Anda di halaman 1dari 4

http://komangsuardika.blogspot.

com

Hipotesis De Broglie

Dalam fisika klasik, sebelum efek fotolistrik berhasil dirumuskan, orang-orang


berkeyakinan bahwa sekali sesuatu itu dikenali sebagai gelombang maka selamanya ia tetap
sebagai gelombang. Begitu juga sebaliknya sekali dukenali sebagai partikel maka tetap selamanya
sebagai partikel. Tetapi kenyataannya berbeda setelah berhasil dirumuskannya dualisme cahaya,
yaitu cahaya sebagai gelombang dan cahaya sebagai partikel. Kenyataan itu mengisyaratkan kita
untuk meninjau kembali penggolongan partikel dengan gelombang.
Pada tahun 1924 Luis De Broglie mengemukakan bahwa sifat dualisme yang dimiliki
cahaya juga dimiliki oleh partikel yang bermassa. Dalam artian partikel yang bermassa jaga
memiliki sifat sebagaimana yang ditunjukkan oleh foton yaitu dapat bersifat sebagai gelombang
dan sebagai partikel. Dualisme yang dikemukakan oleh De Broglie ini merupakan titik pangkal
dari perkembangan mekanika kuantum.
De Broglie juga menyatakan bahwa pada setiap partikel yang berenergi E dan bergerak
dengan momentum p selalu terdapat gelombang yang diasosiasikan dengannya yang disebut
dengan gelombang De Broglie.
Secara matematis besarnya gelombang De Broglie yaitu:
Sebuah partikel yang berfrekuensi v mempunyai momentum
hv
P = c
h
Jika dinyatakan dalam panjang gelombang (A), maka: p
A
A h_
P
Momentum suatu partikel yang bermassa m adalah p = m.v. Sehingga panjang

gelombeng De Broglinya menjadi: A =


m.v
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar momentum partikel maka
semakin pendek panjang gelombangnya. Yang berarti bahwa panjang gelombang partikel
berbanding terbalik dengan momentumnya.
http://komangsuardika.blogspot.com

Hipotesis De Broglie ini ternyata terbukti dari eksperimen difraksi elektron oleh Davisson
dan Germer di Amerika Serikat, di mana skema eksperimen tersebut tampak seperti

Gambar 15. Percobaan Davidson-Germer


Pada gambar tesebut terlihat bahwa elektron yang terlepas dari filamen karena adanya
beda potensial, menumbuk suatu target yang terbuat dari logam nikel. Namun logam nikel tersebut
harus dipanaskan sebelumnya pada temperature tinggi agar logam tersebut tidak teroksidasi udara.
Selain itu dengan adanya pemanasan pada temperature tinggi, menyebabkan kristal-kristal zat
padat yang tadinya masih dalam keadaan terpisah secara individu, bergabung membentuk suatu
kristal yang besar dan letaknya teratur sehingga membentuk suatu bidang Bragg. Hal-hal tersebut
itulah yang dilakukan oleh Davisson dan Germer untuk memperkuat hipotesis Broglie yang
menyatakan partikel bisa berprilaku sebagai gelombang.
http://komangsuardika.blogspot.com

Gambar 16. Proses difraksi pada bidang Bragg

Pada difraksi Bragg terdapat suatu persamaan nX =2dsin# . Persamaan inilah yang akan
dipakai untuk menghitung panjang gelombang elektron.
Besarnya jarak antara bidang-bidang difraksi (d) bisa dicari/diukur melalui difraksi
sinar-x yang besarnya adalah 0,091nm dan 9 yang diperoleh pada eksperimen agar sudut datang
sama dengan sudut hambur adalah 65. Oleh karena itu, maka dapat diukur panjang gelombang
elektron dengan persamaan berikut nX =2 d sin#

Jika n = 1, maka persamaan tersebut menj adi X = 2 d sin #


X = 2.0,091nm. sin 65
X = 0,165 nm

Ini merupakan nilai panjang gelombang yang diperoleh melalui eksperimen.

Hipotesis Broglie meramalkan nilai panjang gelombang (k) partikel yang bergarak dengan
persamaan
http://komangsuardika.blogspot.com
mv
34
A=- 6,63 x10~ J. = 0,166 nm
S
4,0 x10 24 kg.m / ^
Ternyata panjang gelombang oleh hipotesis De Broglie sama dengan panjang gelombang
hasil eksperimen. Oleh karena itu hipotesis De Broglie yang menyatakan partikel dapa berprilaku
sebagai gelombang adalah benar.

Anda mungkin juga menyukai