Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

DOSEN PEMBIMBING:
Rita Zubaida M.Pd.I

DISUSUN OLEH
Nama : Hamidah
NIM : 19.017.86231

STAI MAMBA’UL ULUM JAMBI

2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT. Makalah tentang “Konsep


Pembiayaan Pendidikan” ini dapat kami selesaikan untuk para pembaca yang
budiman. Secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberi masukan yang sangat berharga baik dalam tahap rancangan
maupun hasilnya nanti.
Akhirnya tegur sapa, kritik dan saran tetap penulis harapkan dari semua
pihak agar yang salah dapat diperbaiki, yang menyimpang dapat diluruskan dan
yang kurang dapat disempurnakan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Jambi , 23 september 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
2. Perumusan Masalah ................................................................................ 2
3. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem .......................................................... 3
B. Penilaian Terhadap Elemen Sistem Pendidikan ..................................... 7
C. Konsep Biaya Dalam Pendidikan ........................................................... 8
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................ 12
1. Kesimpulan ........................................................................................... 12
2. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan saat ini sudah menjadi kebutuhan. Sebagaimana kebutuhan
lainnya maka manusia tentunya berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan
tersebut. Banyak orang tua yang menyiapkan dana pendidikan dari sejak dini
untuk pendidikan anak –anak mereka. Pada awal tahun pelajaran orang tua
menyiapkan semua kebutuhan anak – anak meraka untuk masuk sekolah, mulai
dari menyapkan seragam sekolah, buku, sepatu bahkan uang pangkal masuk
sekolah karena pada sekolah tertentu ada uang pangkal berupa uang bangunan.
Karena kemampuan ekonomi setiap orang tidak sama maka ada orang tua hanya
mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak – anak mereka hanya sampai
sekolah dasar, ada yang mampu sampai ke sekolah menengah pertama dan atas,
dan ada juga yang mampu sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Tetapi masih ada
juga orang tua yang tidak mempu menyekolahkan anak – anak mereka mekipun
hanya sekolah dasar. Selain tanggung jawab orang tua, pendidikan juga menjadi
tanggung jawab pemerintah karena telah di amantkan dalam Undang-Undang
Dasar RI tahun 1945 pada Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”. Untuk menjalankan amanat tersebut pemerintah
telah melaksakan suatu sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional
telah di tentukan oleh pemerintah dan dituangkan dalam undang-undang dan
peraturan pemerintah, semuanya adalah untuk mencapai kemajuan pendidikan di
Indonesia.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya di tentukan oleh sumber daya
manusia saja melaikan juga di tentukan oleh pembiayaan pendidikan itu sendiri.
Pembiayaan pendidikan bukan saja tanggung jawab pemerintah semata malainkan
tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah, orang tua dan masyarakat. Jika
pembiayaan pendidikan hanya berasal dari salah satu pihak saja maka pendidikan
yang berlangsung tidak optimal. Karena pendidikan yang berkualitas
membutuhkan biaya yang tinggi.

1
Pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri beberapa komponen, yaitu
guru, tenaga administrasi, siswa dan sarana prasarana pendukung pendidikan itu
sendiri. Komponen yang ada dalam sistem tersebut tidak dapat terpisah satu
dengan yang lain dan saling menentukan satu sama lain. Komponen yang ada
dalam sistem pendidikan memiliki fungsi masing-masing dalam rangka untuk
mencapai tujuan satuan pendidikan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam
pendidikan akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh komponen-
komponen tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Membahas tentang Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
2. Membahas tentang Penilaian terhadap Elemen Sistem Pendidikan
3. Membahas tentang Biaya Dalam Pendidikan
4. Membahas tentang Konsep Biaya Pendidikan

C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui bagaimana tentang Pendidikan Sebagai Suatu
Sistem
2. Agar dapat mengetahui bagaimana bahas tentang Penilaian terhadap
Elemen Sistem Pendidikan
3. Agar dapat mengetahui bagaimana Biaya Dalam Pendidikan
4. Agar dapat mengetahui bagaimana Membahas tentang Konsep Biaya
Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM


Pedagogik atau yang popular dengan istilah pendidikan (education) secara
semantik bersal dari bahasa Yunani Paidagogia yang berarti pergaulan dengan
anak – anak (Kurniadin dan Machali, 2016 : 111). Menurut Kurniadin dan
Machali (2016 : 112) menyatakan bahwa pendidikan dalam arti sempit adalah
persekolahan. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan dalam arti luas adalah hidup.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup.
Kompri dalam Mudyoharjo (2016 : 35) Pendidikan adalah pengaruh yang
diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja yang di serahkan
kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran
penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas – tugas sosial mereka.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengebangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecedarsan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diriny,
masyarakat, bangsa dan negara.
Secara etimologi sistem berasal dari bahasa yunani “sistema” yang berarti
himpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan satu keseluruan (Sumantri dan Yatima, Pengantar Pendidikan : 8.4).
Kazik dalam Pengatar Pendidikan (Sumatri dan Yatimah : 8.4) mendefinisikan
sistem sebagai organisasi yang di rancang dan dibangun srukturnya secara
sengaja, yang terdiri dari komponen-komponen yang berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain yang harus berfungsi sebagi satu kesatuan yang utuh
untuk mencapai tujuan khusus yang telah di tetapkan sebelumnya.

3
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 Pada Bab dijelaskan bahawa Sistem pendidikan Nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Keseluruhan komponen pendidikan
tersebut menurut Saat (2015) komponen pendidikan , yaitu pendidik, peserta
didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan.

1. Pendidik
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab XI pasal 39 tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di
perguruan tinggi. Tidak semua orang dapat menjadi pendidik, karena pendidik
adalah adalah orang yang telah menenpuh pendidikan khusus.
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 bahwa untuk menjadi seorang guru, baik
guru sekolah dasar, menengah pertama dan atas memiliki kualifikasi minimal D4
atau S-1. Selain kualifikasi pendidikan, pendidik juga harus memiliki empat
kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Keempat kompetensi ini sangat mendukung seorang pendidik dalam melaksanakan
tugasnya sehari – hari di sekolah sebagai seorang pendidik. Seorang pendidik juga
tugasnya bukan hanya melaksanakan pembelajaran di kelas tepai juga harus melakukan
bimbingan terhadap peserta didik baik didalam atau diluar kelas. Melakukan pelatihan
sesuai dengan bidang ilmu dan keahlian masing-masing pendidik tersebut.

2. Peserta Didik
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengebangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada Bab VI pasal 13
dijelaskan bahwah yang dimaksud dengan jalur pendidikan terdiri atas formal, non
formal dan informal yang dapat melengkapi dan memperkaya. Pada pasal 14

4
jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pada pasal 15 jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademi, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Jadi pada bab VI ini jelas bahwa peserta didik dapat menentukan jalur pendidikan,
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan yang diperlukannya dan disesuikan
dengan kemampuan peserta didik tersebut.

3. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan (Depdiknas, 2003) : Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 “ Tujuan Pendidikan
Nasional adalah mengebangkan profesi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhal mulia, sehat,
berilmu, cakap, kraktif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggu jawab”.
Secara filosofis, tujuan pendidikan menurut Arifin dalam Kompri (2016 :
17) dapat di bedakan menjadi : (1) tujuan teoritis yang bersasaran kepada
pemerian kemampuan teoritis kepada anak didik ; (2) tujuan praktis yang
mempunyai sasaran pada pemberian kemapuan praktis kepada anak didik.
Haryono (2008) sebagimana dikutip Kompri (2016 : 19-22), menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan memiliki klasifikasi dari tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian
dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat
yaitu :
1. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasonal ini adalah tujuan yang paling bersifat umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Artinya, setiap badan atau lembaga dan penyelenggara
pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan
yang telah di tetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003.
2. Tujuan Insttusional

5
Tujuan institusional dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki oleh para peserta didik setelah mereka menempuh atau
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikantertentu.
3. Tujuan Kurikuler
Tjuan kurikuler didefiniskan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki peserta
didik setelah menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga
pendidikan.
4. Tujuan Pembelajaran / Instruksional.
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki
anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang
tertentu dan dalam satu kali pertemuan.
Bloom dkk., sebagaimana dikutif dalam Kompri (2016: 18), membedakan
tujuan pendidikan menjadi 3 katagori tujuan pendidikan,
1. Kognitif (head), tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual
mengenal dunia sekitarnya meliputi perkembangan intelektual atau mental.
2. Afektif (heart), tujuan efektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan
nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.
3. Pskomotor (hand), tujuan psikomoto menyangkut perkembangan
keterampilan yang mengandung unsure motorik.

4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan komponen yang menentukan corak
pendidikan, tidak sedikit pengaruh lingkungan pendidikan yang menentukan
keberhasilan suatu pendidikan. Menurut Saat (2015) dalam jurnanya menyebutkan
lingkungan dapat berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
Lingkungan sosial berupa lingkungan yang terdiri atas manusiayang ada di sekitar
anak yang dapat memberi pengaruh terhadap anak, baik sikap, perasaan, atau
bahkan keyakinan agamanya, misalnya lingkungan pergaulan. Lingkungan
nonsosial adalah lingkungan alam sekitar berupa benda atau situasi, misalnya
keadaan ruangan, peralatan belajar, cuaca, dan sebagainya, yang dapat
memberikan pengaruh pada peserta didik.

6
Dradjat, Z. sebagaimana dikutif dalam Saat (2015) mengatakan bahwa
lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Lingkungan adalah segala sesuatu
yang tampak yang terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang,
baik manusiamaupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak dan tidak
bergerak,kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.

B. PENILAIAN TERHADAP ELEMEN SISTEM PENDIDIKAN


Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa
evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. Untuk melakukan penilaian terhadap elemen sistem
pendidikan maka setiap sekolah akan dilakukan akredeitasi setiap 5 tahun.
Dalam Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 22 dijelaskan yang
dimaksud dengan akreditasi pendidikan adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dalam satuan pendidikan berdasarkan kreteria yang telah di tetapkan.
Elemen pendidikan yang dimaksud yakni Pemerintah melalui Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, para pendidik (guru, dosen, dan sebaginya), dan
peserta didik. Setiap elemen memiliki peran dalam mewujudkan pendidikan yang
ideal di Indonesia. Setiap elemen saling berhubungan. Keputusan pada satu
elemen mempengaruhi elemen lain dalam membuat keputusan. Oleh karena itu,
kita simpulkan bahwa setiap elemen harus saling mengerti kemampuan dan
kebutuhan masing-masing sembari menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan
global.
Apabila diperhatikan, negara Indonesia memakai sistem pendidikan dari
negara lain yang sudah terbukti keefektifan sistem pendidikannya. Namun, kita
harus lebih menelaah lebih dalam mengenai kecocokan dan kesiapan seluruh
infrastruktur sekolah secara menyeluruh di pelosok Indonesia. Hal ini harus
diantisipasi agar tidak ada ketimpangan pendidikan di berbagai belahan Indonesia.
Pemerintah juga harus melakukan peninjauan ke lapangan.

7
Selain pemerintah, faktor para pendidik menjadi krusial bagi pendidikan
Indonesia. Hal yang perlu diketahui yakni para pendidik harus senantiasa dididik
menjadi lebih berkualitas dan dilatih dalam menjaga profesionalitas. Para
pendidik yang berkualitas tidak hanya dinilai dari kualitas hasil didikannya.
Tetapi, kita harus melihat lebih kepada kemampuan para pendidik dalam
menanamkan pola belajar yang efektif. Kedisiplinan juga harus diterapkan baik
dalam waktu maupun cara mengajar.
Kunci dari kesuksesan kualitas pendidikan terletak pada para peserta didik.
Indikator kesuksesan dilihat dari kualitas hasil didikan. Oleh karena itu, para
pendidik diharapkan mampu mengikuti metode yang diterapkan pemerintah.
Melalui manajemen waktu yang baik dari setiap peserta didik, pendidikan dapat
dipicu menjadi lebih efektif. Kemampuan dalam menganalisis baik atau buruk
sesuatu hal kepada diri sangat diperlukan demi menjaga peserta didik dari
pengaruh buruk globalisasi.

C. KONSEP BIAYA DALAM PENDIDIKAN


Atmaja dkk (2016) menyebutkan bahwa Biaya adalah keseluruhan
pengeluaran, baik yang bersifat uang maupun bukan uang, sebagai ungkapan rasa
tanggung jawab semua pihak terhadap upaya pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan.
Fattah (2006 : 112) mendefinisikan pembiayaan pendidikan merupakan
jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan
penyelenggaraan mencakup: gaji guru, peningkatan 12 profesional guru, sarana
ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/mebeleir, pengadaan alat-
alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 46 ayat 1 dijelaskan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 62 disebutkan
bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biayaoperasi, dan biaya

8
personal (Depdiknas, 2005). Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta, Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis segala
tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai; dan biaya
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Adapun
biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik untuk bisa mengukuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
(Depdiknas, 2005).
(Depdiknas, 2008). Dalam perkembangannya, kebutuhan pendanaan
pendidikan merupakan salah satu permasalahan yang cukup pelik untuk dikelola
secara efektif dan efisien. Permasalahan pendanaan pendidikan erat kaitannya
dengan keperluan operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan. Biaya tersebut,
antara lain: 1) biaya operasional pendidik dan tenaga kependidikan (gaji dan
honor/insentif/tunjangan); 2) proses pembelajaran dan penilaian; 3) pengadaan,
perawatan, dan perbaikan/perawatan saranaprasarana pendidikan; dan 4)
manajemen. Fungsi pembiayaan tidak dapat terpisahkan dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Oleh karena itu, pembiayaan menjadi masalah sentraldalam
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan yang harus disikapi dan dicar ikan
berbagai alternatif solusinya. Ketidakmampuan lembaga penyelenggara
pendidikan untuk menyediakan pendanaan pendidikan akan menghambat proses
operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Namun demikian, bukan
jaminan manakala tersedia biaya pendidikan yang memadai akan menjamin
penyelenggaraan pendidikan berhasil lebih baik. Dalam memahami permasalahan
pembiayaan pendidikan di Indonesia, per lu memahami permasalahan apa saja
yang timbulserta alternatif penyelesaiannya (Depdiknas,2005). Berdasarkan
uraian klasifikasi biaya pendidikan, maka jelaslah bahwa biaya pendidikan
memiliki pengertian yang luas.
Hal ini sebagaimana dipertegas oleh Anwar (1991) bahwa hampir segala
pengeluaran yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan dianggap
sebagai biaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dalam melakukan

9
klasifikasi biaya pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua pihak yaitu
kesuksesan pelaksanaan pendidikan.Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal(Sulistyoningrum, 2010). Biaya
investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. Lebih lanjut, biaya personal meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud meliputi: a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji; b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai;
dan c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya (Sulistyoningrum, 2010).

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu
dikaji atau dianalisis yaitu :

a. biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost)


b. dan biaya satuan per siswa (unit cost).

Kategori Biaya Pendidikan

a. Biaya Langsung dan Tidak Langsung


Direct cost (biaya langsung) yaitu biaya yang langsung berproses dalam
produksi pendidikan di mana biaya pendidikan ini secara langsung dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Biaya langsung terdiri atas biaya yang
dikeluarkan unyuk pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik,
berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun peserta didik itu
sendiri (Fattah, 2009 : 23)
Indirect cost (biaya tidak langsung) adalah pengeluaran yang tidak secara
langsung mendukung proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan

10
tersebut terjadi di sekolah, meliputi biaya hidup, transportasi, biaya jajan, biaya
kesehatan, dan biaya-biaya lainnya.

b. Biaya Masyarakat Dan Biaya Pribadi


Biaya masyarakat dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu
sejumlahbiaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk pendidikan, baik
melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya pribadi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya dalam bentuk uang
sekolah, uang kuliah, pembelian buku, dan dana hidup siswa.

Seperti yangdikatakan oleh John S. Mrophet, pada dasarnya pembiayaan


diklasifikasikan menjadi dua model, yaitu:
a. Flat Grand Model
Flat Grand Model menggunakan system distribusi dana, semua distrik
atau Kabupaten/kota menerima jumlah dana yang sama untuk setiap
muridnya tidak memperlihatkan perbedaan kemampuan daerah. Daerah
yang sumber dayanya kaya raya dan daerah yang sumber daya alamnya
tidak mendukung (miskin), untuk membiayai program pendidikan setiap
menerima dana dengan jumlah yang sama dan dihitung biaya per siswa
dalam 1 (satu) tahun yang direfleksikan sebagai kebutuhan yang bervariasi
dalam unit biaya yang diberikan kepada sekolah.

b. Equalization Model
Equalization Model ini bertitik tolak pada ability to pay (kemampuan
membayar) masyarakat. Masyarakat yang miskin tentu perlu menerima
bantuan dana lebih serius dibanding dengan masyarakat yang incomenya
lebih tinggi. Karena itu sekolah miskin akan memperoleh kesempatan
sejajar dengan sekolah lainnya, artinya setiap daerah akan menerima
jumlah dana yang berbeda tiap tahun tergantung bagaimana membagi
sesuai kepada kemampuan daerah. Daerah miskin akan mereima 5 per mil
ditambah 7 per mil dana dasar daerah.

11
BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses


pendidikan terjadi apabila ada interaksi antar komponen pendidikan, artinya
saling berhubunga secara fungsional dalam kestauan yang terpadu. Tiga
komponen tersebut adalah pendidik,peserta didik, dan tujuan pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya di tentukan oleh sumber daya
manusia saja tetapi juga oleh pembiayaan pendidikan itu sendiri. Pembiayaan
pendidikan bukan saja tanggung jawab pemerintah semata malainkan tanggung
jawab semua pihak, baik pemerintah, orang tua dan masyarakat. Jika pembiayaan
pendidikan hanya berasal dari salah satu pihak saja maka pendidikan yang
berlangsung tidak optimal. Karena pendidikan yang berkualitas membutuhkan
biaya yang tinggi.

B. SARAN

Pendidikan sebagai suatu sistem yang terbuka hendaknya harus melalui


pernecanaan-perncanaan yang tepat dalam menghadapai tuntutan zaman. Selain
itu sistem pendidikan juga harus lebih dinamis dan responsif. Pembiayaan
terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal karena pendidikan adalah investasi
dikarenakan perolehan ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat
balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang

12
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, RM dkk. 2016. Analisis Penetapan Standar Biaya Pendidikan Pada


SMA Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Administrasi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Volume 4, No. 1, Februari
2016 - 1 28
Fattah Nanang, DR,(2006). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdkarya.
Fattah, Nanang. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya
Johns, L.R & L.F Morphet, The Economics Financing and Education: A System
Approach , (New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs, 1975)
Kompri. 2016. Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer
Kemajuan Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Kurniadi,D. dan Machali, I . 2016. Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan . Jojakarta : Ar-Ruzz Media.
Saat, S,. 2015. Faktor – Faktor Determinan Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib
Vol. 8 No. 2, Juli – Desember 2015.
Sumantri, M. dan Yatimah, D . 2017. Pengantar Pendidikan. Banten : Universitas
Terbuka.
Sulistyoningrum, Nining. 2010. Standar Pembiayaan Pendidikan. Dari
http://niningsulistyoningrum.
wordpress. com/2010/05 /15/standar-pembiayaan-pendidikan/Diunduh pada
tanggal 27 Maret 2013
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
AmandemenZyuhendi, Andi. 2013. Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.
Diunduh pada tanggal 5 September 2013 dari
http://andimpi.blogspot.nl/2013/06/pembiayaan-pendidikan-di-indonesia.html
http://budakbedelau.blogdetik.com/2013/07/17/indonesia-wajib-memiliki
pendidikan-murah/Diunduh pada tanggal 7 September 2013
http://masyarakatbelajar.wordpress.com/2009/12/13/pembiayaan-
pendidikan/Diunduh pada tanggal 25 Oktober 2013
(http://networkedblogs.com/md5yI) Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2013

13

Anda mungkin juga menyukai