Anda di halaman 1dari 8

PPG DALAM DALAM JABATAN 2019

TUGAS AKHIR MODUL 3


PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Oleh:

Nama : SAVITRI BANURANI, ST


NUPTK : 6257769670210013
Nomor Peserta PPG : 19021152510074
Prodi PPG : [523] Teknik Komputer dan Informatika
LPTK : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Angkatan : 2 (Dua)
Sekolah Asal : SMK CENDEKIA BAITURRAHMAN
PAKENJENG

YAYASAN BANI MUCHTAR


SMK CENDEKIA BAITURRAHMAN PAKENJENG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan
informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga
meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.
Menurut pendapat Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak memiliki
informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap
seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan
kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
Teori pemrosesan informasi didasari oleh asumsi bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Dalam proses
pembelajaran terjadi adanya proses informasi kemudian diolah sehingga
menciptakan suasanya yang terencana, dan suasana pembelajaran yang
mendukung (Ellen, 2016:225). Teori pemrosesan informasi ini merupakan
teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori
ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan
dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu
menerapkan model pembelajara tertentu yang dapat memudahkan semua
informasi diproses dalam otak melalui beberapa indera.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan
manusia?
2. Bagaimana model pembelajaran pemrosesan informasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui dan memahami:
1. Pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia
2. Model pembelajaran pemrosesan informasi
D. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengorganisasian Informasi Dalam Ingatan Manusia
B. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi
BAB III SIMPULAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian Informasi dalam Ingatan Manusia


Ingatan manusia dibagi menjadi dua, yaitu; memori Jangka Pendek
(Short Term Memory atau STM): Memori yang memiliki kapasitas terbatas dan
hanya berlangsung selama 20-30 detik dalam keberadaannya; dan Memori
Jangka Panjang (Long Term Memory atau LTM): Memori yang tidak memiliki
batasan kapasitas dan berlangsung mulai dari hitungan menit hingga
selamanya (Rehalat, 2014). Ingatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai alat (daya batin) untuk mengingat atau menyimpan sesuatu
yang pernah diketahui (dipahami, dipelajari, dan sebagainya). Informasi yang
kita peroleh terekam di dalam ingatan melalui proses berpikir.
Informasi yang masuk kemudian diproses dan tersimpan berkaitan erat
dengan kemampuan kognisi seseorang (Frishammar, 2002). Dengan kata lain,
pemrosesan informasi dipengaruhi oleh faktor memori dan kognisi termasuk
kecerdasan seseorang (Frishammar, 2002). Resnick (1981) berpendapat
bahwa dalam psikologi pemrosesan informasi memfokuskan pada struktur
pengetahuan dan pada mekanisme dimana pengetahuan dimanipulasi,
ditransformasi dan dihasilkan dari proses beberapa pemecahan masalah.
Pemrosesan informasi didalam pikiran berlangsung terus-menerus selama
adanya informasi baru yang masuk dalam pikiran.
Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan
fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Komponen
tersebut adalah:
1. Sensory Memory (SM)
Sensory Memory (SM) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SM informasi ditangkap dalam bentuk aslinya,
bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu
atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang
diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas
terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa
pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda
dari stimulus aslinya.
3. Short Term Memory (STM)
Short Term Memory (STM) atau memori jangka pendek memiliki
kapasitas yang kecil sekali, namun sangat besar peranannya dalam
proses memori, yang merupakan tempat dimana kita memproses
stimulus yang berasal dari lingkungan kita.
4. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan; (a) berisi semua pengetahuan
yang telah dimiliki individu; (b) mempunyai kapasitas tidak terbatas; ( c)
sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang.

Teori proses masuknya rangsangan ke penyimpanan dan ingatan


digambarkan sebagai berikut (Surgenor, 2010):

Stimulus yang masuk melalui pancaindra diterima oleh Sensory


Memory, sensory memory menyimpan semua informasi sensorik (visual,
pendengaran, penciuman, dan haptic) untuk periode yang sangat singkat
dalam bentuk sensoriknya yang mentah. Melalui perhatian yang selektif
(selective attention) informasi dipindahkan ke dalam kesadaran dan memori
jangka pendek (short term memory), sedangkan informasi yang tidak lolos
attention dilupakan. Hubungan antara memori jangka pendek dan memori
kerja (working memory) masih belum jelas namun diibaratkan jika memori
jangka pendek adalah memori sadar maka maka memori kerja adalah setara
dengan catatan post-it. Selanjutnya dengan rehearsal and encoding informasi
yang telah dipelajari disimpan di memori jangka panjag (Long Term Memory).
Contohnya saat kita ingin mengingat nomor telepon. Sebagai stimulus
awal nomor telepon ditangkap oleh pancaindra (bisa melalui telinga jika dalam
bentuk suara, atapun mata jika dalam bentuk tulisan). Nomor telepon yang
ditangkap melalui pancaindra disimpan di working memory. Saat kita
mengingat nomor telepon untuk sesaat berarti kita menyimpannya di short
term memory. Ketika kita mengulang secara verbal secara terus menerus dan
sewaktu-waktu kerap diulang kembali (recalling) nomor tersebut akan
disimpan di memori jangka panjang (long term memory).

B. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi


Teori pemrosesan informasi merupakan teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori pemrosesan informasi ini
didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting. Dalam proses pembelajaran terjadi adanya proses informasi
kemudian diolah sehingga menciptakan suasanya yang terencana, dan
suasana pembelajaran yang mendukung. Teori kognitif lebih menekankan
pada proses belajar daripada hasil belajarnya. Proses belajar tidak hanya
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon melainkan tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Menurut Rehalat (2014) model pembelajaran pemrosesan informasi
adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait
dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan
kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini berdasarkan teori belajar kognitif
sehingga model tersebut berorientasi pada kemampaun siswa memproses
informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut.
Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan
berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima
stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Ilmu kognisi
(cognitive science) merupakan kajian mengenai inteligensi manusia, program
computer, dan teori abstrak dengan penekanan pada perilaku cerdas, seperti
perhitungan (Simon & Kaplan, 1989). Teori pemrosesan informasi kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Pembelajaran
merupakan keluaran pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi
yang besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses
pendidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan
diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performa pembelajar.
2. Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama
pembelajaran berfungsi mendukung yang terjadi pada pembelajaran.
BAB III
SIMPULAN

A. Kesimpulan
Pemrosesan informasi di dalam pikiran berlangsung terus-menerus
selama adanya informasi baru yang masuk dalam pikiran. Psikologi pemrosesan
informasi memfokuskan pada struktur pengetahuan dan pada mekanisme
dimana pengetahuan dimanipulasi, ditransformasi dan dihasilkan dari proses
beberapa pemecahan masalah. Stimulus yang masuk melalui pancaindra
diterima oleh sensory memory. Sensory memory menyimpan semua informasi
sensorik (visual, pendengaran, penciuman, dan haptic) untuk periode yang
sangat singkat dalam bentuk sensoriknya yang mentah.
Melalui perhatian yang selektif (selective attention) informasi
dipindahkan ke dalam kesadaran dan memori jangka pendek (short term
memory), sedangkan informasi yang tidak lolos attention dilupakan. Hubungan
antara memori jangka pendek dan memori kerja (working memory) masih belum
jelas namun diibaratkan jika memori jangka pendek adalah memori sadar maka
maka memori kerja adalah setara dengan catatan post-it. Selanjutnya dengan
rehearsal dan encoding informasi yang telah dipelajari disimpan di memori
jangka panjag (long term memory).
Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model pembelajaran
yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau
pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses
pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai