Kepribadian Guru
Posted on 22 Oktober 2012 by AKHMAD SUDRAJAT 27 Komentar
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan
kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam tataran realita
upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi
kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan
pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional). Lihat saja, dalam
berbagai pelatihan guru, materi yang banyak dikupas cenderung lebih bersifat
penguatan kompetensi pedagogik dan akademik. Begitu juga, kebijakan pemerintah
dalam Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada
penguasaan kompetensi pedagogik dan akademik.
3. pengembangan kurikulum/silabus
4. Perancangan pembelajaran
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini
adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak
dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target
perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi
paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian
masalah dan alternatife solusi.
https://mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-
indonesia/
Aspek dan Indikator
Kompetensi Pedagogik Guru
Posted on 29 Januari 2012 by AKHMAD SUDRAJAT 136 Komentar
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu
dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan
kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara
terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru)
maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi
keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45
(empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik.
Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
A. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan
menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu
proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di
kelasnya,
2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang
sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan
belajar yang berbeda,
4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta
didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta
didik lainnya,
5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan
peserta didik,
6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar
dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut
tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolokolok, minder, dsb).
B. Menguasasi teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang
mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:
1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan
proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran
berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana,
terkait keberhasilan pembelajaran,
4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar
peserta didik,
5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama
lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar
peserta didik,
6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami
materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk
memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
C. Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan
tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan
lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi dasar yang ditetapkan,
3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan
tujuan pembelajaran,
4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik.
D. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan
melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru
mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi
pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika
relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran:
1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut
mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga
membuat peserta didik merasa tertekan,
3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan)
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan
proses pembelajaran, bukan sematamata kesalahan yang harus dikoreksi.
Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju
dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik,
6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu
yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk
dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat
termanfaatkan secara produktif,
8. Guru mampu audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan
aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis
untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru
menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta
didik terhadap materi sebelumnya, dan
11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audiovisual (termasuk tik)
untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
E. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi
pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi
peserta didik melalui program embelajaran yang mendukung siswa
mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada
bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian
terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing
masing.
2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola
belajar masingmasing.
3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta
didik.
4. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran
dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi,
dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan
cara belajarnya masing-masing.
7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan
mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
F. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif,
empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru
mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau
pertanyaan peserta didik:
1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan
menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan
terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan
pengetahuan mereka.
2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan
untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan
mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja
sama yang baik antarpeserta didik.
5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban
peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan
kebingungan pada peserta didik.
G. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan
hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi
untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan
hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,
selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan
hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman
terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi
dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing
masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya
untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat
membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan
pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
5. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan
pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
======
Sumber:
http://galerymakalah.blogspot.co.id/2013/04/makalah-kompetensi-
profesional.html
Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial~ Dalam kehidupan sehari-hari tentu saja kita tidak dapat hidup dengan sendiri. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa manusia merupakan makhluk sosial.
Saat kita berinteraksi dengan orang lain, secara tidak sadar hal tersebut menunjukkan bahwa kita memiliki
sebuah kemampuan sosial. Kemampuan sosial tadi juga bermanfaat sebagai sarana penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitar.
Kemampuan sosial yang diuraiakan di atas lebih dikenal dengan komptensi sosial. Namun, sayang sekali banyak
pihak yang beranggapan bahwa kemampuan sosial hanya sekedar digunakan untuk media interaksi saja.
Hal tersebut bisa dikarenakan kurang pahamnya sesorang terhadap pengertian dari kompetensi sosial tadi. Oleh
karenanya Pusat Tesis yang merupakan Jasa Pembuatan Disertasi, Skripsi, Tesis dalam artikel kali ini akan
membahasa menganai pengertian dari kompetensi sosial.
Secara umum kompetensi sosial ialah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan individu lain yang nantinya
akan menghasilkan suatu hubungan komunikasi.
Dari pengertian di atas, mengundang para ahli untuk memaparkan pendapatnya mengenai kompetensi sosial,
meliputi:
1. Adam berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan yang memiliki hubungan erta
dengan ata cara seseorang untuk memampu menyesuaikan diri dari lingkungannya.
2. Leahly menyumbang pendapatnya dengan ungkapannya yaitu kompetensi sosial merupakan suatu
jenis kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak sejak lahir.
3. Waters mengungkapkan bahwa kompetnsi sosial merupakan ajakan yang ada dalam lingkungan sehari-
hari untuk berinteraksi merespon teman-teman serta memberikan perhatiannya dengan cara yang khusus.
Berkaitan dengan tujan yang ada pada perilaku seorang guru tentu saja kompetensi sosial yang ada pada
kepribadiannya haruslah seimbnag. Ia harus mampu memikul tanggung jawab serta kewenangan yang ada pada
anak didiknya.
Oleh karena itu, ada beberapa kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan
bergaul secara efektif. Yaitu:
Kompetensi Sosial
May 15
S.Efiaty
Kompetensi sosial mutlak dimiliki oleh semua orang sebagai makhluk sosal. Yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Karena itu guru
harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar.
Memang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan
pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan
metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota masyarakat, setiap guru harus
pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia harus menguasai psikologi sosial,
memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan
membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan
tugas bersama dalam kelompok.
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai anggota
masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau
diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus
mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan
tugas dan bertempat tinggal.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga,
keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak,
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima
oleh masyarakat.
Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid.
Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu
diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati
nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki
kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat
kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain. Mereka
santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku.
Sumber kecerdasan adalah intelektual sebagai pengolah pengetahuan antara hati dan
akal manusia. Dari akal muncul kecerdasan intelektual dan kecerdasan bertindak yang
memandu kecerdasan bicara dan kerja. Sedangkan dari hati muncul kecerdasan spiritual,
emosional dan sosial.
Sosial inteligensi membentuk manusia yang setia pada kebersamaan. Apabila ada satu
warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama. Sebaliknya apabila ada
kebahagiaan menjadi/merupakan kebahagiaan seluruh masyarakat. Dalam tingkatan
nasional, sosial intelegensi membimbing para pemimpin untuk selalu peka terhadap
kesulitan rakyatnya dengan mengutamakan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
https://s2ku.wordpress.com/2012/05/15/kompetensi-sosial/
Sorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus memiliki kompetensi. kompentensi
yang harus dimiliki diantaranya adalah :
1. Kompetensi Pribadi
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru
sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model
guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal
competencies), di antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama
sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai
antarumat beragama; (3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya
sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian
tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting. Oleh sebab
langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan
seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut: (1) kemampuan untuk menguasai landasan
kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional,
institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,
misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar; (3)
kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4)
kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan
merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8)
kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah, bimbingan dan
penyuluhan dan; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.
https://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus-dimiliki-
seorang-guru/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Seorang yangb erperang dalam mengatur strategi, untuk
memenagkan peperangan sebelum melakukan tindakan, ia akan menimbang
bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas
maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan
menyusun tindakannya yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dasar dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa, sedangkan secara khusus:
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini melalui metode library research yaitu mencari
sumber-sumber dari berbagai buku-buku yang ada di perpustakaan, dan juga
melalui situs-situs internet yang terkait dengan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu
usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya
digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam
berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi
dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
[1]
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru
dalam menunaikan kegiatan mengajar.
Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan
Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil.
1. Pengelompokan Gagne dan Briggs
e. Tujuan-Tujuan Belajar
Belajar terjadi pada situasi tetentu, yang berbeda dari situasi lain yaitu
yang desebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan
belajar yang terdiri dari komponen atau unsur: tujuan, bahan, strategi, alat,
siswa, dan guru. Seperti yang telah anda ketehui bahwa tujuan pembelajaran
menurut Bloom dkk meliputri tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif).
1) Diskriminasi
2) Konsep-konsep konkrit
3) Konsep terdefinisi
4) Aturan-aturan
b. Strategi Kognitif; merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses interrnal
yang digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir (gagne, 1985).
c. Invormasi Verbal; yang termasuk verbal ialah nama atau label, fakta dan
pengetahuan. Tujuan akhir pelajaran informasi verbal adalah seseorang
mengetahuinya (mampu mengingatnya). Informasi verbal diperoleh seseorang
melalui pendengaran (katak-kata ynag diucapkan oleh orang lain, radio, tv, dan
sejenisnya) dan melalui membaca.
e. Sikap; Sikap (afektif) merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau siswa
yang merupakan kegiatan dari tujuan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan
dari ranah kognitif dan psikomotorik. Jujur, sopan, ramah, suka menolong orang
lain, hati-hati, rajin, kreatif, kritis, disiplin, dan sejenisnya merupakan sikap-sikap
positif yang harus dibentuk dan dikembangkan pada diri setiap peserta didik.
CBSA (cara belajar siswa aktif) sebagai istilah yang sama maknanya dengna
student active learning (SAL). CBSA bukanlah sebuah ilmu atau teori, tetapi
merupakan salah satu strategi partisipasi peserta didik sebagi subjek didik
secara optimal sehingga peserta didik mampu merubah dirinya (tingkah laku,
cara berfikir, dan bersikap) secara lebih efektif dan efisien.
2. Stressing pada segi efektif dalam pengajaran seperti tujuan tersebut maka segi
efektif dapat ditumbuhkan dengan menjelaskan peranan bunyi-bunyi vokal
dalam menentukan makana kata.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pusaka Setia,
2003.
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika
Aditama, 2007.
http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.
[1] Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal 37.
[2] Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pusaka Setia, 2003, hal
47.
[3] Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama,
2007, hal 46.
[4] Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal
[5] http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.
[6][6] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal 63.
http://yusrikeren85.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pengertian-strategi.html
Pengertian
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007)CTL (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata
siswa.
Tujuan
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan
yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya
sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat
pengalaman siswa.
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar
dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan
agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna
6. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak
pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan
konteks kehidupan sehari-hari
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara
individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi
komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Strategi Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru
secara kontekstual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang
untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
a. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta
didik agar yang dipelajarinya bermakna.
b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan mengalami peserta didik diproses secara aktif
dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang
baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.
d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan
kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
e. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan
pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Sumber:
Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG):
Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta.
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html