Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN DAN SOLUSI

“Kepemimpinan”
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Baharuddin S.T, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Indra Wahyudi Simbolon (5191131002)


2. M. Roychani Mushoffa (5191131007)
3. Annisa Harahap (5192431004)
4. Naomi Eventy Fier Sitorus (5193131001)
5. Wahyudi (5193131018)
6. Aprida Valentina Hutagalung (5193331002)

FAKULTAS TEKNIK
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.   “ KEPEMIMPINAN ” ini sengaja di bahas
karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal
mengenai kepemimpinan pendidikan.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak dosen dan teman-teman yang lain untuk
memberikan sarannya kepada penyusun agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 27 Agustus 2019

Tim Penyusun Kelompok. 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................4
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN....................................................................................................4
1.1 Masalah Kepemimpinan Pendidikan.......................................................................................4
1.2 Solusi Masalah Kepemimpinan Pendidikan............................................................................5
BAB 2..................................................................................................................................................7
Kepemimpinan non Pendidikan..................................................................................................7
2.1 Masalah Kepemimpinan non Pendidikan..........................................................................7
2.2 Solusi masalah kepemimpinan non pendidikan......................................................................7

3
BAB 1

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

1.1 Masalah Kepemimpinan Pendidikan


Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan
“manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat
sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan,
kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa
(afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang
sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati,
membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir
ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang
menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga
yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan teknologi.
Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam hal ini manusia
dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga
pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau
komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru
disambut dengan antusias oleh banyak lembaga pendidikan.

Yang kedua, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan


pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis
terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi)
merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan
manusia tercerabut dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita
telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal
yang berbau Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam
“strategi kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu kawasan
penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik internasional.

4
Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan. Melainkan justru hendak
mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia
pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi
kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan
masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya
dan situasi masyarakat lain?

1.2 Solusi Masalah Kepemimpinan Pendidikan

Dalam hal ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat relevan
untuk direnungkan.

Secara garis besar ada dua solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu:

1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan
sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara
lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.

2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa.

Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk


meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping
diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan
sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat


bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang
berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.

5
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya
sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan
pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia
adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek,
sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk
memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka
disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala
permasalahan pendidikan di Indonesia.

6
BAB 2

Kepemimpinan non Pendidikan

2.1 Masalah Kepemimpinan non Pendidikan


Masalah pertama yaitu tidak memiliki waktu untuk anggota tim ,seorang
pemimpin sudah seharusnya mampu untuk memberikan umpan balik atas setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tim mereka. Saat Anda tidak memberikan
umpan balik kepada mereka, maka anggota tim tidak akan mengetahui letak
kesalahan dan tidak akan ada upaya untuk meningkatkan kinerja.

Masalah kedua yaitu tidak memberikan motivasi. Motivasi harus selalu ada
di dalam anggota tim agar mereka bisa bekerja dengan efektif dan mereka sadar
bahwa pemimpin peduli dengan kesejahteraan mereka.Motivasi tidak hanya
tentang finansial saja, sebab ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Bisa dengan
memberikan jam kerja yang fleksibel atau sekedar memberikan pujian untuk
pencapaian yang telah didapatkan.Teruslah menjaga motivasi bekerja para
anggota tim dan menginspirasi mereka untuk bekerja melalui masa-masa sulit.

2.2 Solusi masalah kepemimpinan non pendidikan


Solusi terbaik yang bisa Anda lakukan sebagai seorang pemimpin adalah
teruslah memberikan umpan balik kepada anggota tim, baik itu positif atau
negatif.Atur waktu untuk bertemu dengan semua anggota tim lebih sering dan
biarkan mereka mengetahui apa yang telah mereka lakukan dan bagaimana bisnis
berjalan.

Cara seperti ini akan mendorong anggota tim untuk bekerja lebih keras dari
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai