Anda di halaman 1dari 24

KONSEP PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi nilai UTS Landasan Kependidikan


Dosen Pengampuh : Dr.Lukman El Hakim, M.Pd.

Disusun Oleh :
NAMA : EPHI PHANI TAMPUBOLON
NIM : 1301620008
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmatdan
karunia- Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah “ Konsep Pendidikan ” ini tepat pada
waktunya.
Makalah Konsep Pendidikan ini disusun guna untuk memenuhi nilai Ujian Tengah
Semester mata kuliah Landasan Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, saya berharap
makalah ini dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi khalayak yang membutuhkan.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Lukman El Hakim
selaku dosen pengampuh mata kuliah Landasan Pendidikan karena tugas makalah yang diberikan
ini membuat wawasan saya semakin bertambah dan juga mengasah kemampuan saya dalam
bidang menulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga saya khususnya saudara
saya karena sudah memberikan saya waktu yang lebih dalam menyelesaikan penulisan makalah
“Konsep Pendidikan” ini. Saya juga berterima kasih kepada teman – teman saya Cosecan Dwidasa
Pendidikan Matematika 2020 Universitas Negeri Jakarta karena sudah mendukung dan
menyemangati saya dalam proses penulisan makalah “Konsep Pendidikan” ini. Terakhir saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu atas
pengertian dan pertolongan yang diberikan kepada saya selama penulisan makalah “Konsep
Pendidikan” ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dari makalah “Konsep Pendidikan” yang saya
selesaikan ini. Saya menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

I.I Latar Belakang ................................................................................................................. 1

I.II Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

I.III Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

I.IV Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II............................................................................................................................................. 3

II.I Pengertian Pendidikan ........................................................................................................... 3

II.II Komponen – Komponen Pendidikan ................................................................................... 7

II.III Jenis Jenis Pendidikan ...................................................................................................... 11

II.IV Pilar Pendidikan ............................................................................................................... 14

BAB III ......................................................................................................................................... 20

III.I Kesimpulan ........................................................................................................................ 20

III.II Saran ................................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, pendidikan dapat
terjadi apabila adanya interaksi secara langsung antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi
tersebut dapat terjadi ketika saat diadakannya proses belajar mengajar secara langsung di sekolah.
Dalam proses pembelajaran pendidik atau guru memegang peranan yang sangat penting dalam
mengembangan potensi peserta didik.
Dalam Bahasa Yunani pendidikan adalah ilmu menuntun anak, berasal dari kata ‘pedagogi’,
yaitu dari kata ‘paid’ yang artinya anak dan ‘agogos’ yang artinya membimbing. Sementara dalam
bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata ‘educare’ yaitu mengeluarkan dan menuntun
tindakan, dan merealisasikan potensi anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, seperti proses, cara, pembuatan
mendidik.
Setiap negara mempunyai konsep pendidikan yang berbeda beda sesuai alasan dan dasar
pemikiran mereka terhadap sistem pendidikan masing-masing. Seperti halnya sistem pendidikan
di Indonesia sebagai mana tercantum dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Berdasarkan Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa , dan negara. Dari
pernyataan, dapat diartikan bahwa pendidikan dilakukan secara sadar oleh peserta didik dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sekolah memiliki peranan penting dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk menciptakan warga negara yang
berkomitmen dalam masyarakat. Dan juga, proses pembelajaran hendaknya tidak lagi menjadi
wahana mengajar ( teaching ) tetapi lebih diarahkan sebagai wahana belajar ( learning ), karena
pembelajaran di sekolah merupakan proses pendewasaan dari peserta didik. Wahana belajar
dituntut harus lebih menyenangkan dan mencerdaskan peserta didik. Oleh karena itu, peran guru
sangat penting dalam hal mengembangkan pola pikir dan mengubah sikap peserta didik. Caranya

1
adalah dengan mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran baik
lingkungan, situasi dan kondisi peserta didik.

I.II Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pendidikan?
2. Apa saja komponen - komponen pendidikan?
3. Apa saja jenis jenis pendidikan?
4. Apa saja yang menjadi pilar pendidikan?

I.III Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian pendidikan
2. Mengetahui komponen – komponen pendidikan
3, Mengetahui jenis – jenis pendidikan
4. Mengetahui pilar pendidikan

I.IV Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai pendidikan dan hal hal penting di dalamnya yang
harus dilaksanakan guna memperoleh hasil yang maksimal dalam lingkungan masyarakat.

2. Bagi Pembaca
Menambah wawasan pembaca mengenai pendidikan dan hal hal penting di dalamnya
yang harus dilaksanakan guna memperoleh hasil yang maksimal dalam lingkungan masyarakat.
Serta menambah referensi pembaca terkait makalah konsep pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Pendidikan
Secara universal, pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengembangkan
keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
warga negara yang baik dengan tujuan untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi, dan
konasi seseorang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, seperti proses, cara, pembuatan mendidik. Menurut Ensiklopedi
Wikipedia, “education is a social science that encompasses teaching and learnings pecific
knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning "to
raise", "to bring up", "to train", "to rear", via"educatio/nis", bringing up, raising. Pendidikan
adalah ilmu sosial yang meliputi ajaran dan pengetahuan khusus, keyakinan, dan keterampilan.
Kata pendidikan ini berasal dari bahasa Latin "Educare" berarti "untuk meningkatkan", "untuk
membuka", "untuk melatih", "ke belakang", melalui "educatio/nis", membesarkan, meningkatkan.
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut beberapa bahasa, pengertian pendidikan adalah sebagai berikut
 Bahasa Yunani. Pendidikan berasal dari kata “Pedagogi”, yaitu dari kata “paid” artinya anak
dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai
“ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
 Bahasa Romawi. Pendidikan berasal dari kata “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun,
tindakan, merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
 Bahasa Jerman. Pendidkan berasal dari kata “Erziehung” yang setara dengan “educare”, yaitu:
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.

3
 Bahasa Jawa. Pendidikan berasal dari kata “panggulawentah” (pengolahan), mengolah,
mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Menurut beberapa ahli, pengertian pendidikan dijabarkan sebagai berikut.
 Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah segala daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
 Darmaningtyas mengatakan, pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik.
 Paulo Freire menjelaskan, pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen
dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan
pembebasan mereka, yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas
tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.
 Menurut Prof. Dr. John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan
adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan
kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
 Menurut Prof. Herman H. Horn, pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi
bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada
Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari
manusia.
 Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi.
Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat.
 Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap
pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu
keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

4
 Asram, Sudianto berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang
dilakukan baik formal maupun nonformal dan menjadi tanggung jawab semua orang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
 Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007 memberikan definisi pendidikan adalah berbagai
upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur
moral mereka.
 Menurut Ruseu, pendidikan adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-
kanak, akan tetapi dibutuhkan waktu dewasa.
 Menurut Riarkara, pendidikan adalah kemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia
muda ke arah insani.
 Ahmad Manimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan, atau pimpinan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.

Dari berbagai perspektif, pengertian pendidikan disimpulkan sebagai berikut.


 Pedagogik
Pedagogik berasal dari kata Yunani paid yang berarti anak dan agogos yang berarti memimpin.
Sedangkan akhirnya - ik menunjukkan ilmu. Manusia selalu tumbuh berkembang di mana
perkembangan rohani (terutama), bukan sekedar proses alamiah belaka. Perkembangan ini
memerlukan pimpinan dan bimbingan yang disebut pedagogik atau pendidikan. Dari pengertian
inilah sebenarnya timbul istilah pendidikan atau pedagogik.
Pendidikan harus ada pada tiap proses kehidupan anak atau manusia. Hal lain yang
mengharuskan pendidikan itu ada pada tiap proses kehidupan manusia adalah bahwa pada
hakekatnya manusia itu mempunyai prinsip ketergantungan satu sama lain, saling memberi
bantuan, tolong menolong, yang bukan hanya terjadi pada anak tetapi juga pada orang dewasa.
Hakikat ini tidak hanya menyangkut pada salah satu segi kehidupan manusia, tetapi meliputi
berbagai segi, antara lain sosial, ekonomi, kesehatan. Oleh karena itu manusia, baik sebagai
individu, kelompok ataupun masyarakat, dalam usaha mencapai kesehatan yang optimal juga
memerlukan bantuan pendidikan ini.

5
 Psikologi
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan
“logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa
atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni
adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu
jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan objek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji
adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
 Sosiologi
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi
muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga
sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan
pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan
pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan
bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan
harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
 Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup manusia , Pendidikan dari sisi
antropologisnya berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat yang dapat menciptakan
perubahan sosial. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para pengambil kebijakan
pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian .
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan
pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh
melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam

6
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki
fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan,
yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian
yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk
melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
 Ideologi/politik
Pendidikan berasal dari ide ide para ahli yang membuat konsepsi konsepsi ide tentang
pendidikan yang dijadikan acuan dalam proses kenyataannya untuk diterapkan melalui
kehidupan dengan mengacu pada ide ide dari konsep yang dibuat oleh para ahli dalam
pendidikan .
ideologi besar yang cukup berpengaruh, dengan varian masing-masing yaitu pertama, ideologi
konservatif dengan variasi: fundamental, intelektualisme, dan konservatisme; kedua, ideology
liberalisme dengan variasi: liberalisme, liberasionisme, dan anarkisme. Kemudian dengan juga
ideologi klasik seperti kapitalisme, sosialisme, dan nasionalisme
 Ekonomi
Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap
sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan
memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut
tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang
bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan
Barat yang sekular.

II.II Komponen – Komponen Pendidikan


Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-
bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan
tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen yang

7
memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri
dari 6 komponen, yaitu :

1. Tujuan Pendidikan
2. Peserta Didik
3. Pendidik
4. Metode Pendidikan
5. Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
6. Lingkungan Pendidikan
7. Alat dan Fasilitas Pendidikan

Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut.


1. Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan.
Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan
terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normative
dan praktis.
a. Ilmu pengetahuan normatif
Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma
atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.[
b. Ilmu pengetahuan praktis
Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah
laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu.
Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan
dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
2. Peserta Didik
Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep
pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak

8
pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang
dewasa.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis
pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidik
di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong
pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik
dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk kategori pendidik
adalah sebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana
dikemukakan oleh syaifullah yaitu, manusia yang memiliki pandangan hidup yang pasti dan tetap,
manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu termasuk cita-cita untuk
mendidik.
b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama yang berlandaskan pada
hubungan cinta kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang
memikirkantentang pendidikan.
c. Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas
dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru
sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari
tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan
(profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang
ingin disampaikan maupun cara penyampainnya dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

9
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan
sebagai pendidik tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia,
yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4. Metode Pendidikan
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
a. Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembangan manusia semata-
mat ditentukan oleh faktor luar manusia. Metode ini menimbulkan sikap dictator dan otoriter,
pendidik yang menentukan segalanya.
b. Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu
sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar ada pada diri manusia.
Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap
perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas.
c. Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung
pada faktor dari dalam dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini tampak bahwa
pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
5. Isi Pendidikan/Materi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum
dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama,
pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini
didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi

10
pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen pendidikan yang lain.
7. Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, dengan adanya
fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan
pendidikan akan mudah dicapai. Misalnya laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya,
internet dll.

II.III Jenis Jenis Pendidikan


 Jenis pendidikan berdasarkan jalurnya
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah
TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya
kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab

 Jenis pendidikan berdasarkan jenjangnya


Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
1. Pendidikan Anak Usia Dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

11
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
2. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) yaitu Sekolah
Dasar (SD) selama 6 tahun dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun.
Pendidikan dasar merupakan Program Wajib Belajar.
3. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, yaitu
Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 3 tahun waktu tempuh pendidikan.
4. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi.

Berikut dijabarkan jenis pendidikan berdasarkan jenjangnya dan usia yang mungkin untuk
mengikuti pendidikan tersebut di Indonesia.
1. Pendidikan Anak Usia Dini
Kelas Usia
Kelompok Bermain 4
Kelompok A 5
Kelompok B 6

2. Sekolah Dasar
Kelas Usia
Kelas 1 7
Kelas 2 8
Kelas 3 9
Kelas 4 10

12
Kelas 5 11
Kelas 6 12

3. Sekolah Menengah Pertama


Kelas Usia
Kelas 7 13
Kelas 8 14
Kelas 9 15

4. Sekolah Menengah Atas/Kejuruan


Kelas Usia
Kelas 10 15
Kelas 11 17
Kelas 12 18

5. Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas
Kelas Usia
Sarjana Berbagai usia (selama kurang lebih 4
tahun)
Magister Berbagai usia (selama kurang lebih 2
tahun)
Doktor Berbagai usia (selama kurang lebih 2
tahun)

 Jenis pendidikan berdasarkan tujuannya


1. Pendidikan Umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

13
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya
adalah sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah kejuruan ini memiliki
berbagai macam spesialisasi keahlian tertentu.
3. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional.
4. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang
diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
5. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama.
6. Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah
luar biasa/SLB).

II.IV Pilar Pendidikan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai “tiang penyangga”
(terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris berarti pillars (sama artinya dengan
pilar dalam bahasa Indonesia). Pilar merupakan penopang atau penyangga dalam sebuah bangunan
yang membuat bangunan itu dapat berdiri dengan kukuh.Eksistensi pilar dalam berbagai hal bisa
dikatakan sangat penting peranannya sebagai penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity).

14
Bangunan atau rumah berangkat dari pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri
kokoh dan tidak mudah roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.
Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting, eksistensinya
seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll. Adapun maksud dari pembahasan pilar-
pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendidikan ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui
pola belajar yang bervisi ke depan dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan.Dalam
pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar
untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran
(belajar-mengajar). Belajar juga dikatakan sebagai key term (kata kunci) paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan enam pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa
depan.
a. Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang
dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know), berkaitan
dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk mengetahui oleh
UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari eksistensi manusia. Hal ini sesuai dengan
penegasan Jacques Delors (1966) sebagai ketua komisi penyusun laporan Learning: The Treasure
Within, yang menyatakan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai cara
(Means) dan pengetahuan sebagai hasil atau tujuan (End).
Belajar untuk mengetahui berimplikasi terhadap diakomodasikannya konsep belajar tentang
bagaimana belajar (Learning how to Learn), dengan mengembangkan seluruh potensi konsentrasi
pembelajar, keterampilan mengingat dan kecakapan untuk berpikir. Sesuai fitrahnya, sejak bayi,
anak kecil harus belajar bagaimana berkonsentrasi terhadap suatu objek dan orang-orang lain.
Pengembangan keterampilan mengingat adalah suatu wahana yang unggul untuk
menanggulangi aliran yang berlimpah dari informasi instan yang disebarluaskan oleh banyak
media pada saat ini. Berbahaya jika kita berkesimpulan bahwa arus informasi yang luar biasa
banyaknya ini tidak perlu ditanggulangi dengan peningkatan keterampilan dalam mengingat.

15
Kecakapan manusia dalam memorisasi ini tidak boleh direduksi semata oleh hadirnya proses
automatisasi, tetapi harus selalu dikembangkan secara hati-hati.
Sementara itu, berpikir terkait sesuatu yang dipelajari anak, mula-mula dari orang tuanya,
kemudian dari para gurunya. Proses berpikir ini harus terkait dengan keterampilan menguasai
penyelesaian masalah praktis maupun pengembangan pemikiran abstrak. Oleh sebab itu,
pembelajaran sebagai praktik pendidikan harus mampu memandu siswa untuk menguasai secara
sinergis penalaran deduktif sekaligus penalaran induktif.
Belajar untuk berpikir merupakan pembelajaran sepanjang hayat, seseorang yang selalu siap
belajar untuk berpikir, selama hidupnya tidak akan mengalami kebosanan karena menghadapi
keniscayaan rutinitas.
b. Learning to do
Konsep learning to do terkait bagaimana kita mengadaptasikan pendidikan sehingga mampu
membekali siswa bekerja untuk mengisi berbagai jenis lowongan pekerjaan di masa depan?.
Dalam hal ini pendidikan diharapkan mampu menyiapkan siswa berkaitan dengan dua hal.
Pertama, berhubungan dengan ekonomi industri, dimana para pekerja memperoleh upah dari
pekerjaannya. Kedua, suatu usaha yang kita kenal sebagai wirausaha, para lulusan sekolah
menyiapkan jenis pekerjaannya sendiri dan menggaji dirinya sendiri (Self Employment). Suatu hal
yang patut dicatat dan diimplikasikan dengan baik dalam kurikulum pembelajaran di sekolah, sejak
paruh kedua abad ke-20 yang lalu telah ada pergeseran besar dalam dunia industri. Jika dulu lebih
berfokus kepada pekerjaan fisik di lingkungan manufaktur, maka saat ini justru yang banyak
berkembang yaitu layanan jasa. Pekerjaan ini semakin dibutuhkan dengan berkembang pesatnya
teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini berarti, Pendidikan membekali manusia tidak sekedar
untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Belajar untuk bekerja, Learning to do adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan
kompetensi kerja. Pada perkembangannya, Dunia Usaha/Dunia Industri menuntut agar setelah
lulus, para siswa pembelajar siap memasuki lapangan kerja, sehingga seharusnya ada link and
match antara sekolah dengan dunia usaha. Maknanya, sekolah wajib menyiapkan berbagai
keterampilan dasar yang diperlukan untuk siap bekerja. Keterampilan dan kompetensi kerja yang
harus dikuasai siswa, sejalan dengan tuntutan perkembangan dunia industri yang semakin tinggi.,

16
tidak sekedar pada tingkat keterampilan kompetensi teknis bahkan sampai dengan kompetensi
profesional.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do”
(belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak
dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung
pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk
menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan semata.
c. Learning to be
Belajar untuk menjadi manusia yang utuh (Learning to be), mengharuskan tujuan belajar
dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa sehingga pembelajar menjadi manusia yang
utuh. Manusia yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara
optimal dan seimbang, baik aspek ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik,
maupun moral. Seimbang dalam kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial
dan kecerdasan spritualnya. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan individu-individu yang
banyak belajar dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Dalam kaitan itu mereka
harus berusaha banyak meraih keunggulan (Being Excellnce).
Keunggulan diperkuat dan ditunjang oleh moral yang kuat (being Morality). Moral yang kuat
wajib ditunjang oleh keimanan inilah yang diharapkan mampu memandu pembelajar untuk belajar
menghargai orang lain.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri
(learning to be). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan,
tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal: bagi siswa yang agresif, akan
menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi
siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat
diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri.
Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi
orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

17
d. Learning to live together
Belajar untuk hidup bersama, (Learning to live together) mengisyaratkan keniscayaan
interaksi berbagai kelompok dan golongan dalam kehidupan global yang dirasakan semakin
menyempit akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Komunikasi antar manusia di
antara kedua belahan dunia kini sudah dalam hitungan detik. Agar dapat berinteraksi,
berkomunikasi, saling berbagi, bekerja sama dan hidup bersama, saling menghargai dalam
kesetaraan, sejak kecil anak-anak sudah harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama.
Anak-anak harus banyak belajar dari hidup bersama secara damai, apalagi di alam Indonesia yang
multikultur dan multietnik sehingga mereka biasa bersosialisasi sejak awal (Being Sociable).
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya
sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama.
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan
sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan
orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning
to live together). Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan
kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan
kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan
masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
e. Learning how to learn
Sekolah boleh saja selesai, tetapi belajar tidak boleh berhenti. Pepatah, “Satu masalah
terjawab, seribu masalah menunggu untuk dijawab”, seakan sudab menjadi hal yang tidak bisa
dihindarkan dalam kehidupan yang serba modern ini. Oleh karena itu, Learning How to Leam akan
membawa peserta didik pada kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat belajar
yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan penuh percaya diri, karena masyarakat
baru adalah learning society atau knowledge society. Orang-orang yang mampu menduduki posisi
sosial yang tinggi dan penting ada¬lah mereka yang mampu belajar lebih lanjut.

Learning How to Learn memerlukan model pembelajaran baru, yaitu pergeseran dari model
belajar “memilih” (menghafal) menjadi model belajar “menjadi” (mencari/meneliti). Asumsi yang
digunakan dalam model belajar “memiliki” adalah “pendidik tahu”, peserta didik tidak tahu. Oleh

18
karena itu, pendidik memberi pelajaran, peserta didik menerima. Yang dipentingkan dalam model
belajar “memiliki” ini adalah penerima pelajaran, yang akan menerima sebanyak-banyaknya,
menyimpan selama-lamanya, dan menggunakannya sesuai dengan aslinya serta menurut instruksi
yang telah diberikan. Sebaliknya, pada proses belajar “menjadi”, peserta didik sendiri yang
mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya, sedang pendidik
dituntut membimbing, memotivasi, memfasilitasi, memprovokasi, dan memersuasi.
f. Learning throughout learn
Perubahan dan perkembangan kehidupan berjalan terus menerus yang semakin keras dan
rumit. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali harus belajar terus menerus sepanjang hayat.
Learning Throughout Life ini menuntun dan memberi pencerahan pada peserta didik bahwa ilmu
bukanlah hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan atau hasil pencarian manusia.
Karena ilmu adalah ilmu Tuhan yang tidak terbatas dan harus dicari, maka upaya mencarinya juga
tidak mengenal kata berhenti.
Bertolak dari butir-butir tersebut, gagasan paradigma baru pendidikan Indonesia dalam abad
mendatang adalah: pertama, mengubah dan mengembangkan paradigma lama menjadi paradigma
baru. Tinggalkan yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan kondisi terkini. Kembangkan nilai-nilai
lama yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan, dan ciptakan pandangan baru yang sesuai dengan
kebutuhan atau tantangan zaman. Termasuk di sini adalah perubahan pendekatan dalam
pendidikan yang sentralistik dan segregatif, serta mewujudkan pendidikan masa depan dan
nasional menuju terwujudnya suatu masyarakat dunia yang damai. Pendidikan untuk perdamaian
dunia hanya mungkin terwujud di dalam sua¬tu pendidikan yang dimulai di dalam masyarakat
lokal yang berbudaya.
Kedua, perlunya perubahan metode penyampaian materi pendidikan. Metode yang kita
gunakan selama ini rasanya terlampau banyak menekankan penguasaan informasi untuk
menyelesaikan masalah. Akibatnya, kita hanya mengutamakan manusia yang patuh dan kurang
memikirkan terbinanya manusia kreatif. Ketiga, paradigma pendidikan agama yang eksklusif,
dikotomis, dan parsial harus diubah menjadi pendidikan yang inklusif, integralistik, dan holistis.

19
BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengembangkan keterampilan,
kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik dengan tujuan untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi, dan konasi seseorang.
Melalui pendidikan, seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat bertanggung jawab
dalam lingkungannya.
Pendidikan dapat terwujud jika setidaknya terdapat enam komponen pendidikan di
dalamanya seperti tujuan, peserta didik, pendidik, metode pendidikan, isi pendidikan/materi
pendidikan, lingkungan pendidikan, alat dan fasilitas pendidikan. Pendidikan memiliki berbagai
jenis baik berdasarkan jalurnya, jenjangnya dan tujuan pendidikannya. Pendidikan juga memiliki
enam pilar pendidikan yang digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam melaksanakan
pendidikan tersebut yang tentunya akan menghasilkan output (hasil) yang maksimal jika
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan aturan.

III.II Saran
Pendidikan yang merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan sebaiknya
dapat terlaksana dengan baik agar menghasilkan keluaran yang maksimal. Pendidikan
mempengaruhi kemajuan bangsa karena melalui pendidikanlah generasi selanjutnya membentuk
kepribadian dan karakter yang tentunya akan berpengaruh terhadap masa depan. Generasi
selanjutnya merupakan calon pemimpin masa depan yang akan memimpin bangsa.
Dalam pendidikan diharapkan hubungan antar pendidik dan peserta didik berlangsung
dengan baik dan aktif. Pendidikan yang aktif akan memberikan pembelajaran yang lebih berkesan
pada peserta didiknya. Pendidikan Indonesia diharapkan dapat semakin meningkatkan sumber
daya manusia dan menciptakan pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://afniatii.blogspot.com/2014/05/pilar-pilar-pendidikan.html. (n.d.).

http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/13/komponen-komponen-pendidikan/. (n.d.).

http://eprints.ums.ac.id/33985/3/BAB%20I.pdf. (n.d.).

http://eprints.ums.ac.id/33985/3/BAB%20I.pdf. (n.d.).

http://eprints.uny.ac.id/8043/2/bab%201%20%20-%2007404241026.pdf. (n.d.).

http://erinutami.blogspot.com/2014/11/pilar-pilar-pendidikan.html. (n.d.).

http://izzazhoetd.blogspot.com/2011/12/komponen-komponen-pendidikan.html. (n.d.).

http://mettaadnyana.blogspot.com/2014/06/pilar-pendidikan.html. (n.d.).

http://riskaworldjam.blogspot.com/2018/03/makalah-pilar-pilar-pendidikan-dan.html. (n.d.).

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia#Jalur_pendidikan. (n.d.).

https://www.academia.edu/11111396/Landasan_pendidikan_dari_berbagai_perspektif. (n.d.).

https://www.academia.edu/34904731/Makalah_Pengantar_Pendidikan. (n.d.).

21

Anda mungkin juga menyukai