Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH “PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA”

Oleh : Afrianto P. Nababan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas manusia tidak terlepas dari apa yang disebut dengan informasi, karena
pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dan
merupakan pembuat serta penyebar informasi. Dalam hubungannya dengan sistem
informasi, informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan data yang terstruktur yang
dikomunikasikan lewat bahasa lisan, surat kabar, video dan lain sebagainya. Hal
tersebut dapat mempunyai dua pengertian, yaitu 1) informasi sebagai benda nyata
(information as a thing) dan 2) informasi sebagai sesuatu yang abstrak. Definisi
tersebut berdasarkan pendapat Teskey (Ati, 2014). Menurutnya, informasi adalah
kumpulan data yang terstruktur yang disampaikan seseorang kepada orang lain.
Kemudian, Gordon B. Davis (Ati, 2014) juga memberikan definisi. Menurutnya,
informasi dari sudut pandang sistem informasi adalah data yang telah diolah menjadi
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa informasi adalah produk komunikasi manusia yang berupa
kumpulan data terstruktur. Dalam proses komunikasi terdapat dua subjek yang
berperan sebagai pemberi dan penerima informasi.
Beberapa ahli menghubungkan informasi dengan pengetahuan. Pengetahuan
memerlukan sekaligus menghasilkan informasi. Ketika Pengetahuan semakin
berkembang maka semakin banyak informasi yang dibutuhkan dan semakin banyak
pula informasi yang dihasilkan. Proses ini membuat informasi yang tersedia menjadi
melimpah. Informasi dan pengetahuan selalu merujuk pada suatu hubungan yang
terus-menerus antara informasi yang baru diperoleh dan pengetahuan yang masih
statis pada saat informasi tersebut diterima (Nitecki 1985, dalam Ati; 2014: 32).
Pengetahuan yang terus berkembang sampai saat ini menimbulkan
melimpahnya informasi di dunia belajar baik formal maupun non-formal. Aktivitas
belajar manusia dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks
membutuhkan ingatan. Semakin banyak dan kompleks informasi dalam bentuk materi
yang dipelajari maka semakin besar usaha yang dibutuhkan manusia untuk
mengingatnya. Ingatan dapat diartikan sebagai kecakapan untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan (Dewi, 2014). Ingatan seorang individu
dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyimpan informasi yang diterima dan
menggunakannya kembali di masa mendatang. Proses penyimpanan ini berkaitan
dengan bagaimana informasi ini dapat diterima, dikonstruksikan dan akhirnya disimpan
dalam benak individu. Menurut Santrock (Dewi, 2014), ingatan diperoleh melalui tiga
tahapan yaitu pengkodean (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan
kembali (retrieval). Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa ingatan
bukanlah suatu hal yang terjadi secara instan melainkan suatu proses yang
memerlukan cara-cara tertentu untuk memperolehnya. Kegagalan dalam usaha untuk
memaksimalkan ingatan, akan memunculkan masalah dalam proses belajar. Dalam
hal ini kemampuan manusia untuk mengolah atau mengorganisasi setiap
informasi/pengetahuan yang diterima akan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan daya ingat seseorang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana teori pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan
manusia?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi daya ingat manusia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan teori pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan
manusia
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi daya ingat manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pengorganisasian Informasi/Pengetahuan dalam Ingatan Manusia


1. Pengertian Ingatan Manusia
Pada dasarnya ingatan manusia adalah hal yang membentuk jati diri manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Santrock (Dewi, 2014) mengatakan bahwa ingatan
diperoleh melalui tiga tahapan yaitu pengkodean (encoding), penyimpanan (storage)
dan pemanggilan kembali (retrieval). Muhibbin syah (Khasbiyati, 2010 : 20)
mengatakan bahwa ingatan manusia adalah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan
yang semuanya berpusat pada otak. Menurut Abu Ahmadi (Khasbiyati, 2010 : 20)
ingatan adalah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi
kembali kesan/tanggapan/ pengertian. Sedangkan Winkle (Khasbiyati, 2010 : 21)
berpendapat bahwa ingatan adalah suatu aktifitas kognitif, dimana manusia
menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau. Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, ingatan manusia dapat diartikan sebagai sebuah
kemampuan proses kerja otak manusia yang terdiri dari menerima, menyimpan dan
mengeluarkan kembali informasi yang diperoleh sebagai sebuah pengetahuan dari
masa lampau.
2. Jenis Daya Ingat Manusia
Para ahli banyak mengemukakan konsep mengenai jenis-jenis daya ingat
manusia. Jenis-jenis daya ingat tersebut dilihat dari beberapa sudut pandang yang
diamati. Ada yang melihat dari sudut pandang jenis tugas mengingat, lamanya
waktu mengingat, atau jenis informasi yang diingat. Berikut jenis daya ingat manusia
yang sering dibahas oleh beberapa ahli, yaitu:
a. Memori Sensori
Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani pemberhentian
singkat di register sensorik, yang merupakan gerbang masuk ke dalam memori.
Register sensorik mencakup beberapa subsistem memori yang memiliki jumlah
yang sama dengan jumlah indera yang kita miliki. Pada memori ini terdapat dua
jenis penyimpanan yaitu penyimpanan ikonik dan penyimpanan ekonik. Pada
penyimpanan ikonik, informasi disimpan dalam bentuk ikon-ikon untuk periode
waktu yang sangat singkat. Semua ikon-ikon akhirnya menjadi imaji-imaji visual
yang merepresentasikan sesuatu. Sedangkan penyimpanan ekonik menyimpan
input auditorik dengan durasi sekitar 2-4 detik. Informasi auditorik disimpan dalam
ruang penyimpanan agar dapat diolah lebih lanjut.
b. Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)
Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek. Memori ini
menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga bisa sampai
beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin (Putri, 2014; 18) simpanan
jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga dapat diakses
oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran informasi kepada dan dari
simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih tetap bertahan di dalam memori
jangka pendek kira-kira 30 detik saja, kecuali dilatih untuk mempertahankannya lagi.
c. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan tidak
terbatas. Memori jangka panjang bertambah seiring bertambahnya usia selama
masa pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sistem memori jangka panjang
memungkinkan kita hidup dalam dua dunia, yaitu masa lalu dan masa sekarang.
Kemampuan untuk dapat mengingat masa lalu dan menggunakan informasi
tersebut untuk dimanfaatkan saat ini merupakan fungsi dari memori jangka panjang
(Bhinetty, 2009; Putri, 2014; 19). Kapasitas yang dimiliki memori jangka panjang
sepertinya tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar yang
tersimpan dalam memori jangka panjang, memungkinkan individu untuk belajar,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta mengembangkan identitas diri dan
sejarah kehidupan (Wade, 2008; Putri, 2014; 19). Memori jangka panjang tempat
menyimpan memori-memori yang terus tinggal dalam pikiran selama periode yang
panjang.
d. Memori Kerja
Memori kerja lazim didefinisikan secara luas seperti retensi informasi ketika
memproses informasi yang sama atau lainnya. Hal ini juga digambarkan sebagai
ruang kerja pengolahan informasi atau sebuah pintu gerbang antara memori jangka
pendek dan jangka panjang. Memori kerja merupakan proses kognitif yang fungsi
utamanya adalah untuk memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas pengkodean,
penyimpanan, dan fungsi pencarian yang penting untuk belajar pada tingkat
pengolahan informasi (Kuswana, 2011, Putri, 2014; 20).
e. Memori Implisit atau Prosedural
Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan sesuatu,
seperti cara menyisir, menggunakan pensil, dan lain sebagainya. Memori prosedural
ini juga disebut memori implisit karena apabila suatu kemampuan telah dimiliki
seseorang, maka kemampuan tersebut tidak lagi memerlukan pemrosesan secara
sadar (Wade,2008; Putri, 2014; 20). Memori implisit adalah pemanggilan kembali
informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek yang mempengaruhi tindakan dan
pikiran yang dilakukan tanpa usaha secara sadar. Jadi, memori implisit dipanggil
kembali secara tidak sadar (Graf & Schacter, 1985; Schacter, Chiu, & Oschner,
dalam Wade, 2008; Putri, 2014; 21).
f. Memori Eksplisit atau Deklaratif
Pemanggilan kembali informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek secara
sadar disebut dengan memori eksplisit. Contohnya, ketika seseorang ingin
menceritakan masa lalunya kepada orang lain, maka yang dilakukannya adalah
secara sadar memanggil kembali informasi masa lalu di dalam ingatannya
(Sternberg, 2006; Putri, 2014; 21). Memori eksplisit terbagi atas dua macam yaitu
memori episodic dan memori semantic. Memori episodik adalah memori yang berisi
pengalaman-pengalaman sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat
hidup. Sedangkan memori semantik berisikan jumlah total pengetahuan yang
dimiliki seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta
yang diketahui.
g. Memori Flashbulb
Memori Flashbulb merupakan memori pada situasi dimana seseorang
mengingat sesuatu yang sangat berkesan baginya atau yang secara emosional
menyentuh perasaannya (Bhinnety, 2009; Putri, 2014; 22). Memori jenis ini tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyimpan ke dalam otak secara permanen,
tetapi mampu membekas dan bertahan lama di otak. Contoh memori ini adalah
ingatan pada peristiwa penting dalam hidup kita.

B. Faktor yang Mempengaruhi Daya Ingat


Kemampuan daya ingat manusia dipengaruhi oleh banyak faktor (Ahmadi,
2004; Putri, 2014; 29) menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Individu
Proses mengingat dipengaruhi dari dalam individu seperti sifat, keadaan
jasmani, keadaan rohani dan umur. Mengingat akan lebih efektif apabila individu
memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam
pengamatan dan pembelajaran, dan memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang baik.
Sebagai contoh, siswa yang termotivasi untuk dapat menguasai mata pelajaran
matematika dengan baik bahkan agar dapat unggul dalam lomba-lomba matematika
maka ia akan mencari cara tersendiri untuk lebih mudah mengingat teorema, dalil
dan rumus-rumus matematika serta memahami teknik-teknik penyelesaian soal
matematika dengan baik. Contoh lainnya adalah untuk orang yang telah lanjut usia
cenderung mengalami kesulitan dalam mengingat sesuatu dibandingkan dengan
orang yang masih muda. Contoh berikutnya, dalam proses belajar di kelas juga
siswa dituntut untuk sehat sejara jasmani dan rohani. Ketika siswa mengalami
gangguan kesehatan fisik misalnya, maka ia akan sulit mengingat materi yang
disampaikan oleh guru.
2. Faktor objek yang diingat
Sesuatu yang memiliki organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti,
mempunyai keterkaitan dengan individu dan mempunyai intensitas rangsangan
yang cukup kuat akan lebih mudah diingat oleh seseorang. Sebagai contoh
misalnya dalam pembelajaran di kelas, siswa tentunya akan banyak menerima
informasi dari guru. Informasi tersebut sangat sulit diingat secara utuh dalam
memori siswa. Siswa cenderung hanya akan mengingat informasi yang dianggap
memiliki arti atau berkesan untuk dirinya. Oleh karena itu penguatan di kelas seperti
pemberian penghargaan atau hadiah atau tindakan lain yang mengesankan dapat
diberikan kepada guru saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Faktor Lingkungan
Proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang
dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan. Biasanya lingkungan yang bising
sangat berpengaruh terhadap rendahnya daya ingat siswa dalam menerima
informasi dari guru. Oleh karena itu lokasi sekolah sebaiknya ditempatkan jauh dari
lingkungan yang dapat menimbulkan kebisingan. Kebisingan merupakan salah satu
contoh gangguan pada faktor lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Simpulan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Ingatan manusia dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan proses kerja otak
manusia yang terdiri dari menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali
informasi yang diperoleh sebagai sebuah pengetahuan dari masa lampau.
Jenis-jenis daya ingat manusia meliputi memori sensori, memori jangka pendek
(short term memory), memori jangka panjang (long term memory), memori
kerja, memori implisit atau procedural, memori eksplisit atau deklaratif dan
memori flashbulb.
2. Ada tiga faktor yang mempengaruhi daya ingat manusia yaitu faktor individu,
faktor objek yang diingat dan faktor lingkungan.

B. Saran
1. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru sebaiknya memberikan kesan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga siswa lebih banyak
mengingat semua informasi yang diberikan. Pembelajaran harus lebih sering
melibatkan siswa untuk aktif bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Siswa
juga sebaiknya harus banyak terlibat dalam praktek-praktek atau peragaan
materi. Pembelajaran harus dipusatkan pada siswa.
2. Guru sebaiknya dapat menjadi fasilitator yang baik untuk membantu
menyiapkan faktor-faktor pendukung daya ingat siswa. Guru juga harus dapat
memahami kondisi fisik siswa saat dilaksanakannya proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai