Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN OP-AMP

Disusun Oleh :
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 14 Januari 2021


Tanggal Pengumpulan : 21 Januari 2021

Ridwan Solihin, DUTech., SST., MT


Taviv Sutisna, DUTech., S.T

Program Studi D3-Teknik Telekomunikasi


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
2010
I. Tujuan
Untuk mengenal dan memahami prinsip kerja penggunaan konfigurasi OP-
AMP, dan dapat membuat rangkaian dengan menggunakan OP-AMP sebagai
inverting dan non-inverting.

II. Landasan Teori

Operational Amplifier atau biasa disingkat Op – Amp, adalah sebuah penguat


differensial dengan penguatan sangat tinggi dengan impedansi input yang tinggi dan
dengan impedansi output yang rendah. Sebuah Op – Amp terdiri dari sejumlah
tingkatan penguat differensial untuk mencapai penguatan tegangan yang tinggi. Jenis
Op – Amp 741 sangat dikenal secara umum dalam penggunaan penguat, tapis aktif,
aplikasi sensing dan lain sebagainya. Skema dasar dan wujud dari jenis penguat
operasional (Operational Amplifier, Op – Amp) ini ditunjukkan pada gambar
berikut:

Gambar (1. a) menunjukkan sebuah op – amp dasar dengan dua input dan
satu output. Setiap masukan menghasilkan satu polaritas atau fase yang berlawanan
dengan outputnya, bergantung pada sinyal input yang diterapkan apakah pada input
positif (+) atau negatif (-). Umumnya Op – Amp memerlukan pencatuan daya ganda
positf (+VCC) – ground – negatif (- VCC). Terdapat dua terminal pada bagian
input, yaitu terminal input membalik (Inverting) dan terminal input tak membalik
(Non – Inverting). Sebuah Op – Amp ideal memiliki karakteristik berikut.
 Penguatan tegangan rangkaian terbuka Av,OL sangat tinggi dan idealnya tak
berhingga.
 Resistansi intrinsik input ri, diukur antara terminal input inverting dan terminal
input noninverting adalah tinggi dan idealnya tak berhingga.
 Resistansi intrinsik output ro, dengan melihat dari bagian terminal output,
adalah sangat rendah dan idealnya mencapai nol.

Rangkaian Dasar Op – Amp : Penguat Membalik (Inverting Amplifier)

Rangkaian penguat membalik ditunjukkan pada Gambar 2 beserta dengan


rangkaian setaranya.

Rangkaian penguat membalik pada Gambar 2(a), terminal input noninverting (+)
dihubungkan dengan ground. Sebuah resistor R1 menghubungkan sinyal masukan
dengan terminal input inverting. Sebuah resistor umpan balik (feedback) Rf
dihubungkan dari terminal output ke terminal input inverting. Jika diasumsikan Op
– Amp adalah ideal, besar Vi adalah nol dan resistansi input intrinsik ri tak
berhingga (rangkaian terbuka) sehingga arus input Ii juga nol seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2(b). Titik penjumlahan, yaitu titik A, idealnya berada
pada titik potensial gorund. Beda potensial pada (R1 + Rf) adalah (Vin + Vout) dan
arus I mengalir dari terminal input ke terminal output dan masuk ke Op – Amp.
dengan asusmsi di atas, diperoleh persamaan untuk penguatan penguat inverting
sebagai berikut : 
Dengan memperhatikan lagi Gambar 4.2(a), dapat dikatakan bahwa Vin
menghasilkan sebuah arus I dalam R1. Arus ini mengalir berlanjut melalui Rf dan
menghasilkan beda potensial Vout yang sama dengan IRf . Jika logika ini dibalik,
dapat dikatakan bahwa Vout menghasilkan sebuah arus I yang mengalir melalui Rf
dan menghasilkan beda potensial pada R1 yang sama dengan Vin. Dengan
demikian, tegangan output menghasilkan sebuah arus umpan balik (feedback).

Penguat Tak Membalik (Non – Inverting Amplifier)

Rangakaian pada Gambar 4.3a menunjukkan sebuah rangkaian Op – Amp


yang bekerja sebagai penguat tak membalik (non – inverting amplifier) atau pelipat
tegangan konstan.

Dengan melakukan penyelidikan pada rangkaian, terlihat bahwa polaritas Vout


sama dengan polaritas Vin, dengan demikian Vout sefase dengan Vin. Untuk
menentukan penguatan tegangan rangkaian, dapat digunakan rangkaian setara pada
Gambar 5.3b. Perhatikan bahwa beda potensial pada ujung-ujung R1 adalah Vin
selama Vi = 0, ini haruslah sama dengan tegangan output. Jika Vi adalah selisih
antara dua tegangan input Vin dan IR1, diperoleh :

maka diperoleh penguatan tegangan yang dihasilkan oleh penguat non inverting :

III. Alat dan Komponen yang Digunakan


1. Power Supply
2. Osiloskop
3. Voltmeter
4. Resistor
5. Kapasitor
6. Bode Plotter
7. IC 741/LM741

IV. Langkah Kerja


1. Buat rangkaian seperti pada gambar.
2. Ukur tegangan menggunakan voltmeter.
3. Amati dan catat hasilnya.

V. Gambar Rangkaian
1. Summing Op-Amp

2. Op-Amp DC Voltmeter

3. Low-Pass Active Filter


4. High-Pass Active Filter

5. Second-Order High-Pass Active Filter

6. Band-Pass Active Filter


VI. Hasil Simulasi Rangkaian
1. Summing Op-Amp

2. Op-Amp DC Voltmeter
3. Low-Pass Active Filter
4. High-Pass Active Filter
5. Second-Order High-Pass Active Filter

6. Band-Pass Active Filter

VII. Data Hasil Percobaan

Rangkaian Tegangan yang terukur (V)


Summing OP-AMP -13.99
OP-AMP DC Voltmeter -4.930
Low Pass Active Filter Vin : 2 Vpp
Vout : 4 Vpp
Av : 2 kali
High Pass Active Filter Vin : 2 Vpp
Vout : 3 Vpp
Av : 1,5 kali

VIII. Analisis
Praktikum yang telah dilakukan yaitu membuat rangkaian operational
amplifier atau OP-AMP dan didapatkan data hasil percobaan seperti pada tabel di
atas. Pada praktikum kali ini, dibuat 6 rangkaian yang berbeda yaitu Summing
amplifier, Op-amp dc voltmeter, Low-pass active filter, High-pass active filter,
Second-order high-pass active filter, Bandpass active filter. Untuk membuat keenam
rangkaian tersebut, digunakan IC analog yang memiliki 5 kaki, yaitu IC 741, karena
pada simulasi electronic workbench jika menggunakan IC 3 kaki yaitu LM741 maka
tegangan yang terukur akan error.

Pada percobaan pertama yaitu membuat rangkaian Summing amplifier dengan


tiga resistor input berturut turut sebesar 20 KΩ, 50KΩ, dan 10K. Juga diberikan
resistor umpan balik atau Rf sebesar 100KΩ, diberikan input V1 sebesar +2V, input
V2 sebesar sebesar -3V, dan input V3 sebesar +1V, dan juga Vs sebesar 20V,
tegangan yang terukur adalah sebesar 13,99V. Hasil ini menunjukkan persamaan
antara tegangan yang terukur dengan hasil perhitungan. Pada percobaan kedua yaitu
membuat rangkaian Op-amp dc voltmeter dengan menggunakan tegangan sumber
sebesar +1dan -15V, 1 V1 sebesar 5V, R1 sebesar 1MΩ, Rs sebesar 10KΩ, dan Rf
1MΩ, tegangan output yang terukur adalah sebesar 4,930V hampir sama dengan di
teori yaitu sebesar 4,920 V.

Pada percobaan ketiga membuat rangkaian Low Pass Active Filter dengan
menggunakan osiloskop dan juga bodeplote, diberikan R1 10KΩ, C1 sebesar 0,1 µF,
RG sebesar 10KΩ, dan Rf 100KΩ, V+ dan V- sebesar ±10V, V1 sebesar 1V,
didapatkan tegangan yang terukur adalah Vin sebesar 2Vp-p dan Vo sebesar 4Vp-p,
sehingga penguatan sebesar 2 kali. Untuk mengukur bandwidth dengan
menggunakan bode plotter, F vertikal diatur sebesar 30 dB dan L vertical sebesar 0
dB, sedangkan F horizontal sebesar 100 Khz dan L horizontal sebesar 1 mHz. Avmid
diperoleh dengan cara menggeserkan garis di bode plotter ke tengah sehingga
diperoleh hasil 20,83 dB. Avo diperoleh dengan cara Avmid dikurangi 3dB atau
20,83dB - 3dB sehingga hasilnya sebesar 17,83dB. Sedangkan F H sebesar 154,2 Hz,
FH yang dihasilkan sangat dekan dengan perhitungan menggunakan rumus yaitu fH =
1/(2πR1C1) = 1/(2π · 10KΩ · 0.01 µF) yaitu sebesar 159 Hz.

Pada percobaan keempat yaitu membuat rangkaian High Pass Active Filter
Filter dengan menggunakan osiloskop dan juga bodeplote, diberikan R1 18KΩ, C1
sebesar 0,003 µF, RG sebesar 50KΩ, dan Rf 50KΩ, V+ dan V- sebesar ±10V, V1
sebesar 1V, didapatkan tegangan yang terukur adalah Vin sebesar 2Vp-p dan Vo
sebesar 3Vp-p, sehingga penguatan sebesar 1,5 kali. Untuk mengukur bandwidth
dengan menggunakan bode plotter, F vertikal diatur sebesar 10 dB dan L vertical
sebesar 0 dB, sedangkan F horizontal sebesar 100 Khz dan L horizontal sebesar 1
KHz. Avmid diperoleh dengan cara menggeserkan garis di bode plotter ke tengah
sehingga diperoleh hasil 5,975 dB. Avo diperoleh dengan cara Avmid dikurangi 3dB
atau 5,975 dB - 3dB sehingga hasilnya sebesar 3,975 dB. Sedangkan F L sebesar
2,920 kHz, FL yang dihasilkan sangat dekan dengan perhitungan menggunakan
rumus yaitu fL = 1/(2πR1C1) = 1/(2π · 18KΩ · 0.003 µF) yaitu sebesar 2,95 kHz.

IX. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Fungsi setiap kaki IC Op-Amp adalah suatu penguat dengan penguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua masukan dan satu
keluaran. Dan pada penguat membalik (inverting) merupakan penguat sinyal
dimana sinyal outputnya berbeda fasa 180º dengan sinyal inputnya, sedangkan
penguat tak membalik (non inverting) adalah penguat sinyal dimana sinyal
otuputnya sefasa dengan sinyal inputnya.
2. Adapun cara menghitung penguatan inverting maupun non inverting dapat
ditentukan berdasarkan persamaan, Av = -Rf / R1 dan Av = 1 + Rf / R1.
3. Cara menghitung fH dan fL menggunakan rumus fH = 1/(2πR1C1) dan fL = 1/(2
πR1C1
4. Dalam analisis penguatan IC dalam hal ini OP-AMP menggunakan
seperangkatan rangkaian penguat membalik (inverting) dan penguatan tak
membalik (non inverting). Hal ini dilakukan karena analisisnya lebih
sederhana dari model penguatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai