Anda di halaman 1dari 42

BAB 4 LOGAM I: MODEL ELEKTRON BEBAS

4.1 Kata Pengantar

4.2 Elektron konduksi

4.3 Gas elektron bebas

4.4 Konduktivitas listrik

4.5 Resistivitas listrik terhadap temperatur

4.6 Kapasitas termal pada Elektron Konduksi

4.7 Permukaan Fermi

4.8 Konduktivitas listrik; efek permukaan Fermi

4.9 Konduktivitas termal pada logam

4.10 Pergerakan dalam medan magnet: resonansi siklotren dan efek


Hall

4.11 Konduktivitas AC dan sifat optik

4.12 Emisi termionis

4.13 Kesalahan dalam model elektron bebas


4.1 KATA PENGANTAR

Logam sangat berperan penting dalam keseharian kita. Besi dipakai dalam industri
automobil, tembaga dalam jaringan kelistrikan, perak dan emas sebagai perhiasan. Logam-
logam ini telah memerankan sebuah peranan penting dalam perkembangan teknologi kita,
dunia industri dari sejarah awal hingga saat ini dan akan terus berlanjut hingga masa yang
akan datang.

Logam dikarakteristikan dengan sifat fisik pada umumnya yakni: bahan yang kuat,
kerapatan yang tinggi, kelistrikan yang baik, dan konduktivitas panas, serta reflektivitas optik
yang tinggi, karakteristik ini yang menyebabkan logam berkilauan. Penjelasan dari sifat ini
sangat penting bagi fisikawan yang tertarik dalam memahami struktur mikroskopis dari
material, dan juga untuk metalurgist serta teknisi yang menggunakan logam dalam
pekerjaanya.

Pada bab ini kita akan melihat bahwa sifat logam ini sangatlah berhubungan. Dengan
mengasumsikan bahwa logam mengandung konsentrasi besar elektron bebas yang
memungkinkannya berpindah melewati kristal. Dalam bagian kata pengantar kita
mengembangkan konsep dari model elektron bebas. Kita kemudian menjelaskan bagaimana
elektron dapat membawa sebuah arus dalam medan listrik. Setelah itu kita akan menghitung
panas tertentu pada elektron, dan memperlihatkan bahwa kesesuaian dengan percobaan dapat
ditemukan hanya dengan elektron yang mematuhi asas larangan Pauli. Hal ini
memperkenalkan konsep penting dari tingkat Fermi dan permukaan Fermi, yang kemudian
akan bekerja untuk mengembangkan penjelasan lebih jelas mengenai kelistrikan dan
konduksi termal pada logam.

Efek medan magnet dalam pergerakan elektron bebas juga akan didiskusikan. Kita akan
membuktikan, dengan fakta-fakta, bagaimana siklotren beresonansi dan pengukuran efek
Hall dapat menghasilkan keterangan dasar logam.

Beberapa sifat yang sangat menarik mengenai logam yakni dalam jangkauan frekuensi
optik. Kita akan mendiskusikan hal ini dalam beberapa rincian, dan memperlihatkan bahwa
model elektron bebas dapat menjelaskan sifat yang teramati. Kita akan mendiskusikan pula
emisi termionis elektron dari logam. Kemudian, pada akhirnya, kita akan mengupas tuntas
model elektron bebas dan membicarakan batasannya.
4.2 ELEKTRON KONDUKSI

Apakah yang dimaksud dengan Elektron Konduksi? Kita akan menjawab pertanyaan ini
dengan contoh, yakni dengan menggunakan logam yang paling sederhana, Na, sebagai
ilustrasi. Pertama, pertimbangkan Na sebagai gas, yang merupakan kumpulan dari atom-atom
bebas, setiap atom memiliki 11 elektron yang mengorbit mengelilingi inti. Dalam kimia,
elektron-elektron ini dikelompokkan menjadi dua kelas: 10 elektron inti yang terdapat dalam
struktur stabil pada lapisan pertama dan lapisan kedua (orbit Bohr), dan sebuah elektron
valensi terikat longgar pada lapisan terakhir. Elektron valensi ini, yang terletak pada lapisan
atomik ketiga, adalah elektron yang berperan dalam kebanyakan sifat umum kimia dari Na.
dalam reaksi kimia, atom Na biasanya kehilangan elektron valensi ini, karena ikatan yang
longgar dan ion Na+ terbentuk. Inilah yang terjadi, sebagai contoh, dalam NaCl, elektron
yang berpindah dari Na ke atom Cl. Jarak dari lapisan ketiga dalam Na adalah 1.9 Å.

Sekarang atom Na dalam bentuk logam. Dalam keadaan logam, Na memiliki struktur bcc
(Bagian 1.7) dan jarak antar tetangga terdekat adalah 3.7 Å. Kita lihat pada Gambar 4.1
bahwa dalam keadaan padat dua atom saling menindih. Dari pengamatan ini, sebuah elektron
valensi tidak lagi terikat pada ion tertentu, namun terikat pada kedua ion tetangganya pada
waktu yang sama. Ide ini menuntun pada langkah selanjutnya: sebuah elektron valensi
sebenarnya terikat pada keseluruhan kristal, semenjak elektron tersebut dapat bergerak segera
dari satu ion ke ion tetangga dan kemudian dari tetangga ke tetangga dan selanjutnya.
Elektron yang bergerak ini, yang disebut elektron valensi dalam atom bebas, mejadi sebuah
Elektron Konduksi dalam sebuah padat.

Gambar 4.1 Penindihan orbit 3s dalam sodium padat


Tentu saja, setiap atom berkontribusi dalam elektron konduksinya, dan setiap elektron
terikat pada keseluruhan kristal. Hal ini disebut elektron konduksi karena setiap atom dapat
membawa arus listrik dalam gerakan medan listrik. Konduksi dimungkinkan karena setiap
elektron konduksi menyebar ke seluruh medium padat (delokalisasi) dibandingkan terikat
pada atom tertentu lainnya. Sebaliknya, elektron yang sudah terlokalisasi tidak membawa
arus. Sebagai contoh, elektron inti dalam logam Na, terletak dipusat sekeliling inti pada kisi-
kisi tempat, tidak berkontribusi apapun pada arus listrik. Keadaan elektron-elektron ini dalam
medium padat berbeda sedikit dari yang berada dalam atom bebas.

Kesimpulannya : Ketika atom bebas membentuk sebuah logam, kesemua elektron valensi
menjadi elektron konduksi dan keadaannya termodifikasi lebih mendalam, ketika elektron
inti masih terlokalisasi dan sifatnya tidak berubah secara esensial. Seperti halnya elektron
valensi berperan atas sifat kimia, sehingga elektron konduksi berperan dalam kebanyakan
sifat logam, seperti yang akan kita lihat.

Perghitungan jumlah dari elektron konduksi dari valensi logam dan kerapatannya.
Sehingga dalam Na, banyaknya elektron konduksi sama dengan jumlah atom, dan hal yang
sama berlaku untuk K, dan juga untuk logam mulia Cu, Ag, Au, kesemua yang bervalensi
satu. Dalam logam bervalensi dua seperti Be, Mg, Zn, dan Cd jumlah elektron dua kali dari
jumlah atomnya, dan selanjutnya. Jika kerapatan dari substansi adalah ρm, kemudian
konsentrasi atom adalah (ρm/M’)NA, dimana M’ adalah berat atom dan NA adalah bilangan
Avogadro. Valensi atomik dinotasikan oleh Zv, kemudian temukan konsentrasi elektron.*

𝜌𝑚 𝑁𝐴
𝑁 ∞ ZV (4.1)
𝑀′

4.3 GAS ELEKTRON BEBAS

Dalam model elektron bebas, yang menjadi dasar dari bab ini, elektron konduksi
diasumsikan menjadi sepenuhnya bebas, kecuali untuk sebuah potensial pada permukaan
(lihat Gambar 4.2), yang memiliki efek membatasi elektron ke bagian dalam spesimen.
Berdasarkan model ini, elektron konduksi bergerak didalam spesimen tanpa bertabrakan,

*
Pada bab ini kita gunakan simbol N untuk konsentrasi elektron. Simbol n akan dipakai dalam indeks refraksi
optik, hal ini didiskusikan pada Bagian 4.11
kecuali untuk sebuah refleksi yang sekali terjadi dari permukaan, seperti molekul didalam
sebuah gas ideal. Karena hal ini, kita sebut gas elektron bebas.

Gambar 4.2 Potensial dalam model elektron bebas

Lihatlah pada model lebih dekat lagi. Sangatlah mengejutkan bahwa model tersebut valid
untuk kesemuanya, pada pandangan pertama, elektron konduksi berinteraksi dengan ion
dalam background dan juga dengan lainnya. Interaksi ini sangatlah kuat, dan oleh sebab itu
elektron akan mengalami tabrakan lebih sering; gambar gas non ideal yang sangat tinggi
seharusnya muncul terlebih dahulu. Jadi mengapa model elektron bebas bekerja? Jawaban
dari pertanyaan dasar tidaklah diketahui oleh ilmuwan yang pertama kali menemukan
postulat ini. Sekarang kita mengetahui jawabannya, namun karena ini membutuhkan
penggunaaan mekanika kuantum, maka kita akan menunda diskusi hingga Bab 5. Hanya
penyataan kualitatif singkat saja yang dijabarkan disini.

Alasan mengapa interaksi antara ion menjadi lemah. Meskipun elektron berinteraksi
dengan ion melalui daya tarik Coulomb, efek kuantum memperkenalkan sebuah potensial
repulsive tambahan, yang menjaganya untuk membatalkan daya tarik Coulomb. Potensial net,
diketahui sebagai pseudopotensial menjadi lemah, secara khusus dalam kasus logam alkali.
Pendekatan lain yang dapat dicatat bahwa, ketika sebuah elektron melalui sebuah ion,
kecepatannya meningkat secara cepat dalam ion tetangga (Gambar 4.3), dikarenakan
pelemahan dalam potensialnya. Karena hal ini, elektron menghabiskan hanya fraksi kecil
waktunya mendekati ion, dimana potensialnya kuat. Seringnya elektron jauh dari sebuah area
memiliki potensial yang lemah, dan hal ini mengapa elektron menjadi seperti partikel bebas,
pada pendekatan tertentu. † Kita akan membicarakan mengenai interaksi elektron-ion lagi
pada Bagian 5.3 dan pseudopotensial dalam bagian 5.9.


Catatan bahwa interaksi antara elektron dan ion sangat lemah ketika jarak antara mereka besar, karena ion
disaring oleh elektron lainnya. Hal ini berarti bahwa interkasi memiliki bentuk penyaringan short-range
potensial coulomb dibandingkan long-range potensial coulomb murni.
Gambar 4.3 Variasi dari kecepatan lokal elektron dalam ruang

Kembali pada interaksi antara Elektron Konduksi dan alasan pada kelemahan interaksinya.
Terdapat dua alasan: Pertama, berdasarkan asas larangan Pauli, elektron berspin pararel
cenderung untuk menjauh satu sama lainnya, dalam hal untuk meminimalkan energi dalam
sistem. Jika dua elektron datang mendekati satu sama lain, energi potensial Coulomb menjadi
sangat besar. Ketika kedua pertimbangan dibawa dalam persamaan matematis, hasil
keadaanya menjadi: setiap elektron dikelilingi oleh sebuah luasan bola yang tidak sempurna
dari elektron lainnya. Luasan ini, dinamakan hole, memiliki jari-jari sekitar 1Å (nilai pastinya
tegantung pada konsentrasi didalam elektron). Ketika elektron bergerak, holenya terkadang
dikenal dengan Fermi hole yang bergerak bersamanya. Kita lihat sekarang mengapa interaksi
antara elektron lemah. Jika kita meninjau interaksi antara dua elektron tertentu, kita temukan
bahwa elektron lainnya mendistribusikan dirinya dalam sebuah keadaan dimana dua elektron
tadi tertutupi dari yang lainnya. Konsekunsinya, disana terjadi interaksi yang sangat kecil
diantara mereka.

Gas elektron bebas dalam logam berbeda dari gas pada umumnya dalam beberapa aspek
tertentu. Pertama, gas elektron bebas dibebankan (dalam gas biasa, molekul biasanya netral).
Gas elektron bebas sebenarnya menyerupai sebuah plasma. Kedua, konsentrasi elektron
dalam logam adalalah sebesar: N ≅ 1029 elektron.m-3. Berbeda dengan gas pada umumnya
yang memiki 1025 molekul.m-3. Kita dapat juga mengartikan bahwa gas dalam logam adalah
sebuah plasma tebal.

Model kita mengenai elektron (terkadang disebut model jellium) bersesuaian dalam
mengambil ion postif logam dan menempelinya secara beraturan keseluruh sampel. Dalam
hal ini, terdapat background positif yang perlu dalam mengambil muatan neurality. Namun,
dikarenakan distribusi beraturan, ion mendesak medan nol pada elektron; ion-ion membentuk
sebuah jelly yang menyebabkan elektron bergerak.

4.4 KONDUKTIVITAS LISTRIK

Hukum konduksi listrik dalam logam-Hukum Ohm-adalah

I = V/R, (4.2)

dimana I adalah arus, V adalah perbedaan potensial, dan R resistansi dari kabel. Kita akan
menyatakan hukum ini dalam sebuah bentuk yang berdiri sendiri pada panjang dan
perpotongan kabel, karena faktor ini, bagaimanapun, menyimpang pada fisika dasar konduksi.
Andaikan bahwa L dan A adalah, berturut-turut, panjang dan perpotongan kabel: maka

𝐼 𝑉 𝐿𝜌
𝐽= ,𝛿= , 𝑅= , (4.3)
𝐴 𝐿 𝐴

dimana J adalah kerapatan arus (arus persatuan luas), 𝛿 medan lsitrik, dan 𝜌 adalah
resistivitas listrik. Kebalikannya resistivitas disebut konduktivitas, dinotasikan dengan σ.
Sehingga,

1
𝜎= , (4.4)
𝜌

Ketika kita mensubstitusikan (4.3) dan (4.4) kedalam (4.2), kita dapatkan

J = 𝜎𝛿, (4.5)

yang dibentuk dari hukum Ohm yang kita akan gunakan. Karena dimensi 𝜌 adalah ohm-m, 𝜎
memiliki dimensi ohm-1m-1. Sekarang kita ingin menunjukkan 𝜎 dalam bentuk sifat
mikroskopis menyinggung elektron konduksi.

Arus dikarenakan pergerakan elektron konduksi didalam pengaruh medan, karena partikel
ini terbebani, pergerakannya mengarahkan pada arus listrik; pergerakan partikel netral tidak
akan mengarahkan pada arus listrik. Kita katakan bahwa elektron konduksi yang berperan
dalam arus karena ion terikat kepada dan bervibrasi dikisi-kisi. Mereka tidak memiliki
pergerakan translasi net, dan oleh sebab itu tidak berkontribusi ke arus. Sekarang kita akan
memperlakukan pergerakan Elektron Konduksi dalam sebuah medan elektrik.
Pertimbangkan satu jenis elektron: medan mendesak elektron dengan gaya – eδ. Terdapat
juga sebuah gaya friksi dikarenakan tumbukan elektron dengan sisa mediumnya. Kita
asumsikan bahwa gaya friksi ini memiliki bentuk – m* v/τ, dimana v adalah kecepatan
elektron dan τ adalah konstanta yang disebut waktu tumbukan. Gunakanlah hukum Newton,
kita dapatkan

𝑑𝑣 𝑣
m* = - eδ - m* , (4.6)
𝑑𝑡 𝑡

dimana m* adalah massa efektif dari elektron.‡ Kita akan lihat bahwa efek tumbukan, seperti
dalam friksi atau gaya viskositas, cenderung untuk mengurangi kecepatan hingga nol. Kita
tertarik dalam solusi steady-state; bahwa, dimana dv/dt = 0. Solusi yang bersesuaian dengan
(4.6) dalam kasus ini adalah

𝑒𝜏
𝑣= − Ɛ (4.7)
𝑚∗

Hal ini, kemudian dalam kecepatan steady-state elektron (dalam diskusi friksi hal ini biasa
disebut kecepatan terminal). Ini berlawanan dengan Ɛ karena muatan dalam elektron negatif.

Gambar 4.4 (a) Medan listrik berlaku pada sebuah kabel logam. (b) Random
terhadap pergerakan aliran elektron. Lingkaran mewakilkan pusat yang tersebar.

Kita akan membuat sebuah perbedaan disini antara dua kecepatan yang berbeda terasosiasi
dengan elektron: Kecepatan muncul dalam (4.7) disebut kecepatan aliran. Hal ini dilapiskan
pada kecepatan atau kecepatan yang lebih tinggi. Seperti dalam gas pada umumnya, elektron
memiliki pergerakan acak meski dalam ketiadaan dalam medan. Hal ini dikarenakan fakta


Massa efektif dari elektron dalam sebuah logam, dinotasikan dengan m*, adalah pada umumnya berbeda dari
massa elektron, biasanya dinotasikan dengan m atau m0. Perbedaan ini dikarenakan interaksi elektron dengan
kisi-kisi, seperti akan didiskusikan dalam Bagian 5.15. Massa efektif dalam berbagai logam ditulis dalam Tabel
4.1.
bahwa elektron bergerak kira-kira dan adakalanya meyebar dan berubah arah. Pergerakan
acak, yang mengkontribusikan arus nol, ada juga yang hadir dalam medan; namun dalam
kasus terdapat kecepatan net tambahan berlawanan dengan medan, seperti pada (4.7).
Perbedaan antara random dan pergerakan aliran diperlihatkan dalam Gambar 4.4. kita akan
menunjukkan dua kecepatan dengan vτ dan vd; akan diperlihatkan nantinya bahwa vd ≪ vτ.

Rapat arus J dapat dihitung dari (4.7). Karena terdapat sebuah muatan (-Ne) per unit
volum, dan karena setiap elektron memiliki kecepatan aliran diberikan oleh (4.7), hal ini
berarti bahwa jumlah muatan yang lewat sebuah unit area per unit waktu adalah

𝑒𝜏 𝑁𝑒 2 𝜏
𝐽 = (−𝑁𝑒) (− 𝛿) = 𝛿 (4.8)
𝑚∗ 𝑚∗

Arus pararel terhadap medan. Bandingkan (4.8) dengan hukum Ohm, (4.5), temukan
pernyataan berikut untuk konduktivitas,

𝑁𝑒 2 𝜏
𝜎= (4.9)
𝑚∗

yang merupakan pernyataan kita cari. Kita lihat bahwa 𝜎 bertambah sebagaimana N
bertambah. Hal ini pantas karena, sebagiamana N (atau konsentrasi) bertambah, terdapat lebih
banyak arus terbawa. Konduktivitas 𝜎 merupakan proporsional berkebalikan dengan m*,
yang telah diperkirakan, saat m* yang lebih besar, semakin lebam partikel, dan semakin keras
untuknya bergerak. Sifat sebanding pada 𝜏 terjadi karena 𝜏 merupakan waktu antara dua
tumbukan berturutan, sebagai contoh, rata-rata waktu hidup bebas. Oleh karena itu, semakin
besar 𝜏, semakin banyak waktu elektron harus dipercepat oleh medan diantara tumbukan, dan
karena semakin besar kecepatan aliran (4.7) dan juga semakin besar 𝜎.

Kita dapat mengevaluasi konduktivitas 𝜎 jika kita mengetahui kuantitas yang tepat dari
(4.7). Kita akan mengambil m* menjadi sama dengan massa bebas mo = 9.1 x 10-31 kg.
kemudian kita hitung N sebagaimana didiskusikan dalam Bagian 4.2. Masih terdapat waktu
tumbukan 𝜏; ini adalah sebuah kuantitas yang sulit untuk dihitung dari asas pertama, sehingga
kita akan menunda mendiskusikan ini hingga Bagian 4.5. Untuk saat ini, kita dapat gunakan
(4.8) dan mengukur nilai dari 𝜎 untuk menghitung 𝜏 . Tabel 4.1 memberikan daftar dari 𝜎, N,
𝜏, dan kuantitas lainnya yang berhubungan pada bermacam logam umumnya. Catat bahwa
𝜎 sekitar 5 x 107 (ohm.m)-1. Catat dalam hal khusus bahwa 𝜏 memiliki nilai sekitar 10-14 s. Ini
merupakan interval waktu yang relatif sangat kecil pada skala waktu umum, dan kita akan
melihat nanti bahwa tumbukan penting dapat diambil dari hal ini.
Waktu 𝜏 juga disebut waktu relaksasi. Untuk melihat alasan untuk hal ini, asumsikan
bahwa sebuah medan listrik terpasang, sangat panjang untuk sebuah kecepatan aliran vdo
menjadi stabil. Sekarang medan secara tiba-tiba dihilangkan segera. Kecepatan aliran
seketika ini diatur oleh

𝑑𝑣 𝑣
𝑚∗ = −𝑚 ∗ ,
𝑑𝑡 𝑡

yang berasal dari (4.6) dengan δ = 0. Solusi yang sesuai pada kondisi awal sekarang adalah

𝑣𝑑 (𝑡) = 𝑣𝑑.0 𝑒 −𝑡/𝜏 , (4.10)

memperlihatkan bahwa 𝑣𝑑 (𝑡) mendekati nol secara ekponensial dengan sebuah karakteristik
waktu 𝜏. Sifat ini disebut proses relaksasi. Karena kita temukan diatas bahwa 𝜏 sangat pendek,
hal ini terjadi bahwa 𝑣𝑑 (𝑡) mengendur ke nol sangat cepat.

Tabel 4.1
Konduktivitas Listrik dan Parameter Pengangkutan Lainnya untuk Logam

Nilai dikutip adalah untuk logam pada suhu ruangan. Konsentrasi ditemukan dengan
menggunakan valensi kimia umum. Kecepatan Fermi vF dan EF dievaluasi dengan
menggunakan m* = mo dan persamaaan yang sesuai dari Bagian 4.6. Energi Fermi EF
(teramati) merupakan nilai yang ditentukan dengan eksperimen seperti yang didiskusikan
dalam Bab 6. Massa efektif m* ditentukan dengan menggunakan nilai eksperimen EF (teramati)
dan relasi EF = (h/2m*)(3π2N)2/3, Persamaan (4.34).
Kita akan menulis ulang (4.9) dalam bentuk yang memberikan beberapa aspek dari fisika
lebih jelas. Karena 𝜏 merupakan waktu antara dua tumbukan berturut-turut, hal ini dapat
ditunjukkan sebagai
𝑙
τ=𝑣 (4.11)
𝑟

dimana l merupakan jarak antara dua tumbukan berurutan dan 𝑣𝑟 adalah kecepatan acak.
Dalam bentuk ini, σ menjadi
𝑁𝑒 2 𝑙
σ= (4.12)
𝑚∗ 𝑣𝑟

bandingkan hasil dengan menerapkan rumusan ini untuk logam dan semikonduktor. Untuk
yang terlebih dahulu, σ ≅ 5 x 107 (ohm-m)-1, sebagaimana kita telah lihat, sedangkan untuk
yang terakhir, σ ≅ 1 (ohm.m)-1. Perbedaan ini dapat dihitung untuk (4.12). Pertama, dalam
semikonduktor, N ≅ 1020 m-3, sebagaimana dibandingkan dengan N ≅ 1029 m-3 dalam logam.
Hal ini mengurangi σ dengan faktor dari 10-9 sebagai semikonduktor. Kedua, 𝑣𝑟 dalam logam
sebagai urutan dari kecepatan Fermi (Bagian 4.7), yang sekitar 106 m.s-1, sedangkan ini hanya
sekitar 10-4 m.s-1 dalam semikonduktor. Jika kita memasukkan efek dari kedua N dan 𝑣𝑟 , kita
temukan konduktivitas menjadi urutan yang benar dalam magnitudo semikonduktor.
Bandingkan magnitudo 𝑣𝑟 dan 𝑣𝑑 . Terlebih dahulu memiliki nilai sekitar 106 m.s-1; dengan
kata lain, 𝑣𝑑 dapat dievaluasi dari (4.7). Ketika kita substitusi e, 𝜏 , dan m* dalam (4.7)
nilainya: e ≅ 10-19 coulomb, 𝜏 = 10-14 s, m* ≅ 10-30 kg, dan δ ≅ 10 V/m, kita temukan bahwa
𝑣𝑑 ≅ 10-2 m.s-1. Oleh karena 𝑣𝑑 /𝑣𝑟 ≅ 10-8, tentu saja rasio yang sangat kecil.
Kita dapat juga mencari pernyataan mikroskopis untuk panas joule. Tenaganya menghilang
sebagai panas joule harus sama dengan tenaga yang terabsobsi dengan sistem elektron dari
medan. Panggil kembali dari fisika dasar bahwa tenaga yang terabsorbsi oleh partikel dari
gaya F adalah Fv, dimana v adalah kecepatan dari partikel, kita lihat bahwa tenaga terabsorbsi
oleh sistem elektron per unit volum adalah
𝑒𝜏𝛿
𝑃 = 𝑁𝐹𝑣𝑑 = 𝑁 (−𝑒 𝛿)(− )
𝑚∗
𝑁𝑒 2 𝜏
= 𝛿2 (4.13)
𝑚∗

Asal muasal dari waktu tumbukan


Kita telah memperkenalkan τ sebagai waktu tumbukan dikarenakan beberapa gaya friksi,
sumber belum didiskusikan. Ini sepertinya lazim untuk mengasumsikan bahwa gaya friksi
adalah dikarenakan oleh tumbukan elektron dengan ion. Berdasarkan pada model khusus ini,
sebuah elektron, sebagaimana ia bergerak dalam kisi-kisi, menumbuk ion-ion, yang memiliki
efek melambatkan momentum elektron. Model ini tidak dapat dipertahankan karena hal ini
mengarahkan pada banyak hal dari ketidaksesuaian dengan percobaan. Sebutkan hanya satu
hal: Jalur bebas rata-rata l dapat dihitung dari (4.9). Jika kita mensubstitusi nilai τ ≅ 10-14 s
dan 𝑣𝑟 ≅ 106 m.s-1, kita temukan bahwa l ≅ 10-8 m ≅ 102 Å. Hal ini berarti bahwa, antara dua
tumbukan, elektron berpindah dengan jarak lebih dari 20 kali jarak antar atomnya. Hal ini
lebih besar dari yang akan diperkirakan jika elektron benar-benar bertabarakn dengan ion-ion
meskipun elektron melewatinya. Kecuali dalam struktur paket tertutup, dalam hal atom
terpaket sangat tebal. Hal ini sangat sulit untuk melihat bagaimana elektron dapat berjalan
begitu jauh diantara tumbukan.
Paradoks ini dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan konsep kuantum. Hal terpenting
dari pernyataan ini adalah sebagai berikut: Kita lihat bagian 2.12 bahwa, menurut mekanika
kuantum, sebuah elektron memiliki karakter gelombang. Panjang gelombang elektron dalam
kisi-kisi diberikan dengan hubungan deBroglie (Bagian A.1)


λ= (4.14)
𝑚∗ 𝑣𝑟
rumusan ini telah diketahui dengan baik dari teori penjalaran gelombang dalam struktur
diskrit§ bahwa, ketika sebuah gelombang melewati sebuah kisi-kisi periodik, hal ini menjalar
berkesinambungan secara tak terbatas tanpa penghamburan. Efek dari atom dalam kisi-kisi
adalah untuk mengabsorbsi energi dari gelombang dan meradiasikan kembali, sehingga hasil
net merupakan gelombang kontinyu tanpa modifikasi dalam arah lainnya atau intensitas.
Kecepatan penjalaran, bagaimanapun, termodifikasi. Hal ini yang terjadi dalam kasus sebuah
gelombang elektron dalam sebuah kisi-kisi tetap, kecuali bahwa dalam kasus ini kita
berhadapan dengan gelombang materi.
Kita bicarakan alasan matematis mengapa sebuah kisi-kisi tetap tidak menghamburkan
gelombang dalam beberapa rincian dalam Bab 2. Dalam hal tersebut kita lihat bahwa
gelombang menjadi sinar-x, neutron, atau elektron tidak menghambur atau difraksi kecuali
ketika kondisi Bragg terpenuhi. Simpan kondisi khusus ini, Elektron Konduksi seharusnya
tidak terhambur oleh sebuah kisi-kisi tetap dari ion sama sekali.
Terdapat contoh yang dikenal dalam optik: Sebuah gelombang cahaya berjalan dalam
sebuah kristal tanpa terhambur sama sekali. Efek yang hanya terjadi dalam kristal telah
diperkenalkan dalam indeks refraksi n sehingga kecepatan dalam medium adalah c/n. Oleh

§
Lihat, misalnya, L. Brillouin, 1953, Wave Propagation in Periodic Structures, New York : Dover Press.
karena itu kita dapat lihat bahwa, jika ion membentuk sebuah kisi-kisi sempurna, maka tidak
terjadi tumbukan sama sekali, sehingga l = ∞ dan karenanya τ = ∞, yang mengarahkan pada
konduktivitas tak berhingga. Hal ini telah diperlihatkan, bagaimanapun juga, bahwa l yang
teramati sekitar 102 Å. Pembatasan σ harus demikian dikarenakan deviasi kisi-kisi dari
periodisitas sempurna; hal ini terjadi bukan karena vibrasi termal ion ataupun karena
kehadiran ketidaksmpurnaan atau ketakmurnian, sebagaimana yang akan kita lihat dalam
Bagian berikutnya.

4.5 RESITIVITAS LISTRIK TERHADAP TEMPERATUR

Konduktivitas listrik dari logam bermacam-macam dengan temperatur logam secara


karakteristiknya. Variasi ini biasanya dibicarakan dalam keadaan perilaku resistivitas ρ
terhadap T. Gambar 4.5 memperlihatkan kurva teramati untuk Na. Pada T ≅ 0oK, ρ memiliki
nilai konstanta kecil; diatas hal tersebut, ρ bertambah dengan T, secara perlahan pada awalnya,
namun kemudian ρ bertambah secara linier dengan T. Sifat linier berkelanjutan pada dasarnya
hingga titik leleh tercapai. Bentuk ini diikuti oleh kebanyakan logam (kecuali yang tercatat
dibawah ini), dan biasanya temperatur ruangan turun drastis ke jangkauan linier. Sifat linier
merupakan percobaan yang teruji, sebagaimana anda dapat memanggilnya dari fisika dasar.

Gambar 4.5 Resistivitas yang ternormalisasikan ρ(T)/ρ(290oK) terhadap T untuk Na dalam daerah
bertemperatur rendah (a), dan pada temperatur tinggi (b). ρ(290) ≅ 2.10 x 10-8 Ω.m.

Kita ingin menjelaskan perilaku dari ρ dalam bentuk rumusan yang telah dikembangkan
dalam Bagian 4.4. Panggil kembali ρ = σ-1, dan gunakan (4.9), kita dapatkan
𝑚∗ 1
ρ= (4.15)
𝑁𝑒 2 𝜏
Kita catat dari interpretasi τ dalam bagian terakhir bahwa 1/𝜏 adalah sama dengan probabilitas
elektron mengalami penghamburan per unit waktu. Dengan demikian, jika 10-14 s, kemudian
elektron melalui 1014 tumbukan dalam satu detik. Namun dalam bagian 4.4 kita temukan
bahwa elektron melalui tumbukan hanya karena kisi-kisi tidak tetap secara sempurna. Kita
kelompokkan deviasi dari sebuah kisi-kisi sempurna kedalam dua kelas.
a) Vibrasi kisi-kisi (fonon) dari ion-ion sekitar posisi kesetimbangannya dikarenakan eksitasi
termal ion-ion.
b) Keseluruhan ketidaksempurnaan statis, seperti ketidakmurnian hal asing atau kerusakan
kristal. Dari kelompok yang terakhir kita akan mengambil ketidakmurnian hal asing
sebagai contoh. Sekarang probabilitas elektron terhambur oleh fonon dan oleh
ketidakmurnian merupakan aditif, karena kedua mekanisme ini diasumsikan untuk bereaksi
sendiri. Oleh karena itu kita dapat menulis
1 1 1
= + , (4.16)
𝜏 𝜏𝜌ℎ 𝜏𝑖

Yang dimana bentuk pertama disebelah kanan dikarenakan fonon dan yang kedua
dikarenakan ketidakmurnian. Yang pertama diharapkan tergantung pada T dan yang terakhir
pada ketidakmurnian, namun bukan pada T. Ketika (4.16) disubstitusikan kedalam (4.15), kita
dapatkan
𝑚∗ 1 𝑚∗ 1
𝜌 = 𝜌𝑖 + 𝜌𝜌ℎ (𝑇) = + (4.17)
𝑁𝑒 2 𝜏𝑖 𝑁𝑒 2 𝜏𝜌ℎ

Kita catat bahwa 𝜌 telah terbagi menjadi dua bentuk: sebuah bentuk 𝜌𝑖 dikarenakan
penghamburan oleh ketidaksempurnaan (yang berdiri sendiri dari T), disebut resistivitas
residual. Tambahan untuk hal ini adalah bentuk lainnya yakni 𝜌𝜌ℎ (𝑇) dikarenakan
penghamburan oleh fonon; karena hal ini tergantung terhadap temperatur maka ini disebut
resistivitas ideal, dalam hal ini resistivitas dari spesimen murni.
Pada T yang sangat kecil, penghamburan oleh fonon dapat ditiadakan karena amplitudo
osilasi sangatlah kecil; dalam luasan 𝜏𝜌ℎ → ∞, 𝜌𝜌ℎ → 0, dan karena 𝜌 = 𝜌𝑖 , sebuah konstanta.
Hal ini sesuai dengan Gambar 4.5. Sebagaimana T bertambah, penghamburan oleh fonon
menjadi lebih efektif, dan 𝜌𝜌ℎ (𝑇) meningkat; hal ini mengapa 𝜌 bertambah. Ketika T
menjadi sangat besar, penghamburan oleh fono mendominasi dan 𝜌 ≅ 𝜌𝜌ℎ (𝑇). Dalam daerah
temperatur tinggi, 𝜌𝜌ℎ (𝑇) meningkat secara linier dengan T, seperti kita akan coba
perlihatkan secara singkat. Hal ini sekali lagi dalam kesesuaian dengan percobaan, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 4.5. Pernyataan bahwa ρ dapat dibagi menjadi dua bagian, satu
yang berdiri sendiri oleh T, dikenal dengan hukum Matthiessen. Hukum ini terwujud dalam
(4.17).
Kita perkirakan bahwa 𝜌𝑖 akan bertambah dengan konsentrasi ketidakmurnian, dan tentu
saja akan diperlihatkan bahwa untuk konsentrasi kecil 𝜌𝑖 proporsional pada konsentrasi
ketidakmurnian 𝑁𝑖 . Kita juga berujar bahwa, untuk konsentrai ketidakmurnian kecil, 𝜌𝜌ℎ ≫ 𝜌𝑖 ,
kecuali pada T yang sangat kecil. Turunkan pernyataan penaksiran untuk 𝜏𝑖 dan 𝜏𝜌ℎ ,
gunakanlah penyataan dari teori kinetik gas. Kita akan asumsikan, untuk hal yang sederhana,
bahwa tumbukan merupakan tipe bola-pejal (bola biliard).
Pertimbangkan terlebih dahulu tumbukan elektron dengan ketidakmurnian. Kita tulis
𝑙
𝜏𝑖 = 𝑣 𝑖 , (4.18)
𝜌

setelah (4.11), dimana 𝑙𝑖 adalah rata-rata jalur bebas untuk tumbukan dengan ketidakmurnian.
Berikan bahwa perpotongan penghamburan dari sebuah ketidakmurnian adalah 𝜎𝑖 , dimana
area ketidakmurnian atom mewakilkan tabrakan elektron, kemudian, gunakan sebuah
penyataan yang dikenal dari teori kinetik gas, dapat ditulis
𝑙𝑖 𝜎𝑖 𝑁𝑖 = 1
atau
1
𝑙𝑖 = 𝜎 𝑁 (4.19)
𝑖 𝑖

Hal ini diharapkan bahwa 𝜎𝑖 merupakan magnitudo yang sama sebagai luasan geometri
aktual dari atom ketidakmurnian. Sehingga, 𝜎𝑖 ≅ 1 Å. (Perhitungan nilai yang tepat dari 𝜎𝑖
membutuhkan teori penghamburan kuantum.) Bentuk substitusi dari (4.18) dan (4.19)
kedalam (4.17), kemudian temukan 𝜌𝑖 . Kemudian lihatlah bahwa 𝜌𝑖 proporsional pada 𝑁𝑖 ,
konsentrasi ketidakmurnian.
Perhitungan 𝜏𝜌ℎ lebih sukar, namun persamaannya sama dengan (4.18) dan (4.19) masih
terjaga. Dalam hal khusus, kita dapat tulis
1
𝑙𝜌ℎ = 𝑁 , (4.20)
𝑖𝑜𝑛 𝜎𝑖𝑜𝑛

dimana 𝑁𝑖𝑜𝑛 adalah konsentrasi ion logam dalam kisi-kisi dan 𝜎𝑖𝑜𝑛 adalah perpotongan
penghamburan per ion. Kita sebaiknya mencatat disini bahwa 𝜎𝑖𝑜𝑛 tidak memiliki hubungan
perpotongan geometri dari ion. Dibanding hal tersebut area diwakilkan dengan ion fluktuasi
secara termal ke elektron yang lewat. Misalkan bahwa jarak deviasi dari kesetimbangan
adalah x; kemudian perpotongan penghamburan rata-rata adalah sekitar
𝜎𝑖𝑜𝑛 ≅ 𝜋〈𝑥 2 〉, (4.21)
dimana 〈𝑥 2 〉 adalah rata-rata dari 𝑥 2 , nilai 〈𝑥 2 〉 dapat diperkirakan sebagaimana: Karena ion
adalah sebuah oscilator harmonis (Bagian 3.4), rata-rata energi potensialnya adalah sama
dengan setengah dari energi total. Oleh sebab itu
1 ℎ𝜔
𝑘〈𝑥 2 〉 = 〈𝐸〉 = , (4.22)
2 𝑒 ℎ𝜔/𝑘𝑇 −1

dimana kita gunakan rumusan untuk energi sebuah oscilator kuantum (Bagian 3.4). Frekuensi
𝜔 merupakan Einstein atau frekuensi Debye, karena dalam penyataan kasar ini kita dapat
menampik perbedaan antara kedua frekuensinya. Kita dapat memperkenalkan temperatur
Debye θ sehingga ℎ𝜔 = kθ. Ketika kita membuat substitusi ini kedalam (4.17), kita temukan
bahwa 𝜌𝜌ℎ (𝑇) dapat ditulis sebagai
𝜋ℎ 1
𝜌𝜌ℎ (𝑇) = (𝑘𝜃𝑀) , (4.23)
𝑒 ℎ𝜔/𝑘𝑇 −1

dimana M adalah masssa ion. Dalam jangkauan T ≫ θ, ini dapat ditulis sebagai
𝜋ℎ2 𝑇
𝜌𝜌ℎ ≅ , (4.24)
𝑘𝜃𝑀 𝜃

dimana linier dalam T, seperti yang dijanjikan, dan sesuai dengan percobaan.
Dalam jangakauan temperatur rendah, Persamaan (4.23) memprakirakan bahwa 𝜌𝜌ℎ (𝑇)
akan menurun secara eksponensial sebagai 𝑒 −𝜃/𝑇 . Bagaimanapun, yang diamati menurun
sebagaimana T5. Alasan untuk ketidaksesuaian ini aalah bahwa kita memakai model Einstein,
dimana pergerakan ion tetangga diperlakukan secara bebas. Ketika korelasi antara pergerakan
ionik dimasukkan kedalam perhitungan, sebagaimana teori Debye mengenai vibrasi kisi-kisi,
diperoleh sifat T5.
Deviasi dari hukum Matthiesen sering diamati, yang telah baik dikenal sebagai efek Kondo.
Ketika beberapa ketidakmurnian dari Fe, sebagai contoh, dihancurkan dalam Cu, ρ tidaklah
seperti dalam Gambar 4.5 pada T rendah. Meskipun ρ memiliki minimum pada T rendah.
Perilaku ganjil ini dikarenakan sebuah penghamburan elektron tambahan oleh momen
magnetik dalam pusat ketidakmurnian. Juga, deviasi dari hukum Matthiessen diakibatkan oleh
komplikasi dalam struktur pita dari elektron konduksi yang telah dilaporkan. Kita lihat dari
dua contoh ini bahwa perilaku ρ terhadap T pada T sangat rendah mungkin lebih kompleks
dibandingkan yang diterapkan oleh pernyataan sederhana hukum Matthiessen.

4.6 KAPASITAS PANAS DARI ELEKTRON KONDUKSI


Dalam model elektron bebas elektron konduksi diperlakukan sebagai partikel bebas yang
mematuhi hukum mekanika klasik, elektromagnetik, dan mekanika statistik. Kita telah
memberi tahu kesukaran dalam memperlakukan tumbukan dalam model ini, dan juga
bagaimana kita harus mempertimbangkan konsep kuantum dengan tujuan untuk
menyelamatkan model. Kesukaran lainnya muncul dalam hubungan dengan kapasitas panas
elektron konduksi.
Perhitungkan kapasitas panas per mol untuk elektron konduksi pada dasar dari model
Drude-Lorentz. Hal ini telah diketahui dari teori kinetik dari gas bahwa partikel bebas dalam
3
kesetimbangan pada temperatur T memiliki energi rata-rata dari 2 𝑘𝑇. Oleh karena itu energi

rata-rata per mol adalah


3 3
〈Ē〉 = 𝑁𝐴 ( 𝑘𝑇) = 𝑅𝑇, (4.25)
2 2
[Ē]
dimana 𝑁𝐴 adalah bilangan Avogadro dan 𝑁𝐴 𝐾. Kapasitas panas elektron 𝐶𝑒 = 𝛿 𝛿𝑇 . Oleh

karena itu
3
𝐶𝑒 = 𝑅 ≅ 3 cal/moloK (4.26)
2

Kapasitas total panas dalam logam, termasuk fonon, seharusnya menjadi


𝐶𝑒 = 𝐶𝜌ℎ + 𝐶𝑒 , (4.27)
dimana, pada temperatur tinggi, memiliki nilai
3
𝐶 = 3𝑅 + 𝑅 = 4.5𝑅 ≅ 9 cal/mol oK (4.28)
2

Percobaan dalam kapasitas panas dalam logam diperlihatkan, bagaimanapun, bahwa C sanga
dekat sebanding dengan 3R pada T tinggi, sebagaimana kasus dalam insulator. Perhitungan
akurat dalam kontribusi elektron pada kapasitas total panas terisolasi memperlihatkan pada
3
𝐶𝑒 lebih kecil dibandingkan nilai klasik 𝑅 oleh sebuah faktor sekitar 10-2. Untuk
2

menjelaskan keganjilan ini, kita harus sekali lagi kembali ke konsep kuantum.
Energi dari elektron dalam sebuah logam terkuantisasi menurut mekanika kuantum.
Gambar 4.6(a) memperlihatkan tingkat energi kuantum. Elektron dalam logam menduduki
tingkat ini. Dalam melakukan hal ini, mereka mengikuti sebuah asas kuantum yang sangat
penting, prinsip larangan Pauli, menurut pada tingkat energi dapat mengakomodasi pada
kebanyakan dua elektron, satu dengan spin up, dan lainnya dengan spin down. Demikian
dalam mengisi tingkat energi, dua elektron menduduki tingkat terendah, dua tingkat lanjut,
dan seterusnya, hingga kesemua elektron dalam logam terakomodasi, seperti diperlihatkan
dalam Gambar 4.6(a). Energi yang menduduki tingkat tertinggi disebut tingkat energi Fermi
(atau lebih sederhananya Fermi). Kita akan mengevaluasi tingkat Fermi dalam bagian 4.7.
Sebuah nilai tipikal untuk energi Fermi dalam logam adalah sekitar 5 eV.
Gambar 4.6 (a) Kedudukan tingkat energi menurut asas larangan Pauli. (b) Fungsi distribusi f(E) terhadap E,
pada T = 0oK dan T > 0oK.

Keadaan ini mendeskripsikan pengambilan dalam logam saat T = 0oK. Bahkan pada
temperatur terendah yang mungkin, sistem elektron memiliki sebuah jumlah energi yang
berarti, dengan kebaikan asas larangan. Jika itu bukanlah untuk asas ini, kesemua elektron
akan jatuh kedalam tingkat terendah, dan energi total sistem akan tak berarti. Kecocokan ini
pada tuntutan, biasanya dibuat dalam mekanika klasik, sebagaimana T → 0oK kesemua
pergerakan berhenti, dan energi hilang. Tuntutan ini sangatlah jelas tidak berlaku pada
elektron konduksi.

Distribusi elektron diantara tingkat biasanya terdeskripsi oleh fungsi distribusi, f (E), yang
terdefinisi sebagai probabilitas bahwa tingkat E terduduki oleh sebuah elektron. Oleh sebab
itu jika tingkatan tersebut kosong, kemudian f (E) = 0, sedangkan jika penuh, maka f (E) = 1.
Secara umum, f (E) memiliki nilai antara nol dan satu.

Hal ini menuruti dari diskusi terdahulu bahwa fungsi distribusi untuk elektron pada T =
0oK memiliki bentuk
1, 𝐸 < 𝐸𝐹
f (E) = { 𝐸𝐹 < 𝐸
(4.29)
0

Bahwa, kesemua tingkat dibawah 𝐸𝐹 terisi sempurna, dan kesemua diatas 𝐸𝐹 kosong sama
sekali. Fungsi ini terplot dalam Gambar 4.6(b), yang memperlihatkan diskontinuitas pada
energi Fermi.

Kita memiliki pembatasan perlakuan pada temperatur yang absolut nol. Ketika sistem
terpanasi (T > 0oK), energi termal membangkitkan elektron. Namun energi ini tidak dibagi
secara sama oleh kesemua elektron, sebagaimana akan menjadi kasus dalam perlakuan klasik,
karena elektron terletak dengan baik dibawah tingkat Fermi tingkat 𝐸𝐹 tidak dapat menyerap
energi. Jika mereka melakukannya, mereka akan berpindah pada tingkat yang lebih tinggi,
yang telah terduduki, dan oleh sebab itu asa larangan akan terganggu.

Panggil kembali konteks ini bahwa energi pada sebuah elektron dapat menyerap secara termal
menurut orde kT ( = 0.025 eV pada temperatur ruangan), yang akan lebih kecil daripada 𝐸𝐹 ,
hal ini menjadi orde dari 5 eV. Oleh karena hanya terdapat elektron dekat dengan tingkat
Fermi dapat tereksitasi, karena tingkatan diatas 𝐸𝐹 kosong dan karena ketika elektron tersebut
berpindah ke tingkat yang lebih tinggi, tidak akan ada gangguan atas asas larangan. Demikian,
hanya elektron ini yang merupakan friksi kecil dari bilangan total yang memungkinkan
tereksitasi secara termal, dan hal ini menjelaskan panas rendah elektronik spesifik (atau
kapasitas panas).

Fungsi distribusi f (E) pada temperatur T ≠ 0oK diberikan oleh

1
f (E) = 𝑒 (𝐸−𝐸𝐹 )/𝑘𝑇 +1 (4.30)

Hal ini dikenal sebagai distribusi Fermi-Dirac.** Fungsi ini juga diplot dalam gambar 4.6(b),
yang memperlihatkan bahwa hal ini secara substansial sama dengan distribusi pada T = 0oK,
kecuali sangatlah dekat dengan tingat Fermi, dimana beberapa elektron tereksitasi dari bawah
𝐸𝐹 ke atasnya. Hal ini, tentu saja, diekpektasikan, dalam pandangan diskusi diatas.††
Gunakan fungsi distribusi (4.30) untuk mengevaluasi energi termal dan oleh sebab itu
kapasitas panas elektron, namun hal ini pengambilalihan wajar yang membosankan, sehingga
segera kita akan berusaha untuk memperoleh sebuah perkiraan yang baik dengan sebuah
minimum usaha matematis. Karena hanya elektron didalam jangkauan kT dari tingkat Fermi
tereksitasi, kita menyimpulkan bahwa hanya sebuah fraksi kT/𝐸𝐹 dari elektron terbuat. Oleh
karena itu jumlah elektron tereksitasi per mol sekitar NA(kT/𝐸𝐹 ), dan karena setiap elektron
menyerap sebuah energi kT, dalam rata-rata, sehingga energi termal per mol diberikan kira-
kira oleh
𝑁𝐴 (𝑘𝑇)2
𝐸̅ = ,
𝐸𝐹

dan panas spesifik 𝐶𝑒 = 𝜕𝐸̅ /𝜕𝑡 adalah

**
Untuk penurunan lihat, sebagai contoh, M. Alonso dan E.J. Finn, 1968, Fundamental University Physic.
Volume III, Reading Mass: Addison-Wesley.
††
Catat bahwa, dalam jangkauan energi jauh diatas energi Fermi, (𝐸 − 𝐸𝐹 )/𝑘𝑇 ≫ 1, dan oleh sebab itu fungsi
distribusi Fermi-Dirac memiliki bentuk f(E) = 𝑒 𝐸𝐹/𝑘𝑇 𝑒 −𝐸/𝑘𝑇 = konstanta × 𝑒 −𝐸/𝑘𝑇 , dimana klasik atau distribusi
Maxwell-Boltzman. Oleh karena itu dalam jangakauan energi tinggi, dengan kata lain, dalam ekor distribusi
Fermi-Dirac, elektron-elektron mungkin diperlakukan oleh mekanika statistik klasik.
𝑘𝑇
𝐶𝑒 = 2R (4.31)
𝐸𝐹
Kita lihat bahwa panas spesifik elektron tereduksi dari nilai klasiknya, dimana orde R, dengan
faktor 𝑘𝑇/𝐸𝐹 . Untuk 𝐸𝐹 = 5 Ev dan T = 300oK, faktor ini sama dengan 1/200. Reduksi besar
ini merupakan sebuah kesesuaian dengan percobaan, sebagaimana diutarakan sebelumnya.
Sehingga disebut temperatur Fermi TF, yang biasanya dipakai dalam konteks ini,
terdefinisi sebagai EF =kTF, dan panas spesifik dapat dituliskan sebagai
𝑇
𝐶𝑒 = 2R
𝑇𝐹
Nilai tipikal untuk TF berdasarkan 𝐸𝐹 = 5 eV, adalah 60,000oK. Oleh karena itu untuk panas
spesifik dari elektron dalam zat padat untuk mencapai nilai klasiknya, zat padat harus
dipanaskan pada temperatur yang dibandingkan dengan TF. Namun hal ini tidak mungkin,
tentu saja, sebagaimana zat padat akan bertahan karena telah meleleh dan terevaporasi!
Kesemua temperatur percobaan, oleh karena itu, panas spesifik elektron sangatlah jauh
dibawah nilai klasiknya.
Kesimpulan menarik lainnya dari (4.32) adalah bahwa kapasitas panas 𝐶𝑒 dari elektron
merupakan sebuah fungsi linier temperatur. Hal ini tidak seperti panas kapasitas kisi-kisi 𝐶𝐿 ,
dimana konstan pada temperatur tinggi, dan proporsional pada T3 pada temperatur rendah.
Evaluasi pasti dari kapasitas panas elektronik memberikan
𝜋2 𝑘𝑇
𝐶𝑒 = R (4.32)
2 𝐸𝐹
yang sangat jelas berorde sama dengan magnitudo pernyataan perkiraan (4.31).

4.7 PERMUKAAN FERMI


Elektron dalam sebuah logam dalam keadaan berkesinambungan dengan pergerakan acak.
Karena elektron dipertimbangkan menjadi partikel bebas, energi sebuah elektron merupakan
kinetik secara keseluruhan, dan dapat ditulis
1
𝐸= 𝑚∗ 𝑣 2 ,
2

dimana v merupakan kecepatan partikel. Perkenalkanlah konsep kecepatan ruang, dimana


axisnya vx, vy dan vz. Setiap titik dalam ruang mewakilkan sebuah kecepatan unik-keduanya
dalam magnitudo dan arah.
Pertimbangkan elektron konduksi dalam kecepatan ruang. Elektron ini memiliki banyak
perbedaan kecepatan, dan karena kecepatan ini acak, titik-titik mewakilkan mereka mengisi
ruang secara teratur, sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 4.7. Catat, bagaimanapun,
bahwa terdapat ruang diluar dimana kesemua titik kosong. Jari-jari dari bola adalah kecepatan
Fermi vF, yang berhubungan pada energi Fermi oleh hubungan umum
1
EF = 2 𝑚∗ 𝑣𝐹2 , (4.33)

Alasan mengapa kesemua titik diluar bola kosong adalah bahwa mereka sesuai pada energi-
energi lebih besar dibandingkan EF, dimana tidak didiami pada T = 0oK, sebagaimana
didiskusikan dalam Bagian 4.6. Kesemua titik didalam bola secara sempurna penuh. Bola ini
dikenal sebagai bola Fermi, dan permukaannya disebut permukaan Fermi.

Gambar 4.7 Permukaan Fermi dan bola Fermi

Permukaan Fermi (FS), yang sangat signifikan dalam banyak fenomena keadaaan padat,
sebagai contoh, sifat transportasi tidak dibuat-buat dengan kemampuan ternilai oleh
temperatur. Ketika temperatur naik, secara relatif hanya beberapa elektron tereksitasi dari
dalam ke luar permukaan Fermi, dan ini memiliki efek kecil, sebagaimana kita lihat. Oleh
sebab itu FS berdiri sendiri, beridentitas tetap, dan sebaiknya diakui sebagai karakteristik fisik
logam.
Kecepatan Fermi vF sangat luas. Jika kita substitusi EF = 5 eV dalam (4.33) dan
menghitung vF, kita temukan bahwa vF = (2EF/m*)1/2 ≅( 2 × 5 × 1.6 × 10-19/9 × 10-31)1/2 ≅
106 m.s-1, dimana sekitar satu juta kecepatan cahaya. Oleh karena itu elektron pada FS
bergerak sangat cepat. Lebih lanjut, kecepatan Fermi, seperti permukaan Fermi tidak
bergantung pada temperatur.
Nilai energi Fermi ditentukan secara utama oleh konsentrasi elektron. Semakin besar
konsentrasi, semakin besar tingkat energi terbanyak yang dibutuhkan untuk mengakomodasi
kesemua elektron (berkenaan pada gambar 4.6a), dan oleh karena itu semakin besar EF.
Bagian 5.2 akan memperlihatkan bahwa EF diberikan oleh
ℎ2
EF = 2𝑚∗ (3𝜋 2 𝑁)2/3 , (4.34)

Jika mensubstitusikan nilai tipikal N = 1028 m-3, temukan bahwa EF ≅ 5 eV, dalam kesesuaian
dengan pernyataan pertama kita. Tabel 4.1 menuliskan energi-energi Fermi dari logam yang
berbeda.
Permukaan Fermi akan didiskusikan dalam perincian lebih luas dalam Bagian 5.12,
dimana interaksi elektron dengan kisi-kisi diambil kedalam perhitungan. Kita akan mencari
disana bahwa FS mungkin terdistorsi dari bentuk bola sederhana dipertimbangkan disini,
distorsi ini ditimbulkan oleh interaksi elektron-kisi-kisi. Untuk saat ini, bagaimanapun, model
elektron bebas dan FSnya memuaskan tujuan kita.

4.8 KONDUKTIVITAS LISTRIK; EFEK PERMUKAAN FERMI


Kita telah membahas konduktivitas listrik pada Bagian 4.3, yang mana kita perlakukan
elektron pada klasik dasar. Bagaimana hasil modifikasi ketika FS dimasukkan ke dalam
perhitungan?
Mari kita amati gambar 4.8. Dalam ketiadaan medan listrik, bola Fermi berpusat pada
pusatnya (gambar 4.8a). Berbagai macam elektron yang semuanya bergerak-beberapa
bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi-dan membawa arusnya masing-masing.
Namun arus total dari sistem tersebut adalah nol, karena, untuk setiap elektron dengan
kecepatan v terdapat elektron lainnya dengan kecepatan – v, dan penjumlahan dari dua jenis
arus tersebut adalah nol. Kesemua arus total tersebut hilang dikarenakan adanya peundaan
pembentukan pasangan dari arus elektron.

Gambar 4.8 (a) Bola Fermi pada kesetimbangan. (b) pemindahan dari bola Fermi dikarenakan
sebuah medan listrik.
Situasi berubah ketika medan diterapkan. Jika medan berada pada arah sumbu-x positif,
setiap elektron memperoleh kecepatan aliran (kecepatan drift) vd = -(eτ/m*)δ, seperti pada
persamaan (4.7). Keseluruhan bola Fermi dipindahkan ke kiri seperti ditunjukkan gambar
4.8(b). Walaupun perpindahannya sangat kecil dan walaupun kelebihan yang sangat besar
dari elektron masih menunda setiap pembentukan pasangan, beberapa elektron–dalam bagian
sabit yang diarsir pada gambar–tersisa tak terkompensasi. Itu adalah keseluruhan elektron
yang menghasilkan arus yang teramati.
Mari kita perkirakan kerapatan arusnya: Pembagian dari elektron yang tersisa tak
terkompensasi kira-kira vd/vF. Konsentrasi dari keseluruhan elektron ini adalah N(vd/vF), dan
sejak setiap elektron memeiliki kecepatan kira-kira -vF , kerapatan arusnya diberikan sebagai
berikut
J ≅ - e N (vd/vF)(- vF) = N e vd
dimana dengan substitusi dari vd = -(eτ/m*)δ, menghasilkan
𝑁𝑒 2 𝜏𝐹
𝐽= 𝛿
𝑚∗
dimana τF adalah waktu tumbukkan dari sebuah elektron pada FS. Hasil dari konduktivitas
listriknya adalah
𝑁𝑒 2 𝜏𝐹
𝜎= (4.35)
𝑚∗

Ini secara tepat sama dengan hasil yang diperoleh secara klasik, kecuali nilai τ diganti dengan
τF. Persamaan (4.35), hanya merupakan sebuah perkiraan turunan, dapat dibenarkan dengan
sebuah analisis statistik yang lebih detail dan akurat.
Gambar nyata dari konduksi listrik semuanya cukup berbeda dari persamaan klasik yang
dipertimbangkan pada Bagian 4.4, yang kita asumsikan bahwa arus yang dibawa sama
dengan semua elektron, yang masing-masing bergerak dengan kecepatan yang sangat kecil vd.
Dimana arus, pada kenyataannya, hanya dibawa oleh elektron yang sangat sedikit, yang
semuanya bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kedua pendekatan membimbing
kita ke hasil yang sama, tetapi kemudian lebih akurat. Kondisi ini dapat dilihat dari fakta
bahea hanya waktu tumbukan dari elektron pada FS, τF, muncul dalam persamaan (4.35)
untuk σ.
Jika kita substitusikan τF = lF/vF ke dalam persamaan (4.35), kita menemukan bahwa
𝑁𝑒 2 𝑙𝐹
𝜎= ∗
𝑚 𝑣𝐹
Hanya jumlah pada ruas kanan yang bergantung pada suhu adalah berarti garis bebas lF.
Sejak lF ~ 1/T pada suhu tinggi, seperti kita lihat pada bagian 4.5, yang mengikuti kondisi
σ~1/T atau ρ~T, dalam kesepakatam dengan diskusi kita sebelumnya tentang resistivitas
listrik.
Yang terpenting dari FS dalam fenomena transport sudah jelas sekarang. Semenjak arus
ditransport oleh elektron yang terbentang dekat dengan permukaan Fermi, fenomena ini
sangat sensitif untuk properti, bentuk, dll., pada permukaan ini. Elektron dalam menyimpang
sangat jauh sebagai proses konduksi yang diperhatikan.
Kenyataan yang mendasari jawaban yang sama mungkin diperoleh secara klasik sebagai
mekanika kuantum (dengan penyetelan yang tepat untuk waktu tumbukan) memberanikan
kita untuk menggunakan prosedur klasik yang lebih sederhana. Dengan ini kita harus
melakukan dimanapun mungkin untuk dilakukan dalam bagian sebelumnya.

4.9 KONDUKTIVITAS TERMAL DALAM LOGAM


Ketika ujung-ujung dari kawat pada suhu yang berbeda , panas mengalir dari ujung panas
ke ujung dingin. (Ingat kembali pembahasan kita pada Bagian 3.9 pada konduktivitas termal
dalam insulator). Fakta ekperimental dasar adalah arus panas Q-yang merupakan jumlah
energi panas yang menyeberangi unit area per unit waktu-adalah sesuai dengan gradien suhu,
𝑑𝑇
𝑄 = −𝐾
𝑑𝑥
dimana K adalah konduktivitas termal. Dalam insulator (bahan penyekat), panas dibawa ke
seluruhnya oleh fonon-fonon, tetapi dalam logam panas mungkin dipindahkan oleh elektron
dan fonon. Konduktivitas K bagaimanapun sama dengan penjumlahan dari dua kontribusi
𝐾 = 𝐾𝑒 + 𝐾𝑝ℎ
dimana Ke dan Kph mengacu pada elektron dan fonon berturut-turut. Dalam kebanyakan
logam, kontribusi dari elektron sangat melampaui fonon, karena konsentrasi tinggi dari
elektron; secara khusus Kph ≈ 10-2 Ke. Dengan demikian, konduktivitas dari fonon untuk
selanjutnya akan diabaikan dalam bagian ini.

Gambar 4.9 Dasar fisika untuk konduktivitas termal. Elektron berenergi membawa energi bersih ke kanan
Proses fisika dari konduksi panas yang diwakili elektron diilustrasikan pada gambar 4.9.
Elektron pada ujung panas (ke kiri) bergerak di semua arah, tetapi pembagian khusus
bergerak ke kanan dan membawa energi ke ujung yang dingin. Secara sama, pembagian
khusus dari elektron pada ujung dingin (di kanan) akan bergerak ke ujung kiri dan membawa
energi ke ujung panas. Semua ini berlawanan dengan pergerakan elektron yang sama dengan
pergerakan arus, tetapi semua pada ujung yang panas lebih memiliki rata-rata energi
dibanding dengan bagian kanan, sebuah energi net dipindahkan ke kanan, yang merupakan
hasil dari aliran arus panas. Catat bahwa panas dipindahkan hampir secara keseluruhan oleh
semua elektron di sekitar level Fermi, karena semuanya yang tepat di bawah level ini maka
satu sama lain akan saling membatalkan kontribusi masing-masing. Sekali lagi ini terlihat
bahwa elektron pada FS memainkan aturan pokok dalam phenomena transport elektron .
Untuk mengevaluasi konduktivitas termal K secara kuantitatif, kita gunakan persamaan K
= Cvl/3, digunakan dalam Bagian 3.9 dalam memperlakukan elektron dalam transpor panas
dalam insulator. Kita sebut Cv sebagai panas spesifik per satuan volume, v adalah kecepatan
dan I berarti jalan bebas dari partikel yang terlibat. Dalam kasus sekarang, dimana elektron
terlibat, Cv adalah panas spesifik elektronik dan harus dapat disubstitusikan dari (4.32); juga
R harus digantikan dengan Nk, sejak kita menyepakati disini dengan sebuah satuan volume
kurang dari sebuah molekul. Sebagai tambahan, v dan l harus digantikan dengan vF dan lf ,
mulai saat hanya elektron yang terletak pada level Fermi yang efektif.
1 𝜋 2 𝑁𝑘 2 𝑇
𝐾= ( ) 𝑣𝑓 𝑙𝑓
3 2𝐸𝑓
1 ∗ 2
𝐸𝑓 = 𝑚 𝑣𝑓
2
jika lf/vf = τF, kita dapat menyederhanakan pernyataan untuk K menjadi
𝜋 2 𝑁𝑘2 𝑇τ𝐹
𝐾= (4.36)
3𝑚∗

yang menyatakan konduktivitas termal dalam bentuk dari kandungan elektron dari logam.
Dengan mensubstitusikan nilai umum dari parameter elektron, akan mendapatkan K ≈ 50
cal/m oK-s. Tabel 4.2 memberikan nilai pengukuran dari K untuk beberapa jenis logam, dan
menunjukkan bahwa pada dasarnya teori memiliki persamaan dengan hasil eksperimen.
Table 4.2
Konduktivitas Termal dan Bilangan Lorens (Suhu Ruangan)
Elemen Na Cu Ag Au AL Cd NI Fe
K, cal/m oK.s 33 94 100 71 50 24 14 16
L, cal.ohm/s . oK 5,2x10-9 5,4 5,6 5,9 4,7 6,3 3,7 5,5

Ada banyak parameter yang muncul pada persamaan untuk K yang juga termasuk ke dalam
persamaan untuk Konduktivitas listrik σ. Dimana σ = Ne2 τF /m* , kita dengan mudah dapat
membentuk perbandingan K/ σT yaitu
1 𝜋𝑘 2
𝐾 = 3( 𝑒 ) (4.37)

Bilangan Lorentz L , karena hanya berdasarkan pada konstanta umum k dan e, seharusnya
sama untuk setiap logam. Yang memiliki nilai numerik 5,8 x 10-9 cal-ohm/s oK2 . Kesimpulan
ini menganjurkan bahwa konduktivitas listrik dan termal secara mendasar saling berhubungan,
seperti yang diperkirakan, karena arus listrik dan arus termal sama-sama dibawa oleh elektron.
Tabel 4.2 menjabarkan bilangan Lorentz untuk logam yang berbeda jenis secara meluas,
dan kita dapat melihat bahwa nilainya sangat dekat dengan nilai yang diperkirakan.
Kenyataan bahwa kesepakatan tidak secara terperinci merangkai dari (a) kegunaan dari
model elektron bebas yang cukup sederhana, dan (b) tindakan penyederhanaan yang
digunakan dalam menghitung koefisien transport σ dan K. Tindakan perbaikan menunjukkan
bahwa L benar-benar bergantug pada logam yang kita bahas.

4.10 PERGERAKAN DALAM MEDAN MAGNET: RESONANSI


SIKLOTREN DAN EFEK HALL
Penerapan pada dari medan magnet untuk logam memberikan peningkatan untuk beberapa
efek menarik yang meningkat dari elektron konduksi. Resonansi siklotren dan efek sebagian
adalah dua hal yang kita harus gunakan untuk menyelidiki bagian dari elektron konduksi.

Resonansi siklotren
Gambar 4.10 menggambarkan fenomena dari resonansi siklotren. Sebuah medan magnet
yang diterapkan melintasi sebuah lempengan logam mengakibatkan elektron bergerak dalam
sebuah pola lingkaran berlawanan dengan arah jarum jam dalam sebuah bidang datar normal
pada medan. Frekuensi dari pergerakan siklotren, dikenal sebagai frekuensi siklotren, sebagai
berikut
𝑒𝐵
𝜔𝑐 = 𝑚∗ 4.38

Jika kita substitusikan nilai dari massa elektron bebas , kita dapatkan
𝜔𝑐
𝑣𝑐 = = 2.8 𝐵 𝐺𝐻𝑧
2𝜋
dimana B dalam kilogauss. Untuk nilai B =1 kG, frekuensi siklotren adalah vc = 2.8 GHz,
yang berada dalam rentang gelombang mikro.

Gambar 4.10 (a) pergerakan siklotren. (b) koefisien absorbsi α dengan ω.


Sekarang kita anggap sinyal elektromagnet menembus lempengan dalam arah pararel
menuju B. Seperti ditunjukkan dalam gambar, medan listrik dari sinyal bereaksi pada elektron
dan beberapa energi dalam sinyal tersebut diserap. Rentang penyerapan paling tinggi ketika
frekuensi sinyal tepat sama dengan frekuensi dari siklotren:
𝜔 = 𝜔𝑐 (4.39)
Hal ini terjadi dikarenakan, ketika kondisi ini benar-benar tertahan, masing-masing elektron
bergerak secara serempak dengan gelombang melalui lingkaran, dan oleh karena itu
penyerapan terus berlanjut melalui lingkaran. Jadi persamaan (4.39) adalah syarat untuk
resonansi siklotren. Dengan cara berbeda, ketika persamaan (4.39) tidak sesuai, berarti
elektron berada dalam fasa dengan gelombang yang hanya melalui sebagian dari lingkaran,
selama waktu yang digunakan untuk menyerap energi gelombang. Dalam lingkaran sisanya,
elektron berada di luar fasa dan mengembalikan energi ke gelombang. Bentuk dari kurva
absorbsi sebagai fungsi dari frekuensi yang ditunjukkan dalam gambar 4.10(b).
Resonansi siklotren biasanya digunakan untuk mengukur massa elektron dalam logam
ataupun semi konduktor. Frekuensi siklotren djelaskan dari kurva absorbs, dan nilai ini
kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (4.38) untuk mengevaluasi massa efektif.
Ketepatan dengan m* dijelaskan bergantung pada akurasi dari ωc dan B. Salah satu dapat
mengukur frekuensi siklotren ωc dengan sangat akurat, secara khusus jika salah satu
menggunakan sinar laser dan oleh karena akurasi dari pengukuran m* hanya terbatas oleh
akurasi dari pengukuran dari medan magnet dan homogenitas melewati contoh.
Efek Hall
Proses fisika utama dari efek Hall digambarkan pada gambar 4.11. Andaikan arus listrik Jx
mengalir dalam sebuah kawat pada sumbu-x, dan sebuah medan magnet Bz diterapan normal
pada kawah arah sumbu-z. kita harus menunjukkan bahwa ini ditujukan untuksebuah medan
listrik tambahan, normal untuk arah Jx dan Bz yang mana dalam arah sumbu- y.
Untuk melihat bagimana ini terjadi, pertama mari kita anggap keadaaan sebelum medan
magnet diperkenalkan. Terdapat arus listrik yang mengalir dalam arah sumbu-x positif, yang
berarti elektron konduksi bergerak dengan kecepatan v dalam arah sumbu-x negatif. Ketika
medan magnet diperkenalkan, Gaya Lorentz F = e(v x B) menyebabkan elektron membelok
ke bawah, seperti ditunjukkan pada gambar. Sebagai hasilnya, akumulasi elektron pada
permukaan yang lebih rendah, menghasilkan muatan negatif bersih disana. Secara serentak
muatan positif bersih muncul pada permukaan yang lebih tinggi, karena ada kekurangan
elektron disana.
Jika puncak dari kurva penyerapan terlihat dengan jelas, dan oleh karena itu frekuensi
siklotren dapat dijelaskan dengan akurat, kondisi ωcτ >> 1 harus dipenuhi. Ini berarti elektron
dapat melakukan banyak putaran siklotren selama waktu yang diperlukan untuk membuat
sebuah tumbukkan tunggal. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, kurva waktu tumbukkan menjadi
sangat lebar yang freakuensi tidak unik dari ωc yang dapat dibedakan. Kombinasi dari muatan
permukaan positif dan negatif menghasilkan medan listrik ke bawah, yang disebut sebagai
medan Hall.
Untuk membuat jumlah ωcτ sebesar mungkin, sebuah peningkatan frekuensi ωc menggunakan
medan magnet yang sangat tinggi - sekitar 50 kG-dan meningkatkan waktu tumbuk dengan
mendinginkan sampel sampai ke temperature rendah, sekitar 100K.

Gambar 4.11 Bentuk asli dari medan Hall dan efek Hall
Mari kita evaluasi efek Hall ini. Gaya Lorentz L yang menghasilkan akumulasi muatan dalam
posisi pertama pada arah sumbu-y negatif dan memiliki nilai
𝑓𝐿 = 𝑒𝑣𝑥 𝐵
dimana tandanya sudah benar-benar disesuaikan sehingga FL negatif, dalam kesesuaiannya
dengan gambar . Sekarang medan dibuat dengan muatan permukaan menghasilkan sebuah
gaya yang berlawanan dengan gaya Lorentz. Proses akumulasi berlajut sampai gaya Hall
tuntas menghadang gaya Lorentz. Sehingga pada kondisi steady FH = FL :
−𝑒𝛿𝐻 = −𝑒 𝑣𝑥 𝐵 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛿𝐻 = 𝑣𝑥 𝐵
Yang merupakan medan Hall. Itu sangat mudah untuk mengekspresikan ini dalam bentuk
dari kuantitas pengukuran, dan untuk tujuan ini kecepatan vx ditampilkan dalam bentuk rapat
arus Jx = N(- e)vx. Ini menyebabkan
1
𝛿𝐻 = − 𝑁 𝐽𝑥 𝐵 (4.40)
𝑒

Medan Hall proporsional untuk medan listrik dan medan magnet. Konstanta proporsionalitas
– yaitu δH/JxB – dikenal sebagai konstanta Hall, yang biasanya dituliskan dengan RH. Dimana
1
𝑅𝐻 = − 𝑁 (4.41)
𝑒

Hasil (4.41) sangat berguna dalam praktek. Karena RH berbanding terbalik dengan
konsentrasi elektron N, yang berikutnya kita dapat menjelaskan N dengan mengukur medan
Hall. Dalam kenyataannya, ini adalah teknik standar untuk menjelaskan konsentrasi elektron.
Teknik ini secara khusus bernilai karena sebagian dari N, hanya kuantitas pada RH
berdasarkan arus pada elektron, -e, yang merupakan konstanta dasar fisikia yang nilainya
diketahui dengan sangat akurat. Tabel 4.3 memberikan konstanta Hall untuk beberapa logam
umum.
Tabel 4.3
Konstanta Hall (dalam Volt m3/amp weber pada Suhu Ruangan)
Li Na Cu Ag Au Zn Cd Al
-1.7 x 10-10 -2.50 -0.55 -0.84 -0.72 +0.3 +0.6 -0.30

Kegunaan lain dari konstanta Hall adalah menendakan ketergantungan dari tanda dari muatan
dari arus yang dibawa. Jadi elektron, menjadi bermuatan negatif, menyebabkan konstanta
Hall menjadi negatif. Dengan perbedaan, kita seharusnya melihat dalam Bab 5 bahwa
Koefisien Hall disebabkan konduksi dari hole (yang bermuatan positif) adalah positif. Jadi
tanda RH mengindikasikan tanda dari pembawa yang terlibat, yang merupakan informasi yang
sangat penting, khususnya dalam kasus semikonduktor. Sebagai contoh, konstanta Hall untuk
logam Zn dan Cd bernilai positif menandakan arus dalam substansinya dibawa oleh hole.
Analisa di atas menunjukkan aspek menarik lainnya dari proses tranfer dalam kehadiran dari
medan magnet: arusnya sendiri mengalir dalam arah sumbu-x, yang tidak terpengaruh oleh
medan. Hasil ini, sekalipun salah satu bernilai negatif, tetapi menarik karena itu agak tak
diharapkan. Gaya Lorentz pada medan, yang cenderung mempengaruhi Jx, dibatalkan oleh
gaya Hall, jadi elektron mengalir secara horizontal melalui sampel, meninggalkan medan.

4.11 KONDUKTIVITAS AC DAN SIFAT OPTIK


Kita telah membahas Konduktivitas listrik statis pada subbab 4.4. Sekarang mari kita pikirkan
Konduktivitas listrik dalam kehadiran dari sebuah medan Arus bolak balik (AC). Ini sangat
berhubungan dengan sifat Optik, seperti yang seharurnya kita lihat segera; istilah “optik”
disini meliputi semua rentang frekuensi , dan tidak terbatas pada wilayah tampak saja.
Pikirkan gelombang EM transversal, menyebar dalam arah sumbu-x yang terpolarisasi pada
arah sumbu-y. Medan listrik ini dapat dijabarkan dengan
𝛿𝑦 = 𝛿0 𝑒 𝑖(𝑞𝑥−𝜔𝑡) (4.42)
Persamaan gerak dari Elektron Konduksi di dalam keberadaan medan AC adalah sama
dengan persamaan (4.6) yang menghasilkan solusi steady state (mantap stabil)
𝑒𝜏 1
𝑣𝑦 = − 𝑚∗ 1−𝑖𝜔𝜏 𝛿 (4.43)

Rapat arus JY = N(-e)vy, yang mana dalam persamaan (4.43) mengarah ke konduktivitas AC
𝜎
0
𝜎 = 1−𝑖𝜔𝜏 (4.44 )
𝑁𝑒 2 𝜏
dimana 𝜎0 = adalah konduktivitas statis apada umumnya. Konduktivitas sekarang
𝑚∗

merupakan quantitas komplek = 𝜎 ′ + 𝑖𝜎" , yang mempunyai komponen real dan imajiner
adalah sebagai berikut:
𝜎 𝜎 𝜔𝜏
𝜎′ = 1+𝜔02 𝜏2 0
𝜎" = 1+𝜔 2 𝜏2
(4.45)

Bagian riil σ’ mewakili arus fase masuk yang menghasilkan pemanas jole reistif, ketika σ”
mewakili π/2 arus induktif diluar fase. Sebuah pengujian dari σ’ dan σ” sebagai fungsi dari
frekuensi menunjukkan bahwa di dalam daerah frekuensi rendah, ωτ << 1, σ”<< σ’. Elektron
menunjukkan sebuah karakter resistif dasar. Karena τ ≈ 10-14 s, ini merentangkan seluruh
rentang frekuensi yang sama naik melampaui infra merah. Dalam daerah frekuensi tinggi, ωτ
>> 1, bagaimanapun yang sesuai dengan cahaya UV dan cahaya tampak, σ” >> σ’, dan
elektron menunjukkan secara jelas sebuah karakter induktif dasar. Tanpa adanya energi yang
diserap dari medan di dalam rentang ini, dan tidak ada energi panas joule yang muncul.
Mari kita lihat pada respon dari elektron dari sudut pandang yang berbeda. Kita gunakan satu
dari persamaan Maxwell
𝜕𝛿
∇ 𝑥 𝐻 = 𝜖𝐿 ~ 𝜕𝑡 (4.46)

Dimana bentuk pertama pada sisi kana menyatakan pemindahan arus terkait dengan
polarisasi dari pusat ion, ketika bentuk kedua, J, merupakan arus konvektif pada elektron
konduksi. Kita mungkin mengelompokkan ke dua arus bersama: ditulis J = σδ = (σ/-
iω) 𝜕𝛿/ 𝜕𝑡 untuk sebuah medan AC, kita tuliskan kembali persamaan (4.46) sebagai
𝜕𝛿
∇ 𝑥 𝐻 = 𝜖~ (4.47)
𝜕𝑡

Dimana 𝜖~ adalah konstanta dielektrik total


𝜕
𝜖~ = 𝜖𝐿 + 𝑖 𝜔 (4.48)

Sekarang kita perhatikan elektron konduksi sebagai bagaian dari medium dielektrik, yang
masuk akal, karena hanya berosilasi di sekitar titik kesetimbangannya tanpa sebuah translasi
pergerakan. Substitusikan σ~ dari (4.45) ke dalam (4.48), untuk konstanta dielektrik relatif,
∊~r = ∊~/∊o ,
𝜎0 𝜏 𝜎0
𝜖 ~ = (𝜖′𝑟 ) + 𝑖𝜖"𝑟 = (𝜖𝐿,𝑟 − 𝜖 )−𝑖𝜖 (4.49)
0 (1+𝜔 2 𝜏2 ) 0 𝜔(1+𝜔
2 𝜏2)

Indek bias medium n adalah


1

𝑛~ = 𝜖𝑟 2 = 𝑛 = 𝑖𝑘 (4.50)
dimana n adalah indak bias umum dan κ adalah koefisien pemadaman (extinction). Dalam
percobaan Optik, n dan κ tidak bias diukur secara langsung, tapi kadang-kadang reflektivitas
R dan koeefisien absorbs α. Dapat ditunjukkan bahwa semuanya saling berhubungan untuk n
dan κ oleh persamaan
(𝑛−1)2 +κ2
𝑅 = (𝑛+1)2 +κ2 (4.51)
2𝜔
𝛼= κ (4.52)
𝑐

dimana c adalah kecepatan cahaya di ruang hampa. Persamaan (4.49) dengan bantuan
persamaan (4.52) menjelaskaan sifat dari elektron dari seluruh rentang frekuensi, tetapi kadar
fisisnya paling bagus dimengerti dengan memeriksa keterlibatannya dalam berbagai daerah
frekuensi.

a) Daerah frekuensi rendah ωτ << 1. Persamaan diatas menunjukkan bahwa ∊~r berkurang
untuk nilai imaginer є ~r ≈ єr” dalam daerah ini dan oleh karena itu
𝜖 1/2 𝛿 1/2
|𝑁| ≈ |κ| = ( "𝑟 ) = (2𝜖 0𝜔) (4.53)
2 0
Invers dari koefisien absorbsi δ=1/α dikenal sebagai tebal kulit. Kita dapat mengevaluasi
δ sebagai
2
𝜖 𝑐2
𝛿 = (2𝜎0 𝜔) (4.54)
0

Dalam praktikum, δ bernilai sangat kecil (untuk Cu pada ω = 107 s-1, δ = 100μ)
menandakan bahwa berkas Optik terjadi pada specimen logam hanya menembus sebuah
jarak pendek di bawah permukaan.

b) Daerah frekuensi tinggi 1 << ωτ, daerah ini menutupi rentang cahaya tampak dan
ultraviolet. Persamaan (4.49) menunjukkan bahwa 𝜖𝑟~ berkurang menuju nuilai real.

2
𝜔𝑝
𝜖𝑟 = 𝜖𝐿,𝑟 (1 − 𝜔2 ) (4.55)

dimana
𝑁𝑒 2
𝜔𝑝2 = 𝜖 ∗
(4.56)
𝐿𝑚

dan dimana kita menggunakan hubungan dari σ0 = ne2τ/m*. Frekuensi ωp dikenal sebagai
frekuensi plasma. Kita dapat melihat dari persamaan (4.55) bahwa daerah frekuensi tinggi
dapat dibagi menjadi dua subwilayah: dalam subwilayah ω<ωp, єr<0 dan berakibat, dari
(4.50) n = 0. Dalam tampilan (4.51), membawa ke R = 1. Logam menunjukkan refleksifitas
sempurna. Di subwilayah yang lebih tinggi ω>ωp, єr>0, untuk alasan yang sama κ = 0.
Didalam rentang ini, α = 0, 0<R<1 dan medium logam beraksi seperti sebuah dielektrik
nonabsorbsi transparan contohnya kaca.

Gambar 4.12 Tepi refleksi plasma


Gambar diatas menjelaskan ketergantungan dari refleksifitas terhadap frekuensi, menunjukan
diskontinyu dramatik jatuh ke dalam R pada ω=ωp, yang diketahui sebagai tepi refleksi
plasma. Frekuensi ωp pada persamaan (4.56) sebanding dengan kerapatan elektron N. di
dalam logam kerapatan termasuk ωp masuk ke rentang cahaya tampak maupun ultraviolet
(tabel 4.4)
Tabel 4.4
Tepi Refleksi (Frekuensi Plasma) dan
Hubungan Panjang Gelombang untuk Beberapa Logam
Li Na K Rb
ωp 1.22x1016s-1 0.89 0.593 0.55
λp 1550 A 2100 3150 3400

Bagian penting lainnya dari ωp dapat disimpulkan dari persamaan Maxwell


∇. 𝐷 = 𝜖∇. 𝜀 = 0 (4.57)
dimana D = є.ε merupakan medan perpindahan listrik (lihat juga pada Bagian 8.2). persamaan
ini mengakui keberadaan dari mode longitudinal untuk ∇. 𝜀 ≠ 0 , terbukti jika
𝜖 = 𝜖0 𝜖𝑟 = 0 (4.58)
Dapat dilihat pada persamaan (4.55) dimana 𝜖𝑟 menghilang saat ω=ωp. Mode ini dikenal
sebagai mode plasma, yang diamati di dalam logam dan mendapat banyak perhatian di tahun
1950 dan 1960an.
Sebagai catatan dari dua komponen konstanta di elektrik bagian riil 𝜖′𝑟 mewakili polarisasi
dari muatan terstimulasi dari medan, sementara itu 𝜖′′𝑟 mewakili penyerapan neergi oleh
system. Kita dapat melihat kondisi ini karena persamaan (4.48) dan (4.49) secara tidak
langsung menyatakan bahwa 𝜖′′𝑟 ~𝜎′ , dan kuantitas berikutnya berhubungan dengan
penyerapan energi, seperti dijelaskan pada awal subbab ini.

4.12 EMISI TERMIONIK


Ketika logam dipanaskan, elektron dipancarkan dari permukaan, sebuah fenomena yang
dikenal sebagai emisi termionik. Ini dilakukan dalam tabung vakum, di dalam katoda logam
dipanaskan secara biasa dalam tujuan untuk memberikan elektron yang diperlukan untuk
operasi dalam tabung.
Gambar 4.13 Emisi termionic
Gambar 4.13 menunjukkan skema tingkat energi untuk elektron pada logam, berdasarkan
model elektron bebas. Pada T =00K, semua tingkat diisi hingga mencapai Level Fermi EF,
diatas bagian semua tingkatan adalah kosong. Catat juga bahwa sebuah elektron pada EF
tidak dapat keluar dari logam karena adanya energi pembatas pada permukaan, Ketinggian
energi pembatas dilambangkan φ, yang dikenal sebagai fungsi kerja. Fungsi kerja ini
bervariasi untuk satu logam ke logam lainnya , tapi secara umum berada pada rentang 1.5 -5
eV.
Pada T =00K, tidak ada elektron yang dapoat keluar dari logam. Tetapi seiring kenaikan suhu,
tingkat diatas EF mulai ditempati karena adanya transfer elektron dari tingkatan dibawah EF.
meskipun tingkatan pembatas ,untuk energi lebih tinggi dari (Ef + φ) ,menjadi ditempati
untuk beberapa tingkatan. Elektron pada level berikutnya memiliki energi yang cukup untuk
melewati energi batar dan bertanggung jawab untuk terjadinya emisi yang diamati dari
permukaan.
Mari kita evaluasi kerapatan arus untuk elektron yang dipancarkan, bawa permukaan
logam agar normal untuk arah sumbu–x. Anggap jumlah elektron yang memiliki komponen
kecepatan pada rentang (vx, vy, vz) untuk (vx + dvx, vy + dvy, vz + dvz). Konsentrasinya
dituliskan
3 𝑚∗ (𝑣2 2 2
𝑥 +𝑣𝑦 +𝑣𝑧 )
3 𝑚∗ 2 −
𝑑 𝑁 = 𝑁 (2𝜋𝑘𝑇) 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 (4.59)

Kita dapat menggunakan distribusi Maxwell-Boltzman karena elektron terpengaruh dalam


proses emisi yang semuanya sangat tinggi diatas level vermin yang dapat di jelaskan dengan
sangat akurat oleh distribusi ini (Bagian 4.6). kerapatan dari arus pancaran dikarenakan
elektron ini diberikan oleh
𝑑𝐽𝑥 = −𝑒𝑣𝑥 𝑑 3 𝑁 (4.60)
Seperti pada persamaan (4.8), untuk menemukan kerapatan arus dikarenakan semua elektron,
kita harus menjumlahkan semua kecepatan yang terlibat

𝐽𝑥 = ∫ 𝑑𝐽𝑥
3
∗ (𝑣 2 +𝑣 2 +𝑣 2 )
𝑚∗ 2 𝑚 𝑥 𝑦 𝑧
= −𝑒 ( ) ∭ 𝑣𝑥 𝑒 − 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2𝜋𝑘𝑇
Saat kita mengeluarkan integrasi ini melewati semua kecepatan, rentang untuk v y dan vz
1
adalah (-∞ , ∞), tapi rentang untuk vx adalah 2 𝑚∗ 𝑣𝑥2 = EF + ∅, karena hanya elektron ini

yang memilki kecepatan yang memenuhi dalam arah yang sesuai untuk keluar dari
permukaan. Kita dapatkan
1
𝑚∗ 2 ∞ 𝑚∗ 𝑣𝑥2
𝐽𝑥 = −𝑒 ( ) ∫ 𝑣𝑥 𝑒 − 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
2𝜋𝑘𝑇 𝑣𝑥0

dimana vx0 = [2(EF + φ)/m*]1/2. Proses integrasinya mungkin dapat diselesaikan dengan
mudah yang menghasilkan
𝐽𝑥 = 𝐴𝑇 2 𝑒 −∅/𝑘𝑇 (4.61)
dimana A = m*ek2/2π2h3. Nilai numerik dari A adalah 120 amp/cm2.0K. Hasil (4.61), dikenal
sebagai persamaan Richardson-Dushman, yang cukup sesuai dengan percobaan. Itu
menunjukkan bahwa rapat arus meningkat sangat cepat terhadap suhu. Karena φ >> kT untuk
rentang temperatur biasa, rapat arus meningkat secara eksponensial terhadap suhu. Tabel 4.5
menunjukkan fungsi kerja dari beberapa logam seperti ditentukan dari pengukuran emisi
termionik.
Table 4.5
Fungsi Kerja, eV
W Ta Ni Ag Cs Pt
4.5 4.2 4.6 4.8 1.8 5.3

4.13. KEGAGALAN MODEL ELEKTRON BEBAS


Kita telah mendiskusikan model elektron bebas dengan sangat detail untuk menunjukkan
bagaimana tidak ternilainya itu dalam perhitungan untuk perangkat logam yang diamati.
Meskipun demikian, model ini hanyalah sebuah perkiraan saja, dan memiliki batasan.
Mempertimbangkan poin berikutnya
a) Model menyarankan hal lainnya setara, Konduktivitas listrik sebanding dengan
konsentrasi elektron, berdasarkan (4.9). Tidak ada kesimpulan yang ditentukan untuk
perbeadaan yang didapat dari data (tabel 4.1), karena kita tidak tahu kuantitas lainnya
dari formula (karena ini ditentukan dari σ), tetapi ini mengejutkan untuk logam valensi
dua (Be, Cd, Zn, dll) dan sekalipun logam valensi tiga (Al, In) , secara konsinsten kurang
konduktif dibandingkan dengan logam valensi satu (Cu, Ag dan Au), meskipun pada
kenyataannya logam valensi dua dan valensi tiga memiliki konsentrasi elektron yang
lebih tinggi.
b) Pernyataan lebih jauh lagi yang menentang model ini adalah kenyataan bahwa beberapa
logam menunjukkan konstanta Hall positif, contohnya Be, Zn, Cd, (tabel 4.3). Model
elektron bebas selalu memprediksi konstanta Hall negatif.
c) Pengukuran pada permukaan Fermi menandakan bahwa itu kadang-kadang bentuknya
tidak bulat (Bagian 5.12). Ini berlawanan dengan model, yang meprediksikan fungsi bola.
Kesulitan ini dan hal lainnya yang tidak perlu disebutkan disii. Dapat dipecahkan dengan
teori yang lebih hebat lagi yang digunakan dalam perhitungan interaksi dari elektron
dengan kisi. Kita harus membahas persoalan ini di Bab berikutnya.
RANGKUMAN

Elektron Konduksi
Ketika atom disatukan dalam bentuk logam, elektron valensinya melepaskan diri dari
atomnya sendiri dan bergerak melalui kristal. Elektron yang terdelokalisasi ini merupakan
elektron konduksi. Konsentrasinya dtuliskan
𝜌𝑚 𝑁𝐴
𝑁 = 𝑍𝑣 ,
𝑀𝑚𝑜𝑙
dimana ZV adalah valensi atom dan simbol lainnya memilik arti yang sama dengan
sebelumnya.

Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik dari elektron listrik, diperlakukan sebagai partikel bebas dengan waktu
tumbukan τ adalah
𝑁𝑒 2 𝜏𝐹
𝜎=
𝑚∗
Membandingkan hasil ini dengan nilai ekperimen menunjukkan bahwa waktu tumbukan
sangat singkat sampai orde 10-14 pada suhu ruang.
Ketika salah satu mengevaluasi waktu tumbukan, salah satunya lagi menemukan bahwa
sebuah kisi yang sempurna tidak menghasilkan scattering atau hamburan. Hanya getaran kisi
atau kisi yang tidak sempurna yang menghasilkan hamburan dan karenanya menentukan
waktu tumbukan. Perlakuan getaran kisi dan ketidakmurnian statis dalam kristal sebebas
mekanisnme tumbukan, yang menemukan bahwa resistivitas listrik ρ adalah
𝜌 = 𝜌𝑝ℎ (𝑇) + 𝜌𝑖
Dimana ρph ≈ T adalah resistivitas yang disebabkan oleh tumbukan getaran kisi atau Phonon,
dan ρi adalah resistivitas sisa yang dikarenakan tumbukan dari elektron dengan impuritas atau
ketidakmurnian dalam kristal.

Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal pada logam dituliskan dengan persamaan
𝐾 = 𝐿𝑇𝜎
Dimana L adalah konstanta yang dikenal dengan bilangan Lorentz
𝜋2 𝑘 2
𝐿= ( )
3 𝑒
Kapasitas Panas
Eksperimen menunjukan bahwa kapasitas panas dari elektron konduksi lebih kecil dari yang
diperkirakan dengan mekanika klasik, ini dijelaskan pada dasar dari prinsip eksklusi atau
pengeluaran bahan. Semua tingkat energi naik ke level Fermi yang di tempati, dan ketika
sistem dipanaskan, hanya elektron yang dekat dengan level Fermi yang tereksitasi. Kapasitas
elektron per mol adalah
𝜋 2 𝑘𝑇
𝐶𝑒 = 𝑅
2 𝐸𝑣

Energi Fermi
Energi Fermi ditentukan oleh konsentrasi elektron, dengan nilainya
ℎ2 2
2
𝐸𝑓 = (3𝜋 𝑁) 3
2𝑚∗

Resonansi siklotren dan efek Hall

Ketika medan magent diterapkan pada benda padat, elektron melakukan gerakan siklotren
memutar. Frekuensi siklotrennya adalah

𝑒𝐵
𝜔𝑐 =
𝑚∗

Dan pengukuran itu memungkinkan untuk menentukan massa efektif elektron.

Ketika medan magnet diterapkan untuk sebuah kawat pembawa arus, itu menghasilkan
sebuah medan magnet normal untuk medan arus dan medan magnet. Medan listrik ini atas
medan Hall, memiliki bentuk εH = RBJ, dimana konstanta Hall adalah

1
𝑅𝐻 = −
𝑁𝑒

Mengukur R menghasilkan konsentrasi elektron N.

Perangkat Optik

Konduktivitas komplek dari elektron konduksi adalah


𝜎0
𝜎~ =
1 + 𝑖𝜔𝑡

Dimana σ0 adalah konduktivitas statis. Bentuk dari σ~ menandakan bahwa elektron


merupakan gabungan dari sifat resistif-induktif. Sifat resistif didominasi dalam daerah
frekuensi rendah ω <1/τ, sementara itu sifar induktif didominasi dalam daerah frekuensi
tinggi ω >1/τ. Karena τ ini sangat pendek, daersah sebelumnya termasuk semua frekuensi
hinga dan termasuk gelombang mikro.

Konstanta dielektrik untuk semua kristal. Termasuk kisi dan elektron adalah

~ (𝜔)
𝑖𝜎 ~
𝜖 = 𝜖𝐿 +
𝜔

Sekali kita tahu konstanta dielektrik, kita dapat menetukan perangkat reflektif dan absorbtif
dari kristal. Bentuk frekuensi berikutnya dapat digambarkan

a) Daerah frekuensi rendah, ω << 1/τ. Gelombang menembus logam pada jarak yang
pendek yang dikenal dengan tebal kutil, yang memiliki nilai
2
𝜖0 𝑐 2
𝛿=( )
2𝜎0 𝜔
Reflektivitas dalam rentang frekuensi ini sangat dekat untuk bergabung.
b) Daerah frekuensi menengah 1/τ << ω < ωp . Gelombang lenyap di daerah ini dan logam
menunjukkan refleksi total.
c) Daerah frekuensi tinggi ωp < ω. Logam beraksi seperti dielektrik biasa, melalui
penyebaran gelombang tanpa pelemahan.

Mode plasma

Mode ini mengacu pada osilasi longitudinal dari sistem elektron. Frekuensinya sama dengan
frekuensi plasma 𝜔𝑝 = (𝑁𝑒 2 ⁄𝜖𝐿 𝑚∗ )1/2
Emisi termionik

Ketika logam dipanaskan, beberapa elektron pada ujung akhir dari distribusi Fermi
mendapatkan energi yang cukup untuk keluar dari permukaan logam. Rapat arus termionik
adalah

𝐽𝑥 = 𝐴𝑇 2 𝑒 −∅/𝑘𝑇

Dimana A adalah konstanta dan φ fungsi kerja logam.

REFERENSI

Sifat Transport

Terdapat banyak referensi yang memperlakukan sifat transport pada logam dalam penjelasan
yang rinci. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut

F. J. Blatt, 1968, Physics of Electron Conduction in Solids, New York : McGraw-Hill

B. Donovan, 1967, Elementary Theory of Metals, New York : Pergamon Press

F. Mott dan H. Jones, 1958, Theory of the Properties of Metals and Alloys, New York: Dover
Press

M. Rosenberg, 1963, Lov’- Temperature Solid State Physics, Oxford: Oxford University
Press

F. Seitz, 1940, Modern Theory of Solids, New York : McGraw-Hill

J. M. Ziman, 1960, Electron and Phonons, Oxford: Oxford University Press

Sifat Optik

B. Donovan, op. cit.

F. Stern, “ Elementary Theory of the Optical Properties of Metals,” Solid State Physics 15,
1963
SOAL – SOAL

1. Jelaskan perbedaan antara elektron terlokalisasi dan terdelokalisasi (atau inti) dalam
benda padat.
Jabarkan salah satu metode percobaan untuk menguji perbedaan antara kedua tipe
tersebut.
2. Teks menjelaskan bahwa elektron konduksi lebih baik dijelaskan sebagai sebuah plasma
dibandingkan sebuah gas biasa. Dalam keadaan apakah plasma berbeda dari gas?
3. Telusuri langkah-langkah yang menunjukkan bahwa arus listrik pada elektron
mempunyai arag yang sama seperti medannya, meskipun partikelnya merupakan muatan
negatif.
4. Asumsikan bahwa elektron konduksi dalam Cu merupakan gas klasik, hitunglah nilai
rms dari kecepatan elektron, dan bandingkan nilai yang didapatkan dengan kecepatan
Fermi (lihat Kasus 1)
5. Jelaskan mengapa elektron membawa energi net bukannya arus net dalam kasus
konduksi termal.
6. Perlihatkan bahwa jika keceapatan acak dari elektron yang dikarenakan pergerakan
termal gas elektron klasik, resistivitas listrik akan meningkat dengan tempeatur sebagai
T3/2.
7. Dalam percobaan resonansi siklotren, bagian dari sinyal terserap oleh elektron. Apa yang
terjadi pada energi ini ketika sistem dalam keadaaan steady-state?
8. Jelaskan secara kualitatif mengapa konstanta Hall RH memiliki nilai yang berkebalikan
dengan konsentrasi elektron N.
9. Tunjukkan secara kualitatif bahwa konstanta Hall untuk sebuah arus bermuatan positif
adalah positif.
10. Persamaan (4.54) memperlihatkan bahwa ketebalan kulit δ menjadi tak berhingga pada
frekuensi nol. Interpretasikan hasilnya.
11. Jelaskan variasi ketabalan kulit terhadap temperatur.
12. Berdasarkan diskusi dalam Bagian 4.11, elektron bebas berperan dalam kontribusi
negatif menjadi konstanta dielektrik, sedangkan elektron terikat berperan dalam
konribusi positif. Jelaskan perbedaan ini dalam perilaku elektron.
PERMASALAHAN
1. Tembaga memiliki kerapatan massa ρm = 8.95 g/cm3, dan resistivitas listrik ρ = 1.55 ×
10-8 ohm-m pada temperatur ruangan. Asumsikan bahwa massa efektif m* = m0,
hitunglah:
a) Konsentrasi elektron konduksi
b) Waktu bebas rata-rata τ
c) Energi Fermi EF
d) Kecepatan Fermi vF
e) Jalur bebas rata-rata pada tingkat Fermi lF
2. Turunkan persamaan (4.19) unutk jalur bebas rata-rata.
3. Resistivitas residu unutk 1 persen atom ketidakmurnian As dalam Cu 6.8 × 10-8 ohm-m.
hitunglah perpotongan pada penghamburan elektron dengan satu ketidakmurnian As
dalam Cu.
4. Sodium memiliki koefisiensi ekspansi volum 15 × 10-5 oK-1. Hitunglah perubahan
persentase dalam energi Fermi EF sebagai temperatur dinaikkan dari T = 0oK hingga 300
o
K. Ulaslah magnitudo perubahan.
5. Ulangilah masalah 4 untuk perak, yang koefisien volum ekspansinya adalah 18.6 × 10-5
o
K-1.

Anda mungkin juga menyukai