Anda di halaman 1dari 19

Teori belajar Pemrosesan Informasi

Nama: Lutfiah Fitrianisa

NIM: 11020120067

Kelas: G2.3

1. Gambarkan komponen mayor pemrosesan informasi : Atensi,


Persepsi, Short term memory (STM)/ working memory, dan long term
memory!
a. Atensi/perhatian.
Menurut (Slavin, 2008) atensi merupakan sumber daya yang terbatas.
Maksutnya disini adalah setiap individu akan memfokuskan atensinya
pada hal-hal tertentu saja. Dalam usaha untuk mendapatkan atensi dari
individu, hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan
menggunakan isyarat yang menunjukkan "Ini penting”. Dalam
(Santrock, 2007) disebutkan bahwa atensi tergolong dalam beberapa
bagian, seperti (1) Perhatian selektif yakni perhatian difokuskan pada
aspek tertentu dari pengalaman yang relevan sementara mengabaikan
orang lain yang tidak relevan. (2) Perhatian terbagi yakni perhatian yang
melibatkan konsentrasi pada lebih dari satu aktivitas pada waktu yang
sama. Misalnya mendengarkan music sambal membaca. (3) Perhatian
yang berkelanjutan, yaitu kemampuan untuk mempertahankan perhatian
selama periode waktu yang lama atau bisa disebut kewaspadaan. (4)
Perhatian eksekutif melibatkan tindakan perencanaan, mengalokasikan
perhatian pada tujuan, mendeteksi dan mengkompensasi kesalahan,
memantau kemajuan tugas, dan menangani keadaan baru atau sulit.
(Santrock, 2007).
b. Persepsi.
Persepsi merupakan proses pemaknaan / interpretasi terhadap stimulus
dan dalam proses ini terjadi pencocokan sebuah input dengan informasi
yang sudah diketahui. (Schunk, 2008). Menurut (Slavin, 2008) Persepsi
itu melibatkan interpretasi mental yang dipengaruhi oleh keadaan
mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan faktor
lainnya.
c. Short Term Memory/Working Memory.
Menurut (Santrock, 2007) Memori jangka pendek merupakan sistem
memori yang kapasitasnya terbatas. Informasi hanya akan disimpan
selama 30 detik, kecuali jika informasi tersebut mengalami pengulangan
atau diproses lebih lanjut maka akan bertahan lebih lama. Hal ini senada
dnegan (Julianto, 2017) bahwa Keterbatasan kapasitas memori jangka
pendek mengakibatkan informasi hanya bertahan sementara, sehingga
diperlukan metode tertentu untuk dapat mempertahankan informasi
lebih lama.
Dibandingkan dengan memori sensorik, memori jangka pendek
memiliki kapasitas yang terbatas tetapi durasinya relatif lebih lama.
Pendapat lain menyebutkan bahwa memori jangka pendek/memori kerja
adalah bagian dari memori di mana informasi yang sedang dipikirkan
disimpan dan Ketika kita berhenti memikirkan sesuatu, itu menghilang.
Memori kerja adalah tempat pikiran beroperasi pada informasi,
mengaturnya untuk disimpan atau dibuang, dan menghubungkannya
dengan informasi lain. (Slavin, 2008).
d. Long Term Memory/Memori Jangka Panjang.
Memori jangka panjang dianggap sebagai penyimpanan memori yang
berkapasitas sangat besar.(Slavin, 2008). Dalam Memori jangka
Panjang, individu tidak hanya menyimpan informasi tetapi juga
menyimpan strategi pembelajaran agar lebih mudah diakses (Kolb &
Whishaw, 2011; Watson & Breedlove, 2012). Menurut beberapa ahli,
informasi yang disimpan dalam memori jangka Panjang tidak akan
hilang dan masih bisa dipanggil Kembali apabila dipelrukan dalam
situasi tertentu. (Rahmat & Firmanti, 2017).
Para ahli membagi memori jangka Panjang menjadi 3, yaitu: (1) memori
semantic Pengetahuan umum individu tentang dunia, terlepas dari
identitas individu dengan masa lalu. (2) Memori Episodic terdiri terdiri
dari ingatan tentang peristiwa yang dialami dan diingat secara pribadi,
yang menggabungkan informasi sensorik,spasial pengetahuan, bahasa,
emosi, dan informasi motorik menjadi semacam cerita pribadi. (3)
Memori Prosedural adalah jenis memori yang tidak bisa diingat secara
sadar dan merupakan kemampuan untuk mengingat kembali bagaimana
melakukan sesuatu, terutama tugas fisik. (Slavin, 2008).

2. Bedakan pandangan yang membedakan tentang atensi dan jelaskan


bagaimana atensi berdampak pada belajar!
• Dalam (Schunk, 2008) dijelaskan bahwa terdapat beberapa
pandangan tentang atensi, yaitu:
a. Teori filter (Broadbent, 1958).
Broadbent mengusulkan teori filter (leher botol) yang menyebutkan
bahwa perhatian itu bersifat selektif karena “Jalur botol” ini
menunjukkan apabila hanya beberapa pesan yang diterima yang akan
diproses lebih lanjut. Teori filter mencerminkan teori seleksi awal
karena informasi tertentu dipilih dan diperhatikan pada tahap yang
sangat awal dari pemrosesan informasi. Broadbent memiliki pandangan
apabila informasi yang masuk melalui lingkungan disimpan dalam suatu
system indrawi dan akan diproses lebih lanjut berdasarkan karakteristik
fisiknya oleh sitem perseptual. (Schunk, 2008). Hal ini senada dengan
Menurut Broadbent dalam (Koyuncu, 2011) bahwa sebagian besar
rangsangan disaring melalui sistem perhatian sebelum mereka dapat
mencapai memori jangka pendek, yang dipahami sebagai sistem
penyimpanan kapasitas terbatas. Teori filter juga menyatakan apabila
individu akan menyeleksi informasi yang masuk berdasarkan instruksi
yang diberikan.
b. Teori integrasi fitur (feature-integration).
Teori integrasi fitur diusulkan oleh Treisman (1960) karena ia kurang
setuju dengan teori filter yang membahas tentang adanya seleksi ditahap
awal, menurut Treisman jika ada seleksi tahap awal pada informasi itu
pasti juga akan melibatkan perhatian saat menyeleksi.(Schunk, 2008).
Menurut Treisman, perhatian selektif tidak hanya tergantung pada
lokasi fisik dari stimulus, melainkan juga tergantung pada makna yang
dibawanya. Menurut teori Treisman, perhatian bukan menghilangkan
informasi-informasi yang tidak membutuhkan perhatian, tetapi hanya
membuat informasi-informasi yang membutuhkan perhatian menjadi
lebih menonjol. (Schunk, 2008).
c. Pendapat Norman.
Norman (1976) berpendapat apabila Ketika informasi masuk, semua
input diperhatikan secara memadai untuk mengaktifkan salah satu
bagian LTM. Pada tahap ini input akan dipilih salah satu berdasarkan
aktivitasnya dan tergantung pada konteks, jika input semakin sesuai
dengan konteks maka akan semakin di berikan atensi. (Schunk, 2008).

• Keterkaitan antara atensi dengan belajar.


Menurut (Schunk, 2008) atensi adalah salah satu komponen pemting
dalam pembalajaran, misalnya siswa belajar tentang huruf b dan d
maka siswa harus memberikan atensi untuk membedakan kedua
huruf tersebut dengan melihat letak garis vertiaklnya. Jika siswa
memiliki atensi yang kuat maka dalam proses belajar siswa akan
terdorong untuk berusaha menguasai pelajaran tersebut karena
manusia yang memiliki atensi tinggi akan berusaha memperoleh
yang terbaik dari usaha yang telah dilakukannya (Harefa, 2018).
Dari hasil penelitian (Wulf & Lewthwaite, 2016) disebutkan bahwa
dengan adanya arahan perhatian pemain pada efek (lingkungan) dari
gerakan mereka (fokus eksternal) menghasilkan kinerja dan
pembelajaran yang lebih efektif. Tanpa adanya perhatian,
pembelajaran tidak akan berjalan optimal.
3. Bandingkan dan kontraskan Teori gestalt dan teori Pemrosesan
informasi tentang persepsi!
• Esensi teori Gestalt yang berkaitan dengan persepsi adalah adanya
pandangan apabila objek atau peristiwa dilihat sebagai keseluruhan
yang terorganisir. Kemampuan untuk melihat objek menjadi satu
keseluruhan merupakan ciri khas bawaan, meskipun persepsi
dibentuk oleh pengalaman dan Latihan.(Schunk, 2008). Dalam teori
Gestalt, persepsi hanya terjadi melalui pikiran sadar. Dalam teori
gestalt juga dijelaskan adanya prinsip-prinsip pengorganisasian
yang digunakan dalam proses persepsi.(Schunk, 2008). Beberapa
prinsip pengorganisasian yang ada seperti(Schunk, 2008):
a. Gambar bentuk-latar belakang yang menyatakan bahwa bidang
perseptual apapun dapat dibagi lagi menjadi sebuah bentuk dan latar
belakang.
b. Prinsip proksimitas yang menjelaskan jika elemen-elemen dalam
sebuah bidang perseptual dilihat sebagai sesuatu yang berada dalam satu
kelompok berdasarkan kedekatakn jaraknya dalam ruang dan waktu.
c. Prinsip kemiripan yang menunjukka jika elemen-elemen yang mirip
dapat dilihat sebagai satu kelompok.
d. Prinsip kesamaan arah yang menyebutkan bahwa elemen-elemen yang
tampaknya terdiri dari sebuah pola/aliran yang sama dapat dilihat
sebagai suatu gambar.
e. Prinsip kesederhanaan yang menjelaskan bahwa orang akan
mengorganisasikan bidang perseptual secara sederhana dan beraturan.
f. Prinsip penutupan yakni orang akan mengisi pola/peristiwa yang tidak
lengkap.
• Teori pengolahan informasi.
Menurut teori pemrosesan informasi, persepsi terjadi melalui proses
dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah. Dalam proses pengolahan
persepsi dari bawah ke atas menjelaskan jika stimulus diterima oleh
register-register sensorik dengan mengenali karakter-karakternya,
kemudian stimulus informasi tersebut diteruskan ke WM untuk
dibandingkan dengan informasi yang sudah tersedia di LTM agar
memperoleh pemaknaan.(Schunk, 2008).
Selain itu, juga terdapat sebuah teori pengolahan informasi lain yang
berkaitan dengan persepi yang disebut dengan pencocokan
template/pola (matching template) yang menjelaskan jika semua
orang menyimpan pola-pola/template dari stimulus di LTM.
Template yang disimpan ini akan digunakan sebagai perbandingan
pada saat individu menemui sebuah stimulus baru. (Schunk, 2008).
Dalam (Schunk, 2008) dijelaskan jika menurut Treisman, ketika
orang melihat sebuah objek, maka akan membentuk sebuah
represntasi sementara dan ini terjadi dalam arsip onjek, isi dari arsip
objek ini bisa digunakan untuk penanda objek yang berfungsi untuk
mencocokkan informasi baru dengan tanda-tanda objek yang sudah
tersedia.

Konsep yang ada dalam teori Gestalt memang sudah mampu


menjelaskan tentang persepsi, tetapi masih bersifat umum dan
kurang spesifik. Misalnya, menyebutkan jika orang akan melihat
item-item yang serupa sebagai satu kelompok tanpa menjelaskan
bagaimana orang melihat item sebagai item-item yang memang
serupa dari awal. Pandangan teori Gestalt tentang persepsi tidak
mementingkan adanya elemen-elemen kecil yang menjadi bahan
dalam pengolahan informasai sebelum menjadi persepsi. Jika
individu melihat sebuah pohon, maka objek tersebut akan dilihat
sebagai stau kesatuan tanpa memikirkan Kembali bagian-bagian
dari pohon itu seperti daun, batang, buah, dan sebagainya.
Sedangkan dalam teori pemrosesan informasi, lebih detail
dijelaskan tentang proses terjadinya persepsi salah satunya
menggunakan teori dari bawah ke atas. Dalam proses ini dijelaskan
bagaimana sebuah stimulus informasi melewati beberapa rangkaian
sebelum akhirnya menjadi stimulus bermakna. Jadi, konsepsi teori
Gestalt tentang persepsi merupakan penjelasan awal dan kemudian
teori pemrosesan informasi mengkaji secara lebih rinci.

4. Narasikan bentuk-bentuk utama dari verbal learning!


a. Asosiasi-asosiasi stimulus-respon.
Pembelajaran verbal pertama kali dikenal karena adanya penelitian
Ebbinghaus yang teorinya menyatakan bahwa pembelajaran sebagai
penguatan asosiasi-asosiasi antarstimulus verbal secara berangsur-
angsur. Ebbinghaus menyebutkan terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
kecepatan seseorang dalam menghapal item yaitu (Schunk, 2008):
• Kebermaknaan. Bahwa item yang memiliki makna-makna tertentu
lebih mudah dan lebih cepat dihapa.
• Kemiripan antar item. Semakin miripi antara satu item dengan item
lainnya maka akan semakin sulit dalam menghapal.
• Lamanya waktu dari satu percobaan ke percobaan lainnya. Dalam
hal ini bisa beragam dari pendek (praktik rapat) dan Panjang (praktik
terdistribusi). Menurut Ebbinghaus, praktik terdistribusi
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik, karena ada waktu
untuk melakukan diskusi.
b. Tugas-tugas pembelajaran.
Dalam teori pembelajaran verbal, terdapat 3 tipe tugas yang sering
digunakan, yaitu:
a. Paired-associate learning.
Paired-associate learning adalah mekanisme pembelajaran asosiatif
dasar yang dalam paraktiknya membutuhkan pemasangan item
stimulus dan respons dalam memori. (Litt & Nation, 2014). Dalam
pembelajaran paired-associate, terdapat 3 aspek penting yakni
membedakan stimulus satu dengan stimulus lainnya, mempelajari
respon-responnya, dan mempelajari respons apa yang menyertai
suatu stimulus. (Schunk, 2008).
b. Pembelajaran serial.
Pembelajaran serial melibatkan pembelajaran daftar istilah dalam
urutan tertentu. Seperti Menghafal not pada tongkat musik, unsur-
unsur dalam urutan berat atom, puisi dan lagu.(Slavin, 2008).
c. Free Recall/pembelajaran ingatan bebas.
Dalam pembelajaran ini siswa diberikan deretan item untuk dihapal
namun tanpa urutan tertentu. (Schunk, 2008). Tugas belajar
mengingat bebas juga melibatkan menghafal daftar, tetapi tidak
dalam urutan khusus. Mengingat nama-nama 50 negara bagian,
mengingat berbagai jenis penguatan, menghafal berbagai genre
penulisan dan mengingat sistem organ dalam tubuh. (Slavin, 2008).

5. Bedakan Short Term Memory /working memory dari segi kapasitas,


durasi dan komponen proses!
a. Kapasitas Short-Term Memory.
Memori kerja diyakini memiliki kapasitas lima sampai Sembilan bit
informasi (Purves, 2010) yang artinya, individu hanya mampu
memikirkan 5-9 hal yang berbeda (paling banyak) pada satu waktu.
Namun, bit tertentu itu sendiri mungkin mengandung banyak
informasi.(Santrock, 2007). Sedangkan menurut Miller (1956) dalam
(Schunk, 2008) mengatakan jika kapasitas memori kerja itu Tujuh plus
atau minus dua item, di mana item-itemnya merupakan unit-unit yang
berarti seperti kata-kata dan huruf.
b. Durasi Short-Term Memory.
Menurut (Slavin, 2008) Memori jangka pendek adalah sistem memori
berkapasitas terbatas dan informasi yang ada disini hanya disimpan
selama 30 detik, kecuali jika informasi tersebut diulang atau diproses
lebih lanjut, maka mungkin dapat lebih bertahan lama. Memori jangka
pendek itu rapuh, informasi yang diterima akan sangat cepat hilang jika
tidak dipelajari dnegan baik.
c. Komponen proses.
• Pemindaian memori (memory scanning). Penelitian Sternberg
menunjukkan jika orang manerik informasi dari memori yang
aktif dengan melakukan pemindaian terhadap item-item secara
berurutan. (Schunk, 2008).
• Proses-proses control (eksekutif). Proses ini meliputi
pengulangan,prediksi,pengecekan, pengawasan, dan aktivitas-
aktivitas kognitif. Proses ini memilih informasi yang sesuai
dengan tujuan seseorang dari berbagai reseptor indrawi.
(Schunk, 2008).
• Aktivasi. Proses mengaktifkan beberapa bagian dari LTM
dilakukan oleh adanya tanda-tanda lingkungan dan tanda-tanda
yang dimunculkan sendiri. Proses ini ada agar WM bisa
memproses lebih cepat. (Schunk, 2008).
6. Definisikan proposisi dan jelaskan perannya dalam encoding, retrieval,
dan lupa (forgetting)!
Proposisi merupakan unit dasar informasi dalam sistem pemrosesan
informasi manusia. Pada memori kerja proposisi baru ini digabungkan
dengan proposisi lainnya membentuk jaringan proposisi Memori kerja
memiliki masa penyimpanan yang singkat. Oleh karena itu, jaringan
proposisi harus terus diaktifkan agar dapat tersimpan di memori jangka
panjang. Penyebaran aktifasi terhadap jaringan proposisi dapat dilakukan
dengan melakukan recall terhadap proposisi tersebut. (Imami et al., 2017).
Menurut (Schunk, 2008) proposisi merupakan unit informaaaasi terkecil
yang dapat dinilai benar salahnya. Proposisi akan saling berkaitan Ketika
proposisi-proposisi tersebut memiliki elemen yang sama.
A. Peran proposisi dalam encoding (pengkodean)
Penelitian mendukung pemikiran apabila seseorang akan cenderung
menyimpan informasi sebagai proposisi-proposisi daripada menyimpan
dalam kalimat utuh dan lengkap.(Schunk, 2008). Encoding
(pengkodean) memiliki kaitan dengan aktivasi yang menyebar di
jaringan proposisi. Misalnya, ketika seorang siswa bertanya “apa yang
dilakukan wakil presiden Amerika Serikat dalam senat” pertanyaan ini
akan masuk ke dalam WM siswa tersebut dan terpecah menjadi
sejumlah proposisi. Kemudian dalam proses menjawab, informasi
tentang pertanyaan akan mengaktifkan informasi-informasi terkait
dalam jaringan-jaringan memori melalui aktivasi yang menyebar untuk
mengetahui apakah informasi tersebut dapat menjawab pertanyaan
tersebut atau tidak. Jika Iya informasi tersebut diterjemahkan menjadi
sebuah kalimat dan diucapkan pada penanya. Tetapi apabila proposisi-
proposisi yang diaktifkan tidak menjawab pertanyaannya, aktivasinya
akan menyebar hingga jawabannya ditemukan. (Schunk, 2008).
B. Peran Proposisi dalam Retrieval (penarikan ulang informasi).
Seperti yang sudah dijelaskan jika pengetahuan dikodekan sebagai
proposisi, maka penarikan akan terjadi meskipun informasi yang harus
ditarik tidak berada dalam bentuk persisnya dalam memori. Tanda-tanda
yang berkaitan dengan materi materi yang harus dipelajari dihubungkan
dalam LTM dengan materi-materi tersebut pada saat pengkodean, saat
proses mengingat penyajian, tanda-tanda ini akan mengaktifkan bagian-
bagian yang relevan dalam LTM.(Schunk, 2008). Retrieval akan
berhasil Ketika proposisi berusaha melakukan aktivasi menyebar
dengan maksimal, apabila usaha yang dilakukan proposisi tidak
maksimal maka tanda-tanda untuk retrieval tidak bisa diperoleh.

7. Uraikan Faktor-Faktor utama yang memengaruhi encoding, retrieval,


dan lupa (forgetting)!
A. Encoding. Encoding adalah proses dimana informasi disimpan dalam
memori. (Santrock, 2007). Proses encoding akan mengubah suatu sifat
sebuah informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori
seseorang.(Nofindra, 2019). Encoding atau pengkodean adalah proses
menempatkan informasi baru ke dalam system pengolahan informasi
dan dipersiapkan untuk disimpan di LTM. Proses pengkodean ini
biasanya terjadi dengan membuat informasi-informasi yang masuk
menjadi bermakna kemudian menggabungkan dengan
informasi0informasi yang sudah tersedia di LTM.(Schunk, 2008).
Menurut (Schunk, 2008) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
pengkodean yakni:
• Organisasi. Organisasi merupakan suatu hal yang penting karena
jika kita menyajikan informasi dengan cara yang terorganisir ,
siswa akan lebih mudah mengingatnya apalagi jika Anda
Menyusun informasi secara hierarkis atau
menguraikannya.(Santrock, 2007). Hal ini senada dengan
pendapat (Schunk, 2008) bahwa organisasi akan membuat orang
lebih mudah mengingat informasi karena itemnya dihubungkan
satu sama lain.
• Penjelasan (elabrorasi). Elaborasi adalah luasnya pemrosesan
informasi yang terlibat dalam pengkodean. Misalnya saat Anda
mempresentasikan konsep demokrasi kepada siswa, mereka
mungkin akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan
contoh tentang konsep dmeokrasi tersebut. Memikirkan contoh
adalah cara yang baik untuk menguraikan informasi.(Santrock,
2007). Elaborasi dapat membantu pengkodean dan penarikan
memori karena cara ini bisa menghubungkan informasi yang
harus diingat dengan pengetahuan lain. Informasi-informasi
yang baru saja masuk akan lebih mudah diakses dalam jaringan
memori yang sudah dijelaskan. (Schunk, 2008).
• Skema. Informasi yang bermakna disimpan dalam memori
jangka panjang dalam jaringan fakta yang terhubung atau konsep
yang disebut skema. (Slavin, 2008). Menurut (Santrock, 2007)
Teori skema menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi
informasi, kita memasukkannya ke dalam informasi yang sudah
ada dalam pikiran kita. teori skema mengklaim bahwa pencarian
memori jangka panjang tidak terlalu tepat. Kita sering tidak
menemukan dengan tepat apa yang kita inginkan, dan kita harus
merekonstruksi sisanya.(Santrock, 2007).
B. Retrieval. Retrieval meurpakan proses menarik kemabli informasi yang
sudah tersimpan dalam memori. (King, 2010). Factor dalam retrieval
antara lain:
• Spesifietas Pengkodean. Penarikan Kembali tergantung pada
cara pengkodean, cara pengetahuan dikodekan menentukan
tanda-tanda penarikan yang mana yang akan dapat mengaktifkan
pengetahuan tersebut secara efektif. (Schunk, 2008).
• Penarikan pengetahuan deklaratif. (Kebermaknaan, Penjelasan,
Organisasi). Kebermaknaan dapat meningkatkan penarikan,
informasi yang tidak punya makna tidak bsisa mengaktifkan
informasi-informasi dalam LTM dan akan hilang. Penjelasan
dapat membantu penarikan informasi dari memori dengan
membuat sebuah informasi tetap aktif dalam WM dan tersimpan
di LTM. Organisasi dapat meningkatkan penarikan informasi
dengan menghubungkan informasi-informasi yang relevan.
(Schunk, 2008).

C. Lupa. Faktor yang mempengaruhi Lupa.


• Interfensi. interferensi menyatakan bahwa kita lupa bukan
karena kita benar-benar kehilangan ingatan dari penyimpanan,
melainkan karena informasi lain menghalangi apa yang kita coba
ingat. (Santrock, 2007). Menurut (King, 2010) interfensi adalah
salah satu alasan lupa yang terjadi bukan karena informasi hilang
tetapi ada informasi lain yang memasuki area sehingga
memengaruhi Ketika dalam proses mengingat.
• Kegagalan pengodean. Kegagalan pengodean terjadi Ketika
informasi tidak pernah memasuki memori jangka Panjang kita.
(King, 2010).
• Decay Theory/teori pemudaran. Menurut teori pemudaran,
pembelajaran baru melibatkan penciptaan "jejak memori"
neurokimiawi, yang pada akhirnya akan hancur. Dengan
demikian, teori peluruhan menunjukkan bahwa berlalunya
waktu bertanggung jawab untuk melupakan.(Santrock, 2007).
• Hambatan retroaktif dan proaktif.
Hambatan retroaktif terjadi ketika informasi yang dipelajari
sebelumnya hilang karena bercampur dengan informasi baru dan
agak mirip. (Slavin, 2008). Hambatan Proaktif terjadi saat
pengetahuan sebelumnya mengganggu pembelajaran informasi
selanjutnya.(Slavin, 2008).

8. Narasikan komponen utama dari language comprehension!


Pemahaman bahasa (Language Comprehension) melibatkan konstruksi
representasi mental yang koheren dari keadaan yang dilambangkan dengan
input linguistic.(Zwaan, 2014). Menurut (Schunk, 2008) terdapat 3
komponen utama dalam pemahaman bahasa, yakni:
a. Persepsi. Persepsi dalam pemahaman Bahasa meliputi memperhatikan
dan menganalisis sebuah informasi yang masuk dari pola-pola bunyinya
kemudian diterjemahkan menjadi kata-kata dalam WM. (Schunk, 2008).
b. Penguraian kalimat (Prasing). Prasing tidak hanya sekedar
menyesuaikan bahasa kedalam produksi-produksi. Penguraian kalimat
yang efektif membutuhkan pengetahuan dan penyimpulan. Ketika
dihadapkan dengan komunikasi verbal orang mengakses informasi dari
LTM tentang situasi tersebut dan informasi ini berada dalam LTM
berupa jaringan-jaringan proposisi yang diorganisasikan secara
hierarkis. (Schunk, 2008). Poin pentingnya dalam hal ini adalah bahwa
semua Komunikasi itu tidak utuh, orang yang berbicara tidak
memberikan seluruh informasi yang relevan dengan topik yang sedang
dibicarakan.(Schunk, 2008).
c. Pemanfaatan. Pemanfaatan mengacu pada apa yang dilakukan orang
dengan komunikasi-komunikasi yang mereka terima. Misalnya, Guru
mengajukan pertanyaan dan murid menerima informasi dari LTM untuk
menjawab. Dalam penggunaan kalimat untuk menjawab pertanyaan
guru, murid harus mengkodekan 3 bagian informasi yaitu Tindak tutur
(maksud pembicara dalam mengutarakan komunikasi atau hal yang
ingin dipenuhi pembicara melalui tuturan yang disampaikan), Muatan
proposisi (adalah informasi yang dapat dinilai benar atau salah
(mengacu pada konteks dari tuturan yang disampaikan pembicara
membuat asumsi-asumsi tentang apa yang diketahui oleh
pendengarnya). (Schunk, 2008).

9. Jelaskan tentang the dual-code theory and terapkan pada mental


imagery!
a. The dual-code Theory.
Teori dua kode awalnya muncul karena para peneliti sepakat bahwa
gambar-gambar digunakan dalam WM tetapi mereka tidak sepakat
tentang apakah gambar-gambar tersebut akan bertahan dalam bentuk
yang sama di LTM. (Schunk, 2008). LTM Memiliki dua sarana untuk
mempresentasikan pengetahuan yaitu sistem verbal dan sistem
imaginal. Sistem verbal memasukkan pengetahuan yang diekspresikan
dengan bahasa dan sistem imaginal menyimpan informasi visual dan
spasial. Kedua sistem ini saling berhubungan, maksutnya adalah sebuah
kode verbal dapat dikonversi menjadi sebuah kode imaginal begitu pula
sbealiknya. (Schunk, 2008). Berdasarkan eksperimen yang dilakukan
Shepard, terdapat hasil yang menjelaskan bahwa dalam teori dua kode
ini, kata konkret dapat dikodekan secara verbal dan visual sedangkan
kata-kata abstrak bisanya hanya dapat dikodekan secara verbal.(Schunk,
2008).
b. Mental Imagery.
Mental imagery atau pencitraan mental mengacu pada representasi
mental dari pengetahuan visual atau spasial yang direpresentasikan.
(Schunk, 2008). Stimulus-stimulus visual yang diperhatikan disimpan
dalam bentuk yang sesuai dengan kenyataan dan disimpan sebentar di
WM. Dalam (Schunk, 2008)dijelaskan bahwa pencitraan mental
merupakan topik kontroversial karena ada perdebatan tentang seberapa
dekat gambaran gambaran mental menyerupai objek-objek yang
sebenarnya.(Schunk, 2008).
c. Penerapan Dual-Code Theory pada Mental Imagery.
Teori dua kode menjelaskan jika kata konkret dapat dikodekan secara
verbal dan visual sedangkan kata-kata abstrak bisanya hanya dapat
dikodekan secara verbal. Misalnya, seorang guru memberikan materi
mengenai formasi batuan seperti gunung, dataran tinggi,dataran rendah,
dan bukit. Kemudian Guru memberikan instruksi agar siswa
mebayangkannya. Karena instruksi dari guru menggunakan kalimat
konkret, maka murid bisa membuat pencitraan mental secara verbal dan
visual, mereka bisa membayangkan bagaimana bentuk formasi batuan
secara jelas dalam pikiran mereka.

10. Identifikasikan serta jelaskan 3 penerapan intruksional yang


mencerminkan prinsip pemrosesan informasi yaitu advance
organizers, the conditions of learning, and cognitive load!
a. Advance Organizers ( Organisator pengantar).
Organisator pengantar adalah pernyataan umum yang disajikan di awal
pelajaran untuk membantu mengkoneksikan materi yang baru dengan
pembelajaran sebelumnya.(Schunk, 2008). Konsepsi Organisator
pengatar berasal dari Ausubel tentang pembelajaran resepsi yang
bermakna. Belajar menjadi bermakna ketika materi yang baru memiliki
hubungan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam LTM,
maksutnya adalah bahwa materi baru dapat memperluas memodifikasi
dan mengembangkan informasi dalam memori.(Schunk, 2008).
Organisator dapat bersifat ekspositoris atau comparative. organisator
ekspositoris memberi siswa pengetahuan baru yang diperlukan untuk
memahami pelajaran mencakup definisi dan generalisasi generalisasi
konsep. Organisator komparatif menunjukkan materi yang baru dengan
menarik analogi dari materi yang sudah dikenal. (Schunk, 2008).

b. The Conditions of Learning (Kondisi-kondisi pembelajaran).


Teori ini dirumuskan oleh Robert Gagne mengenai situasi-situasi yang
berpengaruh Ketika pembelajaran berlangsung. Ada 2 langkah yang
sangat penting dalam hal ini yakni mengidentifikasi hasil pembelajaran
dan menentukan peristiwa-peristiwa pembelajaran.
• Hasil-hasil pembelajaran. Gagne mengidentifikasi ada 5 tipe
hasil pembelajaran yakni (Schunk, 2008) (1) Keterampilan-
keterampilan intelektual. Meliputi aturan-aturan, prosedur, dan
konsep. (2) Informasi-informasi verbal. Seperti fakta-fakta dan
tanggal. (3)Strategi Kognitif. Meliputi pengulangan dan
pemecahan masalah. (4) Keterampilan-keterampilan motoric.
(5) sikap-sikap.
• Peristiwa-peristiwa pembelajaran. Lima tipe hasil pembelajaran
memiliki kondisi yang berbeda-beda. Kondisi internal adalah
keterampilan keterampilan prasyarat dan kebutuhan akan
pengolahan kognitif. Kondisi eksternal adalah stimulus
lingkungan yang mendukung proses kognitif pembelajar.
(Schunk, 2008). Gagne menjelaskan ada fase-fase pembelajaran
yakni (Schunk, 2008): (1) Persiapan untuk belajar
(Memperhatikan, harapan, penarikan). (2) Penguasaan dan
praktik (persepsi selektif,pengkodean semantic, penarikan dan
pemberian respons, penguatan) (3) transfer pembelajaran
(pemberian tanda untuk penarikan generalisabilitas).
c. Cognitive Load ( Muatan Kognitif).
Teori muatan kognitif memperhitungkan keterbatasan-keterbatasan
yang ada dalam system pengolahan informasi yang diterapkan pada
rancangan rencana pelajaran. (DeLeeuw & Mayer, 2008; Schnotz &
Kürschner, 2007; Sweller, van Merriënboer, & Pass, 1998). Muatan
kognitif atau tuntutan terhadap sistem pengolahan informasi dapat
dibagi menjadi 2 tipe. Tipe pertama muatan kognitif intrinsik yang
tergantung pada karakter-karakter Informasi yang tidak dapat diubah
yang akan dipelajari dan hanya akan mudah dicapai jika siswa
mendapatkan sebuah skema kognitif yang efektif untuk mengelola
informasi. (Schunk, 2008). Muatan kognitif ekstrinsik disebabkan oleh
cara bagaimana materi-materi disajikan atau oleh aktivitas-aktivitas
yang perlu dimiliki oleh siswa. (Schunk, 2008).
Mayer dan Moreno (2003) membedakan tiga tipe tuntutan kognitif yaitu
pengolahan esensial yang mengacu pada proses-proses kognitif yang
diperlukan untuk memahami materi. Pengolahan insidental sosial
mengacu pada pengolahan yang tidak disyaratkan untuk belajar tetapi
dapat membantu meningkatkan pemahaman. Penyimpanan
representasional merupakan penyimpanan informasi sementara dalam
memori ketika informasi lain sedang diproses. (Schunk, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Harefa, D. (2018). EFEKTIFITAS METODE FISIKA GASING TERHADAP


HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI ATENSI SISWA. Faktor
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 5(1), 35–48.

Imami, V. C., Effendy, & Utomo, Y. (2017). PERBEDAAN PENGETAHUAN


METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI
MENGGUNAKAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY
LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN VERIFIKASI YANG
DIOPTIMALKAN. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 2(11), 1567–1571. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/

Julianto, V. (2017). MENINGKATKAN MEMORI JANGKA PENDEK


DENGAN KARAWITAN. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2).

King, L. A. (2010). Th e science of psychology : an appreciative view / Laura


King.—2nd ed. (2nd ed.). Mike Sugarman.

Koyuncu, M. (2011). Broadbent’s Cognitive Approach and Its Effect on Motor


Performance in Sports. Psychology, 02(05), 472–476.
https://doi.org/10.4236/psych.2011.25073

Litt, R. A., & Nation, K. (2014). The nature and specificity of paired associate
learning deficits in children with dyslexia. Journal of Memory and Language,
71(1), 71–88. https://doi.org/10.1016/j.jml.2013.10.005

Nofindra, R. (2019). INGATAN, LUPA, DAN TRANSFER DALAM BELAJAR


DAN PEMBELAJARAN. Jurnal Pendidikan Rokania, 4(1), 21–34.

Rahmat, T., & Firmanti, P. (2017). PROSES BERPIKIR MAHASISWA PMTK


IAIN BUKITTINGGI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
MATEMATIKA. JURNAL TARBIYAH, 24(2).

Santrock, J. W. (2007). Educational psychology.

Schunk, D. H. (2008). Learning theories : an educational perspective. Pearson.


Slavin, R. E. (2008). Educational Psychology : theory and practice.

Wulf, G., & Lewthwaite, R. (2016). Optimizing performance through intrinsic


motivation and attention for learning: The OPTIMAL theory of motor
learning. Psychonomic Bulletin and Review, 23(5), 1382–1414.
https://doi.org/10.3758/s13423-015-0999-9

Zwaan, R. A. (2014). Embodiment and language comprehension: Reframing the


discussion. In Trends in Cognitive Sciences (Vol. 18, Issue 5, pp. 229–234).
Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.tics.2014.02.008

Anda mungkin juga menyukai