Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Wawasan Pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sistem pendidikan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Marja, S.Pd.,M.Pd selaku dosen Mata
Kuliah Wawasan Pendidikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat kemampuan yang kami
miliki. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Daftar Isi
ii
2.2 Konsep Pendidikan Nasional .......................................................................................................11
2.2.1 Pengertian Pendidikan .........................................................................................................11
2.2.2 Pengertian Pendidikan Nasional ..........................................................................................11
2.2.3 Pengertian Sistem Pendidikan Nasional ..............................................................................11
2.2.4 Visi dan Misi Sistem Pendidikan Nasional .........................................................................12
2.2.5 Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional .................................................................13
2.2.6 Unsur-unsur Pokok Sistem Pendidikan nasional .................................................................13
2.2.7 Realisasi Sistem Pendidikan Nasional dan Permasalahannya .............................................19
2.3 Kebijakan- Kebijakan Pendidikan di Indonesia ..........................................................................22
2.3.1 Perjalanan Kebijakan Pendidikan di Indonesia ...................................................................24
2.3.2 Basis dan trend Kebijakan Pendidikan Indonesia ................................................................28
2.4 Perbandingan Pendidikan ............................................................................................................31
2.4.1 Pendidikan Negara Indonesia ..............................................................................................32
2.4.2 Pendidikan di Jepang ...........................................................................................................35
2.4.3 Pendidikan di China .............................................................................................................37
BAB 3 ..........................................................................................................................................................41
PENUTUP ...................................................................................................................................................41
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................41
3.2 Saran ............................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................42
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya.
Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mampu untuk menggunakansemua sumber daya
yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Salah satu hal yang perludiperhatikan untuk
meningkatkan pendidikan dari semua sumber dayamanusianya. Tak dapat dielakkan lagi,
pendidikan merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting bagi kehidupan
manusia. Terlebih, pendidikanmerupakan salah satu pilar pernting bagi peradaban sebuah
bangsa. Pendidikandan kemajuan bangsa bagaikan dua sisi mata uang. Keberadaannya
saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Karena itulah, kemajuan sebuah
bangsa,sejatinya tidak pernah lepas dari peranan pendidikan.
Kata sistem dapat diartikan suatu strategi atau cara berpikir, sedangkan kata
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasan belajar agar para pelajar dididik secara aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinyadan masyarakat. Maka,
dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan adalah suatustrategi atau cara yang akan di
pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar
tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang diperlukan
untuk dirinya sendiridan masyarakat.
Setiap negara di dunia ini tentu saja mempunyai sistem pendidikan mereka
sendiri. Sistem pendidikan yang diterapkan sekarang dirasa sudah sesuai dengan kondisi
masyarakat, terutama para peserta didik. Meskipun sudah diterapkan disuatu negara,
bukan berarti sistem pendidikan tersebut tidak memiliki celah dan titik lemah dalam
pelaksanaannya, karena memang tidak ada yang dapat dikatakansempurna. Begitu juga
apabila suatu sistem pendidikan sudah berhasil diterapkan di suatu negara, maka tidak
berarti sistem tersebut juga dapat berhasil jika diterapkan di negara lain.
4
Dari uraian latar belakang di atas, penulis ingin memberikan judul “SISTEM
PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN NEGARA
LAIN”. Penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam tentang judul
tersebut, juga agar hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan
tambahan pengetahuan bagi para pengelola pendidikan serta para pemerhati pendidikan,
demi kemajuan dunia pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dimasa
mendatang.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai hasil dari penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis :
Dapat menambah kazanah pengetahuan yang berguna bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Dari penelitian inidapat ditemukan beberapa pengetahuan
dan keunggulan atau kelebihan Pendidikan di Negara Indonesia dan Negara lainnya.
2. Secara Praktis :
Sebagai masukan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan
secara luas dalam mengimplementasikan kinerjanya dalam dunia pendidikan. Serta
bisa memberikan kontribusi terhadap pengelola lembaga pendidikan sebagai bahan
pengetahuan berkreatifitas mengelola lembaganya.
6
BAB II
ISI
2.1 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk dapat mewujudkan atau membentuk manusia
Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Suatu usaha pendidikan menyangkut
tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan (input), unsur proses usaha itu sendiri (process), dan
unsur hasil usaha (output). Selain ketiga unsur pokok tersebut dalam proses pendidikan ditambah
satu unsur lagi yaitu manfaat (outcome).
Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan satu sama lain
saling berkaitan sehingga merupakan suatu kesatuan yang hidup dan saling menunjang. Dengan
kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan.
7
Suatu sistem dapat berkembang menjadi subsistem yang tidak hanya satu, namun bisa
berkembang menjadi rangkaian subsistem-subsistem yang menginduk pada sistem utama. Hal
tersebut dinamakan proses transformasi sistem dan jika lebih banyak maka disebut serangkaian
proses transformasi sistem. Subsistem adalah komponen yang koheren dan independen dari
sistem yang lebih besar. Jika suatu sistem menjadi bagian dari sistem lain yang lebih besar, maka
sistem yang lebih besar tersebut dikenal dengan sebutan suprasistem
Bila Pendidikan Tinggi merupakan sistem, maka Pendidikan Nasional sebagai suprasistem,
dan penyelenggara pendidikan tinggi seperti Universitas/Institut/Politeknik merupakan
subsistem. Pada masing-masing bagian (subsistem) misalnya politeknik sebagai sistem, maka
pendidikan tinggi sebagai suprasistem dan program studi sebagai subsistem dari sistem
pendidikan politeknik. Secara hirarki, sistem, subsistem dapat diurai sampai memiliki segmen
yang tidak dapat dibenahi lagi menjadi sistem dan sub sistem.
Dalam mengantisipasi realitas global, maka pendidikan kita perlu membenahi beberapa hal,
mengingat, salah satu ciri globalisasi adalah manusia sudah menjadi satu komunitas yang saling
memengaruhi satu dan lainnya. Oleh karena itu berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM)
pendidikan wajib menguasai teknologi informasi (Information Technology/IT). Tidak dapat
dipungkiri bahwa IT merupakan motor penggerak utama arus globalisasi, sekaligus faktor
penting untuk menjaga eksistensi pendidikan di suatu bangsa.
Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang dipolakan untuk
membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami perubahan-perubahan
bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat dalam rangka mengejar
cita-cita hidup baik sejahtera lahir maupun batin.
8
2.1.4 Unsur-unsur Sistem Pendidikan
a) Raw input : individu dengan memiliki karakteristik tertentu yang akan mengalami proses
pendidikan.
b) Instrumental input : segala sesuatu yang sengaja diadakan atau dirancang untuk keperluan
pendidikan (kurikulum, program, pendidik, dst.);
c) Environmental input : berupa lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial;
d) Output : peserta didik yang telah mengikuti proses pendidikan dalam waktu tertentu dan
telah mengalami perubahan tingkah laku dengan kualifikasi tertentu (tujuan pendidikan).
Sistem kependidikan merupakan perangkat sarana yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berkaitan satu sama lain dalam rangka melaksanakan proses pembudayaan masyarakat
yang menumbuhkan nilai-nilai yang sama sebangun dengan cita-cita yang diperjuangkan oleh
masyarakat itu sendiri. Melalui proses pendidikan diperoleh hasil pendidikan. Hasil pendidikan
adalah lulusan yang sudah terdidik berdasarkan/mengacu kepada tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Tujuan pendidikan untuk masing-masing tingkatan pendidikan ditetapkan
berdasarkan kebutuhan dan bermuara ke tujuan pendidikan nasional, yaitu membangun manusia
Indonesia yang seutuhnya.
9
2.1.5 Karakteristik Sistem
Pendidikan dikatakan sebagai sistem juga memiliki beberapa ciri yang juga dimiliki oleh
suatu sistem. Adapun cirinya adalah sebagai berikut:
a) Tujuan pendidikan
b) Fungsi-fungsi: adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya
berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut.
d) Interaksi atau saling berhubungan: semua komponen dalam satu sistem saling berhubungan
satu dengan yang lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Penggabungan yang
menimbulkan jalinan perpaduan.
e) Proses transformasi: semua sistem punya misi untuk mencapai tujuan; untuk itu diperlukan
suatu proses yang memproses masukan (input) menjadi hasil (output).
f) Umpan balik dan koreksi untuk mengetahui masing-masing fungsi terlaksana dengan baik.
g) Daerah batasan dan lingkungan; antara suatu sistem dengan lingkungan sekitar akan terjadi
interaksi.
Selain itu mahasiswa juga memiliki peran penting untuk memahami pendidikan sebagai
suatu sistem sehingga dalam melaksanakan proses belajar akan memperoleh hasil yang maksimal
bila memperhatikan unsur-unsur/bagian-bagian yang sangat mempengaruhi proses pendidikan
(kegiatan belajar mengajar) yang dilakukannya.
10
2.2 Konsep Pendidikan Nasional
11
melalui proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31. Sebagai
konsekuensi dari bunyi UU “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka seluruh komponen bangsa
baik orang tua, masyarakat maupun pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
mewujudkannya.
Menurut UU no.2 thn 1989 yang ditetapkan pada 27-03-1989 BAB I pasal 1
Sistem Pendidikan Nasional : Suatu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
UU No.20 tahun 2003, Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevasi dan efesiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
Terwujudnya sistem pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi :
• Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
12
• Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pegalaman, siakap dan nilai berdasarkan standar
nasional dan global.
1. tujuan,
2. isi atau komponen, dan
3. proses. Kalau
13
berhubungan dan berinteraksi secara terpadu. Suatu sistem (termasuk sistem pendidikan)
dibangun dengan maksud untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu.
Pada tahun 1965, pada saat berada di bawah gelora Manipol/Usdek, rumusan pendidikan
nasional disesuaikan dengan situasi politik pada masa itu. Melalui Keputusan Presiden Repu1ik
Indonesia No. 145 tahun 1965 tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut :
“Tujuan Pendidikan Nasional kita baik yang diselenggarakan oleh pihak Pemerintah maupun
Swasta, dari Pendidikan Prasekolah sampai Pendidikan Tinggi, supaya melahirkan warga negara
Sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat
Sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual dan materiil dan yang berjiwa Pancasila,
yaitu: (a) Ke-Tuhanan yang Maha Esa, (b) Prikemanusiaan yang adil dan beradab, (c)
Kebangsaan, (d) Kerakyatan, (e) Keadilan Sosial seperti dijelas-kan dalam Manipol/Usdek”.
Pada tahun 1973, MPR hasil pemilihan umum menge1uarkan ketetapan No.
IV/MPH/1973 yang dikenal dengan nama Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam
ketetapan tersebut dirumuskan pula tujuan nasional pendidikan yang baru berbunyi sebagai
berikut :
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. oleh karenanya, agar
14
pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing
individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan Pemerintah.
Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber Pancasila dan mencintai bangsanya
dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam dalam Undang-
undang Dasar 1945″.
rumusan tujuan pendidikan nasional yang terbaru dapat dibaca dalam UU No. 20 tahun
2003 Bab II pasal 3 yang menegaskan bahwa :
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Lepas dari segala variasi rumusan tujuan pendidikan yang telah dike-mukakan di atas,
pendidikan nasional merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk membentuk sejumlah
kemampuan manusia dari berbagai tingkat usia dan golongan yang meliputi: kemampuan
kepribadian dan moralitas, kemam-puan intelektual, kemampuan sosial kemasyarakatan,
kemampuan vokasional, kemampuan jasmani dan kemampuan-kemampuan lainnya. Untuk
15
mewujudkan tujuan yang beraneka ragam tersebut diperlukan satuan-satuan dan jalur-jalur
pendidikan yang merupakan komponen-komponen sistem pendidikan nasional. Komponen-
komponen sistem pendidikan nasional tersebut dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu:
Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang bersifat
formal, berjenjang dan berkesinambungan, Dilihat dari jenjangnya, pendidikan sekolah dapat
dibagi menjadi
16
2. Pendidikan Kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu.
3. Pendidikan Luar Biasa, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
4. Pendidikan Kedinasan, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon
pegawai suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah nondepartemen.
5. Pendidikan Keagamaan, pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama.
Pendidikan pada satuan pendidikan ini bisa bersifat informal, formal, maupun formal.
Begitu juga, semua satuan pendidikan harus bekerja secara seimbang dan berinteraksi
satu sama lain dalam suatu kesatuan sistem yang merupakan suatu kebulatan. Misalnya, di
negara kita pendidikan dalam keluarga belum memainkan peranan yang berarti. Padahal
landasan yang ditanamkan dalam keluarga sangat besar pengaruhnya bagi proses pendidikan
anak selanjutnya. oleh karena itu partisipasi keluarga dalam proses pendidikan perlu ditingkatkan
.
1. kurikulum,
17
2. tenaga kependidikan,
3. sumber daya pendidikan dan
4. pengelolaan .
5.
1. Kurikulum
Merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 ). Kurikulum
disusun sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi, potensi daerah, dan peserta didik.
2. Tenaga kependidikan
Merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan pendidikan. Tugas pokok mereka adalah
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga
pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dalam
bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Mereka seharusnya
merupakan orang-orang yang profesional yang menguasai tugasnya dan memiliki dedikasi dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Sumber daya
Berhasilnya suatu satuan pendidikan dalam menunaikan fungsinya perlu ditunjang dengan
penyediaan sumberdaya pendidikan yang meliputi: gedung dan perlengkapannya, sumber belajar
seperti buku-buku dan alat-alat bantu mengajar dan dana yang memadai.
4. Pengelolaan
18
3) Proses Sistem Pendidikan Nasional
Yang dimaksud proses dalam sistem pendidikan nasional adalah mekanisme kerja dalam
bentuk berbagai ketentuan, aturan, maupun prosedur yang memungkinkan seluruh komponen
sistem pendidikan (pendidikan luar sekolah dan pendidikan. sekolah untuk berbagai jenis dan
jenjang) bekerja dan menunaikan fungsi untuk mencapai tujuan yang te1ah ditetapkan. Aturan-
aturan tersebut meliputi aturan-aturan mengenai persyaratan masuk ke dalam suatu jenjang
dan/atau jenis pendidikan, mata ajaran yang dipelajari dan untuk berapa lama dipelajari, buku-
buku yang dipergunakan, prosedur dan tata cara penyelenggaraan pengajaran termasuk metode
mengajar dan sistem evaluasi yang dipergunakan, banyaknya pertemuan dalam satu minggu,
serta sejumlah aturan lain yang menyangkut pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran.
Sering kali komponen-komponen sistem pendidikan yang ada tidak mampu menunaikan
fungsinya dengan baik karena tidak ada aturan yang menuntun proses kerjanya, atau karena
aturan-aturan yang ada kurang memadai atau sering kali berubah-ubah. Oleh karena itu, aturan-
aturan yang bersifat fundamental perlu ditetapkan dalam bentuk ketetapan yang lebih permanen
sifatnya seperti undang-undang atau peraturan-peraturan pemerintah.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang kita anggap sebagai sumber utama gagasan
sistem pendidikan nasional belum genap berusia 1 tahun. Oleh karena itu, mungkin masih terlalu
dini untuk menilai realisasi serta pelaksanaannya di lapangan. Peraturan-peraturan pemerintah
yang memberikan pedoman pelaksanaannya belum disusun. Setelah ketentuan-ketentuan dalam
peraturan-peraturan pemerintah itu disusun barulah dapat dirancang kegiatan-kegiatan
pelaksanaannya. Berdasarkan gambaran di atas, dapat diperkirakan bahwa realisasi pelaksanaan
undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional secara utuh akan masih memerlukan
waktu.
19
Fungsi utama undang-undang ini pada dasarnya adalah sebagai sumber acuan untuk
memulai langkah-langkah pembenahan dalam upaya pendidikan. Masih banyak pekerjaan yang
harus dilakukan untuk membuat hal-hal yang diatur dalam undang ini menjadi suatu kenyataan.
Perlu disadari bahwa UU No. 20 Tahun 2003 tidak mungkin dapat mengatur semua kegiatan
pendidikan yang terjadi di lapangan. Undang-undang pendidikan nasional hanya mampu
memberikan arah, dan memberikan prinsip-prinsip dasar untuk menuju arah tersebut, serta
mengatur prosedurnya secara umum. Realitas pelaksanan pendidikan di lapangan akan banyak
ditentukan oleh petugas yang berada di barisan paling depan, yaitu guru, kepala sekolah dan
tenaga-tenaga kependidikan lainnya.
Pendidikan kita sekarang ini setidak-tidaknya sedang dihadapkan pada empat masalah
besar : masalah mutu, masalah pemerataan, masalah motivasi, dan masalah keterbatasan
sumberdaya dan sumberdana pendidikan.
1) Secara umum pendidikan kita sekarang ini tampaknya lebih menekankan pada akumulasi
pengetahuan yang bersifat verbal dari pada penguasaan keterampilan, internalisasi nilai-nilai dan
sikap, serta pembentukan kepribadian. Di samping itu kuantitas tampaknya lebih diutamakan
dari pada kualitas. Persentase atau banyaknya lulusan lebih diutamakan daripada apa yang
dikuasai atau bisa dilakukan oleh lulusan tersebut.
2) Pola motivasi sebagian besar peserta didik lebih bersifat maladaptif daripada adaptif. Pola
motivasi maladaptif lebih berorientasi pada penampilan (performance) daripada pencapaian
suatu prestasi (achie-vement) (Dweck, 1986), suatu bentuk motivasi yang lebih mengutamakan
kulit luar daripada isi. Ijazah atau gelar lebih dipentingkan daripada substansi dalam bentuk
sesuatu yang benar-benar dikuasai dan mampu dikerjakan.
3) Kualitas proses dan hasil pendidikan belum merata di seluruh tanah air. Masih ada
kesenjangan yang cukup besar dalam proses dan hasil pendidikan di dan di luar , di Jawa dan di
luar Jawa. Pendidikan kita sekarang ini masih belum berhasil meningkatkan kualitas hasil belajar
sebagian besar peserta didik yang pada umumnya berkemampuan sedang atau kurang.
20
Pendidikan kita mungkin baru berhasil meningkatkan kemam-puan peserta didik yang
merupakan bibit unggul.
4) Pendidikan kita sekarang, juga masih dihadapkan pada berbagai kendala, khususnya kendala
yang berkaitan dengan sarana/prasarana, sumberdana dan sumberdaya, di samping kendala
administrasi dan pengelolaan. Admi-nistrasi serta sistem pengelolaan pendidikan kita pada
hakikatnya masih bersifat sentra1istis yang sarat dengan beban birokrasi . O1eh karena itu
persoa1an-persoa1an pendidikan masih sulit untuk ditangani secara cepat, efektif dan efisien.
Apabila kondisi pendidikan seperti ini berlangsung terus dan tidak bisa diubah,
disangsikan apakah bangsa kita dapat bersaing dengan bangsa lain pada masa-masa yang akan
datang . Dalam menghadapi persaingan dalam mengejar keunggulan, khususnya keunggulan
dalam bidang ekonomi, manusia barus bisa ditingkatkan kualitasnya.
Konsep dasar pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional telah dikemukakan.
Demikian pula konteks sejarahnya. Sistem pendidikan nasional mempunyai peranan yang
strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sum-berdaya manusia dimasa yang akan datang.
Upaya pembangunan sistem pendidikan nasional yang dapat diandalkan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya merupakan
suatu usaha besar yang cukup rumit pengaturan maupun pelaksanaannya, akan tetapi mempunyai
fungsi yang sangat vital. Oleh karena itu penanganan masalah pendidikan harus dilakukan secara
21
bersistem, karena tidak pernah akan tuntas kalau dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan
secara individual melalui cara-cara yang bersifat monolitik. Dengan perkataan lain, semua
komponen sistem pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, media ) harus berperan serta.
Namun demikian, agar semua usaha tersebut dapat mencapai tujuannya secara maksimal, usaha-
usaha tersebut perlu diatur melalui suatu strategi nasional yang memiliki landasan yang kuat.
Melihat luasnya tujuan yang ingin dicapai, banyaknya komponen yang terlibat, serta
terbatasnya sarana pendukung dalam proses pelaksanaannya, realisasi sistem pendidikan nasional
tentu saja akan dihadapkan pada berbagai kendala. Namun demikian, landasan sistem
pendidikan nasional telah diletakkan sebagai titik acuan dalam usaha melakukan pembenahan
lebih lanjut.
1. Dalam pembukaan (UUD 1945, antara lain : “ Atas berkat Ramat Tuhan yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan berkebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
22
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan,
serta dengan mewujudkan statu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.”
2. Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional; serta (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.
3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional.
Pendidikan Pasal 1 yang berisi bahwa Standar nasional pendidikan adalah criteria minimal
tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
23
2.3.1 Perjalanan Kebijakan Pendidikan di Indonesia
1. Arah kebijakan Pendidikan tiap era
a. Awal kemerdekaan (1945-1950),
Kebijakan pada era ini lebih kepada semangat menggelorakan ke-Indonesia-an.
Organisasi kementerian yang bernama Kementerian Pengajaran menyiapkan kurikulum
yang berorientasi pada wawasan kebangsaan, sarana prasarana Pendidikan dan jumlah
pengajar.
b. Era Demokrasi Liberal (1951-1959)
Pada periode ini kebijakan pendidikan masih berkutat pada penguatan kebangsaan.
Namun pemikian, pada era inilah dimulai kebijakan Pendidikan yang lebih terarah
dengan terbitnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nomor 4 tahun 1950 yang menjadi
payung hukum legal bidang kependidikan di Indonesia. Implikasi dari Undang-undang
ini, pendidikan dibagi atas Pendidikan kemasyarakatan, Pendidikan agama dan
Pendidikan partikelir (swasta).
c. Era Demokrasi Terpimpin (1959- 1966)
Pada era ini kebijakan Pendidikan sudah mulai meluas dan status Departemen yang
membidangi Pendidikan terbagi atas Menteri Muda Bidang Sosial Kuturil, Menteri
Muda PP dan K serta Menteri Muda Urusan Pengerahan Tenaga Rakyat (Abdullah,
2007). Arah kebijakan Pendidikan yang meluas ini, berimplikasi pada Pendidikan tidak
hanya diurus 1 kementerian saja, namun lebih dari 2 kementerian.
d. Era Orde Baru (1966 – 1998)
Kebijakan di bidang pendidikan di era Orde Baru cukup banyak dan beragam
mengingat orde ini memegang kekuasaan cukup lama yaitu 32 tahun. Kebijakan-
kebijakan tersebut antara lain kewajiban penataran P4 bagi peserta didik, normalisasi
kehidupan kampus, bina siswa melalui OSIS, ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan atau EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, merintis sekolah
pembangunan, dan lain-lain. Pada era ini tepatnya tahun 1978 tahun ajaran baru digeser
ke bulan Juni. Pembangunan infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat pada era
Orde Baru tersebut.
Menteri pendidikan dan kebudayaan di era Orde Baru antara lain Dr. Daud Joesoef,
24
Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, Prof. Dr. Faud Hassan, Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro, dan Prof. Dr. Wiranto Aris Munanda.
e. Era Reformasi (1998 – sekarang )
Pada tahun 1998 Indonesia diterpa krisis politik dan ekonomi. Demonstrasi besar-
besaran di tahun tersebut berhasil memaksa Presiden Soeharto meletakkan jabatannya.
Kabinet pertama di era reformasi adalah kabinet hasil Pemilu 1999 yang dipimpin
Presiden Abdurrahman Wahid. Pada masa ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
diubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional dengan menunjuk Dr. Yahya
Muhaimin sebagai Menteri Pendidikan Nasional.
Pada tahun 2001 MPR menurunkan Presiden Abdurrahman Wahid dalam sidang
istimewa MPR dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai presiden. Di era
pemerintahan Presiden Megawati, Mendiknas dijabat Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc.
Pemilihan Umum 2004 dan 2009 rakyat Indonesia memilih presiden secara langsung.
Pada dua pemilu tersebut Susilo Bambang Yudhoyono berhasil terpilih menjadi
presiden. Selama kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mendiknas
dijabat Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Dan Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh.
Pada tahun 2011 istilah departemen diganti menjadi kementerian dan pada tahun 2012
bidang pendidikan dan kebudayaan disatukan kembali menjadi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan pendidikan di era reformasi antara lain
perubahan IKIP menjadi universitas, reformasi undang-undang pendidikan dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Ujian Nasional (UN), sertifikasi guru
dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pendidikan karakter, dan lain-lain.
Kebijakan kurikulum di bidang Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis. Kurikulum
menjiwai dan mewarnai hampir di seluruh kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa begitu banyak kebijakan Kurikulum yang
diterapkan, gambarannya seperti di bawah ini:
25
Tabel 1. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
26
Tahun Kurikulum Keterangan
berdasarkan pendekatan kompetensi. Walau pun
demikian, kurikulum 2004 menjadi permasalahan
nasional yang krusial karena sebelum kurikulum ini
diimplementasikan secara nasional perkembangan baru
terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia.
27
2.3.2 Basis dan trend Kebijakan Pendidikan Indonesia
1. Pendidikan Multikultural sebagai basis kebijakan pendidikan
Indonesia sebagai bangsa yang multi etnis dan multi kultur memiliki ciri khas dengan
menghargai perbedaan suku, ras, maupun agama. Salah satu ciri khas kebijakan Pendidikan di
Indonesia adalah adanya Pendidikan keagamaan dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi
yang mempersiapkan peserta belajar/didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/ atau menjadi ahli ilmu agama dan terbuka
dengan kompetensi-kompetensi lainnya (Hanafi et al., 2021; Iskandar, 2019; Pratama, 2019).
Pendidikan Keagamaan dewasa ini juga sudah berkembang dengan membuka berbagai program
studi umum dengan nuansa keagamaan seperti program studi S1 Hukum, Ekonomi dll.
Kebijakan Standar Nasional Pendidikan bukan hanya berdampak pada guru dan dosen
sebagai profesional di bidang Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan juga berdampak pada
wilayah Pendidikan Multikultural. Anak-anak dengan akses di pedalaman, di garis depan
wilayah NKRI, daerah tertinggal, etnis minoritas hingga anak dengan kemampuan ekonomi
rendah mendapatkan kesempatan yang sama semenjak ada kebijakan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan. Standarisasi yang ditetapkan “memaksa”
Pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan di sekolah untuk mencapai standar tersebut
melalui instrumen peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagai bangsa yang menghormati Hak Azasi Manusia, Kebijakan Pendidikan juga
mencakup Pendidikan inklusif atau Pendidikan khusus yang merupakan penyelenggaraan
Pendidikan untuk peserta belajar/didik yang memiliki kekhususan tersendiri (intelektual, fisik,
mental dll) yang diselengarakan secara inklusif atau berupa satuan Pendidikan khusus pada
tingkatan dasar dan menengah (Fernandes, 2018; Lukitasari et al., 2017; Rachman, 2020). Di sisi
lain persamaan hak dalam mendapatkan Pendidikan yang layak dari berdasarkan gender juga
sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan (Dida et al., 2021).
Walaupun demikian, pada kenyataannya masih banyak yang harus diperhatikan dalam
kebijakan Pendidikan di Indonesia, seperti; Isu kebocoran dana BOS & BOP yang dapat
mengakibatkan hilangnya akses Pendidikan. Pendidikan Keagamaan yang tidak memperhatikan
standar nasional Pendidikan dan budaya nasional dapat mengakibatkan masuknya paham-paham
28
radikal melalui lembaga-lembaga Pendidikan. Kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat
terhadap kesetaraan gender (Samarakoon & Parinduri, 2015) dan potensi anak-anak disabilitas
(seperti autis) mengakibatkan terkikisnya kesempatan dan hilangnya persamaan hak dalam
mendapatkan Pendidikan yang layak (Daulay, 2021).
2. Keterampilan Abad 21
Dengan memperhatikan The Sixteen 21st Century Skills, dimana the twelve 21st century
skills menekankan pada 16 kemampuan abad 21 yang merupakan serangkaian soft skills yang
hadir untuk menjawab tantangan yang ada di abad tersebut. Adapun 16 kemampuan abad 21
yang dimaksud tersebut meliputi: kemampuan berpikir kritis, kemampuan kreatif, kemampuan
berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari literasi informasi, kemampuan
mengolah angka, kemampuan mengelola keuangan pribadi, kemampuan mencari literasi media,
kemampuan mencari literasi teknologi, kemampuan fleksibilitas, kemampuan memimpin,
kemampuan berinisiatif, kemampuan produktivitas, kemampuan ketahanan diri, kemampuan
menyesuaikan diri dan kemampuan bersosial (Hermawan et al., 2018; Reyna et al., 2017).
29
Pembelajaran keterampilan abad 21 (21st century skills) dapat disintesiskan sebagai
berikut; 1) pembelajaran dan keterampilan inovasi meliputi penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian
masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreativitas dan inovasi, 2) keterampilan literasi digital
meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT, 3) karir dan kecakapan hidup meliputi
fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi sosial dan budaya, produktivitas dan
akuntabilitas, dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling & Fadel dalam Yahya 2018).
Kebijakan ini merupakan respons dari pesatnya perkembangan teknologi, revolusi industri
4.0 dan cara belajar di abad 21 yang kini menjadi arus utama. Kebijakan MBKM didasarkan
pada perkembangan, dimana pekerjaan baik dunia usaha maupun industri kenyataannya tidak
bergantung pada 1 bidang keilmuan saja. Oleh karena itu, mahasiswa dipersiapkan menghadapi
kenyataan bahwa komunikasi dan kolaborasi lintas bidang keilmuan adalah keniscayaan. MKBM
memberikan hak atau kesempatan kepada mahasiswa untuk maksimal 3 semester belajar di luar
program studinya. Hak 3 semester ini boleh sejalur (in line) dengan program studi atau rumpun
dari program studi yang digelutinya saat ini, atau lintas bidang ilmu Program MBKM ini terdiri
dari :
30
Gambaran Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
31
Perbandingan Pendidikan juga merupakan sebuah terjemahan dari istilah “Comparative
Education” yang berarti sebagai sebuah studi yang komparatif (studi perbandingan) tentang
pendidikan. Pada dasarnya berbagai istilah yang digunakan memiliki arti yang sama, yaitu
sebagai sebuah studi perbandingan (studi perbandingan) tentang pendidikan. Atau bisa juga
disebut dengan studi tentang pendidikan yang menggunakan sebuah pendekatan atau metode
perbandingan.
Tujuan dari perbandingan pendidikan ini adalah agar mengetahui perbedaan-perbedaan
dari kekuatan apa saja yang melahirkan bentuk-bentuk sistem pendidikan yang berbeda-beda di
dunia ini. Selain itu, perbandingan pendidikan bertujuan untuk ;
1. Mencari dan menemukan kesamaan maupun perbedaan antara kedua sistem pendidikan
yang dibandingkan,
2. Menganalisa sumber maupun faktor yang menyebabkan kelebihan dari masing-masing
sistem pendidikan yang dibandingkan,
3. Menimbulkan sikap terbuka antara satu pendidikan dengan pendidikan lain,
4. Terjalin sebuah kerja sama satu sama lain untuk mengembangkan sistem pendidikan
masing-masing dan dapat saling membantu dalam memecahkan masalah atau kendala
yang dihadapi masing-masing negara yang pendidikannya dibandingkan.
Tentunya dalam Perbandingan Pendidikan ini sendiri terdapat sebuah metode yang digunakan.
Perbandingan Pendidikan ini dimulai dengan pengamatan tentang sebagian orang asing dan
pendidikan mereka, yang kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah gambaran sistem
sekolah asing. Oleh karena itu akan ditampilkan beberapa perbandingan pendidikan antara
negara Indonesia dengan negara-negara di dunia.
Yang akan dibandingkan pada pendidikan ini adalah tujuan, struktur sistem pendidikan,
manajemen pendidikan, dan ujian masuknya.
32
• memajukan kesejahteraan umum
• mencerdaskan kehidupan bangsa
• ikut melaksanakan ketertiban dunia
Berdasarkan tugas negara yang ketiga yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka hendaknya
rakyat dicerdaskan, dari segala kalangan, baik anak-anak, orang dewasa, maupun orang yang
sudah lanjut usia guna bisa berkembang dengan bebas dan maksimal serta mampu melakukan
realisasi diri baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Selain dalam Undang-undang Dasar 1945, di dalam Pancasila juga membuat sebuah pedoman
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang ditegaskan dalam TAP MPR RI No.
11/MPR/1988 bahwa dasar pendidikan adalah Pancasila. Juga termuat dalam UUSPN No. 20
Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan
yang diselenggarakan atas dasar falsafah hidup bangsa dikenal sebagai sebuah pendidikan
nasional. Adapun tugas Pemerintah yakni bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia untuk menyusun undang-undang yang mengatur tentang pendidikan dan sebagai
hasilnya adalah adanya Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-
undang tersebut, Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan ini sendiri berfungsi sebagai pengembangan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban sebuah bangsa yang bermartabat guna
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi dari peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman serta bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, serta bertanggung jawab
pada setiap perkataan, tindakan, dan perbuatannya.
Struktur Sistem Pendidikan
Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasal 16
disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu :
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi.
• Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar adalah sebuah jenjang pendidikan yang menjadi pijakan bagi jenjang
pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan menengah. Pemerintah pada menerapkan wajib belajar
pendidikan dasar selama 9 tahun, dan setiap warga negara yang berusia tujuh tahun wajib
mengikuti belajar pada jenjang pendidikan dasar tanpa dipungut biaya. Adapun pendidikan dasar
33
berbentuk : Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan bentuk lain yang sederajat
selama 6 tahun. Lalu dapat dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan bentuk lainnya yang sederajat dalam waktu 3 tahun.
• Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah ini merupakan bentuk dari pendidikan lanjutan dari Pendidikan Dasar.
Pendidikan menengah umum biasa terdiri dari : Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), dan bentuk lainnya selama 3 tahun. Selain pendidikan menengah umum, ada juga
pendidikan menengah kejuruan seperti : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah
Kejuruan, atau bentuk lainnya yang sederajat selama 3 tahun.
• Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi ini merupakan jenjang pendidikan setelah Pendidikan Menengah yang
mencakup berbagai program, seperti : Program pendidikan diploma (dua sampai empat tahun),
sarjana (tiga setengah tahun atau lebih), magister (dua tahun atau lebih), spesialis (dua tahun atau
lebih), dan doktor (dua tahun atau lebih), yang biasanya diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Bentuk dari perguruan tinggi ini juga cukup beragam, dapat berbentuk Akademik, Politeknik,
Sekolah Tinggi, Institut, ataupun Universitas. Perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi
dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan ataupun vokasi.
Manajemen Pendidikan
1. Kurikulum
Guna meningkatkan kualitas pendidikan, Indonesia telah banyak melakukan pembaharuan
kurikulum. Jika dilihat pada tahun 2022, Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum
sebanyak 10 kali. Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, dan
yang terakhir Kurikulum 2013. Namun beredar kabar bahwa akan dilakukan pembaharuan
kurikulum yaitu kurikulum 2021.
Kurikulum sendiri menurut UU No. 20/2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai sebuah pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal yang
ingin dicapai oleh penerapan kurikulum ini sendiri adalah karakter, kompetisi, literasi.
34
2. Tenaga Pendidik
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada
pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang dapat dibuktikan melalui ijazah/ sertifikat keahlian yang relevan, yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh Pemerintah. Kualifikasi akademik yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah : (1)
Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1 Pendidikan Dasar. (2) Pendidik
pada jenjang Pendidikan Menengah minimum D-IV atau S1 Pendidikan Menengah. (3) Pendidik
pada jenjang Pendidikan Tinggi minimum S1 untuk program Diploma dan S2 untuk sarjana, dan
S3 untuk program magister dan program doktor.
35
tahun, dimulai pada usia 6 tahun. Tahap selanjutnya adalah pendidikan menengah pertama
selama tiga tahun dan kemudian melanjutkan sekolah menengah atas selama tiga tahun.
Pendidikan di Jepang tidak mengenal percepatan belajar, sehingga semua anak belajar
pada tingkat kelas dan usia yang sama. Pada tingkat menengah, pendidikan dibagi menjadi
pendidikan umum (futsuuka) yang berlangsung di sekolah menengah atas (SMA) dan pendidikan
kejuruan (senmongakka) yang berlangsung di beberapa jenis sekolah dan pendidikan terpadu.
Pendidikan vokasi meliputi perguruan tinggi pelatihan spesialis 13 tahun, perguruan tinggi
pelatihan spesialis umum tujuh tahun (3 tahun pada tingkat menengah, 4 tahun pada tingkat yang
lebih tinggi. satu sama lain (kakusbubakko) berlangsung selama 7 tahun, kemudian Sekolah
Tinggi Teknologi ( Koto senmongako) dengan masa studi 5 tahun (3 tahun di tingkat SMA dan 2
tahun di tingkat universitas) Selain itu, pendidikan vokasi ditawarkan dalam tiga sistem sekolah,
yaitu pendidikan penuh waktu dan kursus paruh waktu .) dan sistem korespondensi (kursus
masing-masing).
Pendidkan tinggi meliputi universitas (daigaku), sekolah tinggi (tanki daigaku) yang
menawarkan program diploma, dan institut teknologi. Program S1 ditempuh selama 4 tahun,
kecuali fakultas kedokteran ditempuh selam 6 tahun. Pendidikan diploma ditempuh elama 2 atau
3 tahun tergantung pada jurusan yang dipilih. Program di beberapa sekolah tinggi menawarkan
berbagai perkuliahan, seperti perkuliahan full time atau part time yang diselenggarakan sore hari
dan korespondensi. Program S2 berlangsung selam 2 tahun dan program S3 berlangsung selama
5 tahun ( dua tahun pertama sebagai pendidikan S2, dan tiga tahun terakhir ditetapkan sebagai
pendidikan S3. Namun dalam fakultas kedokteran, pendidikan S3 dilaksanakan dan berlangsung
selama 4 tahun
Penyelenggaraan pendidikan menengah pertama dibedakan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, ada sekolah yang berlangsung
seharian penuh, ada pula sekolah yang berlangsung setengah hari. Selain itu, ada juga sekolah
yang menyelenggarakan belajar mengajar 3 sesi/hari, yaitu sekolah pagi, siang dan sore, disebut
sanbuseigakko. Sistem sekolah menengah adalah untuk anak-anak yang bekerja di pagi atau sore
hari, terutama anak-anak petani yang tinggal di desa-desa terpencil. Proses belajar berlangsung
dengan nyaman, suasana kekeluargaan tampaknya menjadi salah satu cara untuk mendekati dan
memotivasi anak untuk belajar.
36
Tahun ajaran di Jepang dimulai pada bulan April dan berakhir pada bulan Maret. Tahun
ajaran berlaku untuk semua tingkatan. Pada bulan Maret, orang tua memakai jas hitam ke
sekolah untuk wisuda putra/putri mereka. Pada tanggal 1 April, mereka mengenakan pakaian
berwarna cerah ke sekolah untuk menyaksikan upacara penerimaan siswa baru. Adegan ini
terlihat terbaik karena dimasukkan ke dalam backstory Akura pada bulan April. Seleksi di awal
tahun ajaran ini memiliki arti tersendiri bagi orang Jepang. Bunga sakura yang bermekaran
merupakan simbol suasana hati yang baik dan suasana hati yang baik, diharapkan anak-anak juga
mendapatkan hari pertama sekolah yang baik.
37
ada juga pendidikan dasar politik dan moral. Pendidikan jasmani juga mendapat dukungan yang
besar.
Selain itu terdapat perbedaan untuk kurikulum pada sekolah dasar yang berada di Kota dan juga
yang berada di desa. Siswa yang sekolah dasarnya berada di Kota diwajibkan untuk mempelajari mata
pelajaran olahraga. Sedangkan untuk siswa sekolah dasar yang terdapat di desa terdapat pelajaran
tambahan yaitu pelajaran pertanian selain pelajaran yang inti seperti bahasa China, moral dan
matematika.
2. Tecnical & vacational education
Pendidikan teknik dan kejuruan bisa dikatakan pendidikan menengah yang digolongkan
menjadi dua golongan dantaranya pendidikan menengah akademis dan pendidikan menengah
kejuruan/teknik.
a. Sekolah menengah akademis digolongkan menjadi dua tingkatan yaitu junior (SMP)
dan senior (SMA). Pada tingkat ini, terdapat kelas sains dan sosial kemudian murid-
murid akan memilih untuk mengikuti kelas tersebut. Lulusan tingkat senior ditujukan
untuk masuk dan lulus tes Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Program ini juga
mencakup olahraga dan politik.
b. Sekolah menengah kejuruan atau teknik menawarkan pelatihan yang memenuhi
syarat di bidang pertanian, manajemen, ketenagakerjaan, dan teknik yang
berlangsung selama 2 hingga 4 tahun. Dalam melatih siswanya, sekolah teknik
menawarkan program 4 tahun. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja terlatih.
c. Pendidikan khusus, pada setiap negara pastinya terdapat anak-anak yang terbelakang
ataupun berkemampuan khusus, maka dari itu China mempunyai pendidikan khusus.
Anak-anak yang mempunyai kemampuan khusus akan diperbolehkan untuk naik
kelas. Sedangkan dalam mencapai kemampuan standar minimum ditujukan bagi
anak-anak dengan kemampuan terbatas.
3. Higher education
Selama lebih dari 10 tahun pendidikan China terus berkembang dan mengalami banyak
reformasi. Pendidikan tinggi China menawarkan program akademik dan kejuruan. Banyak
universitas dan kolese di China yang memiliki kualitas dan tingkatan yang sangat bervariasi.
Pendidikan tinggi China diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berbeda diantaranya
jenjang pertama, jenjang kedua dan jenjang ketiga (Koranyogya, 2018). Jenjang pertama
38
terbagi menjadi Dazhuan dan Benke. Dazhuan adalah jenjang D2 atau D3, sejenis pendidikan
tinggi profesional yang ditujukan untuk memasuki pasar tenaga kerja. Sedangkan Benke S1
atau D4. Tingkat kedua disebut Shuoshi, yaitu tingkat pelatihan master (S2), seseorang dapat
masuk setelah lulus dari tingkat Benke. Jenjang ketiga disebut Boshi, yaitu jenjang
pendidikan doktor (S3).
Sistem ujian masuk perguruan tinggi di China disebut Gaokao. Pilihan universtas bagi
mahasswa China ditentukan berdasar hasil tes Gaokao. Apabila lulus, siswa bisa melanjutkan
dan memulai studi yang berlangsung selama 4 tahun atau lebih. Apabila siswa dinyatakan
tidak lulus, maka siswa akan dialhkan ke pelatihan vakasional berlangsung selama 2 atau 3
tahun, serta dalam kasus terburuknya bisa juga bagi yang tidak lulus akan dikeluarkan dari
sistem Universitas China.
4. Adult education (Non Formal)
Sejak tahun delapan puluhan abad ke20, China telah menerapkan dua strategi penting
"membuka dunia luar" dan "berfokus pada konstruksi ekonomi". Untuk memenuhi
permintaan modernisasi terhadap pekerja yang kompeten dan bakat khusus di berbagai
bidang, pemerintah China telah mementingkan pengembangan pendidikan orang dewasa dan
membuat serangkaian kebijakan penting untuk mempromosikan pengembangan pendidikan
orang dewasa di Tiongkok.
5. Pendidikan literasi (Non Formal)
China mengembangkan keaksaraan dengan tujuan memberantas buta huruf dan pada
tahun 1996, tingkat melek huruf adalah 82%. Sampai saat ini, tambahan empat puluh dua,
lima juta orang buta huruf di China telah terdaftar.
39
Negara China, mereka mempunyai sistem pendidikan yang fleksibel serta lebih
menekankan sekolah untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada diri siswa supaya dapat
belajar dengan nyaman sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dimana sistemnya terdiri
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah atau kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan
dewasa, dan pendidikan literasi. Adapun dalam sistem pendidikannya, mereka tidak hanya
memperhatikan potensi dan pengembangan pada siswanya akan tetapi tenaga
pengajarnya juga sangat diperhatikan baik dari kualitas maupun kesejahteraannya. Serta negara
China mempunyai dasar hukum dalam menjaga kestabilan sistem pendidikannya.
40
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbandingan pendidikan adalah ilmu yang membahas masalah-masalah sistem
pendidikan dan pengajaran yang ada dalam suatu negara serta teori-teori pendidikan yang
diterapkan dalam kehidupan masyarakatnya sebagai landasansistem pendidikan.
Perbandingan pendidikan merupakan suatu studi tentang teori dan praktek
pendidikan dari masa ke masa yang ada dalam beberapa negara denga nmaksud
memperluas pandangan pengetahuan sebagai bahan perbandingan siapa tahu sistem dari
beberapa negara tersebut dapat diterapkan dalam negara sendiri melalui penelitian dan
pertimbangan demi terwujudnya pendidikan yang bersifat manusiawi
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan yang sedang di
anut Indonesia masih rendah jika dipandang dari segi kualitas. Sistem pendidikan yang
baik adalah sistem pendidikan yang sesuai dan fleksibel terhadap kondisi masyarakat.
Indonesia harus mampu untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan dengan memperbaiki
sistem pendidikannya saat ini. Dalam hal ini, memperbaiki bukan berarti harus meniru
sistem pendidikanyang dianut oleh negara yang berhasil dengan sistem pendidikannya.
Sistem pendidikan yang dilakukan di Jepang dan China yang dikenal sangat berhasil di
negara mereka belum tentu juga dapat berhasil diterapkandi Indonesia.
3.2 Saran
Dalam rangka perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, maka Indonesia dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengevaluasi segala aspek yang ada pada sistem pendidikan yang sedang diterapkan.
2. Mengubah dan memperbaiki komponen-komponen yang ada pada sistem pendidikan
yang akan diterapkan.
3. Menerapkan kebijakan-kebijakan dari sistem negara lain yang lebih unggul dalam
segi pendidikannya, yang juga dirasa sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesi
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (2007). Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Sepanjang Sejarah (Suatu Tinjauan Kritis
Filosofis). In Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Vol. 13, Issue 66, p. 340).
https://doi.org/10.24832/jpnk.v13i66.354
http://wwwmatahariku-ul-imut.blogspot.com/2012/03/pengertian-fungsi-dan-tujuan.html
https://kbbi.lektur.id/perbandingan
https://lp3.unitri.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/PKT.-01.-Pendidikan-Sebagai-Sistem.pdf
https://slideplayer.info/slide/3138360/
https://slideplayer.info/slide/4867357/
https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/sejarah-kemdikbud
42
Widisuseno, I. (2018). Pola budaya pembentukan karakter dalam sistem pendidikan di
Jepang. Kiryoku, 2(4), 221-230.
43