Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA ANALOG

Dosen Pengampu : Yesiana Arimurti, M. Sc

“Karakteristik Dasar OP-AMP ”

Disusun oleh :

Nama : Laily Barokah

NIM : K2318040

Semester / Kelas : III / 2018 B

Nama Asisten : Bianca Zain Salsabila

Rekan Kerja : 1. Farah Yuki

2. Halimatush S.

3. M. Ivan S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
I. JUDUL
Karakteristik Dasar OP-AMP

II. TUJUAN
1. Membuktikan karakteristik OP-AMP sebagai penguat.
2. Mengetahui pengaruh frekuensi terhadap penguatan.

III. DASAR TEORI


Penguat Operasional (OP-AMP) adalah penguat gandeng langsung (direct coupled/dc)
dengan perolehan tinggi yang mempunyai impedans masukan tinggi dan impedans
keluaran rendah. Istilah operasional menunjukkan bahwa penambahan komponen luar yang
sesuai penambahan, pengurangan, perkalian, integrase dan differensial. Pada umumnya
operasi-operasi ini digunakan untuk operasi linear dan terkadang operasi non
linear.(Thomas Sri Widodo:2002)

Op amp secara rangkaian diskrit terdiri banyak komponen ristor, kapasitor,


transistor yang membentuk rangkaian yang menjadi satu kesatuan dalam satu buah IC.
Op amp memiliki 5 terminal/pin: dua terminal untuk suplay daya (power suplay), dua
terminal untuk masukan (input) sinyal, terminal untuk keluaran (output. Symbol daripada
op amp adalah sebuah segitiga sama kaki yang mempunyai 5 terminal (Pujiono:2012)
Op-Amp mempunyai dua tegangan catu yang berlabel +V dan -V yang sama dan
berpolaritas berlawanan. Namun op amp dapat juga digunakan pada tegangan catu
tunggal ke salah satu pin catu, sedangkan pin catu yang lain dilatarkan
(grounded). .(Thomas Sri Widodo:2002)

Diagram Op amp mempunyai untai ekuivalen seperti terlihat pada gambar berikut :

Untuk mempermudah dalam melakukan analisis dan desain rangkaian dengan


menggunakan op amp maka op amp dianggap ideal. Op amp ideal mempunyai sifat sifat
sebagai berikut :

1. Op amp mempunyai penguatan (gain) untaian terbuka (AoL) tak hingga


2. Impedansi masukan (input) tak hingga
3. Impedansi keluaran (output) sama dengan nol
4. Lebar bidang frekuensi (Bandwidth) sama dengan tak hingga
5. Arus bias masukkan (input bias current) sama dengan nol
6. Tegangan offset penyetelan tegangan) pada keluaran (output) sama dengan nol
7. Tegangan selisih masukkan (differential input voltage Ed) sama dengan nol
(Pujiono:2012)

Op-Amp mempunyai 8 kaki yang mana masing-masing kaki mempunyai fungsi


masing-masing.

Penjelasan kaki Op-Amp LM-741, yaitu :


a) Kaki 1 : Offset Null. Kaki ini berfungsi untuk mengontrol offset tegangan untuk
meminimalkan kebocoran, karena OpAmp berjenis differensial.
b) Kaki 2 : Inverting Input.Kaki ini berfungsi sebagai masukan pada OpAmp. Sifat
keluaran dari masukan melalui kaki ini, yaitu fasa sinyal keluaran akan berlawanan
dengan sinyal masukan.
c) Kaki 3 : Non-Inverting Input. Kaki ini berfungsi sebagai masukan pada OpAmp.
Sifat keluaran dari masukan melalui kaki ini, yaitu fasa sinyal keluaran akan berfasa
sama dengan sinyal masukan.
d) Kaki 4 : V negatif. Kaki ini berfungsi sebagai sumber daya tegangan negatif pada
Op-Amp agar dapat bekerja.
e) Kaki 5 : Offset Null. Fungsi kaki ini sama dengan kaki 1.
f) Kaki 6 : Output. Kaki ini berfungsi sebagai keluaran dari Op-Amp.
g) Kaki 7 : V positif. Kaki ini berfungsi sebagaisumber daya tegangan positif.
h) Kaki 8 : Not Connected. Kaki ini befungsi pelengkap kemasan standar
komponen 8-pin. Kaki ini tidak terhubung ke manapun pada rangakaian.
(Nuryanto,2017:43-44)

Dalam penggunaannya Op-Amp dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Penguat linier
Penguat linier merupakan penguat yang tetap mempertahankan bentuk sinyal
masukan, yang termasuk dalam penguat ini antara lain penguat non inverting, penguat
inverting, penjumlah diferensial dan penguat instrumentasi.
2. Penguat tidak linier
Penguat tidak linier merupakan penguat yang bentuk sinyal keluarannya tidak
sama dengan bentuk sinyal masukannya, diantaranya komparator, integrator,
diferensiator, pengubah bentuk gelombang dan pembangkit gelombang. (Nuryanto,
Lilik Eko : 2017)

Disebut penguat inverting karena setiap saat polaritas keluaran selalu


berlawanan dengan polaritas masukannya. Ketika diberi tegangan masukan (+)
maka tegangan keluaran bernilai (-). Tanda (-) memperlihatkan bahwa polaritas Vo
berkebalikan dengan Vin. karakteristik penguatan inverting pada Op Amp adalah
menguatkan tegangan input namun pembalik artinya penguatan yang terjadi nantinya
memiliki nilai tegangan output yang negatif atau berbeda dengan bentuk sinyal
tegangan input, jika ditinjau dari rangkaian ketika melakukan penguatan inverting
maka tegangan input dihubungkan dengan pin inverting pada Op Amp, dan pin
non inverting di groundkan. Penguatan yang tidak sempurna atau tidak semuanya
sesuai dengan perhitungan teori dikarenakan faktor pengaturan nilai resistor
feedback (Rf), dikarenakan saat pengukuran (Rf) yang befungsi sebagai variasi
penguatan, pengukuran dilakukan dalam kondisi Rf masih terhubung dengan
rangkaian meskipun tanpa tegangan yang mengalir. (Aditya dkk, 2017 : 4)

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah penguat yang memiliki


masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan
keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Pada rangkaian non
inverting, bentuk sinyal masukan dan sinyal keluaran adalah sama, hanya
tegangan output yang berbeda dikarenakan mengalami penguatan. Bentuk sinyal
masukan dan keluaran yaitu sinusoidal dikarenakan sumber yang digunakan berasal
dari generator AC. Berdasarkan data yang telah didapatkan, pada penguat non-
inverting dapat dilihat hasil tegangan maupun sinyal input dan output tidak terjadi
pembalikan artinya setelah nilai inputan dikuatkan dari tegangan positif
menghasilkan tegangan positif pula. Penguat Op Amp yang stabil juga dibuat dengan
umpan balik negatif. karakteristik penguatan non inverting pada op amp adalah
menguatkan tegangan input, jika ditinjau dari rangkaian ketika melakukan penguatan
non invering maka tegangan input dihubungkan dengan pin non inverting pada op
amp, dan pin inverting di groundkan. Dan yang perlu diperhatikan agar penguatan
yang terjadi pada Op Amp maksimal maka tegangan yang diberikan pada pin (Vcc +
dan Vcc-) harus diperhitungkan secara teliti agar penguatan yang terjadi maksimal,
dikarenakan Vcc (+ dan -) merupakan batas atau range penguatan, jika penguatan yang
terjadi melebihi batas tegangan Vcc maka yang terjadi yakni pelemahan pada sinyal
keluaran dan tegangan keluaran. (Aditya dkk, 2017 : 3)

Banyak jenis op amp yang oleh produsennya sudah dilengkapi dengan kompenssi
dalam yaitu dengan memasang kapasitor dalam op amp yang biasanya 30 pF. Kapasitor
ini mencegah agar op amp tidak berosilasi pada frekuensi tinggi. osilasi dicegah dengan
menurunkan penguatan (gain) op amp seiring dengan naiknya frekuensi. dari rangkaian
dasar didapatkan bahwa reaktansi sebuah kapasitor adalah turun seiring dengan naiknya
frekuensi (berbanding terbalik). Jika frekuensi naik 10 kali maka gain tegangan turun 10
kali. (Pujiono:2012)

Berikut kurva hubungan besarnya frekuensi dengan penguatan

IV. ALAT DAN BAHAN


No Alat dan Bahan Jumlah Gambar

1 IC OP-AMP 741 1 buah


2 Resistor 2 buah

3 Batu Baterai 1 buah

4 Audio Generator 1 buah

5 Jumper Secukupnya

6 Kabel Buaya 2 buah


7 Photoboard 1 buah

8 Osiloskop 1 buah

9 Multimeter 1 Buah
Analog

V. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Percobaan Pertama : Penguat Inverting
1. Rangkaian dibuat seperti di bawah.

2. Frekuensi diatur dari sinyal generator


3. Keluaran sinyal diamati dari generator dankeluaran Op-amp dengan
menggunakan osiloskop
4. Setiap perubahan frekuensi dicatat dan pengaruhnya terhadap penguatan
5. Nilai penguatannya dicatat dan dibuat kesimpulan
b) Percobaan Kedua : Penguat Non-Inverting
1. Rangkaian dibuat seperti di bawah

2. Frekuensi diatur dari sinyal generator


3. Keluaran sinyal diamati dari generator dan keluaran Op-amp dengan
menggunakan osiloskop
4. Setiap perubahan frekuensi dicatat dan pengaruhnya terhadap penguatan
5. Nilai penguatannya dihitung dan dibuat kesimpulan

VI. SKEMA ALAT


Inverting/Non
No Rangkaian pada saat praktikum Rangakian pada proteus
inverting

1 Inverting

2 Non Inverting
VI. DATA HASIL PERCOBAAN
No Frekuensi Inverting Non-Inverting

1 10 Hz

2 20 Hz

3 30 Hz

4 50 Hz
5 100 Hz

VII. ANALISIS DATA

(1) (2)

Gambar 1 : Hasil Gelombang pada Penguat Inverting

Gambar 2 : Hasil Gelombang pada Penguat Non Inverting

Setelah melakukan praktikum maka didapatkan data hasil percobaan. Data


hasil percobaan tersebut berupa gelombang. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa gambar diatas merupakan hasil gelombang pada penguat inverting
dan non inverting. Hasil yang diperoleh yaitu pada rangkaian inverting terbentuk
gelombang input (berwarna merah) dan gelombang output (berwarna kuning), gelombang
yang terbentuk merupakan gelombang beda fase. Sedangkan hasil praktikum untuk
rangkaian non inverting yaitu gelombang input (berwarna merah) dan gelombang output
(berwarna kuning), gelombang yang terbentuk merupakan gelombang satu fase (sefase)

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Karakteristik Dasar OP AMP” dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 6 Desember 2019. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat
membuktikan karakteristik OP AMP sebagai penguat dan dapat mengetahui pengaruh
frekuensi terhadap penguatan. Untuk menguatkan analisis pada praktikum kali ini
digunakan dasar teori menurut Thomas Sri Widodo yakni penguat Operasional (OP-AMP)
adalah penguat gandeng langsung (direct coupled/dc) dengan perolehan tinggi yang
mempunyai impedans masukan tinggi dan impedans keluaran rendah. Istilah operasional
menunjukkan bahwa penambahan komponen luar yang sesuai penambahan, pengurangan,
perkalian, integrase dan differensial. Pada umumnya operasi-operasi ini digunakan untuk
operasi linear dan terkadang operasi non linear.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah satu buah IC OP-AMP
741 yang berfungsi sebagai penguat sinyal , dua buah resistor yang berfungsi sebagai
penahan tegangan dan arus. satu buah sumber tegangan (baterai 8,85 volt) yang berfungsi
sebagai sumber tegangan rangakaian. Sebuah audio generator untuk pembangkit sinyal.
beberapa buah kabel jumper yang berfungsi untuk menghubungkan arus antar komponen
rangkaian. Kabel buaya sebgai penghubung rangkaian dengan osiloskop dan audio
generator. satu buah protoboard yang berfungsi untuk tempat merangkai komponen
rangakian. Osiloskop untuk mena,pilkan gambar gelombang yang terbentuk. satu buah
multimeter yang berfungsi untuk mengukur arus (I).
Agar praktikum berjalan lancar maka praktikan harus mengerti langkah kerja
praktikum kali ini. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat bahan
yang akan digunakan. Untuk percobaan pertama yakni penguat inverting, praktikan
merangkai alat pada protoboard seperti yang ada pada modul. Kemudian mengatur
frekuensi sinyal generator dan mengamati sinyal keluaran generator dan sinyal keluaran
dari OP AMP menggunakan osiloskop. Selanjutnya, mencatat setiap frejuensi dan
pengaruhnya terhadap penguatan dan mencatat juga nilai penguatan lalu dibuat
kesimpulan. Untuk percobaan kedua yakni penguat non inverting, kurang lebih langkah
kerjanya sama dengan percobaan pertama.

Setelah melakukan praktikum maka didapatkan data hasil percobaan. Data


hasil percobaan tersebut berupa gelombang. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa gambar diatas merupakan hasil gelombang pada penguat inverting
dan non inverting. Hasil yang diperoleh yaitu pada rangkaian inverting terbentuk
gelombang input (berwarna merah) dan gelombang output (berwarna kuning), gelombang
yang terbentuk merupakan gelombang beda fase. Sedangkan hasil praktikum untuk
rangkaian non inverting yaitu gelombang input (berwarna merah) dan gelombang output
(berwarna kuning), gelombang yang terbentuk merupakan gelombang satu fase (sefase)

Pada percobaan pertama yakni penguat inverting terlihat bahwa gelombang yang
ditampilkan yakni sudah sesuai dengan dasar teori dimana untuk penguat inverting
gelombang input dan output harus beda fase dan pada frekuensi yakni 10 Hz, 20 Hz, 30
Hz, 50 Hz, 100 Hz dan hasilnya tampak bagus dan ketika frekuensinya semakin besar
maka gelombang yang nampak juga semakin rapat. Untuk percobaan kedua yakni
penguat non inverting, gelombang yang tampak pada osiloskop juga sudah sesuai dengan
dasar teori. Untuk gelombang input dan output pada tahap non inverting, gelombang yang
dihasilkan harus satu fase. Pada osiloskop sudah Nampak hasilnya sesuai dasar teosi
dimana ketika frekuensinya semakin besar, gelombang menampilkan perbedaan fase dan
juga semakin rapat jarak antar gelombang.
Dalam praktikum ini terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
praktikan,yaitu praktikan yang kurang teliti dalam membaca multimeter, kurang
memperhatikan rangkaian seperti sering gerak gerak ketika mengukur. Dan ketika
merangkai rangkaian kurang memeperhatikan modul sehingga waktu terbuang banyak

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Op-Amp adalah IC analog yang berfungsi sebagai rangkaian penguat. Pada Op Amp
terdapat 2 rangkaian penguat yaitu rangkaian penguat inverting dan rangkaian
penguat non inverting. Pada rangkaian penguat inverting dihasilkan gelombang yang
beda fase dan pada pengaut non inverting dihasilkan gelombang yang sefase (satu
fase).
2. Pengaruh frekuensi terhadap penguatan ialah jika frekuensi semakin besar maka
periode akan semakin kecil sehingga gelombang yang dihasilkan akan semakin rapat.

X. DAFTAR ISI
Aditya, E & Achaddiad, R. (2017). Analisa Sinyal Keluaran Operational Ampliier
(LM 741) pada Penguatan Inverting dan Non- Inverting. Jurnal Fisika
Laboratorium Instrumentasi
Nuryanto, L. E. (2017). Penerapan Dari Op-Amp (Operational Amplifier). Orbith,
13(1).
Pujiono. 2012. Rangkaian Elektronika Analog. Yogyakarta: Graha Ilmu
Widodo, Thomas Sri. 2002. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika

XI. LAMPIRAN

- Worksheet
- Buku dan Jurnal
 Widodo, Thomas Sri. 2002
 Pujiono. 2012
-

-
 Jurnal Nuryanto, L E
 Aditya dkk, 2017 : 3-4

Anda mungkin juga menyukai