Anda di halaman 1dari 31

Arti Penting Kompetensi

Kepribadian Guru
Posted on 22 Oktober 2012 by AKHMAD SUDRAJAT 27 Komentar

A. Kompetensi Kepribadian Guru


Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai
guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan
kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5)
berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara
berkelanjutan. Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi
dan Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan
guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa
membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan
gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum
dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku
jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan
ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif,
dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, danrasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan
tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada
diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode
etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c)
berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
B. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi guru
yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa
arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru:
1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa segala sesuatunya bergantung pada
pribadi masing-masing. Dalam konteks tugas guru, kompetensi
pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada
dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa
akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.
2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan
kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa.
Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru
akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan
menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak
membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain
secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah
cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak
kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih
sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan
tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
3. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan
dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru
melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku
di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat
mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru
yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi
sekolah, tempat dia bekerja.
4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru
berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi
kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa
kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan
dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang
dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain
membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak
mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (Iis Holidah, 2010)

Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan
kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam tataran realita
upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi
kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan
pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional). Lihat saja, dalam
berbagai pelatihan guru, materi yang banyak dikupas cenderung lebih bersifat
penguatan kompetensi pedagogik dan akademik. Begitu juga, kebijakan pemerintah
dalam Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada
penguasaan kompetensi pedagogik dan akademik.

Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seolah-


olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi
masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mengambil tanggung
jawab ini dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk senantiasa
berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam berbagai teori
kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat
permanen, tetapi saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh sahabat saya DR.
Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya Menjadi Guru Berkarakter,
disebutkan bahwa: Jika yakin bisa berubah, maka berubahlah Jika Anda ingin
menjadi guru yang baik dan lebih baik, katakanlah terus pada diri sendiri bahwa
saya adalah guru yang baik dan lebih baik, dan bayangkan bahwa Anda adalah guru
yang baik dan lebih baik dengan kepribadian yang baik dan lebih baik.
Berkenaan dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential Life Skill memberikan
tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat disarikan sebagai
berikut: (1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting
dan dihargai (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda, (3) Jadilah ahli
pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat
memperluas perspektif setiap orang tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru,
terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin
luas, (6) Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan keunikan
yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif, (8) Jadilah orang yang
menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9) Bersikap suportif kepada orang lain
yang membutuhkan Anda, dan (10) Miliki integitas dan perlakukan setiap orang
dengan penuh hormat.
Begitulah pemikiran sederhana saya, semoga bermanfaat!
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensi-kepribadian-
guru/
Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia
Posted by Mahmuddin pada Maret 19, 2008

Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan
bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut
bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling
berhubungan dan saling mendukung.Kompetensi pedagogik yang dimaksud
dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta
didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik.
Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi
perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi
kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan.

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwasanya kompetensi


pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian


secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain
itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan
pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari
lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.

2. Pemahaman terhadap peserta didik

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga


mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak
didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia
yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang
tepat.

3. pengembangan kurikulum/silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional


yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

4. Perancangan pembelajaran

Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber


daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah
dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan.

6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai


media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.

7. Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan


meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan.
Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang
tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan
solusi secara akurat.

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai


potensi yang dimilikinya

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi


anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimiliki.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini
adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak
dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target
perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi
paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian
masalah dan alternatife solusi.

https://mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-
indonesia/
Aspek dan Indikator
Kompetensi Pedagogik Guru
Posted on 29 Januari 2012 by AKHMAD SUDRAJAT 136 Komentar

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu
dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan
kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.

Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara
terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru)
maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi
keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45
(empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik.
Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
A. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan
menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu
proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di
kelasnya,
2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang
sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan
belajar yang berbeda,
4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta
didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta
didik lainnya,
5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan
peserta didik,
6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar
dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut
tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolokolok, minder, dsb).
B. Menguasasi teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang
mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:
1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan
proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran
berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana,
terkait keberhasilan pembelajaran,
4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar
peserta didik,
5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama
lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar
peserta didik,
6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami
materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk
memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
C. Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan
tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan
lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi dasar yang ditetapkan,
3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan
tujuan pembelajaran,
4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik.
D. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan
melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru
mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi
pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika
relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran:
1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut
mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga
membuat peserta didik merasa tertekan,
3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan)
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan
proses pembelajaran, bukan sematamata kesalahan yang harus dikoreksi.
Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju
dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik,
6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu
yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk
dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat
termanfaatkan secara produktif,
8. Guru mampu audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan
aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis
untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru
menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta
didik terhadap materi sebelumnya, dan
11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audiovisual (termasuk tik)
untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
E. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi
pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi
peserta didik melalui program embelajaran yang mendukung siswa
mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada
bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian
terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing
masing.
2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola
belajar masingmasing.
3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta
didik.
4. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran
dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi,
dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan
cara belajarnya masing-masing.
7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan
mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
F. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif,
empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru
mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau
pertanyaan peserta didik:
1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan
menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan
terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan
pengetahuan mereka.
2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan
untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan
mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja
sama yang baik antarpeserta didik.
5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban
peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan
kebingungan pada peserta didik.
G. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan
hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi
untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan
hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,
selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan
hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman
terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi
dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing
masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya
untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat
membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan
pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
5. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan
pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

======

Sumber:

Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan


Tenaga Kependidikan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Jakarta. bermutuprofesi.org
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-guru/

MAKALAH KOMPETENSI PROFESIONAL OLEH SRI SUDARSINI BAB I PENDAHULUAN Secara


bahasa kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, kecakapan, wewenang. Menurut
istilah, kompetensi adalah keadaan menjadi berwewenang atau memenuhi syarat menurut
ketentuan hukum. Kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru untuk merespon tugas-
tugasnya secara tepat. Sedangkan profesional dapat diartikan sebagai ahli. Dengan
demikian kompetensi profesional guru adalah guru yang ahli dalam merespon tugas-
tugasnya secara tepat. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi prosesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka
sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Sesuai dengan Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru
sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut
agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum
regional, nasional maupun internasional. . BAB II PEMBAHASAN Kompetensi guru yaitu
kemampuan seorang guru untuk merespon tugas-tugasnya secara tepat. Sedangkan
profesional dapat diartikan sebagai ahli. Dengan demikian kompetensi profesional guru
adalah guru yang ahli dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat. Selain itu, Kompetensi
professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru.
Dalam kompetensi profesional terdapat lima aspek yaitu: 1. Menguasai Materi, Struktur,
Konsep dan Pola Pikir Keilmuan yang mendukung Mata Pelajaran yang diampu. Seorang
guru harus memahami dan menguasai materi pembelajaran, hal penting yang harus
dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Guru harus
mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Menurut Hasan (2004) sedikitnya mencakup : a. Validitas atau tingkat
ketepatan materi. b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi. c. Relevansi
dengan tingkat kemampuan peserta didik. d. Kemenarikan, menarik
perhatian/memotivasi peserta didik. e. Kepuasan, merupakan hasil pembelajaran
peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya. Seorang guru untuk
memudahkan menghubungkan materi dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai
dapat dilakukan dengan cara mengklasifikasikan materi kedalam domain kognitif, afektif
dan psikomotor. Untuk itulah ketepatan dan kecermatan dalam menyusun dan
mengembangkan prosedur harus diperhatikan agar memudahkan peserta didik menerima
materi dan membentuk kompetensi dirinya. 2. Menguasai Stnadar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran / Bidang Pengembangan yang diampu. Dalam materi
pembelajaran pada standar kompetensi dan kompetensi dasar ( SKKD) setiap kelompok
mata pelajaran perlu dibatasi, mengingat prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan
pemilihan bahan pembelajaran seperti dibawah ini : a. Orientasi pada tujuan dan
kompetensi Pengembangan materi pembelajaran harus diarahkan untuk mencapai tujuan
dan membentuk kompetensi peserta didik berdasarkan SKKD dan indicator kompetensi,
guru melakukan pengembangan materi standar untuk membentuk kompetensi peserta
didik. b. Kesesuaian (relevansi) Materi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masyarakat, tingkat perkembangan peserta didik, kebutuhan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. c. Efisien dan Efektif Materi pembelajaran harus sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, tingkat perkembangan peserta didik,
kebutuhan peserta didik dan kehidupan sehari-hari. d. Fundamental Harus
mengutamakan materi pembelajaran yang fundamental, ensensial, atau potensial, artinya
materi pembelajaran yang paling mendasar untuk membentuk kompetensi peserta didik,
sehingga bahan-bahan lain diluar itu akan mudah diserap, karena merupakan landasan
untuk penguasaan SKKD dan bidang studi lain. e. Keluwesan Materi pembelajaran yang
luwes sehingga mudah disesuaikan, diubah dilengkapai atau dikurangi berdasarkan
tuntutan keadaan dan kemampuan setempat. f. Berkesinambungan dan berimbang
Materi pembelajaran disusun secara berkesenambungan sehingga setiap aspeknya tidak
terlepas-lepas, tetapi mempunyai hubungan fungsional dan bermakna, disamping secara
berimbang, baik antara materi pembelajaran sendiri, antara keluasan dan kedalamannya,
antara teori dan praktek. g. Validitas Tingkat ketetapan materi yang diberikan telah
teruji kebenarannya, artinya guru harus menghindari memberikan materi yang sebenarnya
masihdiperdebatkan/dipertanyakan. h. Keberartian Materi pelajaran yang diberikan
harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga materi yang
diajarkan bermanfaat bagi peserta didik. i. Kemenarikan Materi yang diberikan
hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat
untuk mengenali dan mengembangkan ketrampilan lebih lanjut dan lebih mendalam.
j. Kepuasan Hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik, benar-benar
bermanfaat bagi kehidupan. 3. Mengembangkan Materi Pelajaran yang diampu
secara Kreatif. Dalam setiap pengembangan materi pembelajaran seharusnya
memperhatikan apakah materi yang akan diajarkan itu sesuai/cocok dengan tujuan dan
kompetensi yang dibentuk. Dalam beberapa situasi mungkin guru akan menemukan
tersedianya materi yang banyak, tetapi tidak terarah secara langsung pada sasaran yang
ingin dicapai. Untuk itu, jika materi yang tersedia dirasakan belum cukup, maka guru
dapat menambah sendiri dengan memperhatikan strategi dan efektifitas pembelajaran.
Terdapat tiga tipe materi pembelajaran yang menyangkut peranan guru dalam
pengembangan dan penyampaian pembelajaran diantaranya: 1) Jika guru mendesain
dan mengembangkan materi pembelajaran individual, peran guru dalam penyampaian
materi bersifat pasif, tugas guru adalah memotivator dam membimbing kemajuan peserta
didik dalam menyelesaikan materi dan membentuk kompetensi. Peserta didik dapat terus
maju menueut kecepatannya masing-masing dan guru memberikan bantuan secara
proporsional. 2) Guru memilih materi pembelajaran yang telah ada dan menuesuaikan
dengan strategi pembelajaran yang digunakan, dan pembentukan peranan guru menjadi
lebih aktif dalam penyampaian materi, dan pembentukan kompetesi. 3) Pembelajaran
sangat tergantung kepada guru. Guru menyampaikan semua materi pembelajaran menurut
strategi yang telah dikembangkan. 4. Mengembangkan Keprofesian secara berkelanjutan
dengan melakukan Tindakan Reflektif. Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dikemukakan bahwa Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang dibadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.
Dalam kaitannya dengan pengembangan professional guru PGRI sampai saat ini masih
mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan program
penataran guru serta program peningkatan mutu lainnya. PGRI belum banyak
merencanakan dan melakukan program atau kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan
cara mengajar, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru peningkatan kualifikasi
guru, atau melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah professional yang
dihadapi oleh para guru. Kebanyakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu
profesi biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan peringkatan ulang tahun atau
konggres, baik dipusat maupun didaerah. Oleh sebab itu, peran organisasi dalam
peningkatan mutu profesional guru belum begitu menonjol. 5. Manfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri. Abad
21, merupakan abad pengetahuan sekaligus merupakan abad informasi dan teknologi.
Karena pengetahuan, informasi dan teknologi menguasai abad ini, sehingga disebut era
globalisasi, karena canggihnya penggunaan pengetahuan, informasi, dan teknologi dalam
berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan hubungan global. Guru dituntut untuk
memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet (e-
learning), agar guru mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi dan informasi
dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) di maksudkan
untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru
dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi
pembelajaran dalam suatu system jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta
didik. Oleh karena itu sayangnya guru dan calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi
yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi
pembelajaran. Meski demikian, kecanggihan teknologi pembelajaran bukan satu-satunya
syarat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, karena bagaimanapun
canggihnya teknologi, tetap saja tidak bisa diteladani sehingga hanya efektif dan efisien
untuk menyajikan materi yang bersifat pengetahuan. Jika dihadapkan dengan aspek
kemanusiaan maka kecanggihan teknologi pembelajaran akan nampak kekurangannya.
Bagaimanapun mendidik peserta didik berarti mengembangkan potensi kemanusiaannya,
seperti nilai-nilai keagamaan, keindahan, sosial dan sebagainya. Teknologi pembelajaran
merupakan sarana pendukung untuk membantu memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian data, informasi,
materi pembelajaran dan variasi buadaya. Oleh karena itu memasuki abad 21, sumber
belajar dengan mudah diakses melalui teknologi informasi, khususnya internet yang
didukung oleh komputer. Perubahan prinsip belajar berbasis komputer memberikan
dampak pada profesionalisme guru, sehingga harus menambah pemahaman dan
kompetensi baru untuk memfasilitasi pembelajaran. Dengan system pembelajaran berbasis
komputer, belajar tidak terbatas pada empat dinding kelas, tetapi dapat menjelajah
kedunia lain, terutama melalui internet. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki
kemampuan mengorganisir, menganalisis, dan memilih informasi yang paling tepat dan
berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta didik serta tujuan
pembelajaran. Dengan demikian penguasaan guru terhadap standar kompetensi dalam
bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kompetensi
guru. BAB III PENUTUP A. Kesimpuan Kompetensi guru yaitu kemampuan
seorang guru untuk merespon tugas-tugasnya secara tepat. Sedangkan profesional dapat
diartikan sebagai ahli. Dengan demikian kompetensi profesional guru adalah guru yang ahli
dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat. Selain itu, Kompetensi professional
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam
kompetensi profesional terdapat lima aspek yaitu: 1. Menguasai Materi, Struktur,
Konsep dan Pola Pikir Keilmuan yang mendukung Mata Pelajaran yang diampu. 2.
Menguasai Stnadar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran / Bidang
Pengembangan yang diampu. 3. Mengembangkan Materi Pelajaran yang diampu secara
Kreatif. 4. Mengembangkan Keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan
Tindakan Reflektif. 5. Manfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri. B. Saran dan Kritik 1. Saran Guru
merupakan peranan penting terhadap keberhasilan implementasi kurikulum, karena
gurulah yang pada akhirnya akan melaksanakan kurikulum di dalam kelas. Gurulah garda
terdepan dalam implementasi kurikulum. Guru adalah kurikulum berjalan. Sebaik apa pun
kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi
syarat, maka semuanya akan sia-sia. Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak
cukup dengan pembenahan di bidang kurikulum saja, tetapi harus juga diikuti dengan
peningkatan mutu guru di jenjang tingkat dasar dan menengah. Tanpa upaya meningkatan
mutu guru, semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang diinginkan. Oleh karena
itu, keberadaan guru yang professional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Guru yang
professional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang
tugasnya. 2. Kritik Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini
masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Oleh
karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini mendatang baik dari pembaca maupun dosen pengampu. Semoga
kita semua mendapatkan faedah dan diterangi hati dalam setiap menuntut ilmu yang
bermanfaat untuk dunia dan akhirat, terima kasih atas perhatian pembaca sekalian yang
budiman. DAFTAR PUSTAKA E. Mulyasa, 2008, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: al-
Husna Zikra, 1995. Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc. 2009. Profesi Keguruan.
Jakarta: Rineka Cipta. Redja Mudyaharja, Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001. Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

http://galerymakalah.blogspot.co.id/2013/04/makalah-kompetensi-
profesional.html

Definisi Kompetensi Sosial Menurut Para Ahli


Home Kompetensi Definisi Kompetensi Sosial Menurut Para Ahli

Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial~ Dalam kehidupan sehari-hari tentu saja kita tidak dapat hidup dengan sendiri. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa manusia merupakan makhluk sosial.
Saat kita berinteraksi dengan orang lain, secara tidak sadar hal tersebut menunjukkan bahwa kita memiliki
sebuah kemampuan sosial. Kemampuan sosial tadi juga bermanfaat sebagai sarana penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitar.

Kemampuan sosial yang diuraiakan di atas lebih dikenal dengan komptensi sosial. Namun, sayang sekali banyak
pihak yang beranggapan bahwa kemampuan sosial hanya sekedar digunakan untuk media interaksi saja.

Hal tersebut bisa dikarenakan kurang pahamnya sesorang terhadap pengertian dari kompetensi sosial tadi. Oleh
karenanya Pusat Tesis yang merupakan Jasa Pembuatan Disertasi, Skripsi, Tesis dalam artikel kali ini akan
membahasa menganai pengertian dari kompetensi sosial.

Secara umum kompetensi sosial ialah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan individu lain yang nantinya
akan menghasilkan suatu hubungan komunikasi.

Dari pengertian di atas, mengundang para ahli untuk memaparkan pendapatnya mengenai kompetensi sosial,
meliputi:

1. Adam berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan yang memiliki hubungan erta
dengan ata cara seseorang untuk memampu menyesuaikan diri dari lingkungannya.
2. Leahly menyumbang pendapatnya dengan ungkapannya yaitu kompetensi sosial merupakan suatu
jenis kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak sejak lahir.
3. Waters mengungkapkan bahwa kompetnsi sosial merupakan ajakan yang ada dalam lingkungan sehari-
hari untuk berinteraksi merespon teman-teman serta memberikan perhatiannya dengan cara yang khusus.
Berkaitan dengan tujan yang ada pada perilaku seorang guru tentu saja kompetensi sosial yang ada pada
kepribadiannya haruslah seimbnag. Ia harus mampu memikul tanggung jawab serta kewenangan yang ada pada
anak didiknya.
Oleh karena itu, ada beberapa kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan
bergaul secara efektif. Yaitu:

1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama


2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia
Demikian artikel yang berisi tentang Pegertian Kompetensi sosial, Kompetensi sosial guru. Semoga artikel
ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan refrensi anda.
http://pusattesis.com/kompetensi-sosial/

Kompetensi Sosial
May 15
S.Efiaty

Kompetensi sosial mutlak dimiliki oleh semua orang sebagai makhluk sosal. Yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Karena itu guru
harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar.

Memang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan
pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan
metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota masyarakat, setiap guru harus
pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia harus menguasai psikologi sosial,
memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan
membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan
tugas bersama dalam kelompok.

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai anggota
masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau
diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus
mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan
tugas dan bertempat tinggal.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga,
keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak,
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima
oleh masyarakat.

Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid.
Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu
diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati
nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki
kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat
kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain. Mereka
santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku.

Sumber kecerdasan adalah intelektual sebagai pengolah pengetahuan antara hati dan
akal manusia. Dari akal muncul kecerdasan intelektual dan kecerdasan bertindak yang
memandu kecerdasan bicara dan kerja. Sedangkan dari hati muncul kecerdasan spiritual,
emosional dan sosial.

Sosial inteligensi membentuk manusia yang setia pada kebersamaan. Apabila ada satu
warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama. Sebaliknya apabila ada
kebahagiaan menjadi/merupakan kebahagiaan seluruh masyarakat. Dalam tingkatan
nasional, sosial intelegensi membimbing para pemimpin untuk selalu peka terhadap
kesulitan rakyatnya dengan mengutamakan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi,


hadap masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan
sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran tersebut dilakukan secara
efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah,
sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut
memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

https://s2ku.wordpress.com/2012/05/15/kompetensi-sosial/

Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru


6 Januari 2007 at 4:58 am 49 komentar

Sorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus memiliki kompetensi. kompentensi
yang harus dimiliki diantaranya adalah :

1. Kompetensi Pribadi
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru
sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model
guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal
competencies), di antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama
sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai
antarumat beragama; (3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya
sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian
tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting. Oleh sebab
langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan
seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut: (1) kemampuan untuk menguasai landasan
kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional,
institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,
misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar; (3)
kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4)
kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan
merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8)
kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah, bimbingan dan
penyuluhan dan; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.

3. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan


Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai
makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-
fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara
individual maupun secara kelompok.

sumber Endang komara

https://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus-dimiliki-
seorang-guru/

MAKALAH PENGERTIAN STRATEGI


PEMBELAJARAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Seorang yangb erperang dalam mengatur strategi, untuk
memenagkan peperangan sebelum melakukan tindakan, ia akan menimbang
bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas
maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan
menyusun tindakannya yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.

Istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak


konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Didalam konteks belajar
mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam
perwujudan kegiatan balajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa
macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan atau
dipercayakan guru dan peserta didik didalam macam-macam peristiwa belajar.
Dengan demikian maka komsep strategi dalam hal ini merujuk pada karakteristik
abstrak rentetan perbuatan guru dan peserta didik didalam peristiwa belajar-
mengajar. Implisit dibalik karakteristik abstrak itu adalah rasional yang
membedakans trategi yang satu dari strateegi yang lain secara fundamental.
Istilah lain yang yang juga dipergunakan untuk maksud ini adalah model-model
mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam suatu
peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran

2. Bagaimana konsep dasar strategi pembelajaran

3. Apa saja pembagian klasifikasi strategi pembelajaran

4. Bagaimana komponens trategi pembelajaran

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dasar dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa, sedangkan secara khusus:

1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran

2. Untuk mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran

3. Untuk mengetahui klasifikasi strategi pembelajaran

4. Untuk mengetahui komponen strategi pembelajaran

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini melalui metode library research yaitu mencari
sumber-sumber dari berbagai buku-buku yang ada di perpustakaan, dan juga
melalui situs-situs internet yang terkait dengan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu
usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya
digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam
berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi
dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
[1]

Menurut J.R David (1976) strategi pembelajaran adalah perencanaan yang


berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Sementara itu dick and Carey (1985) berpendapat bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih.

Pendapat dari moedjiono (1993) strategi pembelajaran adalah kegiatan


guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsisiten antara aspek-
aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru
menggunakan siasat tertentu.

Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat


dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempuanyai kesamaan
dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu cara penetakapan
keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran,
teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Setelah mencermati konsep strategi pembelajaran, kita perlu mengkaji
pula tentang istilah lain yang erat kaitannya dengan strategi pembelajaran dan
memiliki keterkaitan makna yaitu pendekatan, metoda, dan teknik.

a. Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam melihat dan


memahami situasi pembelajaran. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran
yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centred approach)

b. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan


bahan agar tujuan atau kompetensi dasar tercapai.

Strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional karena


strategi pembelajaranberkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti
macam dan urutan umum perbuatan belajr-mengajar yang secar prinsip berbeda
antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain instruksional menunjuk
pada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar tertentu,
setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran
tertentu. Kalau disejajarkan dalam pembuatan rumah, pembicaraan tentang
(bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat melacak berbagai
kemungkinan macam rumah yang akan dibangun, sedangkan desain
instruksional adalah penetapan cetak biru rumah yang akan dibangun itu serta
bahan-bahan yang diperlukan dan urutan langkah-laangkah konstruksinya
maupun kreterian penyelesaian dari tahap ke tahap sampai dengan
penyelesaian akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibuat.[2]

B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran

Menurut Mansur (1991) terdapat empat konsep dasar strategi pembelajaran:

1. Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak didik


sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk


mencapai sasaran yang akurat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru
dalam menunaikan kegiatan mengajar.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta


standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.[3]

C. Pengelompokan Strategi Pembelajaran

Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan
Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil.
1. Pengelompokan Gagne dan Briggs

Kedua pakar ini mengelompokan strategi pengajaran menurut dasarnya menjadi


lima macam:

a. Pengaturan Guru Dan Peserta Didik

b. Struktur Even Dan Pengajaran

c. Peranan Guru-Peserta Didik Dalam Mengolah Pesen

d. Proses Pengolahan Pesan

e. Tujuan-Tujuan Belajar

2. Pengelompokan Bruce Joyce dan marsha Weil

Pengelompokan ini lebih komprehinsif dibandingkan dengann pengelompokan


Gagne dan Briggs sebagai mana yang diuraikan didepan.

Bruce Joyce dan Marsha Weil mengemukakan empat klasifikasi model-model


pengajaran/mengajar:

a. Klasifikasi Model-Model Interaksi Sosial

b. Klasifikasi Model-Model Pengolahan Informasi

c. Klasifikasi Model-Model Personal-Humanistik

d. Klasifikasi Model-Model Modifikasi Tingkah Laku.

D. Variabel-Variabel Strategi Pembelajaran

1. Tujuan dan Bahan Pelajaran

Belajar terjadi pada situasi tetentu, yang berbeda dari situasi lain yaitu
yang desebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan
belajar yang terdiri dari komponen atau unsur: tujuan, bahan, strategi, alat,
siswa, dan guru. Seperti yang telah anda ketehui bahwa tujuan pembelajaran
menurut Bloom dkk meliputri tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif).

Menurut pendapat Gagne (1988) mengelompokan kemampuan-


kemampuan sebagai hasil belajar didalam lima kelompok, yaitu:[4]

a. Keterampilan Intelektual; merupakan ketermpilan pikiran, yang jika


dihubungkan dengan pendapat Bloom termasuk ranah kognitif. Keterampilan
intelektual terbagi atas beberapa tahapan.

1) Diskriminasi

2) Konsep-konsep konkrit

3) Konsep terdefinisi
4) Aturan-aturan

5) Aturan-aturan tingkat tinggi

b. Strategi Kognitif; merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses interrnal
yang digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir (gagne, 1985).

c. Invormasi Verbal; yang termasuk verbal ialah nama atau label, fakta dan
pengetahuan. Tujuan akhir pelajaran informasi verbal adalah seseorang
mengetahuinya (mampu mengingatnya). Informasi verbal diperoleh seseorang
melalui pendengaran (katak-kata ynag diucapkan oleh orang lain, radio, tv, dan
sejenisnya) dan melalui membaca.

d. Keterampilan Motorik; yang dimaksud ketermpilan-keterampilan motorik tidak


hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, akan tetapi digabung dengan
keterampilan intelektual.

e. Sikap; Sikap (afektif) merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau siswa
yang merupakan kegiatan dari tujuan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan
dari ranah kognitif dan psikomotorik. Jujur, sopan, ramah, suka menolong orang
lain, hati-hati, rajin, kreatif, kritis, disiplin, dan sejenisnya merupakan sikap-sikap
positif yang harus dibentuk dan dikembangkan pada diri setiap peserta didik.

E. Klasifikasi Strategi Pembelajaran

Strategi dapat di klasifikasikan menjadi 4, yaitu:[5]

1. Strategi pembelajaran langsung

Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak


diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya
bersifat deduktif.

Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan,


sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-
kemampuan, proses-proses, dan sikap yang dipergunakan untuk pemikiran kritis
dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat
mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung
perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.

2. Strategi pembelajaran tak langsung

Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut induktif. Berlawanan


dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya
berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling
melengkapi. Peranan guru bergeser dari seseorang penceramah menjadi
fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesmpatan
peserta didik untuk terlibat.
3. Strategi pembelajaran interaktif

Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara


peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk
bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru
atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan
merasakan.

4. Strategi pembelajaran empirik

Strategi pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,


berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang
pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang
lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.

5. Strategi pembelajaran mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk


membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan
guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil.

F. Komponen Strategi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada


seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Suatu selaku sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antar lain,
tujuan, guru, peserta didik, evaluasi, dan sebagainya. Agar tujuan tercapai,
semua komponen harus ada diorganisasikan sehingga antar sesama komponen
terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak bolah hanya memperhatikan
komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan den evaluasi saja,
tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi


jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk
lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi
pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokan menjadi
tiga yaitu:

a. Peserta didik sebagai raw input

b. Intering behavior peserta didik

c. Instrumental input atau sasaran

G. CBSA Sebuah Strategi Pembelajaran

CBSA (cara belajar siswa aktif) sebagai istilah yang sama maknanya dengna
student active learning (SAL). CBSA bukanlah sebuah ilmu atau teori, tetapi
merupakan salah satu strategi partisipasi peserta didik sebagi subjek didik
secara optimal sehingga peserta didik mampu merubah dirinya (tingkah laku,
cara berfikir, dan bersikap) secara lebih efektif dan efisien.

Mc Kenchie (1954) mengisyaratkan bahwa variasi kadar CBSA itu dipengaruhi


oleh tujuh faktor.

1. Faktor partisipasi peserta didik dalam menetapkan tujuan pengajaran misalnya,


tujuan dirusmuskan supaya peserta didik mempelajari bunyi-bunyi vokal bahasa
indonesia.

2. Stressing pada segi efektif dalam pengajaran seperti tujuan tersebut maka segi
efektif dapat ditumbuhkan dengan menjelaskan peranan bunyi-bunyi vokal
dalam menentukan makana kata.

3. Interaksi guru dan peserta didik dalam kel;as pengajaran. Hendaknya


diupayakan oleh guru suatu interaksi optimal (komunikasi multi arah)

4. Tanggapan guru terhadap peserta didik.

5. Rasa keterpaduan dalam kelompok kelas.

6. Pengambilan keputusan terhadap sesuatu masalah oleh peserta didik.

7. Ada cukup waktu untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik.

Dr Nana Sudjana berpendapat bahwa, optimalitas keterlibatan/ keaktifan belajar


siswa itu dapat dikondisikan. Menurutnya, melalui indikator CBSA dapat dilihat
tingkah laku manan yang muncul dalam suatu proses pengajaran berdasarkan
apa yang dirancang oleh guru. Indikator itu dapat dilihat dari lima segi:[6]

1. Dari Segi Peserta Didik

2. Dari Segi Guru.

3. Dari Segi Program

4. Dari Segi Situasi Belajar

5. Dari Segi Sarana Belajar.


BAB III

PENUTUP

Strategi pembelajaran sangat dibutuhkan oleh setiap guru karena terdapat


kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan serta tersusun untuk
mencapai tujuan. Tiap proses belajar memiliki strategi pembelajran tertentu.
Gunanya adalah agar peserta belajar dapat mengikuti proses belajar demikian
pula sehingga mampu mencapai manfaat belajar yang maksimum.

Seorang guru bisa menggunakan berbagai bentuk strategi yang digunakan


agar siswa tidak merasa bosan pada saat proses belajar mengajar berlangsung
sehingga kelas akan terasa lebih hidup dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pusaka Setia,
2003.
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika
Aditama, 2007.

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal

http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.

[1] Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal 37.

[2] Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pusaka Setia, 2003, hal
47.

[3] Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama,
2007, hal 46.

[4] Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal

[5] http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.

[6][6] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal 63.

http://yusrikeren85.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pengertian-strategi.html

Pengertian, Tujuan Dan Strategi


Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And
Learning)
By Budi Wahyono On 8:25 PM

Pengertian
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007)CTL (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata
siswa.

Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses


pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa
melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan
yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya
sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat
pengalaman siswa.
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar
dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan
agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna
6. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak
pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan
konteks kehidupan sehari-hari
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara
individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi
komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Strategi Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru
secara kontekstual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang
untuk berfikir kritis untuk memecahkan.

b. Menggunakan konteks yang beragam


Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna
yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.

c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa


Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan
sosial seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk
belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan
interpersonal.

d. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri


Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk
menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.

e. Belajar melalui kolaborasi


Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan
dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam
kelompoknya.
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara
terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk
dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

g. Mengejar standar tinggi


Setiap sekolah seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu
ke waktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan
Benchmarking dengan melakukan studi banding ke berbagai sekolah di
dalam dan luar negeri.

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)


Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai
berikut:

a. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta
didik agar yang dipelajarinya bermakna.

b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan mengalami peserta didik diproses secara aktif
dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang
baru dari apa yang dipelajarinya.

c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.

d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan
kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.

e. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan
pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

Sumber:
Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG):
Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta.
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html

Anda mungkin juga menyukai