Anda di halaman 1dari 3

1

Sampling, Kuantisasi, dan Coding,


Waveform Representation of Binary Digits
Doni Apriawan∗ , Febrian Nugroho Wisnu Santoso, Muhammad Ihsannuddin, and Yohanes Bonatua Sidabalok
Teknik Elektro, Institut Teknologi Sumatera Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung 35365
∗ Corresponding Author Email: doni.119130057@student.itera.ac.id

Abstract—Proses ADC memerlukan tiga proses yaitu Sam-


pling, Kuantisasi, dan Coding. Proses sampling (pencuplikan)
merupakan perubahan sinyal waktu kontinu Xa(t) menjadi sinyal
waktu diskrit X[n]. Proses kuantisasi mengubah sinyal waktu
diskrit X(n) menjadi sinyal diskrit valued Xq(n). Dalam proses
kuantisasi terdapat step kuantisasi (resolusi, ). Semakin kecil
nilai resolusi maka hasil kuantisasi akan semakin mendekati nilai
sinyal aslinya. Proses pengkodean merupakan pengubahan nilai
hasil kuantisasi menjadi nilai digital dalam satuan bit. Proses
pengkodean sampel kuantitasi harus memenuhi syarat 2b ¿= L.
Index Terms—ADC, Sampling, Kuantisasi, Pengkodean
Fig. 1: Proses Analog to Digital Converter

A. Sampling (Pencuplikan)
I. P ENDAHULUAN
Proses sampling (pencuplikan) merupakan perubahan sinyal
waktu kontinu Xa(t) menjadi sinyal waktu diskrit X[n]. Proses
D I dunia nyata, sinyal Analog yang berasal dari berbagai
sumber dan sensor yang mengukur suara cahaya,
gerakan dan suhu akan terus berubah nilai (kontinu) sehingga
awal sampling yaitu sinyal waktu kontinu (sinyal analog)
Xa(t) disampling menggunakan sampler yang berupa saklar
elektronik. Proses on/off saklar elektronik tersebut dilakukan
memberikan nilai yang berbeda dalam jumlah yang tak
setiap waktu tertentu / waktu sampling (Ts). Konsep dasar
terbatas. Sedangkan rangkaian Digital di sisi lain bekerja
proses sampling tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
dengan sinyal Biner yang hanya memiliki dua kondisi diskrit
yaitu logika 0 (rendah) dan logika 1 (tinggi). Oleh karena
itu, diperlukan sebuah rangkaian elektronika yang dapat
mengubah dua domain yang berbeda dari sinyal analog
yang kontinu menjadi sinyal digital yang diskrit. Rangkaian
inilah yang kita sebut dengan Analog to Digital Converter
(ADC) atau Konverter Analog ke Digital, Perangkat yang Fig. 2: Ilustrasi Proses Sampling
menjadi perantara untuk mengubah sinyal analog menjadi
sinyal Digital agar dimengerti oleh mikrokontroler dan Sinyal waktu kontinu yang akan disampling menggunakan
mikroprosesor. sampler ditunjukkan dalam gambar.

II. TEORI DASAR

Analog to Digital Converter (ADC) digunakan untuk


mengubah suatu sinyal analog Xa (t) menjadi suatu sinyal
digital. Keluaran dari ADC adalah berupa kode biner .
Fig. 3: Perubahan sinyal (a) sinyal waktu kontinu, (b) sinyal
kode biner tersebut nilainya akan bersesuaian dengan level
waktu diskrit
kuantisasi dari sinyal analog yang telah dicuplik pada suatu
waktu tertentu / waktu sampling (Ts). Pada ADC terdapat tiga Pada gambar diatas menunjukkan semakin kecil waktu sam-
proses, yaitu proses sapling (pencuplikan), proses quantization pling (Ts) yang digunkan oleh sampler, maka sinyal waktu
(kuantisasi) dan proses coding (pengkodean) seperti yang diskrit yang dihasilkan akan semakin menyerupai sinyal waktu
ditunjukkan pada gambar berikut[1]: kontinunya. Pada proses sampling dapat terjadi efek alias-
ing. Aliasing menyebabkan sinyal dengan frekuensi informasi
2

berbeda memiliki hasil sampling yang sama (atau alias dari


satu sama lain). Untuk mencegah adanya aliasing maka besar
minimal frekuensi sampling yang digunakan adalah 2 kali
frekuensi informasi terbesar. Hal ini sesuai dengan teorema
Nyquist yang berupa persamaan berikut.

Fs ≥ 2Fmaks (SinyalInf ormasi)[1]

Fig. 5: Ilustrasi proses pemotongan

TABLE II: Ilustrasi proses pemotongan


B. Proses Quantization (Kunatisasi)
n x(n) Cara Pemotongan
Xq(n) /eq(n)/
Proses kuantisasi mengubah sinyal waktu diskrit X(n) 0 0.40 0.40 0.00
menjadi sinyal diskrit valued Xq(n). Persamaan matematis 1 0.34 0.30 0.04
2 0.30 0.30 0.00
kuantisasi adalah sebagai berikut:
3 0.26 0.20 0.06
X4[n] = Q[x[n]] 4 0.22 0.20 0.02
Dimana: 5 0.19 0.10 0.09
Q = Proses kuantisasi 6 0.18 0.10 0.08
7 0.15 0.10 0.05
Xq[n] = Sinyal hasil kuantisasi (discrete valued) 8 0.14 0.10 0.04
Error kuantisasi, eq(n), dapat dihitung dengan persamaan Rata-rata 0.042
berikut.
eq[n] = Xq[n] − x[n]
Dalam proses kuantisasi terdapat step kuantisasi (resolusi,
Terdapat dua cara dalam dalam proses kuantisasi yaitu
). Semakin kecil nilai resolusi maka hasil kuantisasi akan
menggunakan cara pembulatan / rounding atau pemotongan /
semakin mendekati nilai sinyal aslinya. Persamaan resolusi
truncation. Pembulatan yaitu dengan mengubah ke bilangan
adalah sebagai berikut.
terdekatnya. Ilustrasi proses pembulatan dapat dilihat dalam
Xmax Xmin
Gambar 4 dan Tabel 1. sedangkan, cara pemotongan D= L−1
yaitu dengan mengubah ke bilangan terkecilnya. Ilustrasi
Dimana :
proses pemotongan dapat dilihat dalam Gambar 5 dan Tabel 2.
L = jumlah level kuantisasi
Xmax = sinyal waktu diskrit maksimum
Xmin = sinyal waktu diskrit minimum
Syarat error eq (n) adalah batas toleransi selisih hasil
kuantisasi dengan sinyal aslinya. Persamaan error adalah
sebagai berikut[1]:

−D
2 ≤ eq (n) ≤
D
2

C. Coding (Pengkodean)
Fig. 4: Ilustrasi proses pembulatan
Proses pengkodean merupakan pengubahan nilai hasil kuan-
tisasi menjadi nilai digital dalam satuan bit. Proses pengkodean
sampel kuantitasi harus memenuhi syarat sebagai berikut:
TABLE I: Ilustrasi proses pembulatan
2b ≥ L
n x(n) Cara Pembulatan
Xq(n) /eq(n)/ Dimana nilai level kuantisasi (L) dihitung sebagai berikut:
0 0.40 0.40 0.00
2A
1 0.34 0.30 0.04 L= ∆ +1
2 0.30 0.30 0.00
3 0.26 0.30 0.04 b = jumlah bit
4 0.22 0.20 0.02 L = jumlah level kuantisasi
5 0.19 0.20 0.01 A = Amplitudo sinyal
6 0.18 0.20 0.02
7 0.15 0.20 0.05 2A = Rentang dinamis, 2A =Xmax − Xmin
8 0.14 0.10 0.04 ∆ = Step kuantisasi/resolusi[1]
Rata-rata 0.024
Pengkodean adalah suatu teknik yang dilakukan untuk
memberikan penegasan kepada proses yang terlibat transmisi
3

data. Dan dalam proses tersebut perlu untuk diperhatikan R EFERENCES


segala fasilitas komunikasi dan media yang tersedia. [1] H. Fitriyah and E. R. Widasari, Dasar-Dasar Komputasi Sinyal Digital
Pengkodean juga merupakan suatu sistem yang bertujuan dan Contoh Aplikasinya Menggunakan MATLAB. Universitas Brawijaya
untuk menjadikan setiap karakter pada sebuah informasi Press, 2017.
[2] D. Aldo, S. Kom, M. Kom, S. Ardi, and M. Kom, Pengantar Teknologi
digital yaitu ke dalam bentuk untuk bisa ditransmisikan. Informasi. Insan Cendekia Mandiri, 2020.
Berikut ini adalah macam-macam kode yang digunakan
dalam omunikasi data.
1) BCD (Binary Coded Decimal): BCD merupakan kode
biner yang digunakan untuk hanya mewakili nilai digit
decimal dari 0-9. BCD menggunakan kombinasi 4 bit l,
sehingga ada 16 kombinasi yang bisa di peroleh dan hanya 10
kombinasi yang bisa digunakan. BCD tidak dapat mewakili
huruf atau simbol karakter khusus, sehingga jarang digunakan
untuk komputer dan tranmisi data sekarang.

2) SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal Interchange


Code): SBCDIC merupakan kode biner yang dikembangkan
dari BCD. SBCDIC menggunakan kombinasi 6 bit sehingga
lebih banyak kombinasi yang dihasilkan, ayitu 64 kombinasi
kode. Ada 10 kode untuk digit angka dan 26 kode untuk
alphabet dan sisanya untuk karakter khusus tertentu. SBCDIC
digunakan pada komputer generasi kedua.

3) EBCDIC (Extended Binary Code Decimal for


Information Interchange): Kode ini disusun dari kombinasi
8 buah digit binary ditambah dengan satu digit parity check.
Mulai digunakan pada komputer generasi ketiga. Maksimal
terbentuk 2 pangkat 8 sama dengan 256 kombinasi simbol.
Menyatakan karateristik A-Z , 0-9 dan special karakter.

4) ASCII (American Standard Code For Information


Interchange): Pengkodean ini dikembangkan oleh American
National Standars Institute (ANSI) untuk tujuan membuat
kode binary yang standar. Kode ASCII ini menggunakan
kombinasi 7 bit. Terdapat 3 seksi ASCII yaitu Kode sistem tak
terlacak (antara 0-31), ASCII lebih rendah (antara 32-137),
dan ASCII lebih tinggi (antara 128-255).

5) Kode 5 Bit (Kode BAUDOT): Karena kode ini terdiri dari


5 bit, maka hanya terdiri atas 25 atau 32 kombinasi dengan
kode huruf dan gambar yang berbeda. Jika kode ini dikirim
menggunakan kode serial tak sinkron, maka untuk pulsa stop
bit-nya pada umumnya memiliki lebar 1,5 bit[2]

III. KESIMPULAN

Terdapat tiga proses pada ADC yaitu prosees sampling


dimana perubahan sinyal waktu kontinu menjadi sinyal waktu
diskrit. Proses kuantisasi yaitu berkebalikan dengan proses
sampling dimana perubahan sinyal waktu diskrit menjadi
sinyal waktu kontinu. Serta terdapat coding atau pengkodean
dimana proses pengkodean merupakan pengubahan nilai hasil
kuantisasi menjadi nilai digital dalam satuan bit. Output yang
didapatkan dari ketiga proses diatas adalah berupa kode biner.
Kode biner tersebut akan bersesuaian dengan level kuantisasi
dari sinyal analog yang telah cuplik pada suatu waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai