KLASIK
Irvan Pratama
Maureen Celcilia
M.Hidayat
Nimas Ade.K.
Reka Setiowati
Rizki Triadi
Max Planck mempelajari radiasi benda hitam dari sudut pandang termodinamika pada tahun 1900.
Ia menemukan bahwa pengamatan eksperimental dapat dijelaskannya dengan memukakan bahwa
energy disetiap osilator elektromagnetik terbatas pada nilai-nilai yang berlainan dan tidak dapat
diubah semaunya. Energy yang diijinkan dari sebuah osilator yang frekuensinya v adalah hasil
perkalian bilangan bulat dari h.v dimana h adalah konstanta dasar yang dikenal sebagai konstanta
planck.
E=nhv
Menurut mekanika klasik, semua osilator dari medan itu menggunakan bersama-sama energy yang
diberikan oleh dinding sehingga frekuensinya tertingginya tereksitasi.
Efek kuantisasi adalah untuk menghilangkan kontribusi dari osilator frekuensi tinggi, karena
osilator-osilartor itu tidak dapat di eksitasi dengan energi yang ada.
Distribusi planck menyerupai hokum Rayleigh-Jeans kecuali untuk semua factor ekponesial yang
penting yang penting. Untuk panjang gelombang pendek, hc/kT<<1, dan
1=1+ +...=
Efek
Compton yang ditemukan oleh fisika Amerika Arthur Comptor yang menunjukan
jika sinar X dihamburkan dari electron, panjang gelombangnya sedikit bertambah.
Menurut fisika klasik, electron itu diharapkan akan di percepat oleh medan listrik sinar,
dan didalam sinar yang disebarkan terdapat banyak panjang gelombang yang
berbeda.
Teori foton cahaya menjelaskan pengamatan-pengamatan dengan rapi jika kita
mengandaikan bahwaa, selain mempunya energy, foton cahaya dengan frekuensi v
dan panjang gemobang juga mempunya momentum linear yang dinyatakan dengan
Ekperimen penting dilakukan oleh ahli fisika Amerika Climton Davinsson dan Lester
Gerner, yang mengamati difraksi electron oleh sebuah Kristal.
Ekperimen Devisson Gerner menunjukan dengan jelas bahwa partike-partike
mempunyai sifat seperti gelombang. Jika di selidiki dengan skala atom konsep partikel
dan gelombang begabung menjadi satu, paartikel mengambil sifat khas gelombang dan
gelombang mengambil sifat khas partikel.
I.1.Dinamika Sistem
Mikroskopis
Sebagai
awalnya kita mengambil hubungan de Broglie =h/ dan meninggalkan
konsep klasik tentang partikel yang bergerak dalam lintasan. Andaikan posisi
partikel terdistribusi didalam ruang sebagai antitudo gelombang. Konsep pungsi
gelombang sebagai penganti lintasan dan kemudian menentukan skema untuk
menghitung dan menafsirkan .
2. Persamaan Scrodinger
Erwin
Makin
besar energy kineticnya maka makin kecil panajng gelombangnya. Partikel diam,
yaitu partikel dengan energy kinetic 0, mempunya panjang gelombang tak terhingga
yang berarti nilai fungsi gelombangnya bernilai sama dimana-mana. Jadi untuk partikel
diam jika fungsi gelombang berkurva tajam (fungsi gelombang mempunya panjang
gelombang pendek) energy kinetiknya besar. Dan sebaliknya
A.3.Penafsiran
Born
Max Born memanfaatkan analogi
dengan teori gelombangtentang
cahaya,dimana kuadrat amplittudo
gelombang elektromagnetik
ditafsirkan sebagai intensitasnya dan
oleh karenanya didalam istilah
kuantum sebagai jumlah foton yang
ada.Khususnya untuk system satu
dimensi:Jika amplitude fungsi
gelombangsebuah partikel adalah
pada suatu titik x,maka peluang untuk
menemuka partikel antara x+dx
sebanding dengan .
B.3. Normalisasi
Menemukan factor normalisasi dengan mencatat
bahwa untuk fungsi gelombang yang
ternormalkan,N,peluang bahwa sebuah partikel berada
1.
2.
3.
4.
C.3. Kuantisasi
Penafsiran Born memasukkan batasan-batasan yang kuat pada fungsi gelombang.fungsi
yang ternormalisasikan menjadi nol dimana-mana,kecuali ditempat dimana fungsi itu
bernilai tak terhingga dan itu mustahil.Dalam penafsiran born tersirat bahwa fungsi
seperti itu tidak dapat diterima,karena mustahil untuk mempunyai lebih dari satu
probabilitas tentang adanya pertikel disuatu titik.Pada tahap ini harus :
Kontinu
Mempunyai kemiringan kontinu
Bernilai tunggal
Berhingga hampir di setiap tempat