Disusun Oleh :
Nama : Sutfiyarti
Nim : C1C119015
2021
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga makalah berjudul “Masalah Pendidikan dan Solusinya Di Sekolah SDN 2
KAPOTA” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan selalu kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, serta umat yang senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajarannya.
Makalah ini membahas tentang Pendidikan dan Solusinya. Selama pelaksanaan penyusunan
makalah ini, kami tidak lepas dari kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Namun atas
bantuan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dari itu, dengan rendahan hati kami ucapkan terimakasih.
“Tiada gading yang tak retak”, demikian kata pepatah. Oleh karena itu, tegur sapa yang
bersifat membangun sangat dinantikan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan................................................................... 3
A. Kesimpulan......................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualitas SDM bangsa
Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan di
Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal.
Hal ini disebabkan karena perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran
ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih
rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU
pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan
baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Oleh karena itu penulis akan menjelaskan tentang masalah yang terjadi dalam dunia
pendidikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Masalah Pendidikaan di Indonesia dan
Solusinya”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan| Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf
hidup atau kemajuan yang lebih baik. Secara etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan
dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahas latin yaitu 'educatum' yang
tersusun atas dua kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke
luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara 'Duco' berarti perkembangan atau sedang
berkembang. Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau
bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education sering juga
dihubungkan dengan 'Educere' (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar.
Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan
ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan
terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik.
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya
memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa
pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’
yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa
yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya
mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
1. Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun
segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota
masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2. Plato
pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari
seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan
warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang
benar. Plato pun menambahkan bahwa pendidikan tidak hanya menyediakan ilmu pengetahuan
dan kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan insting, membina tingkah laku dan sikap yang benar.
Pendidikan yang sejati (true education), akan memiliki kecenderung terbesar dalam membentuk
manusia yang beradab dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan
mereka yang berada dalam perlindungannya.
3. Comenius
pada abad pertengahan, bahwa pendidikan adalah proses dimana individu mengembangkan
kualitasnya terhadap agama, ilmu pengetahuan dan moralnya, yang membuatnya mampu
mengklaim dirinya sebagai manusia.
Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara
mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia
dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
Pendidikan adalah proses pembentukan hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan
diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa
jika tidak singkron dengan pembanguan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan
sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut di mana sistem
pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahakn
intern sistem kondisi pendidikan itu menjadi sanggat kompleks, artinya suatu permasalahan
intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem
pendidikan itu sendiri.
Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat di lepaskan dari kondisi
sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut
berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan
dengan mutu hasil belajar tersebut.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang di hadapi oleh dunia pendidikan di tanah air
kita yaitu :
a. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Dari kedua masalah pokok tersebut, maka permasalahan pokok yang pertama yaitu
mengenai masalah pemerataan pendidikan dan masalah pokok yang ke kedua menyangkut
masalah mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan.
Dalam lingkup nasional, telah ditetapkan empat masalah pokok pendidikan yang dirasa
perlu untuk diprioritaskan penanggulangannya. Empat masalah pokok tersebut yaitu:
Dalam rangka memajukan bangsa dan kebudayaan nasional serta melaksanakan fungsi
dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas demi pembangunan, maka perlu
ditekankan bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu menerapkan pelaksanaan pendidikan
yang merata. Adapun yang dimaksud pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan
program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh
warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan atau biasa disebut perluasan
kesempatan belajar. Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality dan
equity. Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan
yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sehingga dalam hal ini masalah
pemerataan pendidikan dikatakan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak
usia sekolah yang tidak dapat mengenyam pendidikan atau dapat dikatakan tidak dapat
ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang
tersedia.
Sejak awal perhatian terhadap pemerataan pendidikan telah mulai digancarkan secara
yuridis. Bagi anak-anak usia sekolah, mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan
terutama SD merupakan hal yang sangat penting. Diharapkan mereka dapat memperoleh bekal
dasar seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung sehingga mampu mengikuti
perkembangan bangsa.
Mutu diartikan sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Pendidikan yang bermutu
yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional yang berkualitas
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Dalam dunia pendidikan, mutu
pendidikan menjadi sorotan karena sangat berperan besar dalam menentukan kualitas sumber
daya manusia yang telah tercetak melalui pendidikan. Sejalan dengan proses pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga
dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan,
proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan
pendidikan.
Mutu pendidikan menjadi suatu permasalahan apabila hasil dari pendidikan tersebut belum
mampu mencapai taraf yang diharapkan yaitu menghasilkan keluaran berupa tenaga profesional
yang berguna bagi bangsanya. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga
penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan system sertifikasi. Selanjutnya
jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja. Penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
konsumen tenaga dengan system tes unjuk kerja.
Jika tujuan dari pendidikan nasional dijadikan sebagai kriteria kelulusan suatu mutu
pendidikan, maka keluaran dari suatu system pendidikan menjadikan pribadi yang bertaqwa,
mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang yang social dan bertanggung jawab, warga
Negara yang cinta pada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan social. Dengan demikian
keluaran tersebut diharapkan mampu mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan
yang dapat membangun dirinya dan juga lingkungan
Terkadang orang-orang melakukan penilaian salah terhadap mutu pendidikan. Banyak yang
berpendapat bahwa mutu pendidikan dapa dinilai melalui hasil akhir belajar siswa, misalkan saja
nilai UN (Ujian Nasional). Sesungguhnya mutu pendidikan yang baik hanya akan didapatkan
oleh seseorang setelah melalui proses belajar yang baik pula. Memahami dan mengikuti dengan
baik proses belajar sehingga diharapkan dapat menunjukkan hasil belajar yang bermutu.
Meskipun hasil tes akhir terlihat memuaskan dari segi nilai, namun jika tidak mengikuti proses
dengan baik maka hal hasil tidak akan tercipta keluaran yang berumutu secara pribadi masing-
masing. Sehingga proses suatu pendidikan sangat menentukan mutu pendidikan.
Jika penggunaannya tepat sasaran maka dapat dikatakan efisiensinya tinggi. Namun jika
terjadi yang sebaliknya maka dikatakan pendidikan memiliki efisiensi rendah.
Pengangkatan yang dimaksud disini adalah pengangkatan tenaga kependidikan untuk memenuhi
kebutuhan dilapangan. Namun masalah yang terjadi dalam pengangkatan ini adalah kesenjangan
antara tenaga yang berlomba-lomba untuk mendapakan pengangkatan dengan quota
pengangkatan yang sangat terbatas. Kebutuhan lapangan tidak mampu menampung semua
tenaga kependidikan yang ada sehingga hal ini berarti keberadaan tenaga tersebut tidak dapat
segera difungsikan.
Begitu pula dengan masalah penempatan, di Indonesia masalah penempatan guru masih saja
terjadi dalam lingkungan pendidikan. Seringkali ditemukan bahwa seorang guru mengajar suatu
bidang studi yang tidak sesuai dengan lulusannya. Hal ini juga dikarenakan oleh masalah jatah
pengangkatan yang kurang efisien sehingga ada sekolah dengan jumlah guru bidang studi
tertentu berlebihan namun kekurangan guru untuk suatu bidang studi. Sehingga kebberadaan
guru yang berlebihan akan dialokasikan oleh sekolah untuk mengajarkan bidang studi yang
gurunya kurang meskipun diluar kewenangan guru tersebut. Misalkan saja guru IPA harus
mengajarkan budi pekerti atau agama. Hal ini tentu menunjukkan bahwa kurangnya efisiensi
dalam pemanfaatan atau memfungsikan tenaga kependidikan.
Jika ditinjau dari masalah pengembangan tenaga kependidikan maka kaitannya adalah
penanganan pengembangan tenaga pelaksana di lapangan sangat lambat. Sebagai salah satu
contohnya yaitu kesiapan tenaga kependidikan dalam menyambut kurikulum baru. Meskipun ada
suatu pembekalan namun para tenaga kependidikan seringkali beranggapan bahwa perubahan
kurikulum terlalu cepat dan tidak dibarengi oleh kesiapan dari tenaga pendidik. Kesiapan ini
kurang dikarenakan pengembangannya dilapangan juga sangat lambat yaitu berupa penggalakan
penyuluhan, latihan, lokakarya serta penyebaran buku panduan baru yang kurang cepat dalam
pelaksanaannya. Sehingga masih ada istilah keterlambatan. Keputusan untuk memberlakukan
kurikulum ini pun menjadi perbincangan pro dan kontra sehingga memerlukan waktu lama untuk
menyepakatinya. Sehingga hal ini dianggap bahwa proses pendidikan kurang efektif dan efisien.
Masalah efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana sering juga terjadi dalam dunia
pendidikan. Kurangnya perencanaan dalam pengadaan sarana dan prasarana dapat menjadi satu
factor penyebabnya. Sebagai salah satu contoh yaitu adanya pengadaan sarana pembelajaran
tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan dan keterampilan dari pemakai.
Sesuai dengan tujuan dari pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Oleh karena itu sistem pendidikan harus dapat menghasilkan luaran yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan. Jika hal itu tidak dapat teratasi
Masalah relevensi adalah masalah yang timbul karena tidak sesuainya sistem pendidikan
dengan keperluan pembangunan nasional. Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan
yang dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau
indtitusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak
siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di
atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk
bekerja.
Pendidikan merupakan faktor penunjang bagi pembangunan ketahanan nasional. Oleh sebab
itu, perlu keterpaduan di dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dengan pembangunan
nasional tersebut. Sebagai contoh pendidikan di sekolah harus di rencanakan berdasarkan
kebutuhan nyata dalam pembangunan nasional kedepannya yang telah terencana, serta
memperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang di perlukan sesuai dengan keadaan lingkungan di
wilayah-wilayah lingkungan tertentu.
Luaran pendidikan dalam hal ini diharapkan dapat mengisi beraneka ragam sektor
pembangunan seperti produksi, sektor jasa dan lain-lain baik dari segi jumlah maupun dari segi
kualitas. Jika sistem pendidikan mampu memmenuhi segala tuntutan pembangunan nasional
tersebut maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Demi mewujudkan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan berguna bagi pembangunan, maka
pemerintah tentu berfikir keras guna memecahkan permasalahan pemerataan pendidikan di
Indonesia. Untuk itu ada dua cara yang diupayakan yaitu cara konvensional dan cara inovatif.
a. Cara konvensional
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
b. Cara inovatif
1) Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts system
(Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem tersebut dirintis di solo
dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan,
namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas
komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar
peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang
bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
1) Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
3) Penyempurnaaan kurikulum
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung daalm suatu satuan pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendiidkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
1. Faktor Internal
Faktor ini meliputi gangguan psiko fisik siswa, yakni :
a. Yang bersifat kognitif seperti rendahnya rendahnya kapasitas intelektual.
b. Yang bersifat afektif antara labilnya emosi dan sikap. Kelemahan emosional, seperti merasa
tidak aman, kurang menyesuaikan diri serta ketidakmatangan emosi.
c. Yang bersifat psikomotor antara lain terganggunya alat indra, cacat
tubuh, serta kurang berfungsinya organ-organ perasaan.
d. Motivasi. Kurangnya motivasi belajar akan menyebabkan anak atau
siswa malas untuk belajar.
e. Konsentrasi belajar yang kurang baik.
f. Rasa percaya diri. Rasa percaya diri timbul dari keinginan berhasil dalam belajar.
2. Faktor eksternal
Faktor ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan siswa yang tidak kondusif bagi
terwujudnya aktifitas-aktifitas belajar. Yang termasuk dalam faktor ini adalah :
a. Lingkungan keluarga, seperti ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya tingkat ekonomi keluarga.b. Lingkungan masyarakat, seperti wilayah yang kumuh,
teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, seperti kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, seperti dekat pasar
kondisi guru, serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
d. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang mendidik. Dia tidak hanya
menajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannnya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda
generasi bangsa.
e. Kurikulum sekolah. Adanya kurikulum baru akan menimbulkan masalah seperti tujuan yang
akan dicapai mungkin juga berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar juga
berubah serta evaluasi berubah.
f. Terlalu berat beban belajar siswa maupun guru.
g. Metode belajar yang kurang memadai.
h. Sikap orangtua yang tidak memperhatikan anaknya.
i. Keadaan ekonominya Mengatasi malas belajar siswa agar bersemangat dan tidak malas untuk
belajar, adalah hal yang harus dilakukan oleh orangtua di rumah maupun guru di sekolah.
Terkadang siswa malas untuk belajar karena minat dan motivasi yang kurang dari orangtua
maupun guru. Orangtua maupun guru harus mendukung dan memotivasi siswa agar bersemangat
dan tidak malas untuk belajar. Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh orangtua maupun
guru untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah sebagai berikut :
1. Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar pada siswa sejak dini, menumbuhkan
inisiatif belajar mandiri pada siswa, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab sebagai
pelajar pada siswa merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
2. Berikan contoh belajar pada peserta didik.
3. Berikan intensif jika siswa belajar. Intensif yang dapat diberikan ke siswa
tidak selalu berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian.
4. Orang tua sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak.
Sehingga orangtua tahu perkembangan anak di sekolah.
5. Mengajarkan kepada siswa pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan
kemampuan siswa.
6. Komunikasi. Orangtua harus membuka diri, berkomunikasi dengan anak untuk mendapat
informasi tentang perkembangan anak tersebut.
7. Menciptakan disiplin. Jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.
8. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman, orangtua memberikan perhatian dengan
cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar.
9. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak, apabila anak sedang
sedih atau sedang sakit, sedang tidak ada motivasi untuk belajar, orangtua harus membangun
motivasi anak agar bersemangat dalam belajar.
10. Gunakan imajinasi peserta didik. Orangtua membantu peserta didik
membayangkan apa yang dia inginkan untuk masa depan, baik dalam waktu panjang atau
pendek.
11. Mengarahkan peserta didik untuk berteman dan hidup dalam lingkungan yang baik dan
mendukung.
12. Tidak memfokuskan bahwa belajar hanya dari buku saja. Tetapi dari lingkungan sekitar juga
dapat digunakan untuk belajar.
13. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar.
A. METODE
Menurut Jusmawati dalam bukunya Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(Classroom action research) menurut Suyadi dalam (jusmawati 2019 : 53), secara singkat
penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai proses pengkajian dari berbagai kegiatan
pembelajaran, yang bertujuan bukan hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pembelajaran tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi berupa
tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut. Untuk mewujudkan tujuan itu
penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat (4) tahapan yang meliputi : perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Selanjutnya tahapan-tahapan
tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research).Yang bersifat deskriptif. Istilah action research (Penelitian Tindakan) untuk pertama
kalinya dikenalkan oleh Lewin pada tahun 1944. Setting, lokasi penelitian adalah tempat yang
dipergunakan dalam melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan di
SD Ipres Bangkala II Kota Makassar Kelas V dan pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Mei sampai nulan Juni 2019. Subjek penelitian, subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD Inpres Bangkala II Kota Makassar. Jumlah sis kelas V sebanyak 28 siswa yang
terdiri dari 16 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.Model yang digunakan adalah model
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasannya karena penelitian ini
dilakukan secara kualitatif dalam situasi yang real guna mencari dasar bagi kebutuhan praktiks
kgususnya dalam peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V
SD Inpres bangkala II Kota makassar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC). Adapun rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini
terdiri dari empat komponen utama, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, refleksi (perenungan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Pendidikan| Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf
hidup atau kemajuan yang lebih baik. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang
SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan,
keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak
mulia.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia
yaitu mengenai bagaimana pengupayaan agar semua warga Negara dapat menikmati kesempatan
pendidikan serta pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat. Jenis-jenis permasalah
pokok pendidikan yang diprioritaskan penanggulangannya di Indonesia yaitu masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan dan masalah
relevansi pendidikan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah semua pihak harus
bekerjasama dalam upaya penanggulangan permasalahan pokok pendidikan. Untuk
meminimalisir dampak negaif yang disebabkan oleh permasalahan pokok tersebut maka harus
ada perencanaan yang baik terhadap system pendidikan. Meningkatkan kualitas pendidik dalam
usaha peningkatan mutu pendidikan. Serta penyediaan sarana dan prasarana yang lebih efektif
dan efisien.
Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari dan memahami
berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi dilapangan sehingga dapat
merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus Calon
Pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan .
DAFTAR PUSTAKA
Jusmawati dan Fitriana HS, Eka. 2019. Manajemen Kelas. Serang-Banten: CV. AARIZKY
Jusmawati, Satriawati dan Irman R. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Jalan Kesatuan 3: Rizky
Artha Mulia
https://radarsemarang.jawapos.com/rubrik/untukmu-guruku/2020/05/27/media-(diakses pada
tanggal 03 Juni 2020)
Liem, Jay. Pengertian Pendidikan Menurut Para Pakar Pendidikan. Diambil dari:
Anonym. 2015. Pengertian Pendidikan: Pendapat Ahli tentang Pendidikan. Diambil dari:
Filandu Pandu K. 2013. Sistem Pendidikan dan Problematika Pendidikan di Indonesia. Diambil
dari: