Disusun Oleh:
1. Amri Suganda Sianturi (0402522004)
A. Definisi Informasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa informasi adalah suatu
penerangan/kabar/berita tentang sesuatu hal. Sedangkan Informasi dalam dunia pendidikan
berkaitan dengan penerimaan siswa terhadap materi yang sedang disampaikan oleh guru
sehingga informasi tersebut dapat diterima dan dipahami sebagai sebuah pengetahuan baru
(Musdalifah, 2019).
Teori-teori mengenai sistem pengolahan informasi yang ada memiliki pandangan yang
berbeda-beda dalam hal proses-proses kognitif, namum pada dasarnya teori-teori tersebut
memiliki asumsi-asumsi yang sama. Salah satunya adalah pengolahan informasi terjadi dalam
tahapan-tahapan yang memisahkan antara penerimaan sebuah stimulus dan pemberian sebuah
respon. Dari hal tersebut dapat dilogikakan bahwa bantuk informasi, atau bagaimana informsis
tersebut direpresentasikan secara mental, berbeda-beda tergantung pada tahapannya.
Menurut Solso (2008) teori pemrosesan informasi merupakan teori yang menekankan
pada proses memori dan proses berpikir (thinking). Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal
dan non verbal. Teori ini berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intellectual
ability).
Adapun landasan penting teori pemrosesan informasi yaitu:
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi
antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal
(rangsangan dari lingkungan) dan interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia
(human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi
kognitif; (4) sikap; dan kecakapan motorik.
E. Jenis-Jenis Memori
Menurut Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998), memori
disimpan dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory
memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long
term memory).
Gambar 02. Jenis-jenis Memori Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin,
1998)
1. Memory Sensory
Memori sensoris adalah ingatan yang berkaitan dengan penyimpanan informasi
sementara yang dibawa oleh pancaindera. Setiap pancaindera memiliki satu macam
memori sensoris. Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat
setelah stimulus diambil. Memori sensorik berperan sebagai tempat penampung,
menahan informasi dengan tingkat akurasi yang tinggi, hingga kita memilih informasi
yang ingin kita perhatikan dari sekian banyak informasi yang indera kita tangkap.
Memori sensorik memberi kita kesempatan untuk memutuskan apakah suatu informasi
perlu diperhatikan atau tidak, karena tidak semua hal yang dideteksi oleh indera kita
layak atau penting untuk kita perhatikan.
Ingatan atau memori jangka pendek atau sering disebut dengan short-term
memory atau working memory adalah suatu proses penyimpanan memori sementara,
artinya informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama informasi tersebut masih
dibutuhkan. Ingatan jangka pendek adalah tempat kita menyimpan ingatan yang baru
saja kita pikirkan. Ingatan yang masuk dalam memori sensoris diteruskan kepada
ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama dari
memori sensoris, selama anda menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat
mengingatnya dalam ingatan jangka pendek. Dari ingatan jangka pendek ini, ada
sebagian materi yang hilang, sebagian lagi diteruskan ke dalam ingatan jangka panjang.
Jika kita mengingat kembali akan suatu informasi, informasi dari ingatan jangka panjang
tadi akan dikembalikan ke ingatan jangka pendek.Dalam rangka untuk mengingat
sesuatu berikutnya, otak mentransfernya ke memori jangka panjang
Memori kontrol bekerja jika ada keinginan kuat, harapan, motivasi, minat dan
usaha. Namun apabila tidak ada hal hal tersebut, maka kontrol tidak akan bekerja dan
memori tidak akan tersimpan. Kualitas kontrol tergantung pada banyaknya informasi
yang tertangkap panca indera, semakin banyak yang tertangkap maka penyimpanan
memori akan lebih baik. Kontrol lainnya yaitu frekuensi dimana semakin banyak
frekuensi informasi yang didapatkan maka semakin baik pula penyimpanan memorinya.
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu,
ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk dapat muncul kembali.
Pengkodean, penyimpanan, dan pengeluaran sering kali dilihat sebagai tahapan proses
memori yang berurutan. Proses ini tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah, melainkan
saling berkaitan dan bergantung satu sama lain. Menurut Walgito (2004), terdapat tiga
tahapan dalam mengingat atau memori, dimulai dari memasukkan informasi (learning),
menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering). Gambar dan penjelasan
tahapan memori adalah sebagai berikut:
Gambar 04. Tahapan Memori menurut Walgito (2004)
memori.
Decay Theory (Atropi), Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin
aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (memory
trace) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran, akan rusak atau menghilang.
Teori Interferensi, Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan
dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori akan tetapi jejak-
jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa
informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi lama.
Teori Retrieval Failure, Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada,
tetapi kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya
petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi
(disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan
diingat kembali.
Teori Motivated Forgetting, Menurut teori ini, seseorang akan cenderung
berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang
menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Jadi, teori ini beranggapan bahwa
informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
DAFTAR PUSTAKA
Kusaeri1 , Siti Lailiyah2 , Yuni Arrifadah3 , Ni’matul Hidayati 4. 2018. Proses Berpikir Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Pemrosesan Informasi.Suska
Journal of Mathematics Education : 4(2).
Solso, Robert L., Otto H. MacLin, M. Kimberly MacLin. 2014. Cognitive Psychology.Pearson
Education Limited:Edinburgh Gate.
Enger, J.F., Blackwell, R.D. and Miniard, P.W.1995. Consumer Behavior, 8th, Orlando: The
Dryden Press.