Disusun Oleh :
1. Lismania Sita Devi (4301412025)
2. Andini Arum Sari (4301412027)
3. Prahasti Cynthia Hardiyanti (4301412059)
4. Ainul Asri Almuthoharoh (4301412071)
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai aktivitas belajar pada diri
manusia yang ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan
informasi. Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat
penginderaan, seperti melihat, mendengar atau merasakan. Informasi yang diperoleh masuk
ke dalam memori kerja yang memiliki karakteristik seperti STM yaitu memori kesadaran dan
LTM yang merupakan bagian dari sistem memori seseorang menyimpan informasi untuk
periode waktu yang lama. Dalam proses penyimpanan informasi, terkadang seseorang
melupakan informasi yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh terjadinya inteferensi dimana
informasi bercampur atau tergeser oleh informasi lain.
Kata kunci : Kognitif, Informasi, Sistem Memori
PENDAHULUAN
A.1 Teori Kognitif Tentang Belajar
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai aktivitas belajar pada diri
manusia yang ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan
informasi. Dalam belajar kognitif, obyek-obyek yang ditanggapi tidak hanya bersifat
materiil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Obyek-obyek yang bersifat materiil
misalnya antara lain, orang binatang , bangunan, kendaraan, perabot rumah tangga dan
tumbuh-tumbuhan. Obyek-obyek yang bersifat tidak materiil misalnya seperti ide
kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan dan sebagainya.
Bila tanggapan berupa obyek-obyek materiil dan tidak materiil telah
dimiliki,maka seseorang telah memiliki alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak
pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran
kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar seseorang tidak bias
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
berproses ketika memberikan tanggapan terhadap obyek-obyek yang diamati. Sedangkan
belajar itu proses mental yang bergerak kearah perubahan.
Jadi proses pengolahan informasi , dimulai sejak adanya informasi yang berasal dari
lingkungan, baik secara visual (penglihatan) maupun auditori (pendengaran). Tidak semua
informasi dari lingkungan diserap untuk di proses lebih lanjut melainkan hanya sebagian
kecil.
A.3 Teori Belajar Konstruktivisme
1. Pandangan tentang belajar
Teori belajar konstruktivisme menurut Piaget ada tiga pokok, antara lain :
a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama.
b. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental
(pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan
kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual
c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibration), proses pengembangan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Lain halnya dengan teori belajar kognitif Vigotsky yang memaparkan bahwa
interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan
sosial dalam belajar. Pokok dari teori belajar konstruktivisme adalah peserta didik
harus mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
2. Strategi Belajar
Pada umumnya penentuan strategi belajar setiap individu itu berbeda.
Mungkin penerapan strategi belajar tidak seluruhnya sama dan efektif bagi individu
satu dengan yang lainnya. Berdasarkan prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar,
Slavin (1994) menyarankan tiga strategi yang dapat diterapkan dalam belajar yang
efektif, yaitu : (a) membuat catatan, (b) belajar kelompok dan (c) metode PQ4R.
Membuat catatan. Strategi yang sering digunakan oleh peserta didik dimana
peserta didik diberikan kerangka catatan pembelajaran dan peserta didik dapat
menyusun gagasan utama yang harus dicatat.
Belajar kelompok. Cara yang efektif untuk menerapkan startegi belajar bagi
peserta didik. Dalam kelompok belajar peserta didik dapat saling berbagi tentang ilmu
mereka dan saling melengkapi untuk mendapat pengetahuan baru.
Metode PQ4R. Strategi belajar untuk meningkatkan pemahaman dan daya
ingat peserta didik.
A.4 Lupa dan Ingat
1. Pengertian Lupa
Lupa adalah peristiwa tidak dapat memproduksi tanggapan-tanggapan kita,
sedang ingatan kita sehat.
Muhibbinsyah ( 1996 ) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan
mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya kita pelajari secara sederhana.
Gulo ( 1982 ) dan Reber ( 1988 ) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan
demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal
kita.
2. Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna, banyak hal-hal yang pernah diketahui dan
tidak dapat diingat atau dilupakan. Dewasa ini ada 4 cara untuk menerangkan proses
lupa dan keempatnya saling berhubungan, yaitu :
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu di otak kalau materi
otak yang harus diingat itu tidak pernah digunakan maka metabolism otak
menjadi lambat dan materi itu terhapus dari otak sehingga tidak dapat mengingat
kembali karena materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin materi itu tidak lenyap melainkan mengalami perubahan-perubahan
secara sistematis
c. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat
tidak dapat kita kita ingat lagi.
d. Ada kalanya kita melakukan sesuatu dan hal ini disebut represi. Peristiwa-
peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan atau semua hal yang
tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja sekalipun
terkadang proses yang sengaja ini tidak kita sadari dan terjadi diluar kesadaran. (
Ahmad Fauzi, 1997:52-54 )
3. Lupa Versus Hilang
Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah memberikan
petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan dalam ingatan,
tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu,
belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau
dipelajari sama sekali tidak punya efek apa-apa.
Oleh karena itu, tepat apa yang pernah diungkapkan oleh Gula ( 1982 ) dan Reber
(1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami. ( Muhibbin Syah, 1999:151) : jadi, lupa bukan berarti
hilang, sesuatu sesuatu yang terlupakan karena masih dimiliki dan tersimpan di alam
sadar dan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.
4. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya
ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai
berikut :
a. Overlearning
Adalah upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi tertentu .
b. Extra Study Time
Adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siwa
menambah jam belajar.
c. Mnemonic Device
Artinya kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan
item-item informasi ke dalam system akal siswa.
d. Pengelompokkan
Ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok kecil yang dianggap lebih
logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang
sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi
Adalah lati.han terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong
siswa melakukan kejahatan.
DISKUSI
1. Yanuri
Bagaimana cara berfikir efektif untuk memproses informasi dari STM ke LTM,
seperti saat kuliah , setelah kuliah usai saat itu juga informasi yang disampaikan dosen
akan terlupakan?
Jawaban :
Untuk menjadikan suatu informasi itu menetap pada LTM dibutuhkan dibutuhkan
perhatian yang lebih, seperti halnya, saat dosen menerangkan dan mahasiswa mendengarkan
sambil bermainan handphone, maka informasi yang di sampaikan dosen akan ditangkap oleh
otak tidak sepenuhnya, sehingga informasi yang diterima hanya sampai pada STM, bukan
LTM.
Tanggapan : Widia
Sebaiknya saat dosen menyampaikan informasi janganlah monoton, karena hal-hal
simpel seperti itu dapat membuat suasana menjadi membosankan, sehingga para mahasiswa
menjadi kurang antusias dalam proses berlangsungnya belajar mengajar. Sehingga informasi
yang disampaikan dosen pun tidak dapat sampai kedalam LTM, tetapi hanya sampai pada
STM.
2. Pertanyaan :
Tentang metode QP4PR , sebenarnya metode tersebut, metode yang bagaimana?
Jawaban : Strategi belajar untuk meningkatkan pemahaman dan daya ingat peserta didik.
Contoh metode ini dapat diterapkan dalam mempersiapkan pretest. DEngan membaca materi,
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut.
3. Pertanyaan Yulia :
Bagaimana cara mempertahankan informasi STM ke LTM?
Jawaban :
Cara mempertahankan informasi dari STM ke LTM yaitu dengan cara penggulangan. Seperti
contoh saat akan pretest praktikum. Seorang mahasiswa akan berusaha membaca materi yang
besok akan diujikan, mahasiswa tersebut akan berusaha mengulang-ulang materi yang dibaca,
sehingga saat pretest informasi sebagian sudah tersimpan dalam LTM.
KESIMPULAN