Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan
keaktifan peserta didik dalam belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar, juga
akan tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan
mengajar. Keterampilan-keterampilan ini sudah sepantasnya dikuasai guru.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang
studi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang
kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain,
pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu
melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan
sosial.
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran
dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai
keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi
guru.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan
yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu

1
dikuasi oleh semua guru, baik guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan
tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar
secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang
studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah, yaitu :
1. Apakah pengertian dari keterampilan dasar mengajar ?
2. Apa sajakah jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang dimiliki seorang guru?
3. Mengapa keterampilan dasar mengajar itu penting bagi seorang guru ?

C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan dasar mengajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang
guru.
3. Untuk mengetahui pentingnya keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru.

D. Manfaat
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa calon
guru sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian ketrampilan dasar
mengajar, Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, pentingnya keterampilan dasar mengajar
bagi seorang guru serta dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar AUD


Istilah mengajar sering digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi satu
kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM), proses belajar mengajar (PBM) dan
untuk menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan
demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang
melibatkan 2 unsur yaitu belajar dan mengajar.1
Mengajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau
instruktur dalam mengatur dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas
belajar siswa atau pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa
atau pelajar merespon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus
pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar
dibahas semata hanya untuk mempertegas dan memperjelas pembahasan mengajar itu
sendiri.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah
lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif
mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru,
dosen, atau instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari
mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam
mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur kepada
siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang memindahkan air
minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke
cangkir yang lain volumenya akan tetap sama bahkan karena mungkin terjadi proses
penguapan, maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari
keadaan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan
(transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa
sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
1
Djamarah Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010).
hlm. 13

3
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya
menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian
akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang
banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap,
keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara
optimal.
Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu
proses mengatur dan mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer)
keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya
pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan/kecakapan atau yang
lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama
melalui proses menyampaikan (transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya
terbatas sebagai proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan
saja, sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan
dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen,
atau instruktur, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2)
menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan
dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara membelajarkan siswa.
Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen,
atau instruktur, karena mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja,
akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter,
kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan
yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa

4
kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan
diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan tugasnya.

B. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk
dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di
kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan
sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan
mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga
kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses
pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas : keterampilan bertanya dasar, mempunyai
beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan
usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan adalah:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
2. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

5
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan
itu antara lain:2
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode
ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa
adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa
keinginan dan keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya.
Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif,
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai sumber
informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak
untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini
menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru tidak banyak
dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa
untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan
pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Salah satu ciri dari
pendekatan ini adalah keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
memang perlu dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai
keterampilan bertanya yang mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru hanya berfungsi
untuk menguji pemahaman siswa.

C. Keterampilan Memberi Penguatan


Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi
si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

2
Uzar Usma, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offest. 2009). Hlm. 56

6
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap
positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan
kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan
penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya
oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
1. Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya.
2. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh.3
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan
dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
1. meningkatkan perhatian siswa
2. membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
3. memudahkan siswa belajar
4. mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku
yang positif
5. menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
6. memelihara iklim kelas yang kondusif

D. Keterampilan Mengadakan Variasi


Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi (berbeda atau berganti-
ganti). Melalui variasi stimulus ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran
selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias,
bergairah, penuh perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasinya. (Jakarta: Prenada Media. 2005), hlm. 25

7
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
2. Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
3. Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3.bagian , yaitu:
1. Variasi dalam gaya mengajar dapat di lakukan dalam berbagai cara seperti
a. Variasi suara :rendah, tinggi,besar, kecil
b. Memusatkan perhatian
c. Membuat kesenyapan sejenak
d. Mengadakan kontak pandang
e. Variasi kegiatan badan dan mimic
f. Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
2. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran
a. Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
b. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
c. Variasi alat dan bahan yang dapat dimanipulasi
3. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan
keperluan, sedang variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi ,menelaah
materi,latihan atau demonstrasi.

E. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis
untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara
sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok,
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan
seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik

8
oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta
didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan
adalah sebagai berikut:
1. Komponen merencanakan
2. Penyajian suatu penjelasan
3. Pemberian tekanan
4. Penggunaan balikkan
Tujuan keterampilan menjelaskan :
1. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta
menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-
prinsip umum secara objektif dan bernalar.

F. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondusi
bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga
usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Adapun tujuan
membuka pelajaran antara lain, yaitu : 1) menarik perhatian siswa; 2) menumbuhkan
motivasi belajar siswa; 3) memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang
akan dilakukan.4
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Tujuan kegiatan menutup pelajaran
yaitu untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah
dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : merangkum atau
membuat garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.

4
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasinya. (Jakarta: Prenada Media. 2005), hlm. 25

9
G. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui
satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

H. Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan
komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang
berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.5
Pengelolaan kelas tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan
tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru
dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik
adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.

5
Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rodaskarya. 2010). Hlm. 21

10
Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat :
1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab indbidu Maupun klasikal dalam
berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung.
2. Menyadari kebutuhan siswa
3. Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa

I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 - 8
orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil
dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan
secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.6

J. Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Guru


Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga
pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini
guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang
dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Karena sebagai tenaga profesional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi
tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,

6
Mulyani Sumantri, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung:CV. Maulana, 2001). Hlm. 36

11
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai
empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi
pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik,
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat
kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku
bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun
guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang
dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan,
belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita
mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya
namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua
kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau
tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang
kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih
mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan
yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional.
Sebagai seorang pendidik atau guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar, di
mana keterampilan dasar mengajar itu, adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon
pendidik mampu menguasai keterampilan-keterampilan pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Djamarah Syaiful.2010.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: PT.Rineka
Cipta

Hasibuan dan Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rodaskarya.

Rohani, Ahmad. 2004, Pengelola Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dan Implementasinya. Jakarta: Prenada Media.

Sumantri, Mulyani.2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung:CV. Maulana

Usma, Uzar.2009.Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offest.

14

Anda mungkin juga menyukai