Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah proses yang terdapat perubahan akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Banyak para ahli mendefinisikan pengertian belajar, salah satunya adalah menurut
Ahmadi dan Widodo (2006:128) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau
instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima
melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut
informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam
bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan.
Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari
pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Dalam pemrosesan informasi perlu adanya proses sensasi, atensi, persepsi, dan memori.
Tiap proses-proses tersebut ada karakteristik tersendiri. Misalnya pada proses sensasi yaitu
proses menangkap informasi. Proses atensi yaitu pemusatan pikiran, persepsi yaitu anggapan
seseorang terhadap sesuatu dan memori adalah ingatan seseorang.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan
yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak
informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai
strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang
diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat
relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang
tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka batasan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa konsep dari sensasi, atensi, persepsi dan memori?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi?
3. Bagaimana pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar?
4. Bagaimana proses terjadinya kelupaan dalam belajar?
5. Apa factor-faktor penyebab lupa?
6. Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memahami konsep dari sensasi, atensi, persepsi, dan memori.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi.
3. Mengetahui pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar.
4. Mengetahui proses terjadinya lupa dalam belajar.
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab lupa.
6. Mengetahui kiat-kiat dalam mengurangi lupa dalam belajar.

D. Manfaat
Manfaat dari disusunya makalah ini adalah:
1. Sebagai referensi untuk mempelajari materi pemrosesan informasi dalam belajar pada
matakuliah psikologi pendidikan.
2. Sebagai referensi dalam membuat tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi
pemrosesan informasi dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Sensasi, Atensi, Persepsi dan Memori.


1. Sensasi
Jalaluddin Rakhmat (2008;49) menyatakan bahwa tahapan paling awal dalam
penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Dennis Coon
(dalam Rakhmat, 2008;49) menyatakan, “bila alat-alat indera mengubah informasi
menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang difahami oleh (komputer) otak maka
terjadilah proses sensasi.
Benyamin B. Wolmen (dalam Rakhmat, 2008;49) juga mendefenisikan sensai sebagai
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sensasi rasa badan kita ketika
menerima informasi uang didapatkan ketika sudah di terima oleh otak, berupa perasaan
sedih, senang, dan lain sebagainya.
2. Atensi
Sumardi suryabrata (2012; 14) mengutip pengertian Atensi dalam Stren, 1950 dan
bigot 1950, ia menjelaskan atensi adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suau
objek. Sumardi juga menyatakan atensi adalah banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Kenneth E. Andersen(dalam Jalaluddin Rakhmat, 2008;52) menyatakan “perhatian
adalah proses mental ketika stimulasi atau rangkaian stimulasi menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimulasi lainnya melemah.
Syamsul Yusuf dan Nani M. Sughandhhi (2011;87) menjelaskan empat cara atensi
yaitu:
a. Atensi selektif, yaitu pemusatan perhatian terhadap aspek khusus yang relevan,
dan mengabaikan aspek-aspek lain yang tidak relevan.
b. Atensi terbagi, yaitu konsentrasi terhadap lebih dari satu aktivitas dalam waktu
yang sama.
c. Atensi Pemelihara, yaitu kemampuan untuk memelihara atensi terhadap stimulasi
terpilih untuk periode waktu yang panjang.
d. Atensi eksekutif, yaitu meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian atensi
terhadap tujuan, kompensasi dan deteksi yang keliru, monitoring kemajuan tugas-
tugas, dan keadaan yang sulit.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa atensi adalah perhatian
yang tertuju kepada informasi yang jumlahnya kecil dan mengabaikan informasi yang
jumlahnya lebih besar.
3. Persepsi
Jalaluddin Rakhmat (2008;56) menyatakan bahwa yang menentukan persepsi bukan
jenis atau bentuk stimulasi, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada
stimulasi itu.
Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2008;56) merumuskan dalil persepsi
pertama; persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi.
Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimar dan Koffka (dalam Rakhmat
2008;58) merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip
ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita
mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak
melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa proses menyeleksi, memilih,
ketika kita sadar mengenai alat indra kemudian menafsirkannya.
4. Memori
Syamsul Yusuf dan Nani M. Sugandhi (2011;89) mendefenisikan memori sebagai
daya ingat terhadap informasi yang telah lalu. Memori merupakan pusat kehidupan
mental dan berpikir, remaja perlu menyimpan informasi dan memanggil kembali apabila
diperlukan. Pemprosesan informaso melibatkan tiga aktivitas, yaitu (1) pengodean
(memasukkan informasi ke dalam memori), (2) penyimpanan (penyimpanan informasi
setiap waktu), dan (3) pemanggilan kembali (mengeluarkan informasi dari penyimpanan).
Schlessinger dan Groves (dalam Rakhmat, 2008;62) menyatakan bahwa memori
adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam
fakta-fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing
perilakunya.
Jadi dapat disimpilkan bahwa memori adalah kemampuan yang dimiliki manusia
dalam proses mengingat kembali kenangan masa lalu , baik itu informasi ataupun
pengalaman yang lain.
a. 3 Proses Memori
Memori melewati tiga proses yaitu :
1) Perekaman (disebut encoding)
Pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal.
2) Penyimpanan(storage)
Proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.
3) Pemanggilan (retrieval)
Mengingat lagi informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig,
1973:499).
b. Jenis-Jenis Informasi
1) Pengingat( recall)
Proses altiv untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara
verbatim( kata demi kata) tapa petunjuk yang jelas.
2) Pengenalan(recognition)
Mengenal satu diantara dua yang belum di ketahui, misalnya terdapat
dalam pilihan berganda , “siapa nama presiden Indonesia sekarang –
Jokowi atau SBY? Maka dalam hal ini kita dituntut untuk mengenal bukan
mengingat.
3) Belajar lagi (relearning)
Menguasai kembali pelajaran yang usdah kita peroleh termasuk pekerjaan
memori, hal ini disebabkan karena memori hilang.
4) Redintegrasi (redintegration)
Merekonstruksi seluruh masalalu dari satu petunjuk memoti kecil.
c. Mekanisme Memori
1) Teori Aus
Menurut teori ini , memori hialng atau memudar karena waktu. Misalnya
seringkali kita ingat peristiwa pada tahun lalu dan lupa peristiwa minggu
lalu, ha ini dikarenakan memori tersebut hilang karena waktu
2) Teori interferensi
Menurut teori ini, manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi
karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati.
3) Teori pengolahan informasi
teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory
storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-termmemory (STM,
memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke
dalam long-term memory (LTM, memori jangka panjang).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi


Lutfi Koto (academia.edu, 2015) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi
pemrosesan informasi, yaitu:
1. Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan faktor eksternal (media atau saluran
komunikasi)
2. Memori yang kurang maksimal, hal ini disebabkan oleh individu yang kurang melatih
memori secara maksimal.
3. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
4. Tingkat kesulitan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan.
5. Kemampuan otak individu yang tak sama.
C. Pemanfaatn pemrosesan informasi dalam belajar.
Lutfi Koto (academia.edu, 2015) menyatakan beberapa pemanfaatan pemrosesan
informasi dalam belajar, yaitu:
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadi stratergi pembelajaran dengan menggunakan cara berfikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
3. Kapasitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individual yang terlayani.

D. Lupa Dalam Belajar.


Lupa merupakan istilah yang sangat popular di masyarakat. Setiap waktu pasti ada orang-
orang yang lupa akan sesuatu entah hal itu tentang peritiwa atau kejadian di masa lampau atau
sesuatu yang akan dilakukan,mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena lupa
dapat terjadi pada siapa pun apakan orang itu anak-anak,remaja,professor,dosen,doctor,pejabat
dan sebagainya.
1. Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar
Muhibbin Syah (2012;170) menyatakan, lupa ialah hilangnya kemampuan untuk
menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Secara sederhana, Gulo dan Reber (dalam Syah, 2012;170) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan,
lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Wittig (dalam Syah, 2012;170) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa
lupa yang dialami seseorang tak mungkin dapat diukur secara langsung. Sering terjadi,
apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seorang siswa justru ia katakana
Jadi dapat disimpulkan bahwa lupa adalah ketidakmampuan seseorang mengingat
sesuatu yang pernah di pelajari atau dialami.
Muhibbin Syah(2012: 180) jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun atau juga dapat diartikan dengan jemu atau bosan.
Ketika seseorang mengalami lupa, sebenarnya ada 4 tahapan yang terjadi yaitu :

1. Tahap Pertama
Apa yang sudah kita ingat, akan disimpan dalam bagian otak tertentu jika materi tersebut
harus diingat namun tidka pernah digunakan. Maka karena adanya proses metabolisme
dalam otak, lambat laun materi tersebut akan terhapus dalam otak yang membuat
seseorang tidak dapat mengingatnya kembali. Sehingga karena tidak digunakan lagi,
maka secara tidak langsung menyebabkan materi tersebut lenyap dengan sendirinya.
2. Tahap Kedua
Ada beberapa prinsip-prinsip sistematis yang perlu anda ketahui, yaitu :
o Penghalusan, materi berubah bentuk menuju bentuk yang lebih halus, lebih simetris, dan
kurang tajam sehingga membuat bentuknya yang asli tidak dapat diingat kembali.
o Penegasan, bagian-bagian yang mencolok dalam sesuatu hal menjadi bagian yang paling
mengesankan. Sehingga di dalam ingatan akan dipertegas. Sehingga bagian-bagian
tersebutlah yang kemudian hanya diingat sedangkan yang lainnya secara keseluruhan
tidak terlalu diingat.
o Asimilasi, misalnya saja anda mengingat sebuah bunga, maka anda akan mengingatnya
sebagai bunga meskipun bentuknya bukan bunga. Sehingga yang anda hanya ingat
hanyalah sebuah bunga namun tidak mengingat bagaimana bentuknya yang asli.
Perubahan materi ini disebabkan bagaimana bentuk wajah orang tersebut tidak dapat
diingat lagi.
3. Tahap Ketiga
Saat mempelajari hal yang baru, kemungkinan sesuatu yang sebelumnya sudah anda ingat
tidak dapat kembali diingat. Dapat dikatakan jika materi kedua lah yang menjadi
penghambat untuk mengingat kembali materi pertama sebelumnya. Hambatan seperti ini
yang dinamakan dengan Hambatan retroaktif. Sebaliknya bisa saja materi yang baru
dipelajari tidak masuk ke dalam ingatan dikarenakan mater lain sebelumnya, hambatan
ini dikenal dengan nama hambatan proaktif.
4. Tahap Keempat
Ada kalanya saat seseorang melakukan sesuatu, disebut dengan represi. Peristiwa yang
menakutkan, mengerikan, menjijikkan, dan sejenisnya tidak dapat diterima hati nurani
yang membuat peristiwa tersebut akan sengaja terlupakan bahkan tanpa disadari.

2. Faktor-Faktor Penyebab Lupa


Faktor-faktor penyebab lupa, yaitu:
a. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi atas
dua yaitu proactive interference dan retroactive interference. Seorang siswa akan
mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi
pelajaran baru. Dan seorang siswa yang mengalami gangguan retroaktif apabila
materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan
kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem
akal permanennya.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang
telah ada baik sengaja ataupun tidak. Ini terjadi karena beberapa kemungkinan
yaitu:
1. Karena item informasi yang diterima siswa kurang menyenangkan sehingga ia
dengan sengaja menekannya hingga kea lam ketidaksadaran.
2. Karena item informasi secara otomatif menekan item informasi yang telah ada
jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3. Karena item informasi yang akan direproduksi itu tertekan kea lam bawah
sadar dengan sendirinyalantaran tidak pernah digunakan( Reber,1988).
c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali. Jka seorang siswa hanya mengenal atau
mempelajari contohnya hewan jerapah,kuda dan lainnya dari gambar-gambar
yang ada disekolah,maka kemungkinania akan lupa menyebut nama hewan-
hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang( Anderson,1990).
d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan
situasi belajar tertentu. Jadi,meskipun seorang siswa telah mengikuti proses
mengajar-belajar dengan tekun dan serius,tetapi karena sesuatu hal sikap da minat
siswa tersebut menjadi sebaliknya(karena ketidaksenangan kepada guru) maa
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan ( Best,1989).
e. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli,materi yang
diperlukan demikian dengan sendirinya akan masuk kea lam bawah sadar atau
mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru ( Hilgard &
Bower,1975).
f. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syarat otak. Seorang siswa yang tererang
penyakit tertentu seperti keracunan,kecanduan alcohol,dan geger otak akan
kehilangan ingatan atas item-iten informasi yang ada dalam memori
permanennya.
3. Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar
Pada prinsipnya,apabila materi pelajaran yang disajikan kepada siswa dapat
diserap,diproses,dan disimpan dengan baik oleh system memori mereka, peristiwa lipa
yang menjengkelkan semua pihak mungkin tidak terjadi atau terjadi namun tidak total.
Masalahnya,bagaimana kiat membuat system memori atau akal siswa agar berfungsi
optimal dalam memproses materi pelajaran yang disajikan kepada mereka.
Kiat terbaik untuk menguragi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat
akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya
ingatannya,sebagai berikut:
Ragam kiat untuk mengurangi lupa dalam belajar, yaitu:
a. Belajar lebih (overlearning)
Upaya belajar yang melebihi batas penguasa darar atas materi pembelajaran
tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah
siswa mempelajari respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan.
b. Tambahkan waktu belajar ( Extra Study Time)
Upaya penambahan alokasi waktu belajar ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Contonya: siswa belajar dari
satu jam menjadi dua jam. Penambahan alokasi waktu berarti siswa meningkatkan
kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat
melindungi memori dari kelupaan.
c. Muslihat memori (Mneumic Device)
Kiat khusus yang dijadikan sebgai pengait dalam proses informatika dalam
system akal siswa.
d. Singkatan
Yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus di ingat siswa.
Pembuatan singkatan-singkatan sebagian dilakukan sedemikian rupa sehingga
menarik dan memiliki kesan tersendiri.
e. System kata pasak ( peg word system)
Sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang
sebelumnya telah dikuasai sebagai pengait memori baru. Kata komponen pasak
dibentuk berpasangan seperti merah-saga,panas-api. Kata ini berguna untuk
mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti darah-
lipstik,pasangan langit-bumi,dll.
f. Metode Losai ( Method of Loci)
Yaitu kiat mnemonic yang menggunakan tempat khusus dan terkenal sebagai
sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa.
g. System kata kunci ( key word system)
System kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan
istilah asing,dan konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing.

Contoh Mnemonik Sistem Kata Kunci


No. Kata inggris Kata kunci Arti
1. Astute Astute Cedik
2. Butterfly Baterai Kupu-kupu
3. Chaos Kaos Kekacauan
4. Difficult Dipukul Sukar
5. Gamble Gembel Berjudi

h. Pengelompokkan (clustering)
Penataan ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dianggap lebih logis atau signifikan dalam lafal yang sangat mirip. Penataan atau
pengelompokan direkayasa sedemikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item
materi.
i. Latihan terbagi
Latihan terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa
dalam melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan lathan-
latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-
waktu istirahat. Hal ini dilakukan untuk menghindari cramming yakni belajar
banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
j. Pengaruh letak bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung, siswa dianjurkan
menyusun daftar kata-kata yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus
diingat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran dari bab di atas maka dapat disimpulkan:
1. Sensasi adalah kemampuan orang untuk mendeteksi stimulti di lingkungan.
2. Atensi adalah pemusatan atau pemfokusan pikiran terhadap suatu hal.
3. Persepsi adalah tanggapan terhadap sesuatu
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi: faktor internal (psikologis dan
fisiologis) dan eksternal, tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal,
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung, tingkat kesulitan mengungkap
kembali informasi-informsi yang telah disimpan dalam ingatan, dan kemampuan otak tiap
individu tidak sama.
5. Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu: membantu terjadinya proses
pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah,
menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol, kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap, dan prinsip
perbedaan individual terlayani.
6. Faktor-faktor penyebab lupa: ketidakmampuan untuk mengingat kembali, kesalahan
rekonstruksi, interferensi, dan kerusakan informasi.
7. Beberapa kiat dalam mengurangi lupa dalam belajar yaitu: Over learnig, sxtra study time,

mnemonic device, pengelomppokan, latihan tinggi dan pengaruh letak bersambung.

B. Saran
Untuk mendapatkan sumber yang lebih sebaiknya membaca literature-literatur yang mendukung
untuk materi ini,
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Widodo.2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.


Anderson,John R. 1990. Cognitive Psychology and Its Implication. 3rd Edition. New York:
W.H. Freeman and Company.
Barlow,Daniel Lenox.1985. Educational Psychology: The Teaching- Learning Process.
Chicago: The Moody Bible Institute.
Best,John B.1985. Cognitive Pschlogy.2nd Edition. New York: Wet Publishing Company.
Hilgard, Ernest R & Bower,Gordon H. 1975. Theories of Learning.4th Edition.New Jersey:
Prentice Hall,Inc.
Musen,P.,and Mark R. Rosenzweig.1973. Psychology: An Introduction.Toronto:
D.C.Health and Company.
Reber,Arthur S. 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria:
Penguin Books Autralia Ltd.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani M. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Koto, Lutfi. 2015. Pemrosesan Informasi dalam Belajar, (Online),
(http://www.academia.edu/8554631/PEMROSESAN_INFORMASI_DALAM_BELAJA
R, diakses 27 September 2019).

Anda mungkin juga menyukai