Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

”PENDIDIKAN”
DOSEN PENGAMPU : H. AHMAD JALALUDDIN,SH.S.Pd.M.Pd.

OLEH:
NAMA : NURMAYANI
NIM: 202011526003
SEMESTER : 1
JURUSAN:PGMI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PALAPA NUSANTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Makalah ini telah selesai Penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Penulisi dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat
terhadap pembacanya.

Keruak, 31 Januari 2021

Penulis,
Nurmayani

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN.......................................................................2

B. Hubungan Pendidikan dan Agama...................................................................2

C. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)......3

D. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia.................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. KESIMPULAN.............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,
melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang
mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah
lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan
kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan
tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan
yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk
menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan ?
2. Hubungan pendidikan dan Agama ?
3. Hubungan pendidikan terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) ?
4. Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Pengertian pendidikan dan pembangunan.

2. Untuk mengetahui Hubungan pendidikan dan pembangunan.

3. Untuk mengetahui Hubungan pendidikan terhadap kualitas sumber daya


manusia (SDM).
4. Untuk mengetahui Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian
manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa
orang ahli mengartikan pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui
pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa karena
pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif bagi kita, dan juga
pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan
keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera
didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.1 Menurut UU
SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana
secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata
Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam
keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang. Sehingga secara etimologis
arti pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan
kekuatan individu.

2
Jadi, secara singkat pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran
kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan
membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.

B. Hubungan Pendidikan Dengann Agama Dan Moral


Pendidikan sangat erat kaitannya dengan Agama. Bahkan Agama merupakan
landasan terpenting bagi pendidikan. Ilmu pendidikan berlandaskan agama
mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun
ilmu untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan melaksanakan
pendidikan. Teori pendidikan Islam berangkat dari al-Qur’an dan As-Sunnah,
sehingga ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasul itu dijadikan landasan dalam
keseluruhan sistem pendidikan.
Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershadaqah,
dengan shadaqah kita diajarkan peduli dengan masyarakat sekitar yang
membutuhkan uluran tangan atau bantuan kita. Shadaqah ini mengajarkan nilai-
nilai sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shadaqah
seorang anak didik akan merasakan bahwa “saling membutuhkan” pada setiap
orang adalah ciri dari kehidupan karena manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lain. Dengan bershadaqah kita juga dapat memberi
kebahagiaan dan meringankan kesusahan orang-orang miskin. Ini merupakan
contoh kecil dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dari contoh diatas tersebut mengajarkan dalam kehidupan yang menjadikan
suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama diajarkan kepada anak,
dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu
pendidikan agama. Pendidikan agama dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai media
sosialisasi terpenting dalam kehidupan. Seperti contoh nyata dalam kehidupan
anak. Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam
ketidakrukunan. Oleh karena itu pendidikan agama harus ditanamkan sejak dini

3
kepada anak dimanapun dan kapanpun, baik formal maupun non formal, Secara
teoritis seharusnya pendidikan agama dapat membentuk kepribadian anak, hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang berhubungan dengan iman dan
taqwa kepada Allah SWT. Jika seseorang sudah beriman dan bertaqwa dengan
sebenar-benarnya, maka segala perbuatannya akan mencerminkan nilai-nilai
agama, menjalankan segala yang diperintah dan meninggalkan semua yang
dilarang. Seiring dengan itu maka moral atau etika pun akan tercermin dan
tertanam didalam dirinya. Bagaimana mungkin seseorang yang beriman dan
bertaqwa akan melakukan hal-hal yang tidak patut dilakukan. Misalnya,
menggunakan obat-obatan terlarang atau hal-hal lain yang dilarang agama. Hal ini
menjadi bukti bahwa jika seorang anak telah tertanam dalam dirinya nilai-nilai
agama yang kuat, maka sudah dapat dipastikan moral atau etika pada orang
tersebut akan terbentuk dengan sendirinya, mengikuti irama iman dan kualitas
taqwa yang melekat pada dirinya.
Jadi pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan agama dan
pendidikan agama mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral atau
etika anak didik.

C. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)


Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di dunia
dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini berdasarkan satu
asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja
dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui
proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya
manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan
merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas.1

1
Wahyudin,Dinn.Pengantar Pendidikan.(Jakarta : Universitas Terbuka,2005)hal.75

4
Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia
merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai
dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Mc. Donald memberikan rumusan
tentang pendidikan : “… is a process or an activity which is directed at producing
desirable in the behavior of human beings.” Pendidikan adalah suatu proses atau
kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Secara
sederhana,perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor
( Taksonomi Bloom ).
Pendapat lainnya, yaitu pendapat Mc. Donald yang didalammnya sejalan
dengan pendapat Winarno Surakhmad yang mengemukakan bahwa : Pendididkan
atau dipersempit dalam pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat
sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Menuju ke
kedewasaan anak didik. Perubahan itu menunjuk pada suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi, tanpa proses itu tujuan
tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.
Sedangkan pengertian pendidikan dari sudut pandang kebudayaan, Darji
Darmodiharjo menjelaskan sebagai berikut : Pendidikan pada dasarnya
merupakan sebagaimana dari kebudayaan yang mengarah kepada peradaban.
Kebudayaan dalam arti luas adalah wujud perpaduan dari logika (pikiran), etika
(kemauan), estetika (perasaan) dan praktika (karya) yang merupakan sistem nilai
dan ide vital (gagasan) penting yang dihayati oleh sekelompok manusia
(masyarakat) tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Satu pengertian lain yang cukup esensi untuk dapat memahami pengertian
pendidikan, dikemukakan oleh Max Muller sebagai mana dikemukakan kembali
oleh B.S. Mardiatmadja, yaitu bahwa “Pendidikan adalah proses yang terorganisir
untuk membantu agar seseorang mencapai bentuk dirinya yang benar sebagai
manusia.”
Dari beberapa pengertian tentang “pendidikan” sebagaimana dikutif tersebut

5
di atas sangat jelas bahwa pendidikan suatu kegiatan dalam upaya untuk
mengubah tingkah laku objek didik ke arah positif. Pendidikan merangkum segi-
segi intelektual, afektif dan psikomotorik manusia, juga menyentuh cipta rasa dan
karsa. Pendidikan juga merangsang pikiran-pikiran, perasaan dan kehendak
manusia untuk bertindak secara bijaksana dengan mempertimbangkan
lingkungan.2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi yang di
dalam gerakkannya berhubungan erat dengan bidang pendidikan mulai dari
jenjang yang paling rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yaitu mulai
dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi.

Pendidikan tidak saja penting secara individual, tetapi juga penting bagi
proses pembangunan bangsa dan negara, apa lagi negara yang sedang membangun
seperti halnya Indonesia akan sangat mengharapkan proses pendidikan dapat
mencapai hasil yang optimal sehubungan dengan masih sangat diperlukannya
sumber daya manusia terdidik; sumber daya manusia yang berkualitas demi
mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan nasional serta era globalisasi
yang penuh tantangan.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan ideal yang dalam proses upaya
pencapaiannya dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan. Oleh karena itu, setiap institusional dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional telah menetapkan tujuan antara sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikannya.
Pada dewasa ini, upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan
telah menjadi bahan wacana dan pemikiran para pakar pendidikan di Indonesia
sehubungan dengan masih sangat rendahnya mutu pendidikan pada saat ini. Mutu

2
Ibid,hal 76-77

6
pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah, mulai dari Taman
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT), minimal dapat mencapai tingkat ketercapaian tujuan
pendidikan berdasarkan pada standar-standar tertentu.
Penetapan standar kompetensi siswa sebagai standar pencapaian minimal dari
hasil proses pendidikan dilatarbelakangi oleh suatu harapan agar dapat tercipta
pemerataan mutu minimal sebagai hasil proses pendidikan pada sekolah
menengah umum. Hal ini menunjukkan satu kenyataan bahwa hasil pendidikan di
Indonesia setelah lebih setengah abad kemerdekaannya, masih belum mencapai
hasil yang diharapkan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional
sangat menyadari tentang kenyataan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia,
seperti pernyataan berikut ini :
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Namun demikian, berbagai indikator
mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian
sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Berbicara mengenai keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia dengan
berbagai indikatornya, memang tidak akan habis-habisnya. Tetapi yang lebih
penting dari pada itu adalah bagaimana cara mengatasinya dalam hubungannya
dengan persoalan pendidikan di Indonesia antara lain mengenai perlunya
pemahaman dan pengkajian tentang visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Tetapi kenyataan hasil yang dicapai masih tetap belum mencapai
seperti apa yang diharapkan. Peningkatan mutu pendidikan masih tetap menjadi

7
bahan diskusi yang “up to date” untuk dibahas.3
Berdasarkan pengamatan dan anilisis yang dilakukan, Departemen Pendidikan
Nasional menyimpulkan sebagai berikut : sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan education production function atau input-output
analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga
menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi. Faktor ketiga , peran serta masyarakat, khususnya orang tua
siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, langkah yang diambil
sebagai satu kebijakan adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah. Konsep ini mengandalkan pemberian otonomi
yang luas kepada sekolah dalam menyelenggarkan pendidikan. Partisipasi aktif
masyarakat dalam pendidikan dikembalikan kepada kebutuhan masyarakat, orang
tua dan pemerintah daerah.
Atas dasar kelemahan–kelemahan tersebut di atas maka tujuan pelaksanan
manjememen berbasis sekolah diharapkan dapat menutupi kelemahan–kelemahan
selama ini. Sebagaimana tercantum pada buku: Pedoman Implmentasi MBS di
Jawa Barat disebutkan bahwa implementasi manjemen berbasis sekolah memiliki
tujuan sebagai berikut :
 Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dalam inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia:
 Meningkatkan kepedulian warga negara sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

3
Agustiar,Syah nur. Perbandingan Sistem Pendidikan.(Bandung : Lubuk Agung,2001)hal.55

8
 Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan
pemerintah tentang mutu sekolah;
 Meningkatkan kompetisi yang sehat antar – sekolah untuk pencapaian
mutu pendidikan yang diharapkan.

D. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia


Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung
pasif, dimana seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang
serba tahu. Hal ini akan menimbulkan kejengahan terhadap peserta didik.
Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung
membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah
yang serius dalam dunia pendidikan.
Guru / dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa tugasnya
hanyalah menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa adalah
mengerti dengan apa yang disampaikannya. Bila peserta didik tidak mengerti,
maka itu adalah urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan suatu paradigma
kuno yang tidak perlu dipertahankan.
Dalam hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa nilai.
Pendidik bisa saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan mempermainkan nilai
perolehan murni seorang peserta didik. Pada satu kasus di pendidikan tinggi,
dimana seorang dosen dapat saja memberikan nilai yang diinginkannya kepada
mahasiswa tertentu, tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki
oleh mahasiswa tersebut. Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak relevan.

1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia


Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik
(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

9
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya
adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal”
apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam
proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita
menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai
jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik
pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita
kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar
hasil yang telah disepakati Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari
suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan
jauh lebih baik jika kita memperhitungkan.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya
biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar
dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia
Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia
umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah
jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost
education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup
mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia
cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara
tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau
informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung

10
seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat
sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang
benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik
tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis,
seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh
pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk
pendidik tersebut.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah
mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta
didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil
pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang
mengajar tidak pada kompetensinya.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem
pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi
yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga
kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara
pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang
juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu
sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung
menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat
dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika
masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal.
Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.
Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik
sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis
tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.

11
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga
berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah
melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh
masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam
dunia modern dalam era globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar
dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di
dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu
pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang
tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar
kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar
mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang
diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar
memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga
adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti
kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah
standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang
hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi

12
seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi
pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti
pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu
peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang
studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta
didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam
pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di
dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih
dalam lagi. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah
hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita
menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui
akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia
sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut
ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1) Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
2) Rendahnya Kualitas Guru
3) Rendahnya Kesejahteraan Guru
4) Rendahnya Prestasi Siswa
5) Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
6) Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
7) Mahalnya Biaya Pendidikan

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan Agama. Bahkan Agama merupakan
landasan terpenting bagi pendidikan. Ilmu pendidikan berlandaskan agama
mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun
ilmu untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan melaksanakan
pendidikan. Teori pendidikan Islam berangkat dari al-Qur’an dan As-Sunnah,
sehingga ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasul itu dijadikan landasan dalam
keseluruhan sistem pendidikan.
Di samping menajamkan ilmu keagaan kita juga harus menempuh pendidikan
untuk menjadikan kita manusia yang berwawasan lua, dengan begitu kita pun
harus meningkatkan mutu sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih
maju.
 Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
 Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar
menunjang peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/41375/3/BAB%20II.pdf/ Di akses pada tanggal

14
( 31 Januari 2021 )
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pendidikan.html/ Di akses
pada tanggal ( 31 januari 2021 )
Mudyahardjo, Redja. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Wahyudin, Dinn. dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tirtarahardja, Umar. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

15

Anda mungkin juga menyukai