DINA ALFARIZA NST (4181240002) RIO ANDIKA PUTRA (4183240004) Model Atom Bohr
Pada tahun 1913, pakar fisika
Denmark bernama Neils Bohr (1885-1962) memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan tiga postulat, sebagai berikut 1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dengan lintasan (orbit) tertentu. Lintasan (orbit) ini disebut dengan keadaan stasioner. Keadaan stasioner adalah keadaan elektron saat mengelilingi inti dalam suatu orbit. Dalam kondisi ini elektron mempunyai momen sudut kelipatan dari 2. Selama elektron berada dalam keadaan stasioner, energi elektron bersifat tetap meskipun elektron beredar mengelilingi inti.
3. Selama bergerak mengelilingi inti, elektron dapat
berpindah naik atau turun dari satu lintasan ke lintasan lainnya. Saat elektron berpindah ke lintasan yang energinya lebih tinggi, elektron akan menyerap sejumlah energi. Sebaliknya, saat elektron berpindah ke lintasan yang energinya lebih rendah, elektron akan memancarkan sejumlah energi. Energi ini berwujud sebagai cahaya. Besarnya energi yang diserap dan dipancarkan atau diemisikan dapat dihitung dengan persamaan Planck, yaitu : Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya. ATOM HIDROGEN MODEL BOHR Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan tiga postulat, sebagai berikut:
1. Suatu system atom dapat terwujud tanpa meradiasikan energy
hanya jika berada pada keadaan stasioner tertentu yang berspektrum diskret 2. Keadaan stasioner tersebut adalah keadaan bila momentum sudut orbitnya merupakan kelipatan bulat dari nila π 3. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energy tertinggi ke keadaaan energi yang lebih rendah , sebuah foton dengan energi diemisikan. Juka sebuah foton diserap, atom tersebut akan bertransisi dari keadaan energi rendah ke keadaan energi tinggi Untuk dapat menggambarkan struktur atom Bohr, kita dapat membandingkan tata surya. Matahari ditengah-tengah sebagai inti atomnya. Kemudian matahari diedari oleh planet disekelilingnya sebagai elektronnya. Hanya saja, di tiap lintasan tata surya hanya ditempati oleh satu planet. Sedang pada atom, jumlah kulit nya ada tujuh yang mana disetiap kulit terdapat elektron maksimun sebanyak (dimana n menunjukkan nomor kulit). Dari mekanika klasik berlaku hubungan bahwa gaya coulom antara initi atom dengan elektron yang mengorbitnya pada lingkaran berjari-jari r adalah sama dengan massa ke S percepatan sentripital pada gerak edaran elektron tersebut.
2 𝑚𝑣 𝑒2 atau=k 2 𝑟 𝑟
Syarat kuantitas pada postulat ke 2 memberikan
Dengan Kelemahan model atom Niels Bohr
Lintasan elektron ternyata rumit sekali, masih
terdapat beberapa suborbit yang tidak dapat dijelaskan dengan teori Bohr. Teori atom Bohr dapat menerangkan model atom hidrogen, tetapi tidak dapat menerangkan atom berelektron banyak karena sulit perhitungannya. Tidak dapat menerangkan proses ikatan kimia. Tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet terhadap spektrum atom. Salah satu kelemahan dari teori atom Niels Bohr, yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron hanya boleh berada pada tingkat energi tertentu. Pertanyaan itu baru dapat dijelaskan setelah Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari Perancis, mengemukakan gagasanya tentang gelombang materi. Gelombang de Broglie
Louis Victor duc De Broglie
adalah ahli fisika murni Perancis, Penemu sifat gelombang electron, pengarang, guru besar, doctor, pemenang Hadiah Nobel, Anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis dan Inggris. Ia lahir di Dieppe, Perancis, pada tanggal 15 Agustus 1892 dan meninggal di Paris, Perancis pada tanggal 19 Maret 1987 Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa : cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat berkelakuan seperti gelombang
Untuk menguji hipotesis yang Gambar 4.1 Skema Percobaan Louise de
dilakukan oleh Louise de Broglie, Broglie Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas meyakinkan hipotesis Berdasarkan hasil pengamatan Davisson dan Louise de Broglie dengan Germer terhadap elektron-elektron yang menunjukkan berkas elektron yang terhambur ternyata dapat menunjukkan terdifraksi bila berkas ini terhambur adanya gejala interferensi dan difraksi. oleh kisi atom yang teratur dari suatu Dengan demikian hipotesis de Broglie yang kristal. menyatakan partikel dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar. Persamaan Panjang Gelombang de Broglie
Sebuah foton dengan frekuensi f
mempunyai momentum Agar berlaku umum, bisa dipakai h f p atau h untuk partikel suatu materi atau foton, p c λ momentum partikel p = mv
Berdasarkan persamaan di atas,
jika p = mv, maka panjang gelombang foton dapat dinyatakan dengan persamaan = Panjang gelombang h λ de Broglie p semakin besar momentum benda yang bergerak, maka semakin pendek panjang gelombang yang dihasilkan. Massa benda m pada persamaan tersebut merupakan massa relativistik yang dapat dituliskan sebagai berikut m0 m 1 v 2 /c 2
Secara umum, aspek gelombang dan partikel dari
sebuah benda yang bergerak tidak dapat diamati secara bersamaan. Mungkin pada saat tertentu aspek gelombang yang terlihat, tetapi pada saat yang lain justru aspek partikel yang terlihat. Kondisi semacam ini tergantung dari perbandingan antara panjang gelombang de Broglie dengan dimensi benda yang bergerak. Hipotesis De Broglie ini ternyata terbukti dari eksperimen difraksi elektron oleh Davisson dan Germer di Amerika Serikat, di mana skema eksperimen tersebut tampak seperti gambar berikut. Pada gambar tesebut terlihat bahwa elektron yang terlepas dari filamen karena adanya beda potensial, menumbuk suatu target yang terbuat dari logam nikel. Namun logam nikel tersebut harus dipanaskan sebelumnya pada temperature tinggi agar logam tersebut tidak teroksidasi udara. Selain itu dengan adanya pemanasan pada temperature tinggi, menyebabkan kristal-kristal zat padat yang tadinya masih dalam keadaan terpisah secara individu, bergabung membentuk suatu kristal yang besar dan letaknya teratur sehingga membentuk suatu bidang Bragg. Hal-hal tersebut itulah yang dilakukan oleh Davisson dan Germer untuk memperkuat hipotesis Broglie yang menyatakan partikel bisa berprilaku sebagai gelombang. Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai akibat dari dualisme sifat elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.