PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan
keaktifan peserta didik dalam belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar, juga
akan tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan
mengajar. Keterampilan-keterampilan ini sudah sepantasnya dikuasai guru.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang
studi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang
kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain,
pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu
melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan
sosial.
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran
dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai
keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi
guru.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan
yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu
1
dikuasi oleh semua guru, baik guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan
tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar
secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang
studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah, yaitu :
1. Apakah pengertian dari keterampilan dasar mengajar ?
2. Apa sajakah jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang dimiliki seorang guru?
3. Mengapa keterampilan dasar mengajar itu penting bagi seorang guru ?
C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan dasar mengajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang
guru.
3. Untuk mengetahui pentingnya keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru.
D. Manfaat
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa calon
guru sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian ketrampilan dasar
mengajar, Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, pentingnya keterampilan dasar mengajar
bagi seorang guru serta dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya
menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian
akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang
banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap,
keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara
optimal.
Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu
proses mengatur dan mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer)
keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya
pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan/kecakapan atau yang
lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama
melalui proses menyampaikan (transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya
terbatas sebagai proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan
saja, sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan
dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen,
atau instruktur, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2)
menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan
dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara membelajarkan siswa.
Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen,
atau instruktur, karena mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja,
akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter,
kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan
yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa
4
kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan
diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan tugasnya.
B. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk
dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di
kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan
sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan
mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga
kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses
pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas : keterampilan bertanya dasar, mempunyai
beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan
usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan adalah:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
2. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
5
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan
itu antara lain:2
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode
ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa
adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa
keinginan dan keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya.
Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif,
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai sumber
informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak
untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini
menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru tidak banyak
dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa
untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan
pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Salah satu ciri dari
pendekatan ini adalah keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
memang perlu dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai
keterampilan bertanya yang mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru hanya berfungsi
untuk menguji pemahaman siswa.
2
Uzar Usma, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offest. 2009). Hlm. 56
6
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap
positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan
kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan
penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya
oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
1. Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya.
2. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh.3
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan
dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
1. meningkatkan perhatian siswa
2. membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
3. memudahkan siswa belajar
4. mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku
yang positif
5. menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
6. memelihara iklim kelas yang kondusif
3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasinya. (Jakarta: Prenada Media. 2005), hlm. 25
7
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
2. Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
3. Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3.bagian , yaitu:
1. Variasi dalam gaya mengajar dapat di lakukan dalam berbagai cara seperti
a. Variasi suara :rendah, tinggi,besar, kecil
b. Memusatkan perhatian
c. Membuat kesenyapan sejenak
d. Mengadakan kontak pandang
e. Variasi kegiatan badan dan mimic
f. Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
2. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran
a. Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
b. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
c. Variasi alat dan bahan yang dapat dimanipulasi
3. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan
keperluan, sedang variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi ,menelaah
materi,latihan atau demonstrasi.
E. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis
untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara
sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok,
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan
seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik
8
oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta
didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan
adalah sebagai berikut:
1. Komponen merencanakan
2. Penyajian suatu penjelasan
3. Pemberian tekanan
4. Penggunaan balikkan
Tujuan keterampilan menjelaskan :
1. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta
menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-
prinsip umum secara objektif dan bernalar.
4
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasinya. (Jakarta: Prenada Media. 2005), hlm. 25
9
G. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui
satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
5
Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rodaskarya. 2010). Hlm. 21
10
Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat :
1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab indbidu Maupun klasikal dalam
berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung.
2. Menyadari kebutuhan siswa
3. Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa
6
Mulyani Sumantri, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung:CV. Maulana, 2001). Hlm. 36
11
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai
empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi
pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik,
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat
kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku
bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun
guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang
dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan,
belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita
mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya
namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua
kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau
tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang
kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih
mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan
yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional.
Sebagai seorang pendidik atau guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar, di
mana keterampilan dasar mengajar itu, adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon
pendidik mampu menguasai keterampilan-keterampilan pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Djamarah Syaiful.2010.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: PT.Rineka
Cipta
Hasibuan dan Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rodaskarya.
14