TEORI PEMROSESAN
INFORMASI
( Kelompok 4 )
Oleh:
MOH.RAFLI R. YUSUF
SILVANI RAHMAN
SRI NURJANINGSIH IBRAHIM
ADING
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara
hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan
rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Teori pemrosesan informasi didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan.Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga
menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antar
kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajran. Tahapan proses pembelajran meliputi delapan fase yaitu
motifasi, pemahaman, pemerolehan, penyimpanan, ingatan kembali, generalisasi, perlakuan,dan
umpan teori pemrosesan informasi.
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui
proses komunikasi, pengumpulan intelejen dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi.
Makalah ini memfokuskan pada teori pemrosesan informasi sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari pembelajaran.
Salah satu teori kognitif yang menjelakan proses belajar pada diri seseorang yang
berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi.
Menurut teori ini pemrosesan belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan
dan mengungkapkan kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya.
Gejala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses
transformasi masukan menjadi keluaran.
Adanya beberapa teori belajar dalam belajar dan pembelajaran. Salah satunya adalah teori
sibernetik. Teori sibernetik ini adalah teori yang terbaru dari teori-teori lainnya. Teori sibernetik
berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi.karena cara
belajar sangat ditentukan oleh system informasi.Dengan teori sibernetik ini dapat mempermudah
perolehan pengetahuan baru yang rinci. Namun dari kelebihan itu semua, teori sibernetik
mempunyai kelemahan yaitu kurang memperhatikan akan proses belajar.
Selain itu, teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne juga merupakan perpaduan
yang seimbang antara behaviorime dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori pemrosesan
informasi. Gagne menggunakan matematika sebagai medium untuk menguji dan
mengembangkan teori belajarnya.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang pembelaajran dari sudut
pandang teori pemrosesan informasi dan teori-teori menurut para ahli lainnya. Proses belajar
menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang
penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.
BAB II
URAIAN MATERI
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antar kondisi-kondisi internal dan
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajran. Tahapan proses pembelajran meliputi delapan fase yaitu motifasi, pemahaman,
pemerolehan, penyimpanan, ingatan kembali, generalisasi, perlakuan,dan umpan teori
pemrosesan informasi.
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori
panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.Tahapan pemahaman dalam
pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengetahuan baru yang
dimodifikasi.Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut :
pertama manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu
mata, telinga, hidung, dsb. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya
dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas
pemeliharaaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian
rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat.
Bila diprses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka
panjang. Ingatan jangka panjang merupakan hal penting dalam proses belajar. Karena ingata
jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang factual. (disebut pengetahuan
deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diprses dalam berbagai tingkat kedalaman secara
bersamaan bergatung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi dioalah, maka
informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai
imajinasi visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan
diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam
diproses dari pada stimuliatau kejadian lain diluar pengamtan. Dengan kata lain, manusia akan
lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi
perhatiannya kerana hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak
mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.
Belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses alami. Setiap orang memiliki rasa ingin
tahu tentang suatu hal atau juga banyak hal, dan untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut
terjadilah belajar. orang yang membutuhkan sesuatu pengetahuan akan berupaya keras untuk
memperoleh informasi atau pengetahuan tersebut. Karenanya belajar akan menjadi efektif bila
bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan harapan orang tersebut (siswa) serta ia diberikan
kesempatan untuk bertanggung jawab atas bejar sendiri.
Dalam teori belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek eksternal
yang mempengaruhi, yaitu :
a. Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori jangka waktu yang sangat
singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkaitan dengan
memasukkan stimulus yang relevan kedalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri atas :
pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebut sebagai perhatian. Kedua persepsi
selektif, merupakan proses penyaringan dan pengorganisasian yang sangat penting dari
rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam
STM. Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bias
masuk kedalam LTM.
b. Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca indra mereka
harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan
perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa
yang dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan
kewaspadaan bias dilakukan dengan berbagai cara , misalnya membuat keadaan menjadi lebih
terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik
meningkatkan maupun menurunkan, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat
pembelajar waspada.
c. Persepsi selektif bias diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya.
Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bias diarahkan dengan membuat garis bawah
atau cetak miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan.
Adapun implikasi dari teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi
perancanaan dan desain pembelajaran dalam proses pendidikan. Belajar dimulai dengan
pemasukan stimulus dari resptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti
performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan dari
pemrosesan internal. Pembelajran tidak hanya merupakan proses sederhana dari penyajian
stimulus eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi beberapa proses belajara yang berbeda.
b. Secara keseluruhan stimulasi yang diberkan kepada pembelajar selama pembelajaran
berfungsi mensuport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian eksternal yang disebut
pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan mengaktifkan mental set (keadaan
mental) yang mempengaruhi perhatian dan persepsi selektif. Kejadian eksternal bisa
meningkatkan proses internal dengan memberi pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar.
Pembelajar juga memantapkan pengoperasian proses pengendali tindakan , seperti harapan
akan hasil performance.
Manfaat dari teori pemrosesan informasi antara lain yaitu :
Menurut teori sibernetik belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai
kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori
sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah system informasi yang diproses. Informasi
inilah yang akan menentukan proses. Asumsi lain teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu
proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin
akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu
mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru
untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan
unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur fikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui
proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam
belajra yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi
memandang memori manusia seperti computer yang mengambil tau mendapatkan informasi,
mengelola dan mngubahnya dalam bentuk da nisi, kemudian menyimpannya dan menampilkan
kembali informasi pada saat dibutuhkan.
a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan dialami perubahn bentuk ataupun
isinya.
c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga sumsi tersebut dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur
pemrosesan informasi (proses control).
a. Menarik perhatian
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
c. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
d. Menyajikan bahan peransang
e. Memberikan bimbingan belajar
f. Mendorong unjuk kerja
g. Memberikan balikan informative
h. Menilai unjuk kerja
i. Meningkatkan retensi dan alih belajar
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa
tokoh diantaranya: Landa dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristic), Pask dan
Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist).
Dengan demikian belajar terjadi bila individu meresppons terhadap stimulus yang
datangnya dari luar, sedangkan kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu,.
Perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut
berinteraksi dengan lingkungan.
Suciati dan Irawan menjelaskan sembilan peristiwa pembelajaran Gagne dalam bentuk
bagan sebagai berikut :
a. Fase motivasi (motiaioan phase)Agar terjadi proses belajar seseorang (siswa) harus diberi
motifasi belajar. Yaitu dalam bentuk insentif. Motifasi ini memungkinkan siswa berusaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Fase pengenalan (apprehending phase).Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang
muncul dari situasi belajar. Siswa dapat melihat stimulus-stimulus tersebut dan sifat-sifatnya.
Apa yang dilihat siswa, akan diberi kode secara unik oleh setiap siswa dan akan dicatat dalam
pikirannya. Hal ini biasa terjadi dala proses belajar mengajar. Bila guru melihat isi pelajaran
berbeda dengan yang dilihat siswa, dan setiap siswa mungkin saja berbeda prese[sinya satu
dengan lainnya.
d. Fase retensi (retention phase). Dalam fase ini, kemampuan baru yang telah diperoleh
dipertahankan atau diingat. Sarana menyimpan bagi manusia adalah ingatan (memory).
Penelitian mengindifikasi bahwa terdapat dua tipe memori jangka pendek (short term
memory) dan memory jangka panjang (log term memory). Memory jangka pendek
mempunyai kapasitas terbatas, dan hanya bertahan dalam waku singkat. Banyak orang dapat
menahan (menyimpan) tujuh atau delapan indormasi berbeda dalam memory selama tiga
pukuh detik , dan ini disimpan dalam pikiran secara permanen.
Gagne mendeskripsikan beberapa cirri yang mungkin dimilki fase ini, sebagai berikut :
1) Apa yang telah dipelajari mungkin tersimpan didalam suatu bentuk yang permanen, tetap
intens selama bertahun-tahun, seperti tersimpan dalam suatu pita magnet ajaib.
2) Beberapa hal yang dipelajari mungkin memudar sedikit demi sedikit sejalan dengan
berlalunya waktu.
3) Gudang ingatan mungkin mengalami pencampuradukan dalam arti ingatan yang baru
mengaburkan (atau mungkin menghapus) yang terlebih dulu karena mereka bercampur
baur.
e. Fase memanggil kembali (retrieval phase).Yaitu kemampuan memanggil ke luar (call out)
informasi yang telah dimilki dan disimpan dalam memory. Proses memanggil kembali
informasi ini adalah sangat tidak teliti (imprecise), tidak teratur (disorganized) dan malahan
penuh rahasia (mystical). Kadang-kadang informasi yang diinginkan, misalnya nama,tidak
dapat dipanggil keluar dari memori atas permintaan seseorang, tetapi kemdian mungkin saja
keluar pada saat orang itu memikirkan sesuatu yang tidak ada kaitan dengan nama tadi. Ada
informasi yang tersimpan dalam pikiran (memori) begitu dalamnya, sehingga diprlukan
teknikkhusus, misalnya dengan ragsangan elektrik atau hipnotis untuk mengeluarkannya.
g. Fase penampilan (performance phase). Dalam fase ini, siswa menampilkan tindakan/tingkah
laku yang mereflekasikan apa yang sudah iya pelajari. Tingkah laku baru yang ditampilkan
sebagai hasil belajar ini, penting bagi siswa karena akan memberikan kepuasan, dan
selanjutnya akan mendorongnya untuk belajar lebih lanjut. Fase ini memberikan gambaran
apakah tujuan belajar telah tercapai atau belum.
h. Fase umpan balik (feed back phase). Tingkah laku baru yang ditampilkan siswa menunjukan
bahwa iya telah mencapai tujuanbelajarnya. Umpan bali tentang penampilan ini penting bagi
siswa. Umpan balik terhadap penampilan yang berhasil mencapai tujuan belajar akan tetapi
penguatan (reinforcement) bagi siswa.
Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan
informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka
pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.
2.4 Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Dalam Kurikulum
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja
manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori
kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa; proposisi, produksi, dan mental
images.Teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa
pembelajaran, dan 3) pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
Dengan demikian aplikasi teori pemrosesan informasi dalam kurikulum dapat diterapkan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar pemrosesan informasi, antara lain
:
1. Untuk membantu terjadinya proses belajar sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Untuk menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
3. Agar kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
4. Untuk melayani prinsip perbedaan individual
5. Untuk melatih memori secara maksimal
6. Untuk keterarahan seluruh kegiatan belajar
7. Agar terjadi transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan suatu kegiatan guru selama
rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian
kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik . Dalam rangka
pengambilan keputusan tersebut, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung
dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi
atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik
dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.
Dari rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut di atas, nampak
jelas bahwa ada 4 komponen penting dalam asesmen proses dan hasil belajar, yaitu:
1. Pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa
pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil
asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan
tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam
menentukan langkah pembelajaran berikutnya.
2. Kompetensi siswa sebagai tujuan pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh (holistik)
pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa dalam
berpikir dan bertindak. Oleh karena itu asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
3. Assesmen dilakukan selama rentang pembelajaran; maknanya bahwa assesmen merupakan
satu kesatuan integral dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang
terpisah dari pembelajaran.
4. Pengambilan keputusan dalam asesmen didasarkan pada karakteristik siswa secara individual.
Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai data/informasi yang diperoleh dari
berbagai teknik dan instrumen asesmen sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa,
baik teknik tes maupun non tes.
Alasan perlunya melakukan asesmen, adalah untuk: (1) mendiagnosa kekuatan dan
kelemahan pembelajaran, (2) memantau kemajuan belajar, (3) memberi atribut pemberian nilai,
dan (4) menentukan efektivitas pengajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4 hal pokok terkait dengan tindakan
asesmen, yaitu:
Balitbang Depdiknas secara rinci menyatakan bahwa tujuan asesmen proses dan hasil
belajar adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran
berlangsung.
b. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang digunakan.
e. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
f. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan.
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan
teknik tes maupun non tes, baik untuk mengakses proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta
didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi
dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
a. Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus tes tertulis, ragamnya
meliputi : tes essay atau disebut juga tes subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian,
salah-benar, menjodohkan dan pilihan ganda.
Tes essay atau tes uraian adalah bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing
mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawabannya. Materi tes yang
dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
tes uraian jawaban singkat yaitu tes yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat
dan tes uraian jawaban luas/panjang.
Tes obyektif terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus
dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi
jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena skor yang diberikan relatif
tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian
(Completion Test), Tes Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).Dll.
BAB III
KESIMPULAN
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama.
Adanya beberapa teori belajar dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Teori Sibernetik. Menurut teori sibernetik belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas,
teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses
memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah system
informasi yang diproses.
2. Teori Gagne. Pembelajaran menurut Gagneadalah seperangkat proses yang bersifat
internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari
persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).
Tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar pemrosesan informasi, antara lain :
1) Untuk membantu terjadinya proses belajar sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah. 2) Untuk menjadikan strategi pembelajaran dengan
menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan suatu kegiatan guru selama
rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian
kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik . Dalam rangka
pengambilan keputusan tersebut, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai
dasar pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Jawab :
Memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran
dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.
Memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan
fakta dan pengetahuan umum.
4. Sebutkan dan tuliskan tiga bagian dari memori jangka panjang !
Jawab : Memori episodic, memori sematik dan memori procedural.
5. Jelaskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar pemrosesan informasi !
Jawab :
Untuk membantu terjadinya proses belajar sehingga individu mampu beradaptasi
pada lingkungan yang selalu berubah.
Untuk menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
Agar kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
Untuk melayani prinsip perbedaan individual
Untuk melatih memori secara maksimal
Untuk keterarahan seluruh kegiatan belajar
Agar terjadi transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Tuliskan tahapan proses pembelajaran informasi menurut Gagne !
Jawab : - Motivasi - Ingatan kembali
- Pemahaman - Generalisasi
- Pemerolehan - Perlakuan
- Penyimpanan - Umpan balik
7. Sebutkan dan tiga diantaranya strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan
informasi !
Jawab : - Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
- Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
- Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
8. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penerapan teori pemrosesan informasi dalam
kurikulum !
Jawab : - Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
- Menentukan materi pembelajaran
- Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
- Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut
(apakah algoritmik atau heuristik)
- Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
- Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.
15. Jelaskan salah satu tekhnik assessment proses dan hasil belajar !
Jawab : Salah satu tekhnik assessment proses adalah penugasan. Penugasan adalah
penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan
(investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu.