Anda di halaman 1dari 20

Sistem Pemprosesan Informasi

Disusun oleh :

Fanesa Prousvaliza R.

(06101011012)

Afrita Utami

(06101011021)

Intan Permata Sari

(06101011027)

Yogi Sanjaya

(06101011033)

Reny

(06101011037)

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan


Pendiddikan Fisika 2010
Universitas Sriwijaya
Inderalaya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berkenaan dengan materi Sistem Pemprosesan
Informasi yang merupakan salah satu dari materi pembelajaran Dasar-Dasar Proses
Pembelajaran Fisika, yang harus kami pelajari pada semester V ini.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, kepada teman-teman yang telah
membantu menysun makalah ini dan kepada Bapak Dr. Ketang Wiyono,S.Pd.,M.Pd. selaku
dosen Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Fisika.
Dalam pembuatan makalah ini sudah pasti banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami minta maaf. Saran dan kritik yang besifat membangun sangat
kami harapkan guna mencapai kesempurnaan makalah ini untuk yang akan datang.

Indralaya, September 2012

Penyusun

1 | Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah .................................................................................

1.2

Rumusan Masalah .........................................................................................

1.3

Tujuan Pembahasan .......................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
2.1

Teori Pemprosesan Informasi 3

2.2

Sistem Pemprosesan Informasi

2.3

Penyajian Pengetahuan .. 6

2.4

Implementasi Sistem Pemprosesan Informasi dalam Pembelajaran Fisika .

10

BAB III : PENUTUP


3.1

Kesimpulan ....................................................................................................

15

3.2

Saran ..........................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

16

2 | Page

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar yang telah ada. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi.
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting
dalam teori pemrosesan informasi, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi
yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang
dipelajari.
Mengingat kapasitas memori manusia yang amat sangat terbatas, maka dengan adanya
pemrosesan informasi yakni melalui sistem pemrosesan informasi akan sangat berguna untuk
mengurangi muatan memori kerja tersebut. Tentunya tidak semua informasi harus diproses
melalui sistem ini, dengan kata lain ada suatu bentuk penyajian tertentu agar memenuhi aspek
ekonomi dari memori kerja manusia yakni informasi yang diperoleh dapat tersimpan secara
optimal dalam memori. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk penyajian pengetahuan .
Lantas bagaimanakah proses belajar bila dipandang dari teori ini? Bagaimana peranan sistem
pemrosesan informasi ini terhadap hasil belajar siswa? Dan bagaimana pula cara
mengimplementasikan sistem pemrosesan informasi dalam mata pelajaran fisika?
Melalui makalah ini, kami akan membahas lebih jauh lagi mengenai teori dan sistem
pemrosesan itu sendiri, mulai dari definisi hingga implementasiannya dalam mata pelajaran
fisika.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.
2.
3.
4.

Apa itu teori pemrosesan informasi?


Bagaimana sistem pemrosesan informasi?
Bagaimanakah penyajian pengetahuan itu?
Bagaimana mengimplementasikan sistem pemrosesan informasi dalam pembelajaran
fisika?

1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami teori pemrosesan informasi
1 | Page

2. Mahasiswa dapat memahami mekanisme sistem pemrosesan informasi


3. Mahasiswa dapat memahami penyajian pengetahuan sebagai bagian dari sistem
pemrosesan informasi.
4. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara mengimplementasikan sistem
pemrosesan informasi dalam pembelajaran fisika

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI PEMROSESAN INFORMASI

2 | Page

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya :


Menurut Howard L. Kingsley dalam Dantes (1997) mengemukakan bahwa 'belajar adalah
suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah
melalui praktek dan latihan. Sedangkan menurut Jauhari (2000:75) mengatakan bahwa
belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif,
dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas. Sejalan dengan itu,
Fontana dalam Khoir (1991) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah
mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman, dan perubahan terjadi
dalam perilaku individu.
Jadi, pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau uasaha yang dilakukan secara sadar,
sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam
dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup.
Berkenaan dengan hal ini, ada sebuah teori yang membahas tentang peran operasi-operasi
kognitif dalam pengolahan informasi sebagai usaha untuk menciptakan dan membentuk
perubahan perilaku, teori ini dikenal dengan teori sistem pemrosasan informasi.
Dalam teori ini manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi informasi sendiri
secara aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam pemrosesan informasi berkaitan
dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif serta pengaruh-pengaruh genetis dan
lingkungan. Inti dari perkembangan dalam pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem
pada diri seseorang yang semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi (Miller, 1993).
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran.
Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengolah informasi. Proses belajar itu sendiri
memang penting dalam teori pemrosesan informasi, namun teori ini menganggap sistem
informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting.
Karena Informasi inilah yang akan menentukan proses, dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung, akan sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.

Implementasi teori pemrosesan informasi dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan


oleh beberapa tokoh, di antaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler, Snowman,
Baine, dan Tennyson.
Teori Pemrosesan Informasi Gagne
Teori belajar yang dirintis oleh Gagne (1988) disebut dengan Information Processing
Learning Theory. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga
Information-Processing Model oleh Lefrancois atau Model Pemrosesan Informasi.
3 | Page

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.

2.2 SISTEM PEMROSESAN INFORMASI


Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi,
disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah
dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar seperti
Biehler dan Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut
umumnya berpijak pada tiga asumsi (Lusiana, 1992) yaitu:
1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi
di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur
alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilah
menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses
terjadinya lupa. Ketiga komponen tersebut adalah; 1) sensory receptor, 2)working memory,
dan 3) long term memory. Sedangkan proses kontrol diasumsikan sebagai strategi yang
tersimpan di dalam ingatan dan dapat dipergunakan setiap saat diperlukan.

a. Sensory Receptor (SR)


Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
informasi masuk ke sistem melalui sensory register Di dalam SR informasi ditangkap
dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti. Agar tetap berada
dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi
di long-term memory.
b. Working Memory (WM)
4 | Page

Pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory. Disini, berlangsung


proses berpikir secara sadar.
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian
(attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi.
Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots.
Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya
pengulangan atau rehearsal. 2) informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya. Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan
asumsi kedua berkaitan dengan peran proses kontrol. Artinya, agar informasi dapat bertahan
dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas WM disamping
melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan WM, dalam bentuk verbal, visual,
ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar
mengendalikannya.
c. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki
oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan
di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan
kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan
baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika
diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM
dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki
yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan
lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan
proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang
selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base) (Lusiana, 1992).

Sistem Pemrosesan Infomasi


Sistem pemrosesan infomasi ini sendiri dapat dianalogikan melalui model pemrosesan
informasi berikut ini.
Model pemrosesan informasi di atas digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang
dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan
sistem, dan garis-garis menggambarakan transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain.

5 | Page

Dalam model ini, informasi dalam bentuk energi fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis,
bunyi untuk ucapan, tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka
terhadap energi dalam bentuk-bentuk itu. Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda
dalam bentuk implus elektrokimia ke otak. Jadi transformasi pertama yang dialami informasi
ialah dari berbagai bentuk energi ke satu bentuk yang sama. Imlplus-implus saraf dari
reseptor masuk ke suatu registor pengindraan yang terdapat dalam sistem saraf pusat.
Informasi pengindraan disimpan dalam sistem saraf pusat selama waktu yang sangat singkat
sekali; menurut Sperling hanya selama seperempat detik. Dari seluruh informasi yang masuk
ini sebagian kecil yang disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek,
sedangkan selebihnya hilang darri sistem. Proses reduksi ini disebut presepsi selektif.
Memori jangka pendek secara kasar dapat disamakan dengan kesadaran. Artinya, apa yang
kita sadari pada suatu waktu, dikatakan terdapat pada memori jangka pendek kita. Informasi
keluar dari memori jangka pendek dalam waktu kira-kira 10 detik, keculi jika informasi itu
diulang-ulang. Memori jangka pendek ini dapat juga kita sebut sebagai memori kerja, yang
merupakan tempat dilakuakannya kegiatan mental secara sadar.
Informasi dalam memori kerja dapat dikode, kemudian disimpan dalam memori jangka
panjang. Pengkoden (coding) merupakan suatu proses transformasi dimana informasi baru
diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai cara. Memori jangka panjang
menyimpan informasi yang akan digunakan di kemudian hari.
Informasi yang telah disimpan dalam memori jangka panjang, bila akan digunakan lagi harus
dipanggil. Informasi yang telah dipanggil merupakan generasi respon. Dalam pikiran sadar
informasi mengalir dari memori jangka panjang ke generator respons selama pemanggilan.
Generator respon mengatur urutan respons, dan membimbing efektor-efektor. Efektor-efektor
ini meliputi semua otot dan kelenjar kita, tetapi untuk tugas sekolah, efektor yang utama ialah
tangan untuk menulis dan alat suara untuk berbicara.
Aliran informasi dalam sistem manusia ternyata bertujuan, dan diatur oleh kotak-kotak yang
disebut harapan dan kontrol eksekutif. Khususnya harapan tentang hasil kegiatan mental
mempengaruhi pemrosesan informasi, seperti prosedur pengontrolan dan strategi-strategi
mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan.

2.3 PENYAJIAN PENGETAHUAN


Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kapasitas memori manuasia sangat terbatas,
sehingga tidak semua informasi (pengetahuan) yang diterima dapat disimpan. Untuk
menyiasati hal ini, maka diperlukan sebuah peyajian pengetahuan yang terdiri dari:
1. Proposisi
2. Produksi
3. Gambaran mental
6 | Page

Proposisi
Proposisi merupakan unit dasar informasi dalam sistem pemrosesan informasi manusia.
Proposisi dapat disamakan dengan gagasan.
Hubungan dan Argumen Proposisi
Suatu proposisi selalu terdiri atas dua unsur:suatu hubungan dan sekumpulan argumen.
Argumen merupakan topik proposisi, yang dapat berupa kata benda atau kata ganti(kadangkadang dapat berupa kata kerja atau kata sifat). Hubungan suatu proposisi dapat berupa kata
kerja,kata sifat, dan kata keterangan.
1. Beberapa Contoh Proposisi serta Hubungan dan Argumennya
Proposisi
Hubungan (relasi)
Air menguap
Menguap
Maya membaca buku
Membaca
Ayah memberikan kunci Memberikan
pada Adi

Argumen
Air
Maya, buku
Ayah, kunci, Adi

2. Beberapa proposisi dengan lebih dari satu argumen


Proposisi
Hubungan(relasi)
Ibu memberi pensil pada Memberi
Amir
Ahmad pergi ke sekolah
Pergi
Ruli
mengukur
suhu Mengukur
dengan termometer

Argumen
Ibu
(subjek),
Amir
(penerima),
pensil(objek)
Ahmad (subjek), sekolah(tujuan)
Ruli(subjek),suhu(objek),termometer(alat)

Perlu diperhatikan perbedaan antara kata, frasa dan kalimat di satu pihak dan proposisi di lain
pihak. Kata ,frasa dan kalimat merupakan cara mengkomunikasikan gagasan, sedangkan
proposisi merupakan gagasan itu sendiri ,jadi proposisi lebih abstrak.
R. gagne dalam bukunya the condition of learning mengungkapkan betapa pentingya
proposisi. Kata-kata yang mengungkapkan fakta-fakta tidak seluruhnya disimpan dalam
memori. Tetapi yang direproduksi ialah gagasan. Dengan demikian informasi faktual yang
dipelajari dan disimpan dalam memori sebagai proses bermakna.
Proposisi dalam Bentuk Lingkaran-Panah

7 | Page

Suatu proposisi yang terdiri atas satu relasi dan satu atau lebih argumen dapat dinyatakan atau
digambarkan dengan bentuk lingkaran panah. Bentuk semacam ini lebih berguna kalau akan
menggambarkan kaitan beberapa proposisi daripada jika digambarkan dalam bentuk daftar.
Panah mengarah pada setiap proposisi,dan diberi nama untuk menyatakan peranan unsur itu
dalam proposisi tertentu.
Jaringan Proposisi
Salah satu ciri suatu unit informasi yang paling penting adalah kaitannya dengan unit-unit
yang lain. Karena kaitan antara unit-unit informasi ini merupakan aspek yang penting dari
intelegensi, penting juga untuk mengetahui cara menggambarkannya.
Salah satu cara adalah dengan jaringan proposisi yang merupakan himpunana proposisi yang
saling berkaitan. Setiap dua proposisi yang memiliki bersama satu unsur ,saling terkait
melalui unsur itu.
Suatu jaringan proposisi merupakan konstruk hipotesis . Walaupun demikian, jaringanjaringan proposisi selanjutnya merupakan konstruk yang dapat menolong kita dalam berfikir
tentang proses kognitif.
Penelitian Hayes-Roth dan Thorndyke (dalam E.Gagne 1985) menunjukan bahwa manusia
menyimpan informasi dalan jaringan proposisi. Penelitian ini menyarankan bahwa baik atau
buruknya informasi itu terintregasi dalam memori bergantungpada apakah dua informasi
yang ada hubungannya itu aktif dalam memori kerja pada waktu yang sama. Prinsip ini
sangat penting dalam mengajar.
Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural
Proposisi digunakan untuk menyajikan pengetahuan deklaratif, sedangakan pengetahuan
prosedural disajiakn oleh produksi. Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan apa
sesuatu itu, sedangakan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu.
Pengetahuan deklaratif dapat berbeda dalam topik dan ruang lingkup. Kita dapat mengetahui
tentang fakta, generalisasi, kejadian-kejadian pribadi. Selain itu, fakta-fakta dapat disusun
menjadi himpunan fakta,generalisasi-generalisasi di susun menjadi tori-teori ,dan kejadiankejadian pribadi dapat disusun menjadi sejarah hidup. Jelaslah bahwa pengetahuan deklaratif
memiliki banyak ragam.
Semua pengetahuan deklaratif itu relatif statis. Pengetahuan prosedural itu lebih dinamis. Bila
pengetahuan prosedural di aktifkan ,hasilnya bukan pemangilan informasi,melainkan suatu
transformasi informasi. Misalnya, hasil mengerjakan soal 333/3 adalah 111. Informasi input
(333/3) telah diubah menjadi suatu output (111) yang berbeda bentuknya dengan input. Jadi
pengetahuan prosedural digunakan untuk mentransformasi informasi.
8 | Page

Perbedaan lain dari pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah dalam
kecepatan mengaktifkannya. Bila pengetahuan prosedural sekali telah dipelajari dengan baik,
pengetahuan ini bekerja secara cepat dan otomatis.
Produksi
Aturan Kondisi Aksi
Produksi meruapakan kondisi aturan aturan kondisi-aksi. Artinya, produksi memprogram
terjadinya aksi-aksi tertentu pada kondisi tertentu.
Suatu produksi mempunyai dua anak kalimat, satu anak kalimat jika, dan satu anak
kalimat maka. Anak kalimat JIKA menentukan kondisi atau kondisi yang harus ada agar
terjasi aksi-aksi tertentu. Anak kalimat MAKA memuat aksi-aksi yang terjadi bila kondisikondisi yang terdapat dalam anak kalimat JIKA terpenuhi.
System Produksi
Sistem produksi memperlihatkan gagasan otomatis yang merupakan suatu ciri penting
produksi. Suatu system produksi mirip dengan suatu set thermostat yang secara otomatis
mulai bekerja pada kondisi-kondisi tertentu. Bila pengetahuan disajikan dalam bentuk
produksi, pengambilan keputusan terjadi tanpa banyak pekerjaan yang disadari. Dengan lain
perkataan, terjadi secaa otomatis.
Gambaran Mental
Menurut E. Gagne, gambaran mental merupakan penyajian-penyajian analog (Gagne, E.
19985: 65). Biehler (1982: 205) mengemukakan bahwa pada umumnya gambaran mental
berarti suatu penyajian nonverbal suatu objek konkret atau kejadian, missalnya suatu gambar.

Gambaran mental digunakan dalam memori bekerja untuk memanipulasi informasi special,
yaitu informasi yang menyangkut ruang. Selain itu gambaran mental juga dapat digunakan
untuk memikirkan dimensi-dimensi abstrak. Penggunaan gambaran mental selama
menggungkapkan informasi baru kelihatannya menolong mengingat informasi itu (Gegne, E.
1985: 63).
Ekonomi Penyajian
Dalam bab ini kita membahas beberapa bentuk penyajian pengetahuan yang sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan arsitektural system pemrosesan informasi. Hal yang ditekankan
dalam bab ini ialah pengetahuan itu disajikan dalam bentuk-bentuk yang mengurangi beban
pada memori kerja. Jaringan proposisi mengurangi beban dengan tersedianya pengetahuan
9 | Page

yang berhubungan. Dengan demikian, bila kita memikirkan gagasan tertentu, gagasangagasan yang berhubungan dengan mudah timbul dalam pikiran. System produksi
mengurangi beban pada memori kerja dengan membiarkan control mengalir secara otomatis
dari satu tingkat dalam serangkaian operasi-operasi mental ke tingkat yang lain. Suatu proses,
yang berlangsung otomatis, mengambil sedikit tempat dalam memori kerja. Gambaran mental
mengurangi beban dengan menyajikan informasi spasial secara impilsit. Dibandingkan
dengan proposisi, gambaran mental dapat memasukan lebih banyak informasi spasial ke
dalam memori kerja tanpa melampaui kapasitasnya.

2.4IMPLEMENTASI SISTEM PEMROSESAN INFORMASI DALAM


PEMBELAJARAN FISIKA
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan
pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth
dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara
hirarkhis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu
oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
Implikasinya di dalam pembelajaran, semakin baik cara penataan pengetahuan sebagai dasar
pengetahuan yang datang kemudian, semakin mudah pengetahuan tersebut ditelusuri dan
dimunculkan kembali pada saat diperlukan.
Teori belajar pemrosesan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk
mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa:
1. proposisi
2. produksi
3. gambaran mental

Teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan kedalam


1. kapabilitas belajar
2. peristiwa pembelajaran
3. pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Mengenai kapabilitas belajar kaitannya dengan unjuk kerja dirumuskan oleh Gagne sebagai
berikut (Degeng, 1989).
No.

Kapabilitas Belajar

Unjuk Kerja

1.

Informasi verbal

Menyatakan informasi

10 | P a g e

Ketrampilan Intelektual

Menggunakan simbol untuk berinteraksi


dengan lingkungan.

- Diskriminasi

Membedakan perangsang yang memiliki


dimen-si fisik yang berlainan.

- Konsep konkrit

Mengidentifikasi contoh-contoh konkrit.

- Konsep abstrak

Mengklasifikasi contoh-contoh dengan


meng-gunakan ungkapan verbal atau
definisi.

- Kaidah

Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.

- Kaidah tingkat lebih


tinggi

Mengembangkan kaidah baru untuk


memecah-kan masalah.

3.

Strategi Kognitif

Mengembangkan cara-cara baru untuk


meme-cahkan masalah. Menggunakan
berbagai cara untuk mengontrol proses
belajardan/atau berpikir.

4.

Sikap

Memilih berperilaku dengan cara tertentu.

5.

Ketrampilan Motorik

Melakukan gerakan tubuh yang luwes,


cekatan, serta dengan urutan yang benar.

2.

Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses


internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa
pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan
eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran
yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses
internal dalam kegiatan belajar adalah:
1.

Menarik perhatian.

2.

Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3.

Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.

4.

Menyajikan bahan perangsang.

5.

Memberikan bimbingan belajar.

6.

Mendorong unjuk kerja.

11 | P a g e

7.

Memberikan balikan informatif.

8.

Menilai unjuk kerja.

9.

Meningkatkan retensi dan alih belajar.

Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat


belajar untuk suatu kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang
diperlukan. Ada prasyarat belajar utama, yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar
pendukung yang dapat memudahkan belajar. Pengorganisasian pembelajaran untuk
kapabilitas belajar tertentu dijelaskan sebagai berikut:
Pengorganisasian pembelajaran ranah ketrampilan intelektual.
Menurut Gagne, prasyarat belajar utama dan keterkaitan satu dengan lainnya digambarkan
dalam hirarkhi belajar. Reigeluth membedakan struktur belajar sebagai ketrampilan yang
lebih tinggi letaknya di atas, sedangkan ketrampilan tingkat yang lebih rendah ada di
bawahnya.
Pengorganisasian pembelajaran ranah informasi verbal.
Kemampuan ini menghendaki siswa untuk dapat mengintegrasikan fakta-fakta ke dalam
kerangka yang bermakna baginya.
Pengorganisasian pembelajaran ranah strategi kognitif.
Kemampuan ini banyak memerlukan prasyarat ketrampilan intelektual, maka perlu
memasukkan ketrampilan-ketrampilan intelektual dan informasi cara-cara memecahkan
masalah.
Pengorganisasian pembelajaran ranah sikap.
Kemampuan sikap memerlukan prasyarat sejumlah informasi tentang pilihan-pilihan tindakan
yang tepat untuk situasi tertentu, juga strategi kognitif yang dapat membantu memecahkan
konflik-konflik nilai pada tahap pilihan.
Pengorganisasian pembelajaran ranah ketrampilan motorik.
Untuk menguasai ketrampilan motorik perlu dimulai dengan mengajarkan kaidah mengenai
urutan yang harus diikuti dalam melakukan unjuk kerja ketrampilan yang dipelajari.
Diperlukan latihan-latihan mulai dari mengajarkan bagian-bagian ketrampilan secara
terpisah-pisah kemudian melatihkannya ke dalam kesatuan ketrampilan.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1.

Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

2.

Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.

3.

Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

12 | P a g e

4.

Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.

5.

Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

6.

Kontrol belajar (content control, pace control, display control, dan conscious
cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu (prinsip perbedaan individual terlayani).

7.

Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Dengan demikian aplikasi teori sistem pemrosesan informasi dalam kegiatan pembelajaran
yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) baik diterapkan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1.

Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

2.

Menentukan materi pembelajaran.

3.

Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.

4.

Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah
algoritmik atau heuristik).

5.

Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.

6.

Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.

Bila kita kaitkan sistem pemrosesan informasi dalam pembelajaran fisika berdasarkan
paparan diatas, maka dapat kita lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah menarik perhatian siswa. Hal ini
merupakan langkah awal untuk membuat siswa dapat memusatkan perhatiannya pada
materi pembelajaran fisika yang akan diajarkan. Kita dapat menggunakan multimedia
misalnya. Karena seperti yang kita ketahui, multimedia memiliki tampilan yang lebih
menarik bagi siswa. Kita bisa memanfaatkan fungsi indera peserta didik secara lebih
optimal. Misalnya, peserta didik tidak lagi hanya akan melihat deretan tulisan yang
membosankan, namun akan jauh lebih menarik dari itu, peserta didik dapat melihat
sejumlah animasi-animasi yang dapat mewakili materi yang diajarkan, bukan sekedar
membayangkan.
Selain itu, kita juga dapat memberikan beberapa pertanyaan yang sifatnya
menantang di awal pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan ini diamaksudkan untuk
menstimulasi peserta didik, membuatkan alur (jalan cerita) sehingga keterkaitan
materi yang diajarkan lebih mudah dipahami.
2. Kita dapat merangkum materi yang akan kita ajarkan secara garis besarnya. Caranya
dapat melalui mind mapping. Dengan mind mapping peserta didik dapat menagkap
13 | P a g e

butir-butir pokok informasi secara signifikan. Selain itu dengan mind mapping siswa
dapat :
secara visual relatif lebih jelas urutan dan informasinya
membantu kemampuan otak untuk berkonsentrasi
membuat sambungan antara ide-ide sehingga mudah untuk dilihat
meningkatkan daya ingat menuju Long term memory
3. Dalam pembelajaran fisika, hanya dengan memanfaatkan minds on saja tidaklah
cukup. Dibutuhkan juga praktik kerja, hands on. Akan ada banyak hal yang diperoleh
peserta didik melalui praktik kerja ini. Bukan hanya kemampuan kognitif saja yang
dikembangkan disini, namun juga ada sikap dan keterampilan motorik. Disini peserta
didik dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, analitis, terampil, memiliki sikap teliti, jujur,
dan lain sebaginya. Melalui hal ini, diharapkan peserta didik mampu
mengimplemetasikannya dalam dunia nyata, khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan belajar yaitu adanya
perubahan sikap menuju ke arah positif.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran.
Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengolah informasi. Proses belajar itu sendiri
memang penting dalam teori pemrosesan informasi, namun teori ini menganggap sistem
informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting.
14 | P a g e

Karena Informasi inilah yang akan menentukan proses, dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung, akan sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Komponen pemrosesan informasi dipilah menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya lupa. Ketiga komponen tersebut adalah;
1) sensory receptor, 2)working memory, dan 3) long term memory.
Mengingat kapasitas memori manuasia sangat terbatas, sehingga tidak semua informasi
(pengetahuan) yang diterima dapat disimpan, maka untuk menyiasatinya diperlukan sebuah
peyajian pengetahuan yang terdiri dari; 1) Proposisi, 2) Produksi, dan 3) Gambaran mental
Dan untuk mengimplemtasikan sisem pemrosesan informasi ini dalam pembelajaran fisika,
dapat dilakukan salah satunya dengan mengkombinasikan antara minds on dan hands on.

3.2 SARAN
Sebagai seorang pendidiknya hendaknya memahami berbagai jenis teori belajar yang ada,
tidak terkecuali dengan teori pemrosesan informasi ini. Teori-teori ini akan sangat berguna
bagi guru dalam kegiatan pembelajaran nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Willis, Ratna. 2006. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Bandung : PT. Gelora Aksara
Pratama
http://www.erlangga.co.id/pendidikan/486-example-pages-and-menu-links.html
diakses pada 28 September 2012
http://www.scribd.com/doc/59213708/SISTEM-PEMROSESAN-INFORMASI diakses
pada 27 September 2012

15 | P a g e

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai