Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan data dengan kecepatan tinggi merupakan esensi dari teknologi komputer
dan telekomunikasi. Diperkirakan bahwa sepuluh tahun yang akan datang, kantor-kantor
Telkom bagian switching akan mengoperasikan 10
4
channel yang menghasilkan laju bit 10
12

bit/second. Saat ini, dengan elektronik switching dapat ditangani 10
10
bit/s. Artinya,
diperlukan switching yang berkecepatan ratusan kali lebih besar daripada elektronik
switching.
Untuk itu, alternatif satu-satunya yang saat ini memberi harapan adalah teknologi
fotonik. Teknologi ini mengandalkan material yang memiliki sifat optik nonlinier, yakni
kebergantungan indeks bias material terhadap intensitas cahaya. Sifat ini merupakan dasar
bagi all-optical switching ataupun computing. Implementasi pengolahan sinyal dengan all-
optical device hingga saat ini berlangsung agak lambat karena belum ditemukannya material-
material yang diperlukan bagi devais tersebut.










BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Optik Nonlinier
Optik Nonlinier adalah ilmu pengetahuan modern terbaru yang berhubungan dengan
fenomena fisika yang terjadi akibat medan yang ditimbulkan oleh laser. Teknologi ini
dinamakan teknologi fotonik sebagai pengganti teknologi elektronik untuk memperoleh,
menyimpan, menyiapkan, mengirim dan memproses informasi. Konsep komputer optik,
proses sinyal optik dan image analisis sedang dikembangkan dengan menggunakan proses
optik nonlinier sebagai konversi frekuensi, modulasi cahaya, optical switching, optical logic,
penyimpan memori optik, dan optical limiter function.







Untuk beberapa aplikasi second harmonic generation(SHG), image analisis, high
density data storage, elektrooptik spatial light modulation dapat direalisasikan dalam waktu
dekat. Sedangkan untuk third harmonic generation(THG), all-optical switching, sangat
berguna bagi optical informasi prosessing dan aplikasi dalam telekomunikasi di masa depan.
Keuntungan terbesar dalam menggunakan all-optical proses adalah penguatan kecepatan
yang mencapai subpicosecond. Secara garis besar device optik non linier dapat dilihat dalam
tabel di atas.


Beberapa Aplikasi Optik Nonlinier
Nonlinier order-2
Material yang hanya memiliki sifat optik nonlinier order-2, bila material tersebut
disinari dengan cahaya dengan medan listrik E = Ew cos wt. maka polarisasi yang terjadi
pada material :
P = c
(1)
Ew cos w t + c
(2)
Ew
2
[cos 2w t + 1] (1)
Terlihat bahwa sebagai efek dari suseptibilitas order-2, polarisasi mengandung bagian
dc dan bagian berosilasi dengan frekuensi 2w di samping bagian yang berfrekuensi w .
Bagian yang berosilasi dengan frekuensi 2w akan menginduksikan cahaya berfrekuensi sama.
Ini yang disebut second harmonic generatin (SHG).
Jika material dikenai sekaligus oleh medan listrik dc dan berosilasi dengan :
E = E
dc
+ Ew cos w t (2)
Maka suseptibilitas order-2 memberikan sumbangan terhadap suseptibilitas linier yakni :
c
(1)
+ c
(2)
E
dc
(3)
sehingga indek biasnya bergantung pada medan E
dc
. Hal ini yang disebut dengan efek
elektrooptik atau Pockel yang memberi peluang terhadap proses modulasi cahaya. Prinsip
modulasi dilukiskan dalam gambar 2 di bawah ini :





Selanjutnya andaikan dua berkas cahaya masing-masing E
s
cos w
s
t dan E
p
cos w
p
t
dengan w
p
> w
s
, menyinari material. Secara serentak, kedua medan itu akan
menimbulkan polarisasi yang berkaitan dengan order-2 yakni :
c
(2)
E
p
E
s
cos (w
p
- w
s
) t (4)
maka yang selanjutnya menginduksikan medan listrik di dalam material :
E
I
c
(2)
E
p
E
s
cos w
I
t (5)
Dimana w
I
= w
p
- w
s

Sehingga mengakibatkan medan ini bersama medan E
p
cos w
p
t akan
menginduksikan polarisasi c
(2)
I
p
E
s
cos w
s
t dengan I
p
adalah intensitas cahaya E
p
.
Polarisasi ini selanjutnya menginduksikan medan :
E
o
c
(2)
I
p
E
s
cos w
s
t (6)
Jadi, cahaya E
s
cos w
s
t akan dilewatkan melalui material dengan suatu faktor
penguatan yang bergantung pada suseptibilitas order-2 material dan intensitas I
p
dari medan
E
p
cos w
p
t. Hal ini dapat diperlihatkan dalam gambar 3





Nonlinier order-3
Material yang memiliki suseptibilitas order-3 bila disinari cahaya dengan medan Ew
cos w t, maka polarisasi sehubungan dengan suseptibilitas order-3 adalah :
1/6 c
(3)
Ew
3
[3/4 cos w t + cos 3w t] (7)
Maka suku kedua dari polarisasi itu akan menginduksikan medan berfrekuensi 3 kali.
Peristiwa ini disebut third harmonic generatin(THG). Suku pertama bersifat linier, dan itu
memberi sumbangan terhadap suseptibilitas linier :
c
(1)
+ 1/8 c
(3)
Ew
2
(8)
Jika n
o
adalah indeks bias sebelumnya, maka dalam keadaan dilalui cahaya
berintensitas I ( Ew
2
) indeks itu bergeser menjadi :
n = n
o
+ n
2
I (9)
dengan n
2
merupakan parameter yang bergantung pada c
(3)
dari material. Indeks bias
yang bergantung intensitas cahaya tersebut merupakan dasar bagi rekayasa devais untuk
switching. Dalam gambar di bawah ini diperlihatkan skema devaisnya.





Sedangkan gambar 4b. memperlihatkan hubungan antara intensitas transmisi dan
intensitas masukan. Selanjutnya dengan menggunakn gabungan medan dc E
dc
dan medan Ew
cos w t, polarisasi yang berkaitan dengan nonlinier order-3 mengandung
c
(3)
Ew E
dc
2
cos w t (10)
Dengan demikian, suseptibilitas linier berubah menjadi :
c
(1)
+ c
(3)
Ew
2
(11)
sehingga indeks bias bergantung pada E
dc
2
. Peristiwa ini dikenal sebagai efek
elektrooptik kuadratik atau efek Kerr. Disamping sebagai modulator, efek ini merupakan
dasar bagi optical shutter atau switching dan directional coupler. Seperti diperlihatkan dalam
gambar 5 dibawah ini :



Material Optik Nonlinier
Material-material optik nonlinier yang dipakai saat ini dalam fabrikasi devais-devais
fotonik pasif dan aktif adalah kristal-kristal anorganik yang bersifat feroelektrik misalnya
kristal Kalium Dideterium Pospat(KDP) untuk pengganda frekuensi laser, kristal Lithium
Niobat(LiNbO
3
) untuk modulator elektrooptik dan kristal Barium Titanat(BaTiO
3
) untuk
aplikasi konjugasi fasa. Meskipun teknologi penumbuhan kristal untuk material-material ini
berkembang jauh dan optik nonlinieritasnya cukup untuk kebanyakan aplikasi fotonik, namun
material-material ini mempunyai kelakuan yang tak menguntungkan; misalnya harus dalam
bentuk kristal tunggal.
Hal lain yang lebih sulit diatasi adalah bahwa kristal-kristal itu dalam optical
switching masih terlalu lambat. Keterbatasan-keterbatasan ini memaksa orang untuk mencari
material baru yang tepat dalam aplikasinya. Material-material organik merupakan kandidat
bagi optik nonlinier karena beberapa alasan :
1. Waktu respon sangat cepat.
2. Suseptibilitas off-resonance sama atau lebih besar dari pada kristal organik.
3. Mudah difabrikasi.
4. Mudah diintegrasikan di dalam devais.
5. Ambang kerusakannya terhadap laser cukup tinggi
6. Harganya relatif lebih murah.
Namun demikian, hingga saat ini masih harus dilakukan riset untuk
pengembangannya. Beberapa aspek yang menjadi obyek riset dalam optik nonlinier antara
lain adalah :
1. Pemahaman tentang proses optik nonlinier.
2. Kaitan antara proses optik nonlinier dan struktur material.
3. Rekayasa dan sintesis material untuk memperoleh sifat-sifat termal dan mekanik serta
stabilitas terhadap cahaya yang baik.
Pembangkitan Harmonik
Suatu medium dielektrik, bila ditempatkan dalam medan listrik, akan terpolarisasi,
masingmasing molekulnya bekerja sebagai dipol listrik, dengan momen dipol p
I
. Vektor
momen dipol per satuan volume adalah:
P = p
l

yang disebut vektor polarisasi. Dalam optika linear, kita beranggapan bahwa polarisasi
dalam medium dielektrik mempunyai hubungan linear dengan medan listrik, sebagai:
P =
0
E
dengan adalah polarisabilitas (kemampuan polarisasi) atau suseptibilitas dielektrik, yang
nilai nya bergantung pada frekuensi. Hubungan ini, hanya berlaku untuk medan
konvensional, sedangkan untuk radiasi laser, hubungan ini menjadi tidak berlaku lagi
dan sifat non-linear dari medium menjadi lebih bermakna. Hubungan antara P dan E untuk
ini, adalah:
P =
0
(
(1)
E +
(2)
E
2
+
(3)
E
3
+ ................... )
Makin tinggi nilai intensitas medan listrik, makin besar makna suku-suku orde yang lebih
tinggi. Dalam hal ini, sifat optis medium, seperti indeks bias yang tergantung pada
suseptibilitas (sifat yang mudah terpengaruh) juga berubah dengan intensitas medan E.
Medium demikian, disebut medium non-linear. Bila medan yang jatuh ke medium berbentuk
E = E
0
cos t
maka dengan menggunakan hubungan trigonometri
cos
2
= ( 1 + cos 2 ) /2 , dan cos
3
= ( cos 3 + 3 cos ) /4
diperoleh bentuk
P =


0

(2)
E
0
2
+
0
(
(1)
+


(3)
E
0
2
) E
0
cos t +


0

(2)
E
0
2
cos 2t + +


0

(3)
E
0
3
cos
3t +....
Suku pertama adalah nilai yang tetap, yang pengaruhnya relatif kurang penting. Suku kedua
sama dengan polarisasi datang, yang disebut harmonik pertama atau harmonik dasar.
Suku ketiga yang berosilasi dengan frekuensi 2 disebut harmonik kedua, dan suku keempat
berosilasi dengan frekuensi 3, disebut harmonik ketiga.
2.1 Pembangkit Harmonik Kedua
Efek nonlinier optik merupakan efek-efek yang ditemukan pada bahan-bahan
nonlinier, yang berfungsi untuk mengontrol gelombang optik. Biasanya efek kenonlinieran
optik suatu bahan dapat ditela'ah melalui respon polarisasinya terhadap pengerahan medan
optis. Pembangkitan gelombang harmonik kedua merupakan salah satu efek nonlinier optik,
selain osilasi parametrik, penguatan parametrik dan konversi penaik frekuensi.
Pada pembangkitan gelombang harmonik kedua terjadi proses pelipatan frekuensi
gelombang pada saat radiasi cahaya kontinu dengan frekuensi sudut fundamental dan
tetapan propagasi yang dirambatkan kedalam bahan optika taklinier dapat membangkitkan
radiasi cahaya pada frekuensi harmonik kedua yaitu 2 atau dua kali frekuensi
fundamentalnya. Pembangkitan gelombang harmonik kedua diperlukan untuk
mempersiapkan densitas energi optis tinggi dengan panjang interaksi yang besar untuk
membuat tipe konfigurasi pandu gelombang yang efektif.
Sebuah pandu gelombang kanal dengan menggunakan bahan nonlinier orde 2
(kuadratik), yang difungsikan untuk membangkitkan gelombang harmonik kedua. Pada
Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai konsep ke-nonlinieran optik yang dilanjutkan
dengan penjelasan tentang efek ke-nonlinieran optik kuadratik yang biasa dimanfaatkan
untuk membangkitkan gelombang harmonik kedua. Pembangkitan Harmonik Kedua
Suatu polarisasi yang berosilasi dengan frekuensi 2, memancarkan gelombang
elektromagnetik yang merambat dengan kecepatan, kemonokhromatisan serta arah yang
sama dengan gelombang datang, dikenal dengan gejala pembangkitan harmonik kedua.
Kristal -kristal simetri, memberikan nilai
(2)
yang selalu nol, karena bila tanda E dibalik,
maka tanda polarisasi total P
t
= P + P
NL
juga berbalik. Karena P
NL
E
2
, maka keadaan ini
dapat terjadi bila
(2)
= 0.
Oleh karena itu, pembangkitan harmonik kedua tidak dapat terjadi pada medium
isotropik (kristal sentro-simetris, gas atau cairan). Jadi, hanya kristal non sentro-simetris
yang terbaik untuk menunjukkan adanya pembangkitan harmonik kedua. Dalam kristal
non sentro-simetris yang merupakan kristal anisotropik, terdapat baik suku-suku pangkat
dua maupun pangkat tiga.Suatu gelombang monokhromatis terpolarisasi bidang dengan
frekuensi , bergerak dalam arah z melalui kristal non-linear, intensitas gelombangnya
ditunjukkan oleh:

Polarisasi dalam medium optik nonlinier
P
)3( )2( )1(
0
r r r r r r r
+ + =
Polarisasi dalam medium optik nonlinier

(2)
: Suseptibilitas listrik/optik orde kedua

(3)
: Suseptibilitas listrik/optik orde ketiga
Suseptibilitas
adalah kompleks, yang terdiri bagian riil Re[
dan imajiner
Pencitraan Second Harmonic Generation Dengan Penguat kHz (Aplikasi)

Second harmonic Generation (SHG) adalah proses optik nonlinear yang terjadi ketika dua
foton insiden dengan frekuensi yang sama menghasilkan polarisasi nonlinear dalam sampel.
Osilasi polarisasi yang bertanggung jawab untuk memproduksi cahaya pada harmonik kedua
(second harmonic), atau setengah dari panjang gelombang sinar insiden. Hubungan antara
polarisasi dan kuat medan listrik diberikan oleh persamaan P
i
(2)=
ijk
(2)
E
j
()E
k
(), dengan
P adalah polarisasi, E adalah kuat medan listrik dan
(2)
merupakan suseptibiltisan orde
kedua, merupakan tensor yang mencirikan sejauh mana hubungan polarisasi digabungkan
dengan medan listrik. Subskrip xyz menyatakan koordinat karetisan xyz. Dibawah
aproksimasi dipole listrik, dengan mengasumsikan bahwa kontribusi quadropole listrik dan
dipole magnetik diabaikan, SHG tidak boleh dalam medium centrosymmetric. Aturan seleksi
ini dikarenakan fakta bahwa perubahan tanda medan listrik E() yang berhubungan untuk
mengubah sampel centrosymmetric dengan sudut 180
o
, harus menghasilkan polarisasi
berlawanan berdasarkan -Pi(2) = ijk(2)[-Ej()][-Ek()] = ijk(2)Ej()Ek(). Oleh karena
itu (2) harus bernilai nol dalam medium centrosymmetric dan bisa saja bernilai bukan nol
dalam medium noncentrosymmetric. Second harmonic generation merupakan metode optikal
nonlinear yang memungkinkan untuk studi partikel dalam lingkungan
noncentrosymmentric ketika ukuran dan massanya dibatasi. Kondisi seperti tersebut
merupakan tipikal untuk pemasangan semikonduktor kuantum dot, struktur wurtzite yang
merupakan noncentrosymmetric dan dengan demikian dimungkinkannya terjadi SHG. Studi
tentang properti optik nonlinear dari sistem koloidal sangat relevan untuk penyimpanan
energi, konservasi atau aplikasi produksi. Disini akan dideskripsikan tentang penggunaan
sistem amplifier laser kHz untuk pencitraan second harmonic generation. Disini diuji
pencitraan dan prosedur latarbelakang-pengurangan (backround-subtraction ) untuk aplikasi
kHz dalam kaca tipis g gula coatin (sugarcoated) dan kemudian didemonstrasikan
kemampuannya untuk studi mikroskopi SHG dari semikonduktor kuantum dot yang
mempunyai radius sekitar 1-2 nm dan disponcoating dalam kaca tipis.
Gula merupakan material yang ideal untuk mensetting sebuah miksroskop SHG karena
sifatnya yang kiral (dapat dipilin), dan SHG mempunyai sensitifitas yang tinggi dalam hal
kiralitas. Sensitifitas yang tinggi ini dinyatakan dengan 100-10000 lipat dari efek linear
dichroism atau sirkular dichroism ketika dibandingkan dengan perhitungan non-coherent
chirality, dan asal molekular dari efek ini didiskusikan dalam literatur. Sinyal SHG dari gula
sangat besar karena kontribusi dari sinyal chiral pada keadaan noncentrosymmetric. Secara
umum respon SHG dari jenis chirak dihubungkan dengan elemen tensor
xyz
dari tensor
suspetibilitas nonlinear
(2)
, yang unik disemua jenis pilinan.
xyz
secara spesifik
merepresentasikan sinyal SHG yang dihasilkan pada arah x karena medan listrik insiden yang
diorientasikan pada arah y dan z, dimana bidang xz adalah bidang insiden. Walaupun sum-
frequency generation (SFG/ jumlah SG) dari pilinan dapat diobservasi dalam cairan bulk,
SHG dilarang dalam medium isotropic chiral, tetapi dimungkinkan pada permukaan dan
keadaan noncentrosymmetric. Skala intensitas dari kuadrat jumlah osilasi diberikan dari
sampel bulk. Khususnya respon SHG dari material chiral dari material chiral yang kuat
ketika eksperimen dibawa dalam kadaan resonansi listrik.

Dengan output 1 W diatas 1mm
2
, sebuah penguat Ti:sapphire (1 mJ, 120 fsec) memproduksi
8 x 10
9
W per mm
2
per pulsa, ketika peralatan osilator standar (12 nJ, 120 fsec) menghasilkan
1 x 10
5
W per mm
2
per pulsa. Sistem nanosencond (150mJ, 7 nsec) menghasilakn 2 x 10
7
W
per mm
2
per pulsa. Diperoleh bahwa skala intensitas sinyal SHG dengan perhitungan
pengulangan dan kekuatan pulsa yang diperlukan ketika digunakan dalam studi dengan
absorptivitas pada frekuensi second harmonic, seperti semikonduktor kuantum dot. Amplifier
digunkana dalam sistem ini untuk menyediakan kekuatan puncak ketika digunakan rata-rata
kekuatan yang rendah. Karena SHG proporsional terhadap kekuatan puncak, kita
memperoleh sinyal yang tinggi ketika minimal kerusakan sampel. Akhitnya, pencitraan
dengan penguatan kHz menyediakan energi yang cukup per pulsa untuk mengurangi
kebutuhan penggunaan peralatan laser-scanning, yang dimungkinkan untuk pencitraan SHG
pada jarak jauh, cepat dan tidak mahal.


Gambar SHG (A) dan respon spektral (B) dari sebuah kaca kuarsa z-cut 1 mm dengan
ketebalan 1 mm (C) intensitas SHG dari kuarsa z-cut (bulatan kosong) dan gula dari sebuah
kaca mikroskop (bulatan terisi) sebagai fingsi dari translsi z-axis masuk dan keluar dari
volume penampang (cross-sectional) dua tembakan insiden dengan tetp menjaga fokus pada
permukaan atas, sebagi indikasi pada (D)

Anda mungkin juga menyukai