Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang

merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Penduduk

Indonesia, hampir 95% mengonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok,

sehingga pada setiap tahunnya permintaan akan kebutuhan beras semakin

meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Menurut data Badan

Pusat Statistik (2014), konsumsi beras di Indonesia tergolong tinggi yaitu sebesar

97,4 kg/kapita/tahun pada tahun 2013.

Dampak negative dari pengguaan pestisida kimia dan pupuk organic saat

memunculkan revolusi hijau manusia mencari tehnis budidaya secara aman, baik

untuk lungkungan maupun manusia, inilah yang kemudian melahirkan tehnis

budidaya secara organic atau pertanian organic, baik tanaman pangan,

hortikultura, dan perkebunan.

Kebutuhan beras terus meningkat karena peningkatan jumlah konsumen

tidak diimbangi dengan produksi yang cukup. Menurut BPS (2014), produksi padi

Indonesia pada tahun 2014 sebesar 69,06 juta ton Gabah Kering Giling (GKG),

tetapi konsumsi beras yang terlalu tinggi menyebabkan program diversifikasi

pangan belum tercapai. Berdasarkan kondisi tersebut, peluang yang masih dapat

dilakukan untuk peningkatan produksi adalah intesifikasi, yang salah satunya

adalah melakukan usaha pertanian dengan menerapkan teknologi, termasuk

didalamnya teknologi benih

1
2

Rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia saat ini dikarenakan oleh

berbagai faktor, salah satunya penggunaan jarak tanam yang salah, para petani

cenderung menganggap bahwa semakin sempit jarak tanam maka hasil akan

semakin banyak karena akan semakin banyak populasi tanaman yang ditanam.

Jarak tanam adalah pola pengaturan jarak antar tanaman dalam bercocok tanam

yang meliputi jarak antar baris dan deret. Jarak tanam akan berpengaruh terhadap

produksi pertanian karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya

matahari serta ruang bagi tanaman.

Dalam hal meningkatkan produksi padi, sangat dianjurkan menggunakan

sistem tanam jajar legowo. Karena belum optimalnya penggunaan sistem tanam

itu, maka perlu dilakukan pengenalan terlebih dahulu. Prinsip dari sistem tanam

jajar legowo atau system SRI adalah meningkatkan populasi tanaman mengatur

jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi

oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak

tanam antar barisan. Sistem tanam legowo merupakan salah satu rekomendasi

yang terdapat dalam paket anjuran pengelolaan tanaman terpadu (PTT)

(Anonimous, 2013).

Hasil penelitian Pratiwi, Suhartatik dan Makarim 2009, komponen hasil

tanaman padi sangat nyata dipengaruhi oleh jarak tanam terutama jumlah gabah

dan panjang malai, jarak tanam ini di atur bukan saja untuk mengatur kerapian

tanaman tetapi juga di gunakan sebagai populasi (rumpun). Sehingga untuk

mengatasi masalah pada sistim budidaya misalnya jarak penanaman perlu adanya
3

suatu teknologi dan inovasi baru dalam produksi pertanian, yaitu dengan

menggunakan pola baru yaitu sistem jajar legowo dalam budidaya padi sawah.

Dengan kondisi tersebut di atas maka dianggap penting untuk

melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan Pengaturan Jarak Tanam

Tanaman Padi (Oryza sativa L.).

Kenaikan produktivitas padi rendah hanya 30% menunjukan budidaya

tanaman padi masih banyak mengalami beberapa kendala diantaranya turunnya

kesuburan tanah dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu

organisme pengganggu tanaman yaitu keberadaan gulma pada lahan budidaya.

Keberadaan gulma dapat menurunkan jumlah hasil (kuantitas), mutu hasil

(kualitas), meracuni tanaman, menurunkan nilai tanah, merusak dan menghambat

penggunaan alat mekanik, menjadi inang hama dan penyakit tumbuhan,

menambahnya biaya produksi (Sembodo, 2010). Menurut Sukman dan Yakup

(2002) gulma yang menimbulkan persaingan berat adalah gulma yang memiliki

tajuk, perakaran luas dan banyak, pertumbuhan cepat, waktu berkecambah dan

pemunculan lebih awal dari tanaman.

Gulma mempunyai sifat yang lebih rakus, dibandingkan dengan tanaman

padi, dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu air, unsur hara, cahaya, CO2,

dan ruang tumbuh (Sukman dan Yakup, 2002). Tidak adanya pengendalian gulma

pada pertanaman padi maka gabah yang dihasilkan akan rendah. Selain penurunan

produksi, gulma dapat menyebabkan biaya produksi yang lebih besar (Tungate et

al., 2007).
4

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat di rumuskan

permasalahan yang ada antara lain :


1. Apakah terdapat interaksi antara SRI-Jarwo dengan penyiangan terhadap

pertumbuhan dan hasil padi sawah.


2. Apakah metode SRI-jarwo dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman padi sawah


1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1) Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak tanaman

pertumbuhan dan hasil tanaman padi dengan mengunakan sitem metoda SRI

atau yang di sebut dengan sistem jajar legowo (Jarwo)


2) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu penyiangan

dan cara pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil padi.


1.4. Kegunaan Penelitian

1) Secara keilmuan dapat menjelaskan lebih jelas efek interaksi jarak tanam dan

frekuensi penyiangan terhadap dominasi gulma dan pertumbuhan padi.

2) Secara praktis dapat memberikan bahan informasi bagi petani dan instansi

terkait lainnya dalam hal usaha peningkatan produksi padi.


1.5 . Kerangka Pemikiran

Pupuk bokashi merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dapat

digunakan. Pupuk bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti

bahan organik yang telah difermentasikan. Bokashi dibuat dengan

memfermentasikan bahan organik dengan Effective Microorganisme (EM) yang

merupakan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme yang menguntungkan

bagi pertumbuhan tanaman yang terdiri atas bakteri asam laktat, bakteri

fotosintetik Actinomycetes, ragi dan jamur.


5

Fungsi dari pupuk bokashi itu sendiri adalah untuk meningkatkan

keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi

tanaman (Musnamar, 2003)

Kriteria hasil pupuk bokashi yang baik adalah berwarna coklat kehitaman

berstruktur remah, kadar air 30 sampai 40%, dan pH sekitar 7. Perbandingan

unsur karbon(C) dan nitrogen (N) atau C/N ratio rata-rata 10 sampai 20. Aplikasi

pupuk bokashi di lapangan relatif mudah. Lahan 1 ha membutuhkan pupuk

bokashi sekitar 3 sampai 5 ton. Teknis aplikasinya adalah seluruh pupuk bokashi

tersebut disebar secara merata sebelum lahan diolah . Selain teknis tersebut, pupuk

bokashi juga dapat disebar setelah bedengan terbentuk (IP2TP, 2000).

Bahan dasar pupuk bokashi dapat berasal dari limbah pertanian, seperti

jerami, sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan

hijauan lainnya. Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan sebagai

bahan dasar pupuk bokashi antara lain: kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik

dan babi.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan dan hasil tanaman selada daun yang

diberi pupuk bokashi jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak diberi

pupuk kandang ayam.

Samosir (2000) dikutip Subhan dkk, (2008) yang menyatakan bahwa

penambahan N dapat menurunkan C/N bahan organik, sehingga cepat

melapuk (terurai). Semakin cepat bahan organik melapuk, maka semakin

cepat unsur hara esensial akan tersedia bagi tanaman.


6

Penambahan bokashi ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan

bahan organik dan unsur hara tanah. Hal ini karena semakin banyak dosis

pupuk bokashi yang diberikan maka N yang terkandung di dalam pupuk

bokashi juga semakin banyak yang diterima oleh tanah

Perbaikan sifat kimia tanah karena bahan organik membantu akar

tanaman menembus tanah lebih dalam sehingga lebih mampu menyerap

unsur hara dan air dalam jumlah banyak; memperbaiki rhizosfer yang

dapat menjaga siklus hara, memperbaiki eksudasi oleh akar tanaman yang

dapat meningkatkan degradasi bahan organik tanah dan mineralisasi N

(Morgan etal., 2005).

Hasil Penelitian Resti Wulandari dkk, (2013) menunjukkan bahwa

pemberian pupuk bokashi jerami padi berpengaruh meningkatkan bobot basah

tanaman selada daun, hal ini diduga karena bahan organik yang terkandung di

dalam pupuk bokashi berperan terhadap pasokan hara tanaman selada daun.

Pupuk bokashi jerami padi banyak mengandung unsur N, P dan K dengan tingkat

ketersediaan lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang ayam.

Penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi 0 sampai 15 ton/ha memberikan

pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman ,bobot basah pipilan dan bobot kering

pipilan tanaman jagung hanya pada jumlah tongkol penggunaan pupuk bokashi

namun cenderung memberikan hasil meningkat sesuai dengan peningkatan

pemberian yang digunakan hal ini disebabkan karena bokashi yang berasal dari

pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat

mempebaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, ketersedian hara dalam tanah,
7

struktur tanah dan tata udara yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara

(Dahlan dan Kaharudin, 2007)

Hasil Penelitian Musdalifah (2000) menunjukkan bahwa pemberiaan

bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis 4 ton/ha pada tanaman tomat

memberikan respon yang baik pada tinggi tanaman dan rata-rata bobot per buah.

Sedangkan dosis 5 ton/ha memberikan hasil yang baik pada jumlah bunga, jumlah

buah per tanaman dan bobot kering tanaman.

Hasil Penelitian Mega silvia dkk, (2012) menunjukkan bahwa pemberian

takaran pupuk kandang kotoran kambing 10 t/ha atau setara dengan 300

g/tanaman cabaimenghasilkan nilai terbaik pada tinggi tanaman 67,00 cm,

diameter batang 6,38 mm, jumlah buku cabang 67 buku , umur tanaman saat

panen pertama 69 HST , jumlah buah 20 biji , dan bobot buah segar 37,88 g.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran, maka dapat dikemukakan

hipotesis sebagai berikut :

1) Terjadi interaksi antara pengaruh berbagai jarak tanam dan frekuensi

penyiangan terhadap dominasi gulma pertumbuhan dan hasil padi (oryza

sativa l) varietas lokal sunan ambu


2) Salah satu kombinasi jarak tanam dan frekuansi penyiangan memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas local

sunan ambu

Anda mungkin juga menyukai