Anda di halaman 1dari 3

MODEL KOLEKTIF

Model kolektif merupakan hasil penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit
nucleus. Dalam model kolektif susunan nukleon-nukleon penyusun nucleus berlapis-lapis, akan
tetapi bila nucleus menerima tambahan energy dari luar maka energy itu akan didistribusikan
merata ke seluruh nucleon penyusun nucleus tersebut. Bila dampak dari penyerapan energy itu
menyebabkan nucleus dari nuklida memberikan reaksi maka reaksi itu merupakan akumulasi
dari reaksi yang diberikan oleh semua nucleon penyusun nukleusnya. Model kollektif ini terbagi
lagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Model Rotasional
Telah ditunjukkan bahwa beberapa sifat inti menandakan adanya gerak kolektif
nukleon-nukleon dalam inti. Gerak kolektif nukleon ini dapat menyebabkan perubahan
bentuk (deformasi) inti dari bentuk seperti bola. Deformasi dapat bersifat lunak atau
permanen. Deformasi lunak berarti bentuk inti berubah-ubah di sekitar bentuk bola,
sementara deformasi permanen menyebabkan perubahan bentuk yang permanen, bahwa
inti tidak berbentuk seperti bola lagi.
Dua macam gerakan kolektif inti:
 rotasi: menyebabkan deformasi permanen,
 getaran: menyebabkan deformasi lunak.
Gerak kolektif seperti rotasi dan getaran juga menghasilkan tingkat-tingkat
keadaan. Inti dapat menjalani transisi antar tingkat-tingkat keadaan ini berupa eksitasi
atau peluruhan ke tingkat keadaan lebih rendah.
Spektrum rotasional molekul dalam daerah mikrogelombang. Keadaan energy
molekuler ditimbulkan oleh rotasi (perputaran) molekul secara keseluruhan dan oleh
vibrasi (getaran) atom pembangun relative terhadap yang lain dan juga oleh perubahna
konfigurasi elektronik. Tiga keadaan energi molekular :
(a) Keadaan rotasional terpisah oleh selang energy yang sangt kecil (biasanya sekitar
10- 3 eV), dan spectrum yang timbul dari transisi antara keadaan ini terdapat dalam
daerah mikrogelombang.
(b) Keadaan vibrasional terpisah oleh selang energy yang lebih besar (biasanya sekitar
0,1eV), dan sektrum virasional terdapat dalam daerah inframerah.
(c) Keadaan elektronik molecular memiliki energy yang lebih tinggi, dengan pisahan
antara tingkat energy electron valensi beberapa eV dan spectrumnya terdapat dalam
daerah cahaya tampak
Nukleon tidak dapat dibedakan. Karena itu, rotasi inti dapat diamati jika sumbu
rotasinya tegak lurus terhadap sumbu simetrinya.

Sesuai prinsip energi minimum, rotasi lamban dapat mengakibatkan deformasi baik ke
bentuk prolate maupun oblate, sementara rotasi cepat mengakibatkan deformasi ke
bentuk prolate.

2. Model Vibrasional
Modus gerak kolektif nukleon dalam inti yang lain yaitu getaran/ vibrasi. Model
vibrasional memperhitungkan gerak kolektif tersebut.
Menurut model vibrasional, permukaan inti tidak diam melainkan bergetar, seperti
sebuah selaput yang bergetar. Jadi, disini terjadi gerakan kolektif nukleon-nukleon di
permukaan inti. Getaran ini membuat bentuk inti tidak tetap melainkan berubah-ubah
secara periodik disekitar bentuk bola.
Model inti vibrasional dapat menjelaskan, contoh giant dipole resonance pada reaksi (
Y , n ¿pada 208 Pb( Y datang ke target 208 Pb, lalu netron yang terhambur dideteksi). Giant
dipole resonance ditunjukkan sebagai sebuah peak besar pada distribusi penampang
lintang total proses tersebut pada energi Y yang datang.
“ Proton bergetar terhadapa netron pada suatu frekuensi tertentu. Foton y yang datang
keinti berinteraksi elektromagnetik dengan proton, tapi tidak dengan netron. Apabila
frekuensi (energi) foton y sesuai dengan fekuensi getar proton terhadap netron, maka
terjadi resonansi, yang mengakibatkan getaran proton semakin kuat. Kejadian ini ditandai
oleh peak pada penampang lintang total”.

Referensi
Fachruddin, Imam. 2002. Mengenal fisika Nuklir. Jakarta: Universitas Indonesia.
Krane, K.S. 1988. Introductory to Nuclear Physics. John Wiley & Son, Inc: New York.
Siregar, N., Yul Ifda., Nasuition, B. 2020. Pendahuluan Fisika Inti. CV. Engineer Warungnesia:
Medan.

Anda mungkin juga menyukai