Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MATA KULIAH
TEORI,MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dosen pengampu : Dr. Drs. Angkatno, SH.,M.Pd.

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Oleh :

ALI MAHMUD NPM : 7321800022

TITIN SUGIARTI NPM : 7321800023

FAIQ MUAMAR NPM : 7321800024

DEWI PUTRIANI YL NPM :

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER PEDAGOGI
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN 2021
TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Di era metropolitan seperti sekarang, semua serba maju dan berkembang. Mulai dari
perkembangan teknologi, fashion, hingga dunia pendidikan pun mempunyai metode
pembelajaran yang juga terus berkembang. Metode yang paling mutakhir yaitu metode
pembelajaran sibernetik.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah
pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam
teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan
satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru
untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan
unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar
melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan
dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan
informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan
menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi,
disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah
dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine
(1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:
a.   Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi
dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
b.   Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya.
c.   Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005: 82)
Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
a) Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari
luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat
bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau
berganti.
b) Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan
perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran
persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c) Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah
dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan
“lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan
kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka
akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika
diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan didalam
LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan
yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan  pengetahuan
baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
(Budiningsih, 2005: 84).
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:

1. Teori pemrosesan informasi


Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya.
Ketiga komponen itu adalah:
a. Sensory Receptor (SR)
SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
b. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh
individu. Karakteristik WM adalah :
1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan :
1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu
2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali;
(6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

2. Teori belajar menurut Landa


Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
a. Proses berpikir algoritmik
Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.
b. Proses berpikir heuristik
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-
cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang
teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam
bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berpikir.
3. Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a. Cara berpikir serialis
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist
Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran
lengkap sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling
umum menuju ke hal yang lebih khusus.

Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan


bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan
merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja
manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan
memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a. Kapabilitas belajar
b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran

Cara belajar denga metode sibernetik guru memiliki peran untuk mempersiapkan,
merencanakan, dan menstimulus informasi yang dapat dipahami oleh peserta didik.

Hal yang wajib diperhatikan oleh pendidik atau guru dalam menerapkan metode
sibernetik tersebut yaitu :

1. Kemampuan awal peserta didik


Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan,
atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran.
Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau
cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah
laku ke arah tujuan tertentu.. Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta
didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-
tugas yang sesuai untuk peserta didik.
3. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang
relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang
dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang
diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan
memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-
hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian
seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan, dan
karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus,
stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus
secara berkala dan berulang-ulang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang
dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
5. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan
kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan terdiri dari tiga tahap, yaitu
ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif
permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam
berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran
(image), atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat
menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
6. Lupa
Lupa bisa disebabkan kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan
informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi
yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak
pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya
gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat
kembali.
7. Retensi
Retensi merupakan kebalikan dari lupa yaitu apa yang tertinggal dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan ( original
learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan pengulangan dengan
interval waktu (spaced review).

Jadi, dalam menerapkan metode pembelajaran sibernetik yang baik, agar dapat
memperlancar proses belajar bagi peserta didik, guru harus melakukan hal sebagai
berikut:.

1. Mampu menarik perhatian peserta didik.


2. Memberikan informasi kepada peserta didik tentang topik yang akan
disampaikan.
3. Mendampingi dan memantau semua proses pembelajaran peserta didik.
4. Memberikan umpan balik seperti tanya jawab komunikatif dengan peserta didik.
5. Melakukan evaluasi, dan memberikan penilaian terhadap proses belajar.

Kelebihan metode pembelajaran Sibernetik :

1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.

5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.

7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Kekurangan metode pembelajaran sibernetik

1. Terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari,


2. kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

Metode ini bisa terwujud  apabila peserta didik dapat mengolah informasi, memonitor,
dan menyusun strategi mengenai segala informasi yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai