Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM SINYAL SISTEM

“PEMBANGKITKAN SINYAL DISKRIT”

DISUSUN OLEH :
NAMA : FADILAH ALKHALIMATU ROFIQOH
NRP : 2220500043
KELAS : 2 D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK ELKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2022
MODUL II
PEMBANGKITKAN SINYAL DISKRIT

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat membangkitkan beberapa
jenis sinyal diskrit yang banyak digunakan dalam analisa Sinyal dan Sistem.

II. DASAR TEORI

2.1 Sinyal Diskrit

Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada sejumlah
nilai x, dimana nilai yang ke-x pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:

x = {x(n)}; −∞ < n < ∞ (1)


Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan (1) biasanya tidak
disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (1)
Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan bahwa x(n)
hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara
sederhana bukan merupakan bilangan selain integer dari n.

Gambar 1. Penggambaran secara grafis dari sebuah sinyal waktu diskrit

Sinyal waktu diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar seperti berikut :


• Sekuen Impulse
• Sekuan Step
• Sinusoida Diskrit
• Sekuen Konstan
• Sekuen Rectangular (persegi)
1. Sekuen Impuls

Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan nilai :

(2)
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system dengan
fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya disebut dengan
impuls diskrit (diecrete-time impuls), atau disingkat impuls (impulse).
Secara grafik, fungsi impuls dapat ditunjukkan seperti gambar 2.

Gambar 2. Sinyal impuls

2. Sekuen Step

Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai nilai :

(3)
Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai :

(4)
Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai :

δ(n) = u(n) − u(n− 1) (5)

0 n

Gambar 3. Sekuen Step


3. Sinus Diskrit

Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk an, dimana a adalah nilai real.
Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk Asin(ωon + φ).

Gambar 4. Sinyal sinus diskrit

Deret y(n) dinyatakan berkala (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N)
untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω 0 hanya pada saat nilai real ini
berupa bilangan integer. Parameter ω 0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal
atau eksponensial kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat
dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0 < 2π (atau -π
< ω0 < π) karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks didapatkan dari nilai ω0
yang bervariasi dalam jangkauan 2πk <ω0< 2π(k+1) identik untuk semua k sehingga
didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 < ω0 < 2π.

4. Sekuen Konstan
Sinyal ini dihasilkan dari sampling sinyal waktu kontinyu yang nilainya konstan, dan
direpresentasikan berupa deretan pulsa-pulsa bernilai sama mulai dari negatif tak
berhingga sampai dengan positif tak berhingga. Gambaran matematis untuk sinyal ini
adalah seperti berikut :
f(nT) = 1 untuk semua nilai n (7)
Gambar 5. Sekuen konstan dengan nilai 1

5. Sekuen Rectangular (persegi)

Sebuah fungsi pulsa rectangular waktu diskrit pL[n] dengan panjang L dapat didefinisikan
sebagai berikut :

(8)

Gambar 6. Sekuen rectangular


III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN

- 1 (satu) buah PC lengkap sound card dan OS Windows


- 1 (satu) disket 3.5 yang berisi perangkat lunak aplikasi MATLAB.
IV. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step

Disini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita
mulai dengan membangkitkan sebuah sekuen unit step. Sesuai dengan namanya, unit step
berarti nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.

1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:


%File Name: sd_1.m
%Pembangkitan Sekuen Step
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Panjang Sekuen (=5) =' ) for
n=1:L if (n>=P) step(n)=1;
else
step(n)=0;
end end
x=1:L;
stem(x,step)

Hasil pembangkitan sekuen step seperti terlihat pada gambar 7.

2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara me-run program anda dan masukan nilai
untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda yaitu L=40, P= 15 ; L=40,
P=25 ; L=40, P=35 . Plot hasil percobaan anda pada 1 figure dan catat apa yang terjadi?

4.2 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu
ikuti langkah berikut ini

1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.


%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )
for n=1:L if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end end x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
Hasil pembangkitan sekuen pulsa dapat dilihat pada gambar 8

Gambar 7. Pembangkitan sinyal sekuen step

Gambar 8. Pembangkitan sinyal sekuen pulsa


2. Jalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-ubah
sebagai berikut L=40, P= 15 ; L=40, P=25 ; L=40, P=35, perhatikan apa yang terjadi?
Catat apa yang anda lihat.

4.3 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat
dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah berikut
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%File Name: Sd_4.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2); stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

Gambar 9. Pembangkitan sinyal sinus diskrit

2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 40, 60 dan 80. Plot hasil
percobaan anda pada 1 figure dan catat apa yang terjadi ?
4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan
Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu
ikuti langkah berikut ini
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =' )
sekuen(1:L)=1; % Besar Amlitudo
stem(sekuen) xlabel(‘Jumlah Sekuen
(n)’) ylabel(‘Amplitudo sekuen’)
title(‘Sinyal Sekuen Konstan’)

Hasil pembangkitan sekuen pulsa dapat dilihat pada gambar 10

Gambar 10. Pembangkitan sinyal sekuen konstan


5. DATA DAN ANALISA

Anda telah melakukan berbagai langkah untuk percobaan pembangkitan sinyal diskrit
Yang harus anda lakukan adalah:
1. Jawab setiap pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas.
➔ Hasil Percobaan :
1) Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step
➢ Program
➢ Hasil pembangkitan sinyal sekuen step
2) Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
➢ Program
➢ Hasil pembangkitan sinyal sekuen pulsa
3) Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
➢ Program

➢ Hasil pembentukan sinyal sinus waktu diskrit


4) Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan
➢ Program

➢ Hasil pembangkitan sinyal sekuen konstan


2. Coba anda buat program pada m-file untuk membangkitkan sebuah sinyal sekuen
rectanguler (persegi) yang berada pada posisi 1-4 , 2-6, 4-8 dan 6-10 dengan
amplitudo sebesar 5. Plot hasil perconaan dalam 1 figure. Beri komentar bagaimana
pengaruh perubahan posisi sinyal rectanguler yang telah anda coba?
➢ Program
➢ Hasil pembangkitan sebuah sinyal sekuen rectanguler (persegi)
ANALISA
Pada percobaan sekuen step akan terjadi perubahan panjang sekuen yang akan
mempengaruhi hasil dari pembangkitan sinyal sekuen step. Saat dilakukan pembangkitan
sinyal sekuen step dengan panjang gelombang 40 dan panjang sekuennya 5, 15, 25, dan 35
yang akan mengakibatkan gelombang yang berbeda. Semakin kecil nilai panjang sekuen
maka semakin rapat gelombang yang dihasilkan.
Pada percobaan sekuen pulsa akan terjadi perubahan panjang sekuen yang akan
mempengaruhi hasil dari pembangkitan sinyal sekuen pulsa. Saat dilakukan
pembangkitkan sinyal waktu diskrit sekuen pulsa dengan panjang gelombang 40 dan
panjang sekuen 5, 15, 25 dan 35, maka pada pembangkitan sekuen pulsa nilai panjang
sekuen berbeda-beda namun nilai panjang gelombang sama yaitu 40. Hal ini berbeda
dengan pembangkitan sekuen step.
Pada percobaan sekuen sinus diskrit akan menghasilkan perubahan frekuensi
sampling yang dapat mempengaruhi hasil dari pembentukan sinyal sinus waktu diskrit.
Saat melakukan pembentukan sinyal sinus waktu diskrit dengan amplitude 1 dan frekuensi
sampling yang berbeda-beda yaitu 20, 40, 60 dan 80, akan terjadi perubahan dan terlihat
bahwa semakin besar nilai frekuensi sampling yang dimasukkan akan membentuk
pola gelombang sinus yang semakin sempurna.
Pada percobaan sekuen konstan apabila nilai panjang gelombang yang dimasukkan
20 sinyal yang terbentuk adalah sinyal sempurna yang memiliki amplitude 1 untuk Panjang
sekuen mulai dari 0 hingga 20. Dengan demikian tidak ada amplitude sekuen 0, karena
sesuai dengan namanya sekuen konstan maka nilai amplitude yang dihasilkan semuanya
konstan bernilai 1, tidak ada yang naik maupun turun.
Pada m-file untuk membangkitkan sebuah sinyal sekuen rectanguler (persegi) yang
berada pada posisi 1-4 , 2-6, 4-8 dan 6-10 dengan amplitudo sebesar 5, dimana nilai panjang
gelombang adalah 10. Hasil dari pembangkitan sebuah sinyal sekuen rectanguler (persegi)
jika gelombang tidak berada pada posisi yang diinginkan maka nilai gelombangnya 0,
namun jika pada posisi yang diinputkan gelombang yang terbentuk adalah 5, maka akan
terlihat pada posisi 1-4 dengan perintah if (n>=1&n<=4) bernilai 1 atau amplitudo 5
ditunjukkan oleh perintah step(n)=5 dan else nya yaitu 0.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dan analisa yang didapat maka dapat
disimpulkan bahwa sinyal diskrit merupakan sinyal yang tidak ada setiap saat, dimana
nilainya hanya ada pada waktu kelipatan waktu sampling, yang terdapat dari fungsi dasar
sinyal seperti sekuen konstan, sekuen impulse, unit step, sekuen rectanguler(persegi) dan
sinusoida diskrit. Pada percobaan sekuen step dari hasil yang didapat, dapat diketahui
bahwa semakin kecil nilai panjang sekuen maka semakin rapat gelombang yang dihasilkan.
Pada percobaan pembangkitan sekuen pulsa maka dapat diketahui bahwa nilai panjang
sekuen akan berbeda-beda namun nilai panjang gelombang sama yaitu 40. Pada percobaan
sekuen sinus diskrit akan menghasilkan perubahan frekuensi sampling yang dapat
mempengaruhi hasil dari pembentukan sinyal sinus waktu diskrit, maka akan terjadi
perubahan dan terlihat bahwa semakin besar nilai frekuensi sampling semakin rapat
sinyal yang akan dihasilkan. Pada percobaan sinyal sekuen konstan, maka sinyal yang
terbentuk adalah sinyal sempurna yang memiliki amplitude 1 dengan demikian tidak ada
amplitude sekuen 0, jadi nilai amplitude yang dihasilkan semuanya konstan bernilai 1, tidak
ada yang naik maupun turun.

Anda mungkin juga menyukai