Anda di halaman 1dari 10

BAB III

DIFRAKSI KRISTAL

Sub CPMK

Mendeskripsikan cara menentukan panjang kisi dan posisi atom dari suatu kristal melalui
berbagai jenis percobaan yang menggunakan diffraksi sinar X.

Indikator:
1. Menentukan besar panjang gelombang dari energi gelombang-partikel yang sering
digunakan untuk menyelidiki struktur kristal.
2. Menjelaskan hubungan antara posisi detektor dengan puncak intensitas hamburan
pada percobaan difraksi kristal
3. Menentukan bidang yang sesuai dengan kondisi Bragg berdasarkan puncak hamburan

Difraksi Kristal Page 1


A. PENDAHULUAN
Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini
disusun. Tahun 1912 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari
pertanyaan M. van Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing
A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan dilakukannya eksperimen
mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah
dilakukan oleh Barkla Laue mengawali pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran
teoretiknya dengan mengacu pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x
melewati sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-sumbergelombang
sekunder,layaknya garis-garis pada geritan optik (optical grating). Efek-efek difraksi bisa
jadi menjadi lebih rumit karena atom-atom tersebut membentuk pola tiga dimensi.
Eksperimen difraksi sinar-x yang pertama dilakukan oleh Herren Friedrich dan Knipping
menggunakan kristal tembaga sulfat dan berhasil memberikan hasil pola difraksi pertama
yang kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar -x selanjutnya. Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Pembahasan mengenai
difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal berikut ini:
1. pembentukan sinar-x,
2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
3. sifat kekristalan bahan (kristalografi).
Dengan demikian, difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika (atau
kimia) yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan kompleks.

B. DIFRAKSI SEBAGAI PROSEDUR UNTUK MENYELIDIKI KRISTAL


Susunan atom dalam kristal tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mata telanjang
manusia hanya peka terhadap cahaya yang berpanjang gelombang sekitar 600 nm. Sedangkan
dimensi dari atom berada pada satuan Amstrong. Untuk menyelidiki sifat dan struktur kristal
manusia harus menggunakan alat bantu. Alat ini harus memiliki dimensi dari atom itu sendiri.
Solusi pertama agar dapat diselidiki struktur dari kristal datang dari seorang ahli fisika
von Laue pada tahun 1912. Dia menyarankan agar digunakan difraksi dengan menggunakan

Difraksi Kristal Page 2


gelombang elektromagnetik yang berpanjang gelombang sebanding dengan jarak spasi antar
atom. Informasi dari hasil difraksi akan memberikan tentang susunan atom itu sendiri.
Terdapat tiga jenis energi gelombang – partikel yang sering digunakan dalam dunia
kristalographi. Foton dari sinar –X.

λ= = ( 3.1)

Untuk mendapatkan foton yang berpenjang gelombang λ = 1 dibutuhkan energi ekitar


12.000 eV. Jika digunakan elektron :
½
λ= =( )
( 3.2 )

Untuk mendapat elektron yang berpanjang gelombang λ = 1 dibutuhkan energi ebe ar 1 0


eV . Jika yang digunakan neutron :
1/2
λ= =( ( 3.3 )
)

Untuk mendapat neutron yang berpanjang gelombang λ = 1 dibutuhkan energi ebe ar 0 0


eV. Laju neutron pada keadaan ini adalah sekitar 4000 m/s.

C. KEGUNAAN KETIGA JENIS RADIASI


Ketiga jenis radiasi diatas berbeda fungsi dalam penggunaannya. Ketiga gelombang –
partikel berinteraksi dengan menggunakan hukum yang sama. Gelombang sinar –X dengan besar
energi antara 10 keV ke 100 keV dapat menembus dengan baik sedikit dibawah permukaan
kristal dan mendasari hampir semua teknik konversional untuk menganalisis struktur kristal
dalam tiga dimensi. Sinar – X pada dasarnya terhambur oleh inti elektron, jadi kurang baik
untuk digunakan mendeteksi struktur atom berat.
Pola difraksi oleh elektron pada kristal tunggal memberikan demonstrasi yang sangat
baik dalam keperiodikan struktur kristal dan dalam dualitas gelombang partikel. Karena elektron
adalah partikel bermuatan, dia berinteraksi sangat kuat dengan materi dan dapat menembus
beberapa angstrom dalam kristal sebelum dipengaruhi oleh tumbuhan elastis dari bahan.
Sehingga elektron tidak terlalu baik digunakan untuk menyelidiki bulk dari bahan. Akan tetapi,
sangat baik digunakan dalam hal :
1. Penelitian pada lapisan permukaan kristal
2. Penelitian lapisan tipis

Difraksi Kristal Page 3


Neutron lambat dapat berinteraksi dengan bahan dalam beberapa cara. Dalam bahan yang
nonmagnetik, interaksi terjadi hanya dengan inti, karena neutron tidak bermuatan. Hamburan
elastik yang koheren bisa terjadi, yang menghasilkan pola difraksi neutron memiliki momen
magnetiknya.

D. HUKUM BRAGG
Proposal yang disampaikan oleh Bragg pada tahun 1913 yang mengandung informasi
tentang formulasi sederhana dan ekspressi tentang kondisi geometris yang sesuai digunakan
adalah harus sesuai apabila gelombang didifraksikan oleh bidang yang paralel. Argumen dari
Bragg jauh dari keraguan karena saat itu ia tidak menggunakan hukum optik geometric, akan
tetapi menggunakan optik fisis untuk meninjau sifat gelombang pada peristiwa interferensi. Hasil
yang diperoleh sangat bersesuaian dengan apa yang telah disarankan oleh Von Laue dan Ewald.
Suatu hal yang penting yang membedakan difraksi antara kisi dengan kristal adalah, pada
difraksi oleh kisi sudut datang tidak sama besarnya dengan dimana berkas sinar didifraksikan,
dan terdapat hubungan antara kedua sudut ini, panjang gelombang yang digunakan dan jarak
antara dua celah pada kisi. Kondisi difraksi Bragg lebih spesifik, dimana sudut berkas sinar
datang dan sudut berkas pantulan adalah sama, dan menyatakan bahwa berkas pantulan dipenuhi
apabila besar sudut berkas gelombang yang sesuai dan jarak antara dua bidang paralelnya.
Kondisi Bragg tidak menyelidiki untuk selapis bidang.

Gambar 3.1 Difraksi sinar-x


Anggap dua gelombang datang dengan sudut , pada dua bidang paralel yang terpisah
sejauh d. Vektor rambatan dari gelombang 1 yang dipantulkan oleh permukaan bawah memiliki
beda lintasan dengan gelombang 2 yang dipantulkan oleh permukaan atas sebesar 2d in Ɵ.
Kedua gelombang berinterferensi secara maksimum untuk menghasilkan intensitas maksimum
jika jarak ini kelipatan dari panjang gelombang, sehingga:

Difraksi Kristal Page 4


2dhklsinƟ = n λ (3.4)
n = 1,2,3 ...merupakan orde refleksi Bragg.
Dari persamaan diatas terlihat bahwa harga in Ɵ haru lah 1 atau lebih kecil dari 1.
Tidak akan ada puncak inten ita yang teramati bila harga λ lebih be ar dari dua kali jarak
bidang maksimum.
Untuk sistim kubik:

dhkl (3.5)

untuk sistim tetragonal:

(3.6)

E. EKSPERIMEN DENGAN DIFRAKSI SINAR-X

1. Hukum Bragg
Dari persamaan Hukum Bragg, pada difraksi sinar –X membutuhkan Harga Ɵ dan λ yang
saling bersesuaian. Panjang gelombang sinar X yang mengenai kristal secara sembarang tidak
dipantulkan kembali. Standard difraksi yang digunakan untuk menganalisis kristal terdiri dari :

a. Metode Laue
Metode difraksi ini tidak menggunakan berkas sinar monokromatik dari spektrumnya,
juga tidak menggunakan karakteristik, melainkan menggunakan spectrum kontinu dari logam
targetnya. Agar sudut difraksi bernilai konstan, maka digunakan Kristal tunggal sebagai
spesimennya. Hukum Bragg dapat terpenuhi jika sinar-X mendifraksikan yang sesuai dengan
panjang gelombangnya pada bidang dari Kristal tunggal. Metode Laue biasanya digunakan untuk
menentukan orientasi kristal tunggal besar yang bersifat relatif terhadap adanya pancaran.
Metode ini merupakan metode difraksi sinar X tertua. Radiasi putih tercermin atau
ditransmisikan melalui kristal tetap. Kristal tetap adalah kristal yang memiliki bidang hkl, jarak d
(hkl) dan sudut Bragg (hkl) yang tetap. Sinar yang terpantul akan ada jika sebuah panjang
gelombang yang tepat yang memuaskan persamaan Bragg terdapat dalam sebuah spektrum

Difraksi Kristal Page 5


kontinyu.sinar pantul yang berbeda memiliki panjang gelombang yang berbeda sehingga
membuat pola laue yang terbentuk menjadi berwarna.

Metode ini sangat mudah dalam hal operasi dan konsepnya. Kristal tunggal ditempatkan
pada sebuah meja, dan dikenai oleh radiasi secara kontiniu dari panjang gelombang sinar-X.
Panjang gelombang yang bersesuain dengan kristal akan menghasilkan difraksi yang ditangkap
oleh layar. Pola difraksi yang dihasilkan adalah berupa titik-titik yang secara langsung
merupakan struktur kristal dengan metode itu sendiri. Akan terkadang penafsiran untuk
penentuan struktur kristal dengan metode ini sangat membingungkan akibat adanya pola difraksi
orde ke-2, ke-3 dst. Sehingga metode metode ini sangat jarang digunakan untuk menentukan
struktur kristal yang masih belum diketahui.

Gambar 3.2. Percobaan dengan metode Laue

b. Metode rotasi kristal


Dalam metode Kristal berputar ini berbeda dengan metode Laue. Untuk metode Kristal
berputar menggunakan Kristal tunggal dan sinar-X monokromatik. Proses metode Kristal
berputar ini terjadi ketika Kristal dan sampel uji coba di sinari oleh sinar-X, dan sinar-X tersebut
mengelilingi Kristal sehingga Kristal pada orientasi tertentu akan menghasilkan difraksi yang
kemudian direkam oleh film.
Kristal tunggal dirotasikan pada sumbu tetap yang ditembak dengan berkas
monokromatis. Arah datang berkas sinar tegak lurus terhadap kristal. Kemudian dibentuk grafik
yang dihasilkan oleh variasi dengan fungsi waktu. Tehnik ini digunakan untuk menentukan
bentuk dan ukuran unit sel.

Difraksi Kristal Page 6


Contoh, untuk kristal yang
berbentuk ortorombik,dimana vektor dasar
c tegak lurus dengan arah datangnya sinar.
Vektor dasar a dan b tegak lurus terhadap
vektor c. Metode ini digunakan untuk
analisis struktur pada Kristal tunggal.
Kristal ini biasanya berdiameter sekitar 1
mm dan terpasang pada poros yang dapat
Gambar 3.3. Bagan percobaan dengan berputar. Film fotografi ditempatkan pada
metode rotasi kristal
sisi dalam dari silinder konsentris dengan
sumbu rotasinya.
Sebuah sinar datang dengan panjang gelombang λ dan dibuat untuk menimpa pada
Kristal. Specimen kemudian diputar, maka akan diperoleh kondisi difraksi, dimana lamda dan
teta sesuai hukum Bragg.

c. Metode Serbuk
Dalam metode ini, Kristal yang akan diamati dalam bentuk serbuk, dan setiap serbuk
berlaku sebagai Kristal berukuran kecil dengan orientasi acak dan diputar tidak melalui satu
sumbu saja. Sampel diletakkan diatas sebuah bidang dan disebarkan secara merata dan disinari
dengan berkas monokromatis.

Karena serbuk memiliki kristal


dalam jumlah besar,dan setiap kristal
memiliki orientasi masing-masing,
setiap puncak hamburan berhubungan
dengan vektor kisi yang lebih pendek
dari .
Gambar. 3.4. Bagan percobaan dengan metode serbuk

Contoh, untuk kristal yang berbentuk kubus dengan panjang kisi setiap sisi a. Harga a
akan ditemukan dari hasil percobaan. Dalam hal ini d = a / (a 2 + b2 + c2) ½
Dimana N = n2 (a2 + b2 + c2 ). Sudut hamburan diukur untuk masing-masing cincin.

Difraksi Kristal Page 7


Contoh Soal
uiuhoihjiooi

Anggap kristal berbentuk kubus sederhana yang panjang rusuknya 3,50 A disinari
dengan sinar –X yang berpanjang gelombang 3,10 A . Tentukanlah kumpulan bidang
yang sesuai dengan kondisi Bragg, dan untuk masing –masing puncak,tentukanlah besar
sudut Braggnya.

Penyelesaian

Menurut kondisi Bragg,


Sin 𝜃 = n𝜆/2𝑑
Untuk kubus sederhana, Jarak kisi bidangnya berada pada (hkl) adalah
d = a /(h2 + k2 + l2 ) ½.
Jadi,
Sin 𝜃 = (n λ / 2a )(h2 + k2 + l2 ) ½
= n (3,10 / 7)(h2 + k2 + l2)1/2
= 0,443 x (h2+k2 +l2 )1/2.

Jadi harga ini harus lebih kecil dari 1. Artinya bila harga sin adalah 1 atau lebih kecil
dari 1 akan dapat diperoleh variasi harga h,k,dan 1 yang sesuai. Orientasi yang sesuai dengan
puncak memberikan struktur dari kristal itu sendiri. Hasil dari perhitungan diberikan pada tabel
dibawah ini :
Tabel.1. Hasil Perhitungan sudut hamburan untuk berbagai bidang kristal
(hkl) N 0,433n (h2+k2+l2)1/2
(100) 1 0,433 26,3
(101) 2 0,866 62,3
(110) 1 0,626 38,8
(111) 1 0,767 50,1
(210) 1 0, 990 82,0

Difraksi Kristal Page 8


RINGKASAN
1. Pola difraksi oleh elektron pada kristal tunggal membeikan demonstrasi yang sangat baik
dalam keperiodikan struktur kristal dan dalam dualitas gelombang partikel. Karena elektron
adalah partikel bermuatan, dia berinteraksi sangat kuat dengan materi dan dapat menembus
beberapa angstrom dalam kristal sebelum dipengaruhi oleh tumbuhan elastis dari bahan.
Sehingga elektron tidak terlalu baik digunakan untuk menyelidiki bulk dari bahan. Akan
tetapi, sangat baik digunakan dalam hal :
a. Penelitian pada lapisan permukaan kristal
b. Penelitian lapisan tipis
2. Suatu hal yang penting, membedakan difraksi antara kisi dengan kristal adalah pada difraksi
oleh kisi sudut datang tidak sama besarnya dengan dimana berkas sinar didifraksikan, dan
terdapat hubungan antara kedua sudut ini, panjang gelombang yang digunakan dan jarak
antara dua celah pada kisi.
3. Kondisi difraksi Bragg, dimana sudut berkas sinar datang dan sudut berkas pantulan adalah
sama, dan menyatakan bahwa berkas pantulan dipenuhi apabila besar sudut berkas
gelombang yang sesuai dan jarak antara dua bidang paralelnya. Kondisi Bragg tidak
menyelidiki untuk selapis bidang.
4. Pada difraksi sinar –X membutuhkan Harga Ɵ dan λ yang aling ber e uaian. Panjang
gelombang sinar X yang mengenai kristal secara sembarang tidak dipantulkan kembali.
Standard difraksi yang digunakan untuk menganalisis kristal terdiri dari :
a. Metode Laue
b. Metode Rotasi Kristal
c. Metode Serbuk

Difraksi Kristal Page 9


Latihan Soal
1. Sinar –X yang berpanjang gelombang ditembakkan sepanjang sumbu z pada dua atom
yang terpisah sejauh 3,2 A . Pergeseran relatifnya terjadi pada bidang yz disekitar atom.
Saat 𝜃𝑟 r = 0 dan 𝜃 r = 45 , tentuakan posisi detektor saat ditemukan puncak dari intensitas
hamburan.
2. A. Tentukan panjang gelombang foton yang berenergi 45 keV dan berapa besar
momentum linearnya.
B. Berapa energi neutron agar panjang gelombang ke Broglienya 0,5A
3. Anggap pada kristal yang bertipe kubus sederhana hanya memilki satu atom pada basis
primitifnya. Panjang rusuk kubus adalah 4,50 A .
a) Tentukan panjang gelombang yang digunakan agar diperoleh puncak dengan sudut
hamburan 40 , berapa sudut hamburan agar diperoleh puncak pada (100) dan (111).
b) Bila panjang gelombang yang sama digunakan dan diperoleh puncak (110) dengan
sudut 40 , berapakah besar sudut hamburan untuk puncak (100) dan (111) ?

Difraksi Kristal Page 10

Anda mungkin juga menyukai