses yang tidak
dapat dibalik sehingga menyebabkan distorsi sinyal yang tidak dapat diperbaiki. Pada
gambar 2.2, untuk mengurangi kesalahan kuantisasi, dengan kata lain agar ADC mempunyai
ketelitian yang tinggi maka resolusi harus ditingkatkan. Memperbanyak level kuantisasi.

III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN


1. 1 buah PC atau laptop multimedia OS Windows
2. Perangkat lunak Octave

IV. SCRIPT OCTAVE


#Kuantisasi
#Untuk menentukan level kuantisasi
N=3;
number_of_levels=2^N;
#untuk menentukan resolution pada setiap levelnya
dynamic_range=2;
resolution=dynamic_range/(number_of_levels-1);
#define nilai pada setiap levelnya
levels=[-1:resolution:1];

#menentukan nilai batas


boundaries=[-1+(resolution/2):resolution:1-(resolution/2)];

#define array unyuk code setiap level


codes=[0:number_of_levels-1];

#define array kosong untuk hasil kuantisasi


quantized_signal=[];

#Proses perhitungan Kuantisasi


for sample=sampled_signal
index=1;
if(sample>=boundaries(end))
quantized_signal(end+1)=levels(end);
else
for boundary=boundaries
if(sample<=boundary)
quantized_signal(end+1)=levels(index);
break;
endif
index=index+1;
endfor
endif
endfor

#melakukan perhitungan kuantisasi error


quantization_error=sampled_signal-quantized_signal;
#melakukan perhitungan mean_square_error
mean_square_error=(quantization_error*quantization_error')/size(quantization_error)(
2)
#menampilkan grafik
figure();
#menampilkan sinyal sampling
stem(n,sampled_signal);
hold on;
#menampilkan sinyal terkuantisasi
stem(n,quantized_signal,'1');
#keterangan h=legend("Blue- Sampled Signal","Red- Quantized Signal");
legend (h, 'location', 'northeastoutside');
set (h, 'fontsize', 9);

V. HASIL DAN ANALISIS


Pada praktikum kuantisasi ini menggunakan software Octave. Dalam praktikum
ini dilakukan proses kuantisasi yang merupakan konversi sinyal kontinu x(n) yang telah
dicuplik menjadi sinyal digital diskrit xq(n) yang diwakili oleh sebuah nilai dengan
jumlah digit tertentu.

Diberikan nilai ncycles sebesar 1, cycles merupakan jumlah gelombang yang akan
ditampilkan. Frekuensi analog yang diberikan sebesar 1Hz maka waktu pada satu
periodanya sebesar 1s. Hal ini dikarenakan frekuensi memiliki rumus f=1/T, sehingga
perioda dapat dihasilkan dengan rumus T=1/f, perioda merupakan waktu yang
diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu panjang gelombang. Frekuensi
sampling yang diberikan sebesar 16 Hz, didapatkan satu perioda gelombang dengan
amplitudo 1 V dalam waktu 1 detik, dan juga untuk frekuensi sampling memiliki rumus
fs=1/Ts, dengan rumus itu maka untuk perioda dapat dihasilkan dengan Ts=1/fs. Untuk
frekuensi sampling sebesar 16 Hz waktu pada satu gelombang adalah sebesar 0.0625 s.
Nilai fs yang diberikan memenuhi teorema Nyquist, yaitu dengan syarat fs>2fin, fs
sebesar 16 Hz dan fin=1 maka fs>2fin. Sehingga tidak akan terjadi aliasing. Selanjutnya
pada praktikum ini diminta untuk mengganti nilai N dengan beberapa nilai yang
ditentukan pada sinyal kuantisasi dan dapat dilihat perbedaannya. Pada gambar sinyal
sampling yang berwarna biru dan sinyal kuantisasi berwarna merah.

1. Coba ubah nilai N menjadi 2,3,4 dan 6. Tampilkan hasilnya dan jelaskan apa
perbedaannnya.

N=2

Gambar 5.1 Hasil gelombang ketika N=2

N=3

Gambar 5.2 Hasil gelombang ketika N=3


N=4

Gambar 5.3 Hasil gelombang ketika N=4

N=6

Gambar 5.4 Hasil gelombang ketika N=6

Analisis:
Dapat dilihat pada gambar terdapat perbedaan jika nilai N diganti. Perbedaannya
terdapat pada selisih sinyal sampling dengan sinyal kuantisasi. Karena pada sinyal
kuantisasi dilakukan pembulatan atau pengelompokan nilai sinyal ke nilai paket
terdekat sehingga akan terdapat selisih atau perubahan level dari hasil sinyal
sampling sebelumnya.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah dengan nilai N sebesar 2, untuk
mengetahui nilai level yang sudah terkuantisasi dengan menggunakan rumus 2N
sehingga pada N sebesar 2 terdapat 4 level. Level kuantisasi ini juga dapat dilihat
pada gambar grafiknya. Selanjutnya, pada saat nilai N sebesar 3, berarti terdapat 8
level sinyal terkuantisasi yang didapatkan dari 2 3 yaitu 8. Kemudian untuk nilai N
sebesar 4 dan 6 juga dilakukan hal yang sama, pada N sebesar 4 memiliki 16 dan
pada N sebesar 6 memiliki 48 tingkatan.

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu mengubah nilai sinyal kuantisasi terdapat
perbedaan yang terletak pada selisih nilai sampling dengan sinyal kuantisasi.
Pada gambar 5.1 N =2 sinyal kuantisasi memiliki selisih yang agak besar dengan
sinyal sampling. Saat nilai sinyal kuantisasi (N) semakin diperbesar seperti pada
nilai N sebesar 6, dapat dilihat pada gambar 5.4 bahwa selisih sinyal tidak berbeda
jauh dengan sinyal sampling sehingga sinyalnya mendekati bentuk aslinya. Maka
dapat diketahui bahwa semakin besar nilai N yang diberikan, maka sinyal
kuantisasinya akan semakin bagus dan bentuknya mendekati sinyal sampling.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan quantization error. Bagaimana hasil


quantization error terhadap langkah no 3.
Error quantization merupakan selisih antara nilai kuantisasi dengan sinyal
sebenarnya. Sehingga untuk menghasilkan kesalahan (error) kuantisasi seebsar
eq(n) = xq(n) – x(n) dengan keterangan xq(n) adalah hasil kuantisasi dan x(n) adalah
hasil sampling.

Selanjutnya dalam error quantization dibatasi oleh resolusi - eq(n)


sehingga error quantization tidak akan melebihi setengah dari ukuran
resolusi(Δ)/step kuantisasi. Resolusi ini akan membaik jika level kuantisasi
meningkat dan dynamic range yang merupakan selisih antara nilai maksimum sinyal
dengan nilai minimum sinyalnya mengecil.

Pada percobaan dengan nilai N sebesar 2 step kuantisasi sinyal diskritnya menjadi
membesar, sehingga terdapat selisih yang rentangnya jauh antara sinyal sampling
dengan sinyal kuantisasi, sehingga error quantizationnya sangat mungkin terjadi.
Saat nilai N diberikan sebesar 3 masih terdapat selisih yang jauh antara sinyal
sampling dan sinyal kuantisasinya. Sedangkan pada saat N diperbesar step
kuantisasi sinyal diskritnya mengecil. Pada gambar 5.3 diberikan nilai N sebesar 4,
selisihnya menjadi kecil antara sinyal sampling dengan sinyal kuantisasi, sehingga
kemungkinan terjadi error quantizationnya akan kecil. Dapat diketahui bahwa pada
saat nilai N diberikan sebesar 6 maka kemungkinan untuk terjadinya error
quantizationnya akan sangat kecil. Jika level kuantisasinya meningkat maka jumlah
bit yang diperlukan juga semakin besar.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu sinyal kuantisasi dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai N yang diberikan, maka sinyal kuantisasinya
akan semakin bagus dan bentuknya mendekati sinyal sampling. hal ini karena jika nilai
N yang diberikan besar maka step kuantisasi dan kemungkinan terjadi error quantizing
akan mengecil sehingga dapat memunculkan sinyal diskrit digital yang bagus dan
mendekati sinyal asli. Kemudian jika nilai N diperbesar, maka jumlah bit yang
diperlukan lebih banyak, begitu pun sebaliknya. Selain itu, besarnya error quantization
dibatasi resolusi sehingga error quantization tidak akan melebihi setengah dari ukuran
resolusi/step kuantisasi. Resolusi akan semakin baik jika level kuantisasi meningkat
dan selisih antara nilai maksimum sinyal dengan nilai minimum sinyalnya mengecil.

VII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Oktavianto, Hary “Modul 2 Analog to Digital Converter,” 2007. [Online]. Tersedia:
https://docplayer.info/30422285-Praktikum-pengolahan-sinyal-analog-to-digital-
converter-modul-2.html [Diakses 7 April 2021].

[2] h.-i., n.d. MODUL 2 Codec dan Sampling. [Online]. Tersedia:


http://bima.lecturer.pens.ac.id/materi%20praktikum%20dsp/ps2_codec_sampling.
pdf [Diakses 7 April 2021].

[3] S. P., n.d. Kuantisasi. [Online]. Tersedia:


https://www.slideshare.net/simonpatabang/8-kuantisasi-76848502 [Diakses 7 April
2021].

Anda mungkin juga menyukai